Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
Tingkat 2 Reguler 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah ta'la yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
makalah KEPERAWATAN MATERNITAS yang berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN
MATERNITAS PADA IBU DENGAN KPD" ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anita Bustami
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan bimbingan kepada
penulis dan Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa pada khusunya dan
pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Motaritas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara yang
berkembang. Di Negara miskin sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur disebabkan hal
berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan, biasanya menjadi faktor utama
mortalitas wanita muda pada puncak produktifitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan
lebih dari 585.000 ibu pertahun meninggal saat hamil bersalin. Dari data di atas di perlukan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat perubahan prilaku dan pradigma sakit menuju
pradigma sehat dan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan merata serta kesehatan
lingkungan dan peningkatan umur harapan hidup. Untuk mencapai tingkat kesehatan yang
baik mungkin bagi ibu-ibu yang baru melahirkan(post partum), bayi dan keluarga khususnya,
serta masyarakat umumnya, asuhan masa nifas merupakan salah satu bidang pelayanan
kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat atau ibu itu sendiri. Asuhan masa nifas
diperlukan dalam perioda ini karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (buku acuan nasional, pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal 2006).
Asuhan nifas sejak dulu kala telah dilakukan dengan cara yang sederhana dan.
tradisional. Namun, dengan bertmbah majunya ilmu kedokteran dan kebidanan, sudah
seharusnya asuhan ibu nifas dilakukan dengan cara-cara yang lebih maju. Hal ini menuntut
bidan dan pera bagai tenaga profesional mau memberikan pelayanan perat kebidanan kepada
setiap ibu yang menghadapi masa nifas secara prfesional. Pada masa ini terjadi perubahan-
perubahan fisiologi maupun pisikologis, yaitu: perubahan fisik, ivolusi uterus dan
pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan system tubuh lainnya dan
perubahan psikis, karena pada masa ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai
kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis, maka bidan dan perawat
berperan penting dalam membantu ibu sebagai orang tua baru dan memberikan support
kepada ibu serta keluarga untuk menghadapi kehadiran buah hatiyang sangat membutuhkan
perhatian dan kasih sayang sehingga dapat memulai menjalani kehidupan sebagai keluarga
baru. Meskipun persalinan dengan riwayat ketuban pecah dini ditunjang dengan kemajuan
yang pesat dalam bidang kesehatan, adanya antibiotika berspektrum luas, teknik pertolongan
persalinan yang lebih sempurna serta tenaga kesehatan yang terampil dan terlatih, namun
tidak menutup kemungkinan timbulnya komplikasi pada ibu seperti infeksi pada masa nifas,
partus lama, atonia uteri, pendarahan post partum, serta terhadap bayi yaitu IVFD, asfiksia,
prematuritas. Bila komplikasi yang terjadi pada bayi tidak ditanggulangi secara dini dapat
meningkatkan angka morbilitas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
Bedasarkan hal tersebut diatas, untuk menekan angka kematian pada ibu akibat
komplikasi dari persalian dengan riwayat ketuban pecah dini diperlukan adanya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kususnya bagi tenaga keperawatan untuk membeikan asuhan
pada ibu post partum dengan riwayat ketuban pecah dini yang komprehensif, sehingga ibu
dapat kembali pada keadaan semuala sesuai waktunya tanpa komplikasi. Bertitik tolak dari
hal tersebut di atas penulisan tertarik mengatakan kasus dengan judul Ketuban Pecah Dini
(KPD), dengan harapan dapat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
kasus. Kasus yang terjadi khususnya pada pasien ketuban pecah dini.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai
berikut:
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas maka penulis dapat membuat tujuan penulisan
yaitu sebagai berikut:
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan pada pasien dengan
ketuban pecah dini agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik dan mengurangi
AKI.
BAB II
PEMBAHASAN
1. AMNION
Membran transparant berwarna abu-abu yang melapisi korion. Selaput ini menutup
pars fetal plasenta dan talipusat. Kantung amnion berisi cairan amnion dan janin berada
dalam cairan tersebut. Histologi: Selaput amnion terdiri dari 5 lapisan (Lapisan seluler,
Membrana basalis, Stratum kompaktum, Stratum fibroblas, Stratum spongiosum di bagian
paling luar dan melekat dengan lapisan seluler korion).
