Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

DOSEN PENGAJAR

Ns.RIRIN SRI HANDAYANI.,M.Kep.Sp.KMB

DISUSUN OLEH

NAMA : P FADHILLA AZ ZAHRA

NIM : 2014401075

KELAS : TINGKAT 2 REGULER 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


Tugas Malaria !

Seorang pasien laki-laki usia 32 tahun bekerja sebagai nelayan dirawat di puskesmas
dengan diagnosa suspect malaria (diduga malaria).

1. Apakah keluhan utama, keluhan penyerta dan hasil pemeriksaan fisik yang anda
temukan sehingga pasien tersebut patut diduga menderita malaria ?
2. Pemeriksaan penunjang apakah yang dapat memperkuat dugaan anda tersebut ?
3. Jika pasien mengeluh kedinginan dan menggigil namun hasil pemeriksaan suhu
tubuh ternyata 40 derajat celcius, bagaimanakah penjelasan patofisiologinya ?
4. Jelaskan bagaimana tatalaksana malaria menurut Kemenkes RI !
5.

Jawaban :

1. Keluhan utama : Demam


Keluhan Penyerta : Pusing dan Menggigil
Pemeriksaan fisik
 Keadaaan umum
1. Kesadaran
Gelisah,ketakutan,kacau mental,disorientas,deliriu atau koma (Kunoli, 2012, hal. 195)

2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah normal atau sedikit menurun
Denyut perifer kuat dan cepat.
RR: takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan
3. Demam 400 pada malaria berat (Kunoli, 2012, hal. 194)
 Body system
1. Sistem pernafasan
Ispeksi : Takipnia dengan penurunan kedalam pernafasan,nafas pendek pada istirahat
dan aktivitas. (Kunoli, 2012)pada malaria berat frekuensi nafas pada balita >40 kali/menit
sedangkan frekuensi nafas pada anak berusia dibawah satu tahun >50 kali/menit. (Marnia,
2016, hal. 122)
2. Sistem kardiovaskuler

Palpasi: denyut perifer kuat dan cepat

Auskultasi: tekanan darah normal atau sedikit menurun. (Kunoli, 2012, hal. 194)

3. Sistem persarafan
Kesadaran: Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas, delirium atau koma. (Kunoli, 2012,
hal. 195)

4. Sistem perkemihan
Inspeksi: penurunan haluaran urin dan kosentrasi urin. (Kunoli, 2012, hal. 195)

5. Sistem pencernaan
Inspeksi: anoreksia, mual dan muntah, diare atau kontipasi.

Palpasi: distensi abdomen (Kunoli, 2012, hal. 195)

6. Sistem integument
Inspeksi: pendarahan (hematoma, petekie dan purpura), pucat.

Palpasi: kulit hangat (Kunoli, 2012, hal. 195)

7. Sistem muskulokeletal
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan (Kunoli, 2012, hal. 194)

8. Sistem endokrin
Pada sistem kardiovaskular dan endokrin dan Metabolisme tidak “tertulari” parasit sehingga
penyakit parasit pada organ-organ tubuh ini tidak dibahas. (Natadisatra, 2010, hal. 66)

9. Sistem reproduksi
Malaria lebih sering dijumpai pada kehamilan trimester 1 dan 2 dibandingkan pada wanita
yang tidak hamil. (Setiati, 2014, hal. 605)

10. Sistem pengindraan


Konjungtiva anemis, sklera ikterik (Zainuddin, 2014, hal. 27)

11. Sistem imunitas


Respon imunitas selluler dan humoral normal terhadap antigen. (Setiati, 2014, hal. 606)

2. Pemeriksaan penunjang
Periksa yang perlu dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit malaria yaitu
pemeriksaan sediaan darah (SD) untuk mengidentifikasi tebal tipisnya, serta positif atau
negatif; dan pemeriksaan atau tes dianotik cepat (rapid diagnotic test) yang digunakan untuk
mendeteksi antigen parasit malaria. Uji deteksi ini berkangsung cepat, tetapi dapat
melewatkan parasitemia rendah serta tidak dapat menghitung jumlah parasitemia (Marnia,
2016, hal. 124)Pemeriksaan hemoglobin menunjukan penurunan Hb yang cepat pada malaria
akut, sedangkan pemeriksaan hemotokrit, leukosit, dan trombosit menunjukan trobisipenia

Tes fungsi hati menunjukkan peningkatan SGOT dan SGOT; kadar glukosa dan
alkalin fosfatase menurun, albunin menurun, dan globulin meningkat. Selain itu, dapat juga
dilakukan pemeriksan kadar kreatilin ureum, natrium, kalium, dan analisis gas darah 
(Marnia, 2016, hal. 124)

Foto thorax : bila timbul batuk dan sputum berdarah


Laboratorium : pemeriksaan analisis darah untuk mengetahui adanya parasit dal sel darah
( malaria positif, hemoglobin, leukosit, trombosit)

3. Patofisilogi
4. Penatalaksanaan
Ada tiga cara penatalaksanaan malaria, yaitu pengobatan presumtif, subpresif, dan
radikal. Pengobatan presentif merupakan pengobatan dengan cara menemukan pasien malaria
secara intensif, dari rumah ke rumah atau pada unit-unit pelayanan kesehatan. Tujuan dari
pengobatan ini yaitu untuk meringankan gejala malaria dan mencengah terjadinya penularan
selama pasien menunggu hasil laboraturium

Pengobatan subpretif merupakan pengobatan pada semua pasien demam didaerah


endemis malaria yang berobat di unit-unit pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mencegah timbulnya gejala klinis. Pengobatan radikala diberikan untuk malaria yang
menimbulkan relaps jangka panjang, dan pengobatan masa ditunjukan untuk setiap penduduk
didaerah endemis malaria yang dilakukan secara teratur pada saat wabah. Pengobatan malaria
pada pasien anak dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap. Jika rawat inap,
klorokuin basa diberikan dengan dosis total 25mg/kgBB selama 3hari, dengan perinciaan
sebagai berikut :

1. Hari pertama 10mg/kgBB (maksimal 600mg basa )


2. 6 jam kemudian dilanjutkan 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg basa) dan 5 mg/kgBB
pada 24 jam (maksimal 300 mg basa) + primakuin 1 hari.
Selain itu juga dapat diberikan :

1. Hari pertama dan kedua masing-masing 10 mg/kgBB


2. Hari ketiga 5 mg/kgBB + primakuin 1 hari.
Pengobatan dengan klorokuin dapat secara efektif menyembuhkan malaria, tetapi tidak
semua orang sensitif terhadap klorokuin, sehingga diperlukan obat yang dapat
menyembuhkan malaria. Obat lain yang dapat digunakan untuk anak yang menderita
penyakit malaria yaitu quinin + klindamisin/ doksisiklin, atau atovaquone-proguanil, atau
mefloquin. (Marnia, 2016, hal. 125)

Anda mungkin juga menyukai