Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

“SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TINGKAT PUSKESMAS (SP2TP)”

Dosen Pengampu :.

Disusun Oleh : Kelompok 9

1. P Fadhilla azahra (20144010


2. Nasywa adinda (20144010
3. Riska innayah (2014401084)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI D-III KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan Rahmat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan Makalah
ini. Shalawat serta salam semogatercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang senantiasa
membawa kita kepada jalan keridhaan dan maghfirah Allah SWT.

Tentunya dalam penyusunan ini, tak luput adanya kekurangan dan kelemahan dari
segala sisinya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka, kami menerima saran dan kritik dari
pembaca sekalian, yang tentunya bisa menyempurnakan penyusunan Makalah ini.

Rasa terima kasih yang terdalam kami hanturkan kepada semua pihak yang telah ikut
serta membantu penyusunan Makalah ini. Terlebih ucapan terima kasih itu kami sampaikan
kepada dosen pembimbing. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya pada bidang
pelajaran “ kebijakan kesehatan nasional“.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 25 juli 2022

Penyusun,

Kelompok 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada
pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan
terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi
yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan
informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan
informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut.

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas
kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadi Puskesmas juga
merupakanfondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi
yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan
perencanaan kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu
dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang
pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada
perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf
puskesmas. Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi
laporan terpadu puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu
Puskesmas (SP2TP).
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana system pencatatan dan pelaporan puskesmas ?

2. Bagaimana tujuan dari system pencatatan dan pelaporan puskesmas ?

3. Bagaimana ruang lingkup dari system pencatatan dan pelaporan puseksmas ?

4. Bagaimana pengorganisasian di puskesmas ?

5. Bagaimana mekanisme system pencatatan dan pelaporan puskesmas ?

6. Bagaimana frekuensi dan alur pelaporan sp2tp ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui system pencatatan dan pelaporan puskesmas.

2. Untuk mengetahui tujuan dari system pencatatan dan pelaporan puskesmas.

3. Untuk mengetahui ruang lingkup dari system pencatatan dan pelaporan puseksmas.

4. Untuk mengetahui pengorganisasian di puskesmas.

5. Untuk mengetahui mekanisme system pencatatan dan pelaporan puskesmas.

6. Untuk mengetahui frekuensi dan alur pelaporan sp2tp.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian SP2TP/SP3

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan instrumen vital dalam sistem
kesehatan. Informasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan dipuskesmas,
kematian, dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan keputusan
dan pembuatan kebijakan di tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan (Santoso, 2008).
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada pencatatan
dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat
wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang
berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan
informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan
informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut
(Tiara, 2011).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal:

1) pencatatan, pelaporan, dan pengolahan;


2) analisis; dan
3) pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan oleh

pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku untuk masing-masing program.
Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam format laporan SP3 yang sudah
dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi
dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di
Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke
masing-masing pengelola program di Dinas Keseh atan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan
Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan
Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan
sebagai berikut:

(1) bulanan;

(2) tribulan;
(3)tahunan.

Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KI A, imunisasi, KB, dan penggunaan obat-
obat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas,
rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medic kesehatan gigi. Laporan tahunan
terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta
masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu.
Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang
dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut
harus diterima tepat waktu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan
diinformasikan (Santoso, 2008).

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas
kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadi Puskesmas juga merupakan
fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat,
representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan
kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat,
dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan
progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas,
dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu
puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas
(SP2TP) (Tiara, 2011).

Muninjaya (2004) berpendapat bahwa “untuk pengembangan efektifitas Sistem Informasi


Manajemen Puskesmas, standar mutu (Input, Proses, Lingkungan dan Output) perlu dikaji
dan dirumuskan kembali, masing-masing komponen terutama proses pencatatan dan
pelaporannya perlu ditingkatkan”. SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data
umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang telah
disederhanakan sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
nomor 590/BM/DJ/Info/V/96 tentang penyederhanaan SP2TP (Modul pedoman