2. KORION
Membran bagian paling luar dan menempel pada dinding uterus serta menempel pada
tepi plasenta Histologi Korion terdiri dari 4 lapisan (Lapisan seluler, Lapisan retikuler padat,
Pseudo-basement membrane, Trofoblas)
3. CAIRAN AMNION
2. Pada pertengahan kehamilan jumlahnya sekitar 400 ml dan pada kehamilan 36-38
minggu mencapai 1000 ml setelah itu volume terus menurun dan penurunan berlanjut
terus sampai kehamilan postmatur.
Komposisi :
1. Air (98-99%)
2. Karbohidrat (glukosa dan fruktora ). protein (albumin dan globulin), lemak, hormon
(sterogen dan progesteron). enzym (alkali fosfatase)
4. Material lain (vernix cascosa. rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas dan
mekonium) Sirkulasi: Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber sirkulasi
dengan kecepatan 500 ml setiap jamnya.
Maternal
Cairan amnion diabsorbsi melalui amnion kedalam sirkulasi maternal dan melalui
gastrointestinal janin (proses menelan pada janin.
Fungsi:
1. Selama kehamilan.
2. Selama persalinan
a."Fore water" (cairan ketuban yang berada di depan bagian terendah janin)
membantu proses dilatasi servik.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses
persalinan dimulai pada usia kurang dari 37 minggu (errol norwiz,dan john,obstetric dan
ginekologi,2007,hal:56)
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas adalah Ketuban pecah dini adalah pecah
rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan.dan sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu,dengan kontraksi atau tanpa kontraksi.
2.3 Klasifikasi
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. Ketuban
merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki fungsi seperti:
2.4 Etiologi
Factor predisposisi ketuban pecah dini ialah infeksi genitali, serviks inkompeten,
gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik (Mansjoer. Arif, dkk.2002)
Beberapa kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini, tetapi penyebab pasti masih
belum jelas. kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
1. Infeksi pada vagina atau leher rahim, seperti streptokokus grup B dan bakteri
vaginosis
4. Hydraminos
7. Antercourse sexsual
8. Kekurangan gizi
9. Kelahiran prematur sebelumnya terkait dengan PPROM 10. Positif hasil fibronektin
janin (Murray, Sharon Smith, dkk. 2002)
e. Kehamilan kembar
f. Trauma
g. Serviks (leher rahim) yang pendek 25mm pada usia kehamilan 23 minggu.
h. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vagosis (Nugroho, Dr. Taufan. 2010).
3. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
4. Inspeksikulo, tampak air ketuban mengalir selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering (Arief Mnsjoer, dkk, 2001:310)
2.6 Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local
asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan
selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi
akibat aktivitas monosit/makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1, factor nekrosis tumor dan
interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal
janinyang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan
sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua
untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atau produk
host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan
rupture kulit ketuban. Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai
kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit
ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III
papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini.
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang bkeluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,baud an PH nya.
Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret
vagina,Sekret vagina ibu hamil pH 4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap
kuning La tes lakmus (tes nitrazin) jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positif palsu Ib. mikroskop (tes pakis ),dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun psikis
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidroamion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup
banyak macam dan caranya namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan patologi
kebidanan,sujiyatini,2009,hal:16-17)
2.8 Penatalaksanaan
1. Konserpatif
a. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baikpada ibu maupun pada
janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
b. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak adainfeksi, tes buss negativ
beri deksametason, observasi tanda-tandainfeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi
pada kehamilan 37minggu.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah24 jam.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicukematangan paru
janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mgsehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksiosesarea. Dapat
pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi Dan persalinan diakhiri.
c. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudianinduksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
d. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervagina
b. Jika terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadipemicu sepsis,
maningitis janin, dan persalinan. prematuritas Dengan perkiraan janin sudah cukup
besar dan persalinan diharapkanberlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan
kortikosteroid,sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
c. Pada umur kehamilan 24-32 minggu saat berat janin cukup, perlu dipertimbangkan
untuk melakukan induksipersalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan.
f. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 24 jam
bila tidak terjadi his spontan
2.9 Komplikasi
1. Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan ( RDS- Respiratory Distress
Syndrome), yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir.
4. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
6. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm
kejadianya mencapai hampir 10 % apabila KPD preterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu. (Nugroho, Dr. Taufan. 2010)
CONTOH KASUS
1. PENGKAJIAN
I. BIODATA
Identitas klien
Nama : Ny.I
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Manado / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Ruang Rawat : Ruang Kenari/III
No.MR : 249226
Status Perkawinan : Sudah menikah
Tanggal masuk RS : 23 maret 2014
Tanggal Pengkajian : 24 maret 2014
Diagnosa Keperawatan : Ketuban Pecah Dini (KTB)
Alamat : Situmbuak / Tilatang kamang RT. 6 NO. 111 Bukit Tinggi.
Penanggung jawab
Nama : Tn.H
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Pendidikan : S1 Pendidikan Biologi
Pekerjaan : PNS
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Situmbuak / Tilatang kamang RT. 6 NO. 111 Bukit Tinggi.
Hub. Dg keluarga : suami
V. ASPEK PSIKOLOGIS
1. Persepsi klien terhadap kehamilan
Klien merasa takut dan khawatir akan kelahirannya tidak lancar dan takut janinnya terjadi
apa-apa.
2. Persepsi keluarga terhadap kehamilan.
Keluarga klien merasa takut dan khawatir akan kelahiran klien terhadap prosedur persalinan
yang akan dilakukan tidak lancar dan takut anaknya klien terjadi apa-apa.
3. Konsep diri
Klien berharap persalinannya lancar dan keadaan bayinya baik-baik saja.
VI. ASPEK SOSIAL
Hubungan klien dengan lingkungan rumahnya dan rumah sakit baik. Klien kooperatif dengan
petugas kesehatan rumah sakit.
DO:
Klien tampak lemah
dengan tampak adanya
kantung mata.
5. DS:
Klien mengatakan cemas
terhadap penyakitnya
Klien mengatakan tidak
mengetahui tentang
penyakit yang di
Defisit
deritanya dan merupakan
pengetahuan
hal yang pertama kali Ansietas
tentang
terjadi.
penyakit
DO :
Klien tampak cemas dan
gelisah
Klien sering bertanya tentang
penyakit nya kepada perawat
3. Edukasi
-jelaskan tanda dan gejala infeksi
-ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
-ajarkan etika batuk
-ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
-anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
-anjurkan meningkatkan asupan
cairan
4. Kolaborasi
-kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
2. Kamis, Gangguan Setelah melakukan Intervensi pemantauan gangguan
26 Rasa Nyaman Tindakan selama 3 hari rasa nyaman
maret maka gangguan rasa Tindakan
2014 nyaman membaik
1. Observasi
dengan hasil kriteria :
Klien
-lokasi, karakteristik, durasi,
mengatakan
frekuensi, kualitas, intensitas
perut terasa
nyeri
sakit dari
pinggang -Identifikasi skala nyeri
membaik.
-Identifikasi respon nyeri non
Klien susah
verbal
tidur karena
nyeri membaik
-Identifikasi faktor yang
Keluhan memperberat dan memperingan
meringis nyeri
membaik
-Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
2. Terapeutik
3. Edukasi
-Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
-Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik
3. Edukasi
4. Kolaborasi
2. Terapeutik
- modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur).
- batasi waktu tidur siang, jika
perlu
- fasilitasi menghilangkan stres
sebelum tidur
- tetapkan jadwal tidur rutin
- lakukan prosedur ubtuk
meningkatkan kenyamanan (mis.
Pijat, pengatur posisi, terrapin
akupresur)
- sesuaikan jadwal pemberian
obat/Tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
3. Edukasi
- jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menggangu tidur
- anjurkan pengunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
- ajarkan faktor – faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. Psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift
bekerja)
- ajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi
lainnya.
