2. Pengkajian
3. Identitas klien
HIV/AIDS bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan diseluruh dunia. Namuan ada beberapa
perbedaan penting, hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan jumlah CD4 yang
sama, perempuan dengan HIV positif mempunyai jumlah virus yang lebih rendah daripada laki-laki
dengan HIV positif, jumlah virus bisa menghilang dengan berlalunya waktu. Hasil penelitian juga
menyatakan bahwa perempuan dengan HIV positif bisa meninggal lebih cepat daripada laki-laki
(Gallant, 2010, hal. 140).
1. Riwayat keluarga
2. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering terjadi seperti demam dan penurunan berat >10% tanpa sebab disertai
dengan diare (Nurarif & Kusuma, 2015)
Klien merasakan sariawan yang tak kunjung sembuh, diare kronik selama 1 bulan terus-menerus,
demam berkepanjangan (Gallant, 2010, hal. 23).
Pada pasien HIV/AIDS sering dijumpai riwayat yang bergonta-ganti pasangan maupun menggunakan
jarum suntik, transfusi darah yang mengandung HIV (Gallant, 2010, hal. 24).
Umumnya infeksi HIV/AIDS ditularkan kepada bayi ketika dalam kandungan atau masa menyusui
(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 10)
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Umumnya pasien dengan infeksi HIV/AIDS akan menunjukkan keadaan yang kurang baik karena
mengalami penurunan BB (>10%) tanpa sebab, diare kronik tanpa sebab sampai >1 bulan, demam
menetap (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 10)
Tanda-tanda vital
Body sistem
1. Sistem neurologi
2. Sistem penglihatan
Inspeksi : mata anemia, gangguan refleks pupil, vertigo (Wijayaningsih, 2013, hal. 247).
1. Sistem pendengaran
Inspeksi : kehilangan pendengaran dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati,
meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi otot (Bararah & Jauhar, 2013, p. 303)
1. Sistem pengecapan
Inspeksi : lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mucosa mulut (Bararah &
Jauhar, 2013, p. 302)
2. Sistem integumen
Inspeksi : munculnya bercak-bercak gatal diseluruh tubuh yang mengarahkan kepada penularan
HIV/AIDS menuju jarum suntik , turgor kulit jelek (Katiandagho, 2015, hal. 30).
3. Sistem endokrin
Palpasi : teraba pembesaran kelenjar getah bening (Gallant, 2010, hal. 21).
4. Sistem pulmoner
Inspeksi : batuk menetap lebih dari 1 bulan, bentuk dada barrel chest (Muttaqin & Sari, 2011, p. 3)
5. Sistem kardiovaskuler
6. Sistem gastrointestinal
Inspeksi : diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan, berat badan menurun lebih dari 10%
dalam 1 bulan (Bararah & Jauhar, 2013, p. 302)
7. Sistem urologi
Pada kondisi berat didapatkan penurunan urine output respons dari penurunan curah jantung
(Mutaqin, 2011, hal. 491).
8. Sistem muskulokeletal
Respon sistemik akan menyebabkan malaise, kelemahan fisik, dan di dapatkan nyeri otot ekstremitas
(Mutaqin, 2011, hal. 492).
9. Sistem imunitas
Inspeksi : pasien dengan HIV/AIDS cenderung mengalami penurunan imun akibat rusaknya CD4
(Gallant, 2010, hal. 21).
Inspeksi : ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan atau saat melahirkan
atau melalui air susu ibu (ASI) (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 3)
1. Pemeriksaan penunjang
3. ELISA (positif, hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
6. Kultur HIV (positif, kalau dua kali uju kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse
transcriptase atau antigen P24 dengan kadar yang meningkat
9. CD4 limfosit menurun (jika menurun akan mengalami penurunan kemampuan untuk beraksi
terhadap antigen)
1. Penatalaksanaan
Pengobatan suportif
Pencegahan
Program pencegahan HIV/AIDS akan lebih efektif bila dilakukan dengan komitmen masyarakat dan
komitmen politik yang tinggi untuk mencegah ataupun mengurangi perilaku resiko terhadap
penularan HIV , upaya pencegan meliputi :
