Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA IBU DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen pembimbing: anita bustami

Disusun oleh: kelompok 2

Dhea Februliza Mylanda (2014401051)

Wayan intan kartini (2014401051)

P fadhila azzahra (2014401051)

Tingkat 2 Reguler 2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI D-III KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah ta'la yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
makalah KEPERAWATAN MATERNITAS yang berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN
MATERNITAS PADA IBU DENGAN KPD" ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anita Bustami
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan bimbingan kepada
penulis dan Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa pada khusunya dan
pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 3 Agustus


2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Motaritas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara yang
berkembang. Di Negara miskin sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur disebabkan hal
berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan, biasanya menjadi faktor utama
mortalitas wanita muda pada puncak produktifitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan
lebih dari 585.000 ibu pertahun meninggal saat hamil bersalin. Dari data di atas di perlukan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat perubahan prilaku dan pradigma sakit menuju
pradigma sehat dan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan merata serta kesehatan
lingkungan dan peningkatan umur harapan hidup. Untuk mencapai tingkat kesehatan yang
baik mungkin bagi ibu-ibu yang baru melahirkan(post partum), bayi dan keluarga khususnya,
serta masyarakat umumnya, asuhan masa nifas merupakan salah satu bidang pelayanan
kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat atau ibu itu sendiri. Asuhan masa nifas
diperlukan dalam perioda ini karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (buku acuan nasional, pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal 2006).

Asuhan nifas sejak dulu kala telah dilakukan dengan cara yang sederhana dan.
tradisional. Namun, dengan bertmbah majunya ilmu kedokteran dan kebidanan, sudah
seharusnya asuhan ibu nifas dilakukan dengan cara-cara yang lebih maju. Hal ini menuntut
bidan dan pera bagai tenaga profesional mau memberikan pelayanan perat kebidanan kepada
setiap ibu yang menghadapi masa nifas secara prfesional. Pada masa ini terjadi perubahan-
perubahan fisiologi maupun pisikologis, yaitu: perubahan fisik, ivolusi uterus dan
pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan system tubuh lainnya dan
perubahan psikis, karena pada masa ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai
kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis, maka bidan dan perawat
berperan penting dalam membantu ibu sebagai orang tua baru dan memberikan support
kepada ibu serta keluarga untuk menghadapi kehadiran buah hatiyang sangat membutuhkan
perhatian dan kasih sayang sehingga dapat memulai menjalani kehidupan sebagai keluarga
baru. Meskipun persalinan dengan riwayat ketuban pecah dini ditunjang dengan kemajuan
yang pesat dalam bidang kesehatan, adanya antibiotika berspektrum luas, teknik pertolongan
persalinan yang lebih sempurna serta tenaga kesehatan yang terampil dan terlatih, namun
tidak menutup kemungkinan timbulnya komplikasi pada ibu seperti infeksi pada masa nifas,
partus lama, atonia uteri, pendarahan post partum, serta terhadap bayi yaitu IVFD, asfiksia,
prematuritas. Bila komplikasi yang terjadi pada bayi tidak ditanggulangi secara dini dapat
meningkatkan angka morbilitas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
Bedasarkan hal tersebut diatas, untuk menekan angka kematian pada ibu akibat
komplikasi dari persalian dengan riwayat ketuban pecah dini diperlukan adanya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kususnya bagi tenaga keperawatan untuk membeikan asuhan
pada ibu post partum dengan riwayat ketuban pecah dini yang komprehensif, sehingga ibu
dapat kembali pada keadaan semuala sesuai waktunya tanpa komplikasi. Bertitik tolak dari
hal tersebut di atas penulisan tertarik mengatakan kasus dengan judul Ketuban Pecah Dini
(KPD), dengan harapan dapat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
kasus. Kasus yang terjadi khususnya pada pasien ketuban pecah dini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai
berikut:

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada ketuban?

2. Apa pengertian dari Ketuban pecah dini?

3. Apa sajakah klasifikasi dari ketuban pecah dini ?

4. Bagaimanakah etiologi dari Ketuban pecah dini?

5. Bagaimana manifestasi klinis dari ketuban pecah dini?

6. Apa sajakah patofisiologi dari ketuban pecah dini ?

7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada ketuban pecah dini ?

8. Bagaimana penatalaksanaan dari ketuban pecah dini ?

9. Apa sajakah komplikasi dari ketuban pecah dini?

10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada ketuban pecah dini?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas maka penulis dapat membuat tujuan penulisan
yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pada ketuban

2. Untuk mengetahui pengertian dari Ketuban pecah dini

3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ketuban pecah dini

4. Untuk mengetahui etiologi dari Ketuban pecah dini

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ketuban pecah dini

6. Untuk mengetahui patofisiologi ketuban pecah dini


7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada ketuban pecah dini 1.3.8 Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari ketuban pecah dini

8. Untuk mengetahui komplikasi dari ketuban pecah dini

9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada ketuban pecah dini

1.4 Manfaat Penulisan

Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan pada pasien dengan
ketuban pecah dini agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik dan mengurangi
AKI.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi

Lapisan-lapisan selaput ketuban :

1. AMNION

Membran transparant berwarna abu-abu yang melapisi korion. Selaput ini menutup
pars fetal plasenta dan talipusat. Kantung amnion berisi cairan amnion dan janin berada
dalam cairan tersebut. Histologi: Selaput amnion terdiri dari 5 lapisan (Lapisan seluler,
Membrana basalis, Stratum kompaktum, Stratum fibroblas, Stratum spongiosum di bagian
paling luar dan melekat dengan lapisan seluler korion).