mengerti
-Identifikasi teknik relaksasi
tentang
yang pernah efektif digunakan
penyakit dan
perawatan KPD -Identifikasi kesediaan,
Klien tidak kemampuan, dan penggunaan
cemas lagi teknik sebelumnya
Klien tidak
tampak gelisah -Periksa ketegangan otot,
yang sama
-Monitor respons terhadap terapi
tentang KPD
relaksasi
2. Terapeutik
3. Edukasi
Hari / Evaluasi
No Diagnosa Jam Implementasi
tgl
1. Rabu, 8 Resiko 08.00 -membina DS :
aprill Infeksi WIB hubungan saling - klien mengatakan
2014 percaya melalui masih ada keluar
komunikasi cairan dari
therapeutik pervaginaan tapi
08.45 -memantau tidak begitu banyak
WIB keadaan umum
klien, seperti DO :
kesadaran - Cairan yang keluar
klien,cairan yg dari pervaginaan
keluar dari masih ada
pervaginaan. - warna cairan jernih
09.30 -klien, TD,N,S,P dan tidak berbau
WIB klien A : masalah belum
11.00 - memberikan teratasi
II WIB obat injeksi P : intervensi 2 – 4
Ceftriaxon 1 gr dilanjutkan
dan dexametason
1 amp ( IV ) DS :
11.25 - memberikan - Nyeri pada abdomen
WIB lingkungan yang kuadran kanan-kiri
nyaman seperti bawah karena
kenyamanan kontraksi otot uterus
ruangan dan dengan skala nyeri 6
membatasi sedang (1- 10) nyeri
pengunjung terasa seperti diremas
dan menyebar ke
- memonitor daerah belakang,
13.00 TD,N,P,S klien nyeri muncul
WIB sewaktu-waktu.
- mengkaji skala O :
13.45 nyeri ( 1 – 10 ) Klien tampak lemah
WIB - mengajarkan Klien tampak
14.00 klien teknik meringis menahan
WIB relaksasi dengan nyeri sambil
cara tarik nafas memegangi
dalam sebanyak 3 pinggangnya.
x
- mengatur posisi A :masalah belum
klien dengan teratasi
miring kiri tiap 2 P : intervensi 1 – 5
jam dilanjutkan
-memberikan
lingkungan yang
nyaman dg batasi
pengunjung
2. Jumat Timbang BB klien DS:
10 april 08.00 - kaji tanda – Klien mengatakan
2014 WIB tanda mal nutrisi nafsu makan
- auskultasi bising berkurang sejak
usus, catat ada beberapa hari yang
nya nyeri lalu
abdomen, mual Klien mengatakan
muntah hanya makan
- motivasi klien beberapa sendok (± 3
untuk sendok) dan minum
menghabiskan hanya ± 3 gelas =
makanan 750 ml/ hari
- berikan makanan DO:
yang hangat dan Adanya penuruan
bervarias berat badan 3 kg dari
bedan awal 65 kg.
Klien tampak lemah
dengan konjungtiva
anemis (Hemoglobin
10,4 gr % N: 13
– 16 gr %)
tinjau proses DS:
penyakit dan Klien mengatakan
harapan masa sulit tidur karena
depan nyeri yang dirasakan
dorong klien Klien mengatakan
untuk istirahat hanya dapat tidur
total pada siang hari ± 1
-berikan jam dan pada siang
pelayanan hari 4 – 5 jam
kesehatan DO:
mengenai Klien tampak lemah
penyakit nya dengan tampak
adanya kantung mata.
dorong klien
untuk istirahat
total DS:
berikan pelayanan - klien mengatakan
kesehatan cemas terhadap
mengenai penyakitnya
penyakit nya - klien mengatakan
tidak mengetahui
tentang penyakit
yang di deritanya dan
merupakan hal yang
pertama kali terjadi.
DO :
- klien tampak cemas
dan gelisah
klien sering bertanya
tentang penyakit nya
kepada perawat
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput
ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan. Sedangkan
penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari ketuban
pecah dini adalah perut ibu kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan lebih
lama dari biasanya dan waktu his terasa sakit.
B. SARAN
1. Perawat harus memahami konsep dasar dari ketuban pecah dini dan memahami apa yang
terjadi pada klien ketuban pecah dini sehingga perawat dapat menegakkan diagnosa
keperawatan.
2. Ketika merawat klien dengan ketuban pecah dini, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput
ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan. Sedangkan
penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari ketuban
pecah dini adalah perut ibu kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan lebih
lama dari biasanya dan waktu his terasa sakit.
B. SARAN
1. Perawat harus memahami konsep dasar dari ketuban pecah dini dan memahami apa yang
terjadi pada klien ketuban pecah dini sehingga perawat dapat menegakkan diagnosa
keperawatan.
2. Ketika merawat klien dengan ketuban pecah dini, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
DAFTAR PUSTAKA
Asri Hidayat, Mufdilah, & Sujiyanti. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Hamilton, G. M. 2009. Obstetri dan Ginekologi : Panduan Praktik Ed. 2. Jakarta: EGC.
Mitayani. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nugroho, T. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.