2. Tidak melakukan hubungan seks bebas atau menggunakan kondom saat berhubungan
3. Menganjurkan pada pengguna jarum suntik untuk menggunakan metode dekontaminasi dan
menghentikan penggunaan jarum bersama
4. Menyediakan fasilitas konseling HIV dimana identitas penderita bisa dirahasiakan juga
menyediakan tempat untuk melakukan pemeriksaan darah
5. Untuk wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk dilakukan tes HIV
sebagai kegiatan rutin
6. Semua donor darah harus di uji antibodi HIVnya (Desmon, 2015, hal. 21-23).
1. Diagnosa Keperawatan
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan asupan oral
Penyebab :
1. Subjektif :
(tidak tersedia)
1. Objektif
Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentan normal
1. Subjektif :
2. Kram/nyeri abdomen
2. Objektif :
5. Sariawan
8. Diare
1. AIDS
2. Kanker
3. Kerusakan neuromuskular
4. Infeksi
5. Parkinson
Penyebab :
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
Subjektif :
1. Mengeluh lelah
Objektif :
Subjektif :
3. Merasa lemah
Objektif :
4. Sianosis
1. Anemia
5. Aritmia
7. Gangguan metabolik
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berdasarkan pneumonia carinii (PCVP) peningkatan
sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk menyertai kelemahan serta keadaan
mudah letih
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi saluran napas untuk
mempertahankan agar jalan napas tetap paten
Penyebab :
Fisiologis :
Disfungsi neuromuskular
Proses infeksi
Respon alergi
Situasional :
Merokok aktif
Merokok pasif
Terpajan polutan
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
3. Sputum berlebih
Subjektif :
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif :
1. Gelisah
2. Sianosis
2. Sklerosis multipel
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostik
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
Definisi :
2. Keterbatasan kognitif
Subjektif
Objektif
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Penyakit akut
5. Ketidakefektifan termoregulasi
Penyebab :
3. Proses penyakit
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Kulit dingin/hangat
2. Menggigil
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif
1. Piloereksi
4. Pucat
6. Takikardia
7. Kejang
8. Kulit kemerahan
10. Infeksi/sepsis
11. Pembedahan
1. Intervensi
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan asupan oral
Tujuan/Kriteria Hasil :
1. Memperlihatkan status : Asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut ( sebutkan 1-5 : tidak adekuat, sedikit adekuat, cukup adekuat, adekuat, sangat
adekuat) : makanan oral. Pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parental total. Asupan
cairan oral atau IV , cara meberiakan lewat IV :
Contoh lain :
6. Memiliki nilai labolatorium (misalnya, tranferin, albunimin, dan elektrolit) dalam massa
normal
Aktivitas Keperawatan
1. Pengkajian
3. Manajemen nutrisi (NIC). Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaiman memenuhinya
Aktivitas kolaboratif
1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami
ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein (misal, pasien anoreksia nervosa
atau pasien penyakit glomerular/dialisis peritoneal)
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian
makanan melalui selang, atau nutrisi parental total agar asupan kaloriyang adekuat dapat
dipertahankan
4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau
menyiapkan makanan yang adekuat
5. Manajemen nutrisi (NIC). Tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika
diperlukan, jumlah kalori dari jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi (khususnya untuk pasien dengan kebutuhan energi tinggi, seperti pasien pascabedah
dan luka bakar, trauma, demam, dan luka)
Aktivitas lain
1. Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan, lingkungan makan,
kesukaan dan ketidaksukaan pasien, serta suhu makanan
2. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah
3. Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis untuk latihan fisik dan asupan makanan
4. Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik di lokasi yang terlihat
jelas dan kaji ulang setiap hari
5. Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi
Berikan pasien minuman kudapan bergizi, tinggi protein tinggi kalori yang siap dikonsumsi,
bila memungkinkan
Ajarkan pasien tentamg cara membuat catatan harian makanan jika perlu (Wilkinson &
Wilkinson, 2011).
1. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, pengematan energi, kebugaean fisik, energi psikomotorik, dan perawatan-diri :
aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI)
2. Menunjukkan intoleransi aktivitas, yang dibutuhkan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan
1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, tidak ada gangguan) :
Contoh lain :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut
jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam batasan normal
Aktivitas Keperawatan
1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur berdiri, ambulasi, dan
melakukan AKS dan AKSI
Pantau respon oksigen pasien (misalnya, denyut nadi, irama jantung dan frekuensi
pernapasan) terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan
Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam
2. Mengenalai tanda dan gejala intoleran aktivita, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan
kepada dokter
6. Dampak inteloren aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga dan temapt
7. Tindakan untuk menghemat energi, sebagai contoh : menyimpan alat atau benda yang sering
digunakan ditempat yang mudah dijangkau
Ajarkan kepada pasien dan orang terdekst tentang teknik perawata-diri yang akan
meminimalkan konsumsi oksigen(misalnya, pemantauan mandiri dan teknik langkah untuk
melakukan AKS
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan
Aktivitas kolaboratif
1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab
2. Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (misalnya, untuk latihan ketahanan) atau
rekreasi untuk merencankan dan memantau program aktivitas, jika perlu
3. Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan yang
kaya energi
Aktivitas lain
1. Pantau tanda-tanda vital sebelum, dan setelah beraktivitas hentikan aktivitas atau tanda-tanda
bahwa aktivitas dapat ditoleransi (misalnya nyeri dad, pucat, vertigo, dispnea)
2. Rencanakan aktivitas bersama pasien dan keluarga yang meningkatkan kemandirian dan
ketahuan sebagai contoh : anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian,
buat tujuan yang sederhana, realistis, dan dapat dicapai oleh pasien yang dapat meningkatkan
kemandirian dan harga diri
5. Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energi yang banyak
6. Bantu dengan aktivitas fisik teratur (misalnya, ambulasi, berpindah, mengubah posisi, dan
perawatan personal) , jika perlu (Wilkinson & Wilkinson, 2011)
Menunjukkan pola pernapasan efektif, yang dibuktikan oleh status pernapasan : status
ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu ; kepatenan jalan napas ; dan tidak ada
penyimpangan tanda vital dari rentang normal
Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, yang dibuktikan oleh indikator
gangguan sebagai berikut ( sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, tidak ada
gangguan :
menunjukkan tidak adanya gangguan status pernapasan : ventilasi, yang dibuktikan oleh
indikator berikut ( sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, tidak ada
gangguan)
Contoh lain
Pasien akan : menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
Mengidentifikasi faktor (misalnya alergen) yang memicu ketidakefektifan pola napas, dan
tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindarinya
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
5. Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang ventilator.
o (e) Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan
adanaya suara napas tambahan
o (g) Catat perubahan pada SaO2, CO2 akhir-tidal, dan nilai gas darah arteri (GDA), jika
perlu.
3. Instruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu perawat pada saat
terjadi ketidakefektifan pola pernapasan
Aktivitas kolaboratif
1. Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator
mekanis
2. Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasa, nilai GDA, sputum, dan
sebagainya, jika perlu atau sesuai protokol
4. Berikan terapi nebululizer ultrasonik dan udara atau oksigen yang dilembabkan sesuai
progaram atau protokol institusi
Aktivitas lain
1. Hubungkan dan dokumentasikan semua data hasil pengkajian (misalnya sensori, suara napas,
pola pernapasan, nilai GDA, sputum, dan efek obat pada pasien)
8. Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur, untuk menurunkan ansietas dan
meningkatakan perasaan kendali
9. Pertahankan oksigen aliran rendah denagn kanula nasal, masker atau sungkup.
Contoh lain
Aktivitas keperawatan
1. Periksa keakuratan umpan-balik untuk memastikan bahwa pasien memahami program terapi
dan informasi lainya yang relevan
Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini dan pemahaman terhadap
materi (misalnya, pengetahuan tentang prosedur atau penanganan yang diprogramkan)
Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu (yaitu kepercayaan kesehatan,
riwayat ketidakpatuhan, pengalaman buruk dengan perawatan kesehatan dan pelajaran
kesehatan serta tujuan yang bersebrangan)
1. Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan
Beri waktu kepada pasien untuk mengajukan beberapa pertanyaan dan mendiskusikan
permasalahanya
Aktivitas kolaboratif
1. Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien dalam
mempertahankan program terapi
3. Rencanakan penyesuain dalam terapi bersama pasien dan dokter untuk memfasilitasi
kemampuan pasien mengikuti program terapi
Aktivitas lain
Berinteraksi dengan pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk memfasilitasi pembelajaran