2. KORION

Membran bagian paling luar dan menempel pada dinding uterus serta menempel pada
tepi plasenta Histologi Korion terdiri dari 4 lapisan (Lapisan seluler, Lapisan retikuler padat,
Pseudo-basement membrane, Trofoblas)

3. CAIRAN AMNION

1. Cairan jernih agak pucat dan sedikit basa (pH 7.2))

2. Pada pertengahan kehamilan jumlahnya sekitar 400 ml dan pada kehamilan 36-38
minggu mencapai 1000 ml setelah itu volume terus menurun dan penurunan berlanjut
terus sampai kehamilan postmatur.
Komposisi :

1. Air (98-99%)

2. Karbohidrat (glukosa dan fruktora ). protein (albumin dan globulin), lemak, hormon
(sterogen dan progesteron). enzym (alkali fosfatase)

3. Mineral (natrium, kalium dan klorida)

4. Material lain (vernix cascosa. rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas dan
mekonium) Sirkulasi: Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber sirkulasi
dengan kecepatan 500 ml setiap jamnya.

Asal : Janin (produksi utama)

1. Sekresi aktif dari epiteo amnion

2. Transudasi sirkulasi janin

3. Air seni janin

Maternal

1. Transudasi dari sirkulasi maternal

Cairan amnion diabsorbsi melalui amnion kedalam sirkulasi maternal dan melalui
gastrointestinal janin (proses menelan pada janin.

Fungsi:

1. Selama kehamilan.

a. Melindungi janin terhadap trauma

b. Medium bagi gerakan janin

c. Mempertahankan suhu tubuh janin

d. Sumber nutrisi janin

e. Medium eksresi janin

2. Selama persalinan

a."Fore water" (cairan ketuban yang berada di depan bagian terendah janin)
membantu proses dilatasi servik.

b. Antiseptik jalan lahir setelah ketuban pecah.


2.2 Pengertian

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum


dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia
kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.(mitayani 2011.buku
keperawatan maternitas,hal:74)

Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya


melahirkan,hal ini dapat terjadi pada akhirnya kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan.(sujiyati.2009.asuhan patologi kebidanan.hal:13)

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses
persalinan dimulai pada usia kurang dari 37 minggu (errol norwiz,dan john,obstetric dan
ginekologi,2007,hal:56)

Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas adalah Ketuban pecah dini adalah pecah
rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan.dan sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu,dengan kontraksi atau tanpa kontraksi.

2.3 Klasifikasi

KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. Ketuban
merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki fungsi seperti:

a. Untuk proteksi janin

b. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion

c. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.

d. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu

2.4 Etiologi

Factor predisposisi ketuban pecah dini ialah infeksi genitali, serviks inkompeten,
gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik (Mansjoer. Arif, dkk.2002)
Beberapa kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini, tetapi penyebab pasti masih
belum jelas. kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:

1. Infeksi pada vagina atau leher rahim, seperti streptokokus grup B dan bakteri
vaginosis

2. Korioamnionitis, terutama masalah dengan PPROM

3. Kelainan janin atau malpresentation

4. Hydraminos

5. Kantung ketuban dengan struktur yang lemah


6. Prosedur terakhir seperti amniocentesis atau cerclage

7. Antercourse sexsual

8. Kekurangan gizi

9. Kelahiran prematur sebelumnya terkait dengan PPROM 10. Positif hasil fibronektin
janin (Murray, Sharon Smith, dkk. 2002)

Beberapa factor resiko dari KPD:

a. Inkompetensi serviks (leher rahimm)

b. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih).

c. Riwayat KPD sebelumnya

d. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

e. Kehamilan kembar

f. Trauma

g. Serviks (leher rahim) yang pendek 25mm pada usia kehamilan 23 minggu.

h. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vagosis (Nugroho, Dr. Taufan. 2010).

2.5 Manifestasi Klinis.

1. Keluar cairan ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan


sedikit/banyak

2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

3. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering

4. Inspeksikulo, tampak air ketuban mengalir selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering (Arief Mnsjoer, dkk, 2001:310)

2.6 Patofisiologi

Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local
asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan
selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi
akibat aktivitas monosit/makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1, factor nekrosis tumor dan
interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal
janinyang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan
sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua
untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.

Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atau produk
host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan
rupture kulit ketuban. Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai
kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit
ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III
papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini.

Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N. kolagenase yang dihasilkan


netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi manusia juga
menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin, potensial,
potensial menjasi penyebab ketuban pecah dini.
2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang bkeluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,baud an PH nya.
Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret
vagina,Sekret vagina ibu hamil pH 4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap
kuning La tes lakmus (tes nitrazin) jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positif palsu Ib. mikroskop (tes pakis ),dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun psikis

2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidroamion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup
banyak macam dan caranya namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan patologi
kebidanan,sujiyatini,2009,hal:16-17)

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi pada


komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tandapersalinan. Penanganan ketuban pecah dini
menurut Sarwono (2010),meliputi :

1. Konserpatif

a. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baikpada ibu maupun pada
janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
b. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak adainfeksi, tes buss negativ
beri deksametason, observasi tanda-tandainfeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi
pada kehamilan 37minggu.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah24 jam.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicukematangan paru
janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mgsehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif

a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksiosesarea. Dapat
pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi Dan persalinan diakhiri.
c. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudianinduksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
d. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervagina

Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009)adalah:

a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitasparu sehingga


mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paruyang sehat.

b. Jika terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadipemicu sepsis,
maningitis janin, dan persalinan. prematuritas Dengan perkiraan janin sudah cukup
besar dan persalinan diharapkanberlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan
kortikosteroid,sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

c. Pada umur kehamilan 24-32 minggu saat berat janin cukup, perlu dipertimbangkan
untuk melakukan induksipersalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan.

d. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga (KIE)sehingga


terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkindilakukan dengan
pertimbangan untuk menyelamatkan ibu danmungkin harus mengorbankan janinnya.

e. Pemeriksaan yang penting mengukurdistansia biparietal dilakukan adalah USG untuk


melakukan aspirasi air ketuban untukmelakukan pemeriksaan kematangan paru.

f. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 24 jam
bila tidak terjadi his spontan
2.9 Komplikasi
1. Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan ( RDS- Respiratory Distress
Syndrome), yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir.

2. Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.

3. Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk


kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korio dan amnion).

4. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.

5. Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.

6. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm
kejadianya mencapai hampir 10 % apabila KPD preterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu. (Nugroho, Dr. Taufan. 2010)
CONTOH KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.  I


DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG KENARI RSUD Dr. ACHMAD MUCHTAR BUKIT TINGGI

1. PENGKAJIAN
I.  BIODATA
Identitas klien
Nama : Ny.I
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin                           : Perempuan
Agama                                     : Islam
Suku / Bangsa                         : Manado / Indonesia
Pendidikan                              : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Ruang Rawat                          : Ruang Kenari/III
No.MR                                    : 249226
Status  Perkawinan                 : Sudah menikah
Tanggal masuk RS                  : 23 maret 2014
Tanggal Pengkajian                 : 24 maret 2014
Diagnosa Keperawatan           : Ketuban Pecah Dini (KTB)
Alamat                           : Situmbuak / Tilatang kamang RT. 6 NO. 111 Bukit Tinggi.
         
Penanggung jawab
Nama : Tn.H
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Pendidikan : S1 Pendidikan Biologi
Pekerjaan : PNS
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Situmbuak / Tilatang kamang RT. 6 NO. 111 Bukit Tinggi.
Hub. Dg keluarga : suami

II.                RIWAYAT PENYAKIT


A. Keluhan Utama
 Keluaran cairan dari vagina berwarna jernih dan tidak berbau
 Klien masuk dengan keluhan lemah, perut terasa sakit, keluar cairan dari vagina
berwarna jernih dan tidak berbaui. klien mengatakan usia kehamilan8 bulan (± 32
minggu)
B.     Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam pada pukul 05.30
WIB tanggal 21 April 2020, klien mengatakan cairan ketuban yang keluar pervaginaan
berwarna jernih dan tidak berbau serta merasakan nyeri pada bagian abdomen bawah dengan
skala nyeri 6 (dari skala nyeri 1 – 10), nyeri muncul tiba-tiba saat duduk/bergerak dengan
durasi 3 - 7 detik, nyeri terasa seperti diremas dan menyebar ke daerah belakang, saat terasa
nyeri Ny. I terlihat mengusap - usap perut. Kemudian, oleh keluarga Ny. I dibawa ke bidan
tempat biasa periksa, oleh bidan Ny. I dirujuk ke RS AKA MEDICA.
C.     Riwayat Kesehatan dahulu
Klien mengatakan sebelumnya saat melahirkan anak pertama tidak pernah mengalami hal
seperti ini. Klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, DM, atau asma. Klien juga mengatakan tidak memiliki penyakit menular seperti
TBC.
D.    Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarga klien tidak ada memiliki penyakit keturunan, menular dan
kejiwaan.
E.     Riwayat Keperawatan Prenatal
1.      GPA : G2P1A0
2.      Riwayat penggunaan kontrasepsi      
Jenis : Pil KB
Mulai menggunakan : Klien mengatakan mulai menggunakan pil KB ± 3tahun.
Terakhir menggunakan : ± 3 tahun yang lalu.
Keluhan : Tidak ada
3.      Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Keluhan : Desminhorea
Banyak darah : Normal
HPHT : 21  Agustus 2013
TP : 28 Mei 2014 
4.      Riwayat perkawinan  
Status perkkawinn : Kawin
Berapa kali menikah :1x
Usia pernikahan : 8 tahun
Lama pernikahan : 9 tahun