pelaksanaan SP2TP). SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana,
tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua
data hasil kegiatan Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan tempat tidur, Puskesmas
Pembantu,
Puskesmas keliling, bidan di Desa dan Posyandu) dan data yang berkaitan, serta
dilaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai kebutuhan secara
benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat
(Ahmad, 2005).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan
pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data SP2PT berupa Umum dan demografi,
Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok Puskesmas. Menurut Yusran (2008) Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan
puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem
pelaporan ini ini diharapkan mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun
untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan (Tiara,
2011).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber pengumpulan data
dan informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi baik faktor utama dan tenaga
pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk dikirim ke pusat serta sebagai bahan
laporan untuk kebutuhan. Menurut Bukhari Lapau (1989) data yang dikumpul oleh
puskesmas dan dirangkum kelengkapan dan kebenaranya. Sistem Pencatatan danPelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP) ialah laporan yang dibuat semua puskesmas\ pembantu,
posyandu, puskesmas keliling bidan-bidan desa dan lain-lain yang termasuk dalam wilayah
kerja puskesmas. Pencatatan dan pelaporan mencangkup:

b.1: Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas,

b.2: Data ketenagaan puskesmas, dan

b.3: Data sarana yang dimiliki puskesmas (Syaer, 2011).

B. TUJUAN SP2TP

Dalam Barsasella (2012), tujuan SP2TP adalah agar semua data hasil kegiatan Puskesmas
dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang di atasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala
dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

Tujuan umum
a. Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara berhasil guna dan berdaya guna
melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan infomasi lain yang menunjang.

Tujuan khusus

a. Sebagai dasar penyusunan perencaaan tingkat Puskesmas.


b. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas
c. (lokakarya mini).
d. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas.
e. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan.

C. RUANG LINGKUP

Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas. Oleh karena itu mencakup
semua kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas. Jenis data yang dikumpulkan dan dicatat
dalam SP2TP adalah seluruh kegiatan di Puskesmas yang meliputi data:

a. Umum dan demografi di wilayah kerja Puskesmas.


b. Ketenagaan di Puskesmas.
c. Sarana yang dimiliki Puskesmas.
d. Kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan di dalam dan di luar gedung Puskesmas.
e. Laporan SP2TP menggunakan sistem tahun kalender. Periode laporan dari Puskesmas
ke Dati II adalah bulanan dan tahunan. Periode laporan dari Dati II ke Dati I dan Pusat
adalah triwulan (Modul pedoman pelaksanaan SP2TP).

D. PENCATATAN

Kegiatan pokok Puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung (semua data yang diperoleh
dari pencatatan kegiatan harian program yang dilakukan dalam gedung Puskesmas seperti
tekanan darah, laboratorium, KB, dan lain-lain) maupun di luar gedung Puskesmas (data yang
dibuat berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan di luar gedung Puskesmas, seperti
kegiatan posyandu, UKS dan lain-lain), Puskesmas tempat tidur dan Puskesmas Pembantu
serta Bidan di desa, harus dicatat. Dengan demikian perlu adanya mekanisme pencatatan
yang baik, formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti (Modul pedoman
pelaksanaan SP2TP). Jenis formulir tersebut sebagai berikut (Barsasella, 2012):
 -Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)/Family Folder, Merupakan himpunan kartu-kartu
individu suatu keluarga yang memperoleh pelayanan kesehatan di Puskesmas.
 -Kartu rawat jalan/kartu Rekam Medik Pasien merupakan alat untuk mencatat
identitas pasien dan status pasien rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas.
 -Kartu Indeks Penyakit, Alat bantu untuk mencatat identitas pasien riwayat dan
perkembangan penyakit, khusus penderita penyakit TB Paru dan Kusta.
 -Kartu Ibu, Merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan, dan
riwayat kehamilan sampai kelahiran.
 -Kartu anak, Adalah alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan, pelayanan
preventif ,promotif-kuratif-rehabilitatif yang diberikan kepada balita dan anak pra
sekolah.
 -KMS balita, anak sekolah, Alat bantu untuk mencatat identitas, pelayanan dan
pertumbuhan yang telah diperoleh balita dan anak sekolah.
 -KMS ibu hamil, Alat untuk mengetahui dan mencatat perkembangan kesehatan ibu
hamil dan pelayanan kesehatan yang diterima ibu hamil.
 -KMS usia lanjut, Alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi di balik
fisik maupun psikososial dan digunakan untuk memantau kesehatan, deteksi dini
penyakit dan evaluasi kemajuan kesehaan usia lanjut.
 -Register, Merupakan formulir untuk mencatat atau merekap data kegiatan di dalam
dan di luar gedung puskesmas yang telah di catat di kartu dan catatan lainnya. Ada
beberapa jenis register sebagai berikut :
a. Nomor indeks pengunjung Puskesmas
b. Rawat jalan
c. Register kunjungan
d. Register rawat inap
e. Register KIA dan KB
f. Register kohort ibu dan balita
g. Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi
h. Register penimbangan balita
i. Register imunisasi
j. Register gizi
k. Register kapsul beryodium
l. Register anak sekoah
 -Sensus harian : kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi dan penyakit Jenis laporan
SP2TP