5.      Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang dulu


Umur kehamilan :Aterm
Persalinan :Spontan
Tempat bersalin : Bidan
Komplikasi persalinan :Tidak ada
Penolong persalinan :Bidan
Jenis kelamin :Perempuan
Berat badan : 3500 gram
Panjang badan :47 cm
Keadaan bayi :Sehat, tidak cacat, hidup
Komplikasi nifas : Tidak ada
Perdarahan :  Tidak ada
Menyusui :Hingga usia anak 2 tahun

6.      Riwayat kehamilan sekarang


a.       Trimester I :
1)       Ibu ANC 1 kali di RS
2)      Ibu mengeluh mual mual dan sudah terlambat haid selama 2 bulan.
3)      Ibu sudah mendapat terapi berupa :
Vitamin B complexs         1 x 1 tablet / hari
Vitamin C                         1 x 1 tablet/  hari
4)      Ibu sudah mendapat penyuluhan tentang mual-mual dan terlambat haid. Untuk masalah
mual ibu dianjurkan untuk makan makanan yang kering seperti biscuit serta makan dalam
porsi kecil tapi sering, Menghindari makan-makanan yang berbumbu tajam dan bau-bauan
yang menyengat.
Untuk masalah terlambat haid ibu dinyatakan positif hamil setelah dilakukan pemerikasaan.
a.         Trimester II :
1)        Ibu ANC 2x di RS
2)        Ibu mengeluh pusing dan mual
3)        Ibu sudah mendapat terapi berupa :
       Kalk                      1 x 1 tablet / hari
       Vitamin B6            1 x 1 tablet / hari
       Asam Folat           1 x 1 tablet / hari
4)        Ibu sudah mendapat penyuluhan tentang pusing dan mual
5)        Untuk pusing ibu di anjurkan untuk bangun secara perlahan saat bangun tidur. Untuk
mual ibu dianjurkan untuk makan sedikit tapi sering, hindari makan-makanan yang
berminyak
b.        Trimester III :
1)       Ibu ANC 2 x di RS
2)       Ibu mengeluh susah tidur, sering kencing, pegal pada bagian punggung dan pinggang,
kram/kesemutan pada bagian kaki.
3)       Ibu sudah mendapat terapi berupa
 Kalk                      1 x 1 tablet / hari
 Vitamin B6                1 x 1 tablet / hari
 Asam folat           1 x 1 tablet / hari
4)      Usia kehamilan ibu sudah 32 minggu

III.             ASPEK BIOLOGIS


Pemeriksaan Fisik
1.   Keadaan Umum
2.   Penampilan             : Klien tampak lesu
3.   Kesadaran              
 Kualitas                     : komposmentis
 Kuantitas                   : E = 4, V = 5, M = 6              GCS = 15
 Fungsi kortikal          : klien dapat mengenal ruangan, tempat, waktu dan  orang.
Tanda-tanda vital
                              - TD = 120/90 mmHg
                              - N = 84 x / m  
                              - R = 20 x / m
                              - S = 36˚C
BB sebelum hamil                   : 68 kg
BB sekarang                            : 65 kg
TB                                           : 159 cm
1.         Rambut dan kulit kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala klien bersih, tidak ada benjolan, tidak ada keluhan.
2.         Muka                                      
 Bentuk simetris, tidak ada edema, tidak sembab, tidak ada cloasma gravidarum.
3.         Mata
Konjungtiva anemis, sclera an-ikterik, fungsi penglihatan klien baik terbukti klien dapat
membaca papan nama yang mengkaji dalam jarak ± 30 cm.
4.      Hidung
       Bentuk simetris, keadaan bersih, pernafasan cuping hidung (-), fungsi penciuman baik
terbukti klien dapat mencium aroma kayu putih.
5.      Telinga
Simetristidak terdapatserumen, tidak ada peradangan dan nyeri,tidak menggunakanalat bantu
pendengaran,fungsi pendengaran baik.
6.      Leher                                       
       Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran KGB  dan tidak ada peningkatan tyroid.
7.      Dada
       Bentuk simetris, bunyi jantung reguler, tidak terdapat bunyi ronchi maupun wheezing,
mamae simetris  tidak ada benjolan, puting susu menonjol, sudah ada pengeluaran colostrum.
8.      Abdomen
a.       Inspeksi
Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan, lingkar perut  cm, tidak ada bekas luka SC.
b.      Palpasi
Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan:
Leopold I        : Tinggi fundus Uteri ¾ antara pusat dengan procesus xypodseus atau 32 cm
dari simpisis pubis sampai procesus xypoideus.
Leopold II      : Pada bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-tojolan kecil (bagian terkecil janin)
dan pada bagian kanan perut ibu teraba bagaian datar dan keras seperti papan. (punggung
janin).
Leopold III     :   Bagian terbawah janin adalah letak kepala
Leopold IV     : Janin belum masuk pintu atas panggul (konvergen) atau hanya sebagian kecil
dari kepala turun kedalam rongga panggul.
9.   Genetalia                           
         Flour albus       : Keputihan ada, tidak berwarna dan berbau
         Perdarahan      : Tidak ada
         Kebersihan      : Terawat
         Keluhan           : Tidak ada

10.  Ekstremitas atas bawah


Ekstremitas  atas pada tangan kiri terpasang infus Dextrose + ½ amp piton gtt: 8 tetes/menit
sedangkan ekstremitas bawah varises oedema tidak ada

IV.             AKTIVITAS SEHARI-HARI


1.      Nutrisi
Saat di Rumah:
Klien mengatakan  makan dengan jenis nasi, sayuran juga lauk pauk dengan frekuensi tiga 
kali sehari dan minum frekuensi ± 8 gelas = 8000 ml/ hari dengan jenis air putih, air teh, dan
jenis minuman lainnya.
Saat di RS:
Klien mengatakan kurang nafsu makan daripada di rumah, frekuensi makan tiga kali sehari
dengan porsi sedikit (± 3 sendok makan) dengan jenis makanan nasi lembek, sayuran juga
lauk pauk dan frekuensi minum ± 3 gelas = 750 ml/ hari dengan jenis minuman air putih dan
susu, tetapi klien kurang suka minum susu.
2.      Istirahat/tidur
Saat di rumah:
Klien mengatakan tidur siang ±1 – 2 jam dan tidur malam ± 5 – 6 jam dengan tidur baik.
Saat di RS:
Klien mengatakan tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 4 – 5 jam dengan kualitas tidur
kurang efektif, klien mengatakan sulit tidur karena merasa nyeri pada bagian perut.
3.      Personal Hygiene
Saat di rumah:
Klien mengatakan mandi dua kali sehari, cuci rambut tiga kali seminggu, gosok gigi dua kali
sehari, dan ganti pakaian 2× sehari. Klien mengatakan saat haid klien selalu mengganti
pembalut 2 × sehari.
Saat di RS:
Klien mengatakan  belum ada mandi selam di rawat, tetapi klien hanya diseka, gosok gigi ada
dengan bantuan keluarga, ganti pakaiaan sekali sehari dengan bantuan keluarga.
4.      Eliminasi
Saat di rumah:
Klien mengatakan BAB sehari satu kali dengan konsentrasi padat, warna kuning khas feces.
BAK sehari ± 3 kali sehari dengan warna kuning jernih. Sering BAK pada malam hari ± 1
kali pada saat sebelum tidur.
Saat di RS:
Klien mengatakan BAB sehari satu kali dengan konsentrasi padat, warna kuning khas feces.
BAK sehari ± 3 kali sehari dengan warna kuning jernih. Sering BAK pada malam hari ± 1
kali pada saat sebelum tidur
5.      Pola aktivitas
Saat di rumah:
Kegiatan dalam pekerjaan selama hamil memasuki trimester ke-III klien istirahat bekerja
hanya tinggal di rumah, membantu memasak dan bersih-bersih rumah, olahraga jalan-jalan
pagi dan ikut senam hamil 0,5 jam – 1 jam keluhan dalam aktivitas hanya mengeluh lebih
cepat lelah daripada saat sebelum hamil.
Saat di RS:
Kegiatan klien saat di RS hanya menghabiskan waktu berbaring di tempat tidur, semua
aktivitas dibantu oleh keluarga.

V. ASPEK PSIKOLOGIS
1.      Persepsi klien terhadap kehamilan
Klien merasa takut dan khawatir akan kelahirannya tidak  lancar dan takut janinnya terjadi
apa-apa.
2.      Persepsi keluarga terhadap kehamilan.
Keluarga klien merasa takut dan khawatir akan kelahiran klien terhadap prosedur persalinan
yang akan dilakukan tidak lancar dan takut anaknya klien terjadi apa-apa.
3.      Konsep diri
Klien berharap persalinannya lancar dan keadaan bayinya baik-baik saja.
                                        
VI.             ASPEK SOSIAL
Hubungan klien dengan lingkungan rumahnya dan rumah sakit baik. Klien kooperatif dengan
petugas kesehatan rumah sakit.

VII.          ASPEK SPIRITUAL


Klien beragama islam. Klien menjalankan ibadah selama berada di rumah sakit, klien juga
selalu berdoa agar proses operasi sesarnya berjalan dengan baik.

VIII.       PENGETAHUAN KLIEN DAN KELUARGA TENTANG:


1.      Perawatan payudara
Klien dan keluarga klien mengatakan telah mendapatkan pengetahuan tentang perawatan
payudara di rumah praktek bidan (BPS) maupun posyandu.
2.      Perawatan kehamilan
Klien dan keluarga klien mengatakan telah mendapatkan pengetahuan tentang perawatan
kehamilan di rumah praktek bidan (BPS) maupun posyandu.
3.      KB
Klien dan keluarga klien mengatakan telah mengetahui macam-macam alat kontrasepsi (KB)
4.      Persiapan persalinan
Klien dan kelurga klien telah memahami tanda-tanda persalinan. Klien dan keluarga klien
juga mengatakan siap secara mental untuk melahirkan melalui persalinan.