E. PELAPORAN

Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan Januari sampai
dengan Desember dalam tahun yang sama. Sesuai dengan keputusan Direktur Jendral
Pembinaan Kesehatan Masyarakat nomor 590/BM/DJ/Info/V/96 diberlakukan formulir
laporan yang baru. Sedangkan untuk kebutuhan Dati II dan Dati I diberikan kesempatan
pengembangan variabel laporan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan
kemampuan/beban kerja petugas di Puskesmas.

Adapun Laporan dari Puskesmas ke Dati II adalah sebagai berikut:

1. Laporan bulanan

• -LB 1 (data kesakitan)


• -LB 2 (data obat-obatan
• -LB 3 (data gizi, KIA, pengamatan penyakit menular)
• -LB 4 (data kegiatan puskesmas)

2. Laporan sentinel

• -Data dasar Puskesmas (LT 1)


• -Data kepegawaian (LT 2)
• -Data peralatan (LT 3)

3. Laporan dari Dati II ke Dati I dan pusat

Laporan ini terdiri dari laporan Triwulan

• -Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 1


• -Hasil entri data/rekapitulasi

laporan LB 2

• -Hasil entri data/rekapitulasi

laporan LB 3

• -Hasil entri data/rekapitulasi


laporan LB 4

4. Laporan tahunan

• -Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 1


• -Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 2
• -Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 3

Laporan dari Dati II ke Dati I dan pusat, laporan

ini terdiri dari :

• Laporan Triwulan
-Hasil entri data/rekapitulasi
• laporan LB 1
-Hasil entri data/rekapitulasi
• laporan LB 2
-Hasil entri data/rekapitulasi
• laporan LB 3
-Hasil entri data/rekapitulasi
• laporan LB 4
• Laporan tahunan
-Hasil entri data/rekapitulasi
• laporan LT 1
-Hasil entri data/rekapitulasi
• laporan LT 2
-Hasil entri data/rekapitulasi
• laporan LT 3

3) Laporan kejadian luar biasa (KLB) dan wabah

Laporan ini mengacu pada petunjuk laporan KLB dan wabah serta keputusan direktur jendral
PPM dan PLP nomor 451-I/PD.03.04.IS/1991 tentang pedoman penanggulangan KLB

F. FREKUENSI PELAPORAN

1. Laporan dari Puskesmas ke Dati II


Laporan ini menggunakan formulir standar yang terdiri dari:

a. Laporan bulanan LB 1, LB 2, LB 3 dan LB 4 dilakukan setiap bulan dan paling


lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II.
b. Khusus laporan LB 2, satu kopi laporan dikirim pula ke Gedung Farmasi Dati
II(GFK). Laporan bulanan sentinel LB1 dan LB2 setiap tanggal 10 bulan berikutnya
di kirimkan ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat.
c. Laporan tahunan (LT-1, LT-2, LT-3) dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 31
Januari tahun berikutnya. Khusus laporan LT-2 (data kepegawaian hanya diisi bagi
pegawai yang baru/belum pernah mengisi fomulir data kepegawaian.

2. Laporan dari Dati II ke Dati I dan Pusat

a. Laporan triwulan dikirimkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari triwulan
yang dimaksud kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II, Kepala kantor wilayah
Depkes Provinsi, Depkes RI c,q Ditjen Binkesmas.
b. Laporan tahunan dikirimkan paling lambat akhir bulan Februari dari tahun berukutnya
kepada: Kepala Dinas Kesehatan Dati I, Kepala Kantor Wilayah Depkes Provinsi,
Depkes RI c.q Ditjen Binkesmas.

G. PENGORGANISASIAN PUSKESMAS

Pengorganisasian tingkat Puskesmas didefinisikan sebagai proses penetapan


pekerjaanpekerjaan pokok untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan, pendistribusian
otoritas/wewenang dan pengintegrasian semua tugastugas dan sumber-sumber daya untuk
mencapai tujuan Puskesmas secara efektif dan efisien. Secara aplikatif pengorganisasian
tingkat Puskesmas menurut penulis adalah pengaturan pegawai Puskesmas dengan mengisi
struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Puskesmas yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota disertai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab serta uraian tugas
pokok dan fungsi (Tupoksi), serta pengaturan dan pengintegrasian tugas dan sumber daya
Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan dan program Puskesmas dalam rangka mencapai
tujuan Puskesmas. Berdasarkan definisi tersebut, fungsi pengorganisasian Puskesmas
merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang
dihubungkan dengan personil/pegawai, finansial, material, dan metode Puskesmas untuk
mencapai tujuan Puskesmas yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan pegawai
Puskesmas. Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal berikut (Sulaeman, 2009):

a. Cara manajemen Puskesmas merancang struktur formal Puskesmas untuk


penggunaan sumber daya Puskesmas secara efisien,
b. Bagaimana Puskesmas mengelompokkan kegiatannya, dimana setiap
pengelompokkan diikuti penugasan seorang penanggung jawab program yang
diberi wewenang mengawasi stafnya.
c. Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan pegawai Puskesmas.
d. Cara pimpinan Puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam unit
kerja dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004, bahwa untuk


dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas, perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua
macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan
para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan
wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan
seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui
pertemuan penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa
penggalangan kerjasama tim secara lintassektoral.

Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan:

a. Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor
terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.
b. Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai
sector terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor
agama, sektor kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan
sekolah.

Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:

a. Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait.


b. Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi
kecamatan (Keputusan Menteri Kesehatan, 2004).
Ada 2 (dua) hal yang perlu pengorganisasian tingkat Puskesmas, yakni:

1. Pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam RO (Rancangan Operasional)


Puskesmas, sehingga membentuk satu kesatuan program yang terpadu dan sinergi
untuk mencapai tujuan Puskesmas, dan
2. Pengorganisasian pegawai Puskesmas, yaitu pengaturan tugas dan tanggung jawab
setiap pegawai Puskesmas, sehingga setiap kegiatan dan program mempunyai
penanggung jawabnya.
Dengan memahami fungsi pengorganisasian Puskesmas akan lebih memudahkan
mempelajari fungsi penggerakan dan pelaksanaan (actuating/aktuasi) dan akan diketahui
gambaran pembimbingan dan pengarahan yang diperlukan oleh pegawai Puskesmas sesuai
dengan pembagian tugas dan tanggung jawab (Sulaeman, 2009).

Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk pengorganisasian yang

terdiri dari: (Ahmad, 2005).

1. Penanggung Jawab (Kepala Puskesmas) Tugas penanggung jawab adalah


memberikan bimbingan kepada koordinator SP2TP dan para pelaksana kegiatan di
Puskesmas.
2. Koordinator (Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas)

Koordinator SP2TP bertugas:

1. Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan.


2. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke DInas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 10
bulan Berikutnya.
3. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Dati II paling lambat 31 Januari tahun
berikutnya.
4. Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan.
5. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala Puskesmas.
6. Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala
Puskesmas dengan pelaksanaan kegiatan untuk menilai pelksanaan kegiatan SP2TP.
7. Anggota (Pelaksana Kegiatan di Puskesmas)
Pelaksana kegiatan SP2TP bertugas:

1. Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.
2. Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
3. Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan Puskesmas Pembantu
serta Bidan di Desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat laporan SP2TP.
4. Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-
masing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada coordinator SP2TP Puskesmas.
Dengan rincian satu rangkap untuk arsip coordinator SP2TP Puskesmas dan satu
rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan Dati
II.
5. Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya.
6. Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.

Program Puskesmas SP3

1. Gizi = jumlah bayi dan batita, jumlah bumil, jumlah balita, jumlah vit.A
2. KIA = Kunjungan Neonatal ke-2 (N2); K-1; K-4; jumlah bumil yang risti; jumlah
persalinan oleh dukun; jumlah bayi BBLR <2500 gram; dll
3. KB = efek samping, komplikasi
4. P2M = Imunisasi (bayi, bumil); DBD (abatisasi selektif, ABJ); Kusta (jumlah
penderita); ISPA (Penumonia)
5. Perawatan Kesehatan Masyarakat
6. Penyakit Gigi dan Mulut
7. Usaha Kesehatan Sekolah
8. Kesehatan Lingkungan
9. PSM (Peran serta masyarakat)
10. PKM (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat)

Kunjungan Pasien

Kunjungan seseorang ke Puskesmas, Pustu, baik untuk mendapatkan yankes atau sekedar
cari surat keterangan sehat/ sakit 2 kategori :

a. Kunjungan Baru = seorang pertama kali datang ke Puskesmas/ Pustu dapatkan


yankes, dicatat hanya 1 kali seumur hidup
b. Kunjungan Lama = seorang yang datang ke puskesmas/ pustu dan seterusnya untuk
dapatkan yankes

Kategori lain :

• Kunjungan Ibu Hamil : setiap kehamilan dianggap kunjungan baru, pada kunjungan
kedua dst untuk pemeriksaan = kunjungan lama  tidak ditentukan oleh periode,
diberlakukan Episode of Illness’
• Kunjungan ibu menyusui, termasuk ibu yang abortus, selama periode 2 tahun dihitung
kunjungan baru
• Kunjungan balita setiap tahun (setelah ulang tahun) sebagai kunjungan baru. Untuk
kunjungan kedua dst dari tahun yang bersangkutan = kunjungan lama

Kasus di Puskesmas

1. Kasus Baru : NEW EPISODE OF ILLNESS = pernyataan pertama kali seseorang


menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnosis dokter/ tenaga para medis

2. Kasus Lama = kunjungan ke-2 dari kasus baru yang dinyatakan belum sembuh, untuk
kunjungan selanjutnya dari kasus lama (periode/ tahun sama) selama belum sembuh

• kunjungan kasus lama


• Khusus penderita kusta hanya dikenal kasus baru = saat pertama kali penemuannya,
kunjungan ke-2 dst dihitung sebagai kasus lama dan kunjungan kasus lama
• Jumlah kasus lama = kunjungan kasus lama + kasus lama
• Jumlah kunjungan kasus = kasus baru dan kasus lama

H. MANFAAT SP2TP

Manfaat pencatatan dan pelaporan antara lain:

1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat Pusat, Provinsi dan


Kabupaten/Kota.
2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka
pengembangan tenaga kesehatan.
3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan.
4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.

I. MEKANISME SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS

1. Jenis register yang dipakai oleh pelaksana program untuk pencatatan hasil kegiatan
registrasi yang berlaku sesuai ketentuan dan kebutuhan program dalam pemantauan dan
evaluasi
2. Data yang diterima masing-masing pelaksana kegiatan :
a. Puskesmas (dalam maupun luar gedung);
b. BP, BKIA swasta
c. petugas
d. W1 dan W2 (KLB)
e. dicatat dalam buku register masing-masing program
3. Masing-masing pelaksana program merekapitulasi data ke lembar transformasi dan
dipindahkan ke format laporan SP3 standard
4. Rekapitulasi bentuk laporan dikirim :
a. koordinator SP3  2 lembar dan rangkap 2: arsip dan dikirim ke koordinator SP3
Dati II
b. masing-masing pengelola program terkait di Dati II
5. Pengolahan di Pemerintah Daerah (Dati II dan Dati I) :
c. pengolahan data dari hasil laporan tingkat Puskesmas dilakukan Dati II dan hasil
entry data dikirimkan ke Koordinator SP3 Dati I
d. pengolahan data dari hasil laporan tingkat Dati II dan untuk pengelola program
mengolah data sesuai kebutuhan masing-masing program

Frekuensi dan Alur Pelaporan

1. Laporan dari tingkat Puskesmas ke Dinkes Dati II dengan format standard :

a. Laporan bulanan : LB1 (laporan bulanan data kesakitan); LB3 (Laporan bulanan Gizi,
KIA, KB, Imunisasi, P2M); LB2/LPLPO (laporan bulanan data obatobatan); LB4
(laporan kegiatan Puskesmas). laporan tersebut dikirim setiap bulan ke Dinkes Dati II
paling lambat tgl 5 bulan berikutnya, untuk laporan dari masing-masing Pustu, BP,
KIA swasta paling lambat tgl 2 bulan berikutnya ke pelaksana program di Puskesmas
b. Laporan Triwulan : laporan kegiatan Puskesmas yang dilaporkan setiap tanggal 5
bulan berikutnya dari bulan terakhir pada triwulan tsb ke Dinkes Dati II
c. Laporan tahunan : dilaporkan paling lambat tgl 5 bulan Januari tahun berikutnya,
laporan hanya dibuat satu kali dalam satu tahun.

J. HAMBATAN SP2TP

Hambatan yang dirasakan dalam melaksanakan kegiatan PP untuk masing-masing pemegang


program disampaikan kepada peneliti dilengkapi dengan hasil wawancara dengan dokter
kepala puskesmas menghasilkan informasi sebagai berikut:

a. Rata-rata petugas di puskesmas terlibat di beberapa program pokok puskesmas. Pada


petugas yang dianggap mampu maka semakin tinggi beban kerja yang ditangani
terrnasuk untuk kegiatan PP.
b. Berdasar perkiraan dokter puskesmas, kegiatan PP menyita hampir 50 persen dari jam
kerja efektif khususnya yang rnempunyai beban kerja tinggi seperti bidan desa karena
sumber data berasal dari masing-masing wilayah desa.
c. Keterlambatan masuknya laporan dari wilayah (desa) akan mengganggu ketepatan
waktu penyelesaian laporan puskesmas. Beberapa jenis laporan tumpang tindih satu
dengan lainnya (Laporan SIMPUS dan SP2TP), karena ada beberapa item yang sama
misalkan pada LB3 KIA (SP2TP) dan SIMPUS.
d. Pengelompokan umur tidak sama antara formulir satu dengan yang lain sehingga
menyulitkan dan menambah pekerjaan.
e. Laporan dan administrasi JPS-BK terialu rumit, laporan harus dipilahpilah untuk
setiap program, ditambah lagi jumlah kunjungan pasien yang memanfaatklan program
JPS-BK yang meningkat.
f. Kegiatan pelaporan pada akhir bulan sering mengganggu tugas pokok puskesmas.
g. Keterbatasan sarana berupa formulir, komputerl mesin ketik, serta sarana transportasi
berupa kendaraan ataupun biaya bensin untuk melaksanakan kegiatan ke masyarakat.
h. Format laporan bergantiganti sehingga membingungkan sedangkan yang lama tidak
dicabut.
i. Pengisian ICD untuk diagnosa penyakit seringkali tidak tepat oleh karena dalam
pencatatan pada kartu status pasien pada umumnya petugas hanya mengisikan gejala
atau keluhan.
j. Pengelompokan penyakit ada yang tidak masuk dalam standar.
k. Terlalu banyak formulir/kartu/ register yang harus diisi di BP.
l. Kurang umpan balik dari tingkat atas (Dinas Kesehatan tingkat 11).
m. SDM untuk analisis data kurang sehingga pemanfaatan data di tingkat puskesmas
kurang.
n. Adanya pasien dari luar wilayah puskesmas.
o. Laporan bulanan PKL tidak sama dengan LB4 kesing (SP2TP) sehingga pencatatan
yang dibuat juga harus berbeda.
p. Untuk membuat laporan tahunan tidak cukup dengan melihat data kegiatan yang telah
dicatat tapi hams melihat dari instansi lain.
q. Beberapa target kegiatan tidak mungkin dicapai dengan mengikuti petunjuk
pelaksanaan kegiatan misal pada program UKS.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan


pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah
kerja puskesmas, dengan tujuan agar semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta
dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna
menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. Pencatatan kegiatan harianprogam
puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung dan pelaporannya dapat berupa,
Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu, Laporan mingguan
untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi dan Laporan bulanan untuk
melaporkan kegiatan rutin progam.

B. SARAN

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,untuk itu penulis

mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca. Demi kesempurnaan makalah ini

selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

https://fadlianeukatjeh.wordpress.com. Diakses tanggal 10 April 2019

dinus.ac.id. Diakses tanggal 10 April 2019

https://media.neliti.com. Diakses tanggal 10 April 2019

Anda mungkin juga menyukai