IX.             PEMERIKSAAN LAB DAN DIAGNOSTIK


     
Tgl Pemeriksaan Hasil Normal Kesan

Hemoglobin 10,4 gr % 13 – 16 gr % Rendah


24
Maret 5000 – 10000 /
Leukosit 9100 / ul Normal
2014 ul
Trombosit 204.000 15000 – 40000 Normal
X.                TERAPI
Inf. Dextrose
            Ceftriaxon               2 x 1 gr ( jam 09.00 – 21.00 )
            Dexametason          2 x 1 amp ( jam 09.00 – 21.00 )
            Amoxilin                3 x 1 (500 gr)
            Vit C                      3 x 1 (100 gr)

XI.             ANALISA DATA


Nama : Ny. I
No.MR : 249226
Diagnosa : Ketuban Pecah Dini

No Data Penyebab Masalah


1. DS:
 Klien mengatakan keluar
cairan ketuban dari
pervaginaan sejak malam
(05.30 WIB)
 Klien mengatakan cairan
ketuban yang keluar
Ketuban
pervaginaan berwarna Resiko Infeksi
Pecah Dini
jernih dan tidak berbau
DO:
 Cairan yang ketuban dari
vagina berwarna jernih
dan tidak berbau
   Terapi yang diberika
cefri dan dexa
2. DS: Ketegangan Gangguan rasa
 Klien mengatakan perut otot rahim nyaman (Nyeri)
terasa sakit dari pinggang
sampai ke ari – ari
 Klien mengatakan susah
tidur karena nyeri yang
dirasakan\
DO:
 Klien tampak meringis
dan memegangi perutnya
 Nyeri yang dirasakan
pada skala nyeri 6 (1 –
10)
   Klien melakukan bedrest
total.
           
3. DS:
 Klien mengatakan nafsu
makan berkurang sejak
beberapa hari yang lalu
 Klien mengatakan hanya
makan beberapa sendok
(± 3 sendok) dan minum
hanya ± 3 gelas = 750 ml/
Intake Gangguan pemenuhan
hari
inadekuat nutrisi
DO:
 Adanya penuruan berat
badan 3 kg dari bedan
awal 65 kg.
 Klien tampak lemah
dengan konjungtiva
anemis (Hemoglobin 10,4
gr %  N: 13 – 16 gr %)
4. DS: Peningkatan Gangguan Pola
 Klien mengatakan sulit atau istirahat (Tidur)
tidur karena nyeri yang kontraksi
dirasakan
 Klien mengatakan hanya
dapat tidur pada siang
haari ± 1 jam dan pada
siang hari 4 – 5 jam

DO:
 Klien tampak lemah
dengan tampak adanya
kantung mata. 
5. DS:
 Klien mengatakan cemas
terhadap penyakitnya
 Klien mengatakan tidak
mengetahui tentang
penyakit yang di
Defisit
deritanya dan merupakan
pengetahuan
hal yang pertama kali Ansietas
tentang
terjadi.
penyakit
DO :
   Klien tampak cemas dan
gelisah
   Klien sering bertanya tentang
penyakit nya kepada perawat

XII.          DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.      Resiko Infeksi berhubungan dengan Ketuban Pecah Dini
2.      Gangguan Rasa Nyaman:Nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim
3.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak ade
kuat
4.      Gangguan Pola istirahat Tidur berhubungan dengan Peningkatan HIS

XIII.       INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama : Ny. I
No.MR : 249226
Diagnosa : Ketuban Pecah Dini
No. Tangga Diagnosis Tujuan Rencana Tindakan
l Keperawatan (SMART
dan Data
Penunjang
1. Rabu, Resiko Setelah melakukan Intervensi pemantauan resiko
25 Infeksi Tindakan selama 24 infeksi
Maret jam maka resiko Tindakan
2014 infeksi membaik 1. Observasi
dengan hasil kriteria : -monitor tanda dan gejala infeksi
 Nyeri membaik lokal dan sistemik
 Cairan ketuban
berwarna jenih 2. Teraputik
dan tidak -batasi jumlah pengunjung
berbau -berikan perawatan kulit pada
membaik area edema
-cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
-pertahankan teknik aseptik pada
pasien beresiko tinggi

3. Edukasi
-jelaskan tanda dan gejala infeksi
-ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
-ajarkan etika batuk
-ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
-anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
-anjurkan meningkatkan asupan
cairan
4. Kolaborasi
-kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
2. Kamis, Gangguan Setelah melakukan Intervensi pemantauan gangguan
26 Rasa Nyaman Tindakan selama 3 hari rasa nyaman
maret maka gangguan rasa Tindakan
2014 nyaman membaik
1. Observasi
dengan hasil kriteria :
 Klien
-lokasi, karakteristik, durasi,
mengatakan
frekuensi, kualitas, intensitas
perut terasa
nyeri
sakit dari
pinggang -Identifikasi skala nyeri
membaik.
-Identifikasi respon nyeri non
 Klien susah
verbal
tidur karena
nyeri membaik
-Identifikasi faktor yang
 Keluhan memperberat dan memperingan
meringis nyeri
membaik
-Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri

-Identifikasi pengaruh budaya


terhadap respon nyeri

-Identifikasi pengaruh nyeri pada


kualitas hidup

-Monitor keberhasilan terapi


komplementer yang sudah
diberikan

-Monitor efek samping


penggunaan analgetik

2. Terapeutik

-Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)

-Control lingkungan yang


memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

-Fasilitasi istirahat dan tidur

-Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

3. Edukasi

-Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri

-Jelaskan strategi meredakan


nyeri
-Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri

-Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

-Ajarkan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri

3. Senin, Gangguan Setelah melakukan Intervensi pemantauan gangguan


30 Pemenuhan Tindakan selama 3 hari pemenuhan nutrisi
Maret Nutrisi maka gangguan Tindakan
2014 pemenuhan nutrisi
1. Observasi
membaik dengan hasil
kriteria :
-Identifikasi status nutrisi
 Nafsu makan
membaik -Identifikasi alergi dan
 Porsi makanan intoleransi makanan
yang
-Identifikasi makanan yang
dihabiskan
disukai
meningkat

-Identifikasi kebutuhan kalori


dan jenis nutrient

-Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik

-Monitor asupan makanan

-Monitor berat badan

-Monitor hasil pemeriksaan


laboratorium
2. Terapeutik

-Lakukan oral hygiene sebelum


makan, jika perlu

-Fasilitasi menentukan pedoman


diet (mis. Piramida makanan)

-Sajikan makanan secara


menarik dan suhu yang sesuai

-Berikan makan tinggi serat


untuk mencegah konstipasi

-Berikan makanan tinggi kalori


dan tinggi protein

-Berikan suplemen makanan,


jika perlu

-Hentikan pemberian makan


melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

3. Edukasi

-Anjurkan posisi duduk, jika


mampu

-Ajarkan diet yang diprogramkan

4. Kolaborasi

-Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
-Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlU

4. Kamis, Gangguan Setelah melakukan Intervensi pemantauan gangguan


3 April Pola Tidur Tindakan selama 3 hari pola tidur
2014 maka Gangguan pola Tindakan
tidur membaik dengan
hasil kriteria :
 Keluhan sulit 1. Observasi
tidur membaik - identifikasi pola aktivitas dan
 Keluahan tidak tidur
puas tidur - identifikasi faktor penggangu
membaik tidur (fisik atau psikologis)
 Keluhan - identifikasi makanan dan
istirahat tidak minuman yang menggangu tidur
cukup membaik (mis. Kopi, the, alkohol, makan
mendekati waktu tidur, minum
banyak air sebelum tidur)
- identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi

2. Terapeutik
- modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur).
- batasi waktu tidur siang, jika
perlu
- fasilitasi menghilangkan stres
sebelum tidur
- tetapkan jadwal tidur rutin
- lakukan prosedur ubtuk
meningkatkan kenyamanan (mis.
Pijat, pengatur posisi, terrapin
akupresur)
- sesuaikan jadwal pemberian
obat/Tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga

3. Edukasi
- jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menggangu tidur
- anjurkan pengunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
- ajarkan faktor – faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. Psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift
bekerja)
- ajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi
lainnya.

5. Senin, 7 Ansietas Setelah dilakukan Intervensi pemantauan ansietas


April tindakan keperawatan Tindakan
2014 selama 3×24 jam  di
harapkan  defisit
pengetahuan klien
1. Observasi
terpenuhi dengan
peningktan
-Identifikasi penurunan tingkat
pengetahuan klien
energy, ketidakmampuan
terhadap penyakitnya.
berkonsentrasi, atau gejala lain
Dengan Kriteria hasil:
yang menganggu kemampuan

 Klien sudah kognitif

mengerti
-Identifikasi teknik relaksasi
tentang
yang pernah efektif digunakan
penyakit dan
perawatan KPD -Identifikasi kesediaan,
 Klien tidak kemampuan, dan penggunaan
cemas lagi teknik sebelumnya
 Klien tidak
tampak gelisah -Periksa ketegangan otot,

 Klien frekuensi nadi, tekanan darah,

berkurang dan suhu sebelum dan sesudah

menyakan hal latihan

yang sama
-Monitor respons terhadap terapi
tentang KPD
relaksasi
  
2. Terapeutik

-Ciptakan lingkungan tenang dan


tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan

-Berikan informasi tertulis


tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi

-Gunakan pakaian longgar


-Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama

-Gunakan relaksasi sebagai


strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai

3. Edukasi

-Jelaskan tujuan, manfaat,


batasan, dan jenis, relaksasi yang
tersedia (mis. music, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot
progresif)

-Jelaskan secara rinci intervensi


relaksasi yang dipilih

-Anjurkan mengambil psosisi


nyaman

-Anjurkan rileks dan merasakan


sensasi relaksasi

-Anjurkan sering mengulang


atau melatih teknik yang dipilih’

-Demonstrasikan dan latih teknik


relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi
terbimbing )
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Ny. I
No.MR : 249226
Diagnosa : Ketuban Pecah Dini

Hari / Evaluasi
No Diagnosa Jam Implementasi
tgl
1. Rabu, 8 Resiko 08.00 -membina DS :
aprill Infeksi WIB hubungan saling - klien mengatakan
2014 percaya melalui masih ada keluar
komunikasi cairan dari
therapeutik pervaginaan tapi
08.45 -memantau tidak begitu banyak
WIB keadaan umum
klien, seperti DO :
kesadaran -     Cairan yang keluar
klien,cairan yg dari pervaginaan
keluar dari masih ada
pervaginaan. -     warna cairan jernih
09.30 -klien, TD,N,S,P dan tidak berbau
WIB klien A : masalah belum
11.00 - memberikan teratasi
II WIB obat injeksi P : intervensi 2 – 4
Ceftriaxon 1 gr dilanjutkan
dan dexametason
1 amp ( IV ) DS :
11.25 - memberikan -     Nyeri pada abdomen
WIB lingkungan yang kuadran kanan-kiri
nyaman seperti bawah karena
kenyamanan kontraksi otot uterus
ruangan dan dengan skala nyeri 6
membatasi sedang (1- 10) nyeri
pengunjung terasa seperti diremas
dan menyebar ke
- memonitor daerah belakang,
13.00 TD,N,P,S klien nyeri muncul
WIB sewaktu-waktu.
- mengkaji skala O :
13.45 nyeri ( 1 – 10 )         Klien tampak lemah
WIB - mengajarkan         Klien tampak
14.00 klien teknik meringis menahan
WIB relaksasi dengan nyeri sambil
cara tarik nafas memegangi
dalam sebanyak 3 pinggangnya.
x
- mengatur posisi A :masalah belum
klien dengan teratasi
miring kiri tiap 2 P : intervensi 1 – 5
jam dilanjutkan
-memberikan
lingkungan yang
nyaman dg batasi
pengunjung
2. Jumat Timbang BB klien DS:
10 april 08.00 - kaji tanda –         Klien mengatakan
2014 WIB tanda mal nutrisi nafsu makan
- auskultasi bising berkurang sejak
usus, catat ada beberapa hari yang
nya nyeri lalu
abdomen, mual         Klien mengatakan
muntah hanya makan
- motivasi klien beberapa sendok (± 3
untuk sendok) dan minum
menghabiskan hanya ± 3 gelas =
makanan 750 ml/ hari
- berikan makanan DO:
yang hangat dan         Adanya penuruan
bervarias berat badan 3 kg dari
bedan awal 65 kg.
Klien tampak lemah
dengan konjungtiva
anemis (Hemoglobin
10,4 gr %          N: 13
– 16 gr %)
        tinjau proses DS:
penyakit dan Klien mengatakan
harapan masa sulit tidur karena
depan nyeri yang dirasakan
        dorong klien Klien mengatakan
untuk istirahat hanya dapat tidur
total pada siang hari ± 1
        -berikan jam dan pada siang
pelayanan hari 4 – 5 jam
kesehatan DO:
mengenai Klien tampak lemah
penyakit nya dengan tampak
adanya kantung mata.
dorong klien
untuk istirahat
total DS:
berikan pelayanan -    klien mengatakan
kesehatan cemas terhadap
mengenai penyakitnya
penyakit nya -    klien mengatakan
tidak mengetahui
tentang penyakit
yang di deritanya dan
merupakan hal yang
pertama kali terjadi.
DO :
-    klien tampak cemas
dan gelisah
klien sering bertanya
tentang penyakit nya
kepada perawat
BAB III
KESIMPULAN

A.    KESIMPULAN
Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput
ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan. Sedangkan
penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari ketuban
pecah dini adalah perut ibu kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan lebih
lama dari biasanya dan waktu his terasa sakit.
B.     SARAN
1.      Perawat harus memahami konsep dasar dari ketuban pecah dini dan memahami apa yang
terjadi pada klien ketuban pecah dini sehingga perawat dapat menegakkan diagnosa
keperawatan.
2.        Ketika merawat klien dengan ketuban pecah dini, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
KESIMPULAN

A.    KESIMPULAN
Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput
ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan. Sedangkan
penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari ketuban
pecah dini adalah perut ibu kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan lebih
lama dari biasanya dan waktu his terasa sakit.
B.     SARAN
1.      Perawat harus memahami konsep dasar dari ketuban pecah dini dan memahami apa yang
terjadi pada klien ketuban pecah dini sehingga perawat dapat menegakkan diagnosa
keperawatan.
2.        Ketika merawat klien dengan ketuban pecah dini, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
DAFTAR PUSTAKA

Asri Hidayat, Mufdilah, & Sujiyanti. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Hamilton, G. M. 2009. Obstetri dan Ginekologi : Panduan Praktik Ed. 2. Jakarta: EGC.
Mitayani. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nugroho, T. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai