Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FILIARIS

1. Pengkajian
2. Identitas
Penyakit filariasis biasanya sering menyerang pada pria dan wanita yang berumur diatas 30
tahun (Kunoli, 2012, p. 199).

1. Status kesehatan saat ini


 Keluhan utama
Pasien mengalami keluhan mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur (Kunoli,
2012, p. 203).

Alasan MRS

Pasien mengalami kelemahan otot, menurunnya masa otot, respon fisiologi aktivitas
(perubahan TD, frekuensi jantung) (Kunoli, 2012, hal. 203).

Riwayat penyakit sekarang

Klien mengeluh nyeri disertai bengkak pada kaki yang terkena, nyeri terasa seperti tertusuk-
tusuk, nyeri timbul setiap saat dan skala nyeri sedang sampai berat. Bengkak awalnya muncul
dari telapak kaki sampai ke tungkai kaki bawah. Pasien sulit berjalan yang disebabkan oleh
pembengkakan tungkai kaki. Demam naik turun dan buang air kecil berwarna putih susu
(Kunoli, 2012, hal. 203).

1. Riwayat Kesehatan Terdahulu


 Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien biasanya belum pernah mengalami penyakit filariasis sebelumnya (Padila, 2013, hal.
412).

 Riwayat penyakit keluarga


Pada keluarga tidak ada yang mengalami penyakit filariasis (Padila, 2013, hal. 412).

 Riwayat pengobatan
Pada pengobatan masal (program pengendalian filariasis) pemberian DEC dosis standar tidak
dianjurkan lagi mengingat efek sampingnya. Untuk itu, DEC diberikan dengan dosis lebih
rendah (6 mg/kgBB), dengan jangka waktu pemberian yang lebih lamam mencapai dosis total
yang sama misalnya dalam bentuk garam DEC 0,2 – 0,4% selama 9-12 bulan. Atau
pemberian obat dilakukan seminggu sekali, atau dosis tunggal setiap 6 bulan atau setiap tahun
(Sudoyo dkk, 2010, hal. 2935).

1. Pemeriksaan Fisik
2. Keadaan umum
3. Kesadaran
Kesadaran Pada manifestasi akut dapat ditemukan adanya limfangitis dan limfadenitis yang
berlangsung 3 – 15 hari, dan dapat terjadi beberapa kali dalam setahun (Zainuddin, 2014, hal.
39).
1. Tanda – tanda vital
Pasien dengan penyakit filariasis perubahan tekanan darah, menurunnya volume nadi perifer,
perpanjangan pengisian kapiler (Kunoli, 2012, hal. 203).

2. Body system
3. Sistem pernafasan
Penyakit filariasis terjadi pernapasan pendek : dispnea nokturnal paroksismal ; batuk dengan /
tanpa sputum kental dan banyak (Aziz dkk, 2013, hal. 116).

1. Sistem kardiovaskular
ictus cordis tidak terlihat dan tidak  kuat angkat, Perubahan TD, menurunnya volume  nadi
perifer, perpanjangan pengisian kapiler (Kunoli, 2012, hal. 203).

1. Sistem pensyarafan
Kaki bengkak dan reflek tidak normal (Sudoyo dkk, 2010, hal. 2932).

1. Sistem perkemihan
Pembengkakan pada daerah skrotalis (Kunoli, 2012, hal. 203).

1. Sistem percernaan
Pasien mengalami anoreksia dan permeabilitas cairan (Kunoli, 2012, hal. 203).

1. Sistem integument
Warna kulit normal dan mengalami gangguan pada ekstemitas yang terkena kaki gajah,
tekstur kulit mengalami bengkak, gatal, lesi, bernanah pada kaki yang terkena (Kunoli, 2012,
hal. 203).

1. Sistem muskuloskeletal
Terdapat edema pada kaki yang terkena dan kelemahan otot (Kunoli, 2012, hal. 203).

1. Sistem endokrin
Ditemukan adanya limfangitis dan limfadenitis yang berlangsung 3 – 15 hari, dan dapat
terjadi beberapa kali dalam setahun (Zainuddin, 2014, hal. 36).

1. Sistem reproduksi
Menurunnya libido (Kunoli, 2012, hal. 203).

1. Sistem pengindraan
Kerusakan status indra praba (Kunoli, 2012, hal. 203)

1. Sistem imun
Mengalami demam pada filariasis karena adanya inflamasi yang berawal dari kelenjar getah
(Sudoyo dkk, 2010, hal. 2932).

3. Pemeriksaan Penunjang
4. Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah ,
sampai saaat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya
muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam
saja (nocturnal periodicity)(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 144).
5. Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa
penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai penjaringan
membran, metode konsentrasikan dan teknik pengendapan (Nurarif & Kusuma, 2015, hal.
144).
6. Metode pemeriksaan yang mendekati kearah diagnose dan diakui oleh WHO dengan
pemeriksaan system “teskartu”, hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi
penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan mengambil sample darah system tusukan jari
droplests diwaktu kapan pun, tidak harus dimalam har (Nurarif & Kusuma, 2015, hal.
144).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan filariasis bergantung kepada keadaan klinis dan beratnya penyakit.

Terapi medikamentosa

1. Diethycarbamazine citrate (DEC)


WHO merekomendasikan pemberian DEC dengan dosis 6 mg/kgBB untuk 12 hari berturut-
turut. Di Indonesia, dosis 6 mg/kgBB memberikan efek samping yang berat, sehingga
pemberian DEC dilakukan bedasarkan usia dan dikombinasi dengan albendazol (Nurarif &
Kusuma, 2015, hal. 145).

1. Ivermectin
Obat ini merupakan antibiotik semisintetik golongan makrolid yang berfungsi sebagai agent
mikrofilarisidal poten. Dosis tunggal 200-400µg/kg dapat menurunkan microfilaria dalam
darah tepi untuk waktu 6-24 bulan. Obat belum digunakan di Indonesia (Nurarif & Kusuma,
2015, hal. 145).

1. Albendazol
Obat ini digunakan untuk pengobatan cacing intestine selam bertahun-tahun dan baru-baru ini
di coba digunakan sebagai anti-filaria. Albendazole hanya mempunyai sedikit efek untuk
mikrofilaremia dan antigenaemia jika digunakan sendiri. Dosis tunggal 400 mg dikombinasi
dengan DEC atau intermectin efektif menghancurkan microfilaria (Nurarif & Kusuma, 2015,
hal. 145).

1. Pemberian benzopyrenes, termasuk flavonoids dan coumarin dapat Menjadi terapi


tambahan (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 145).
2. Pembedahan
Tindakan bedah pada limfadema bersifat paliatif, indikasi tindakan bedah adalah jika tidak
terdapat perbaikan dengan terapi konservatif, limfadema sangat besar sehingga mengganggu
aktivitas dan pekerjaan dan menyebabkan tidak berhasilnya terapi konsevatif (Nurarif &
Kusuma, 2015, hal. 145).

 
2. Diagnosa keperawatan
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan filariasis  yang muncul antara lain :

1. Nyeri kronis(Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 174)


Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hinghga
berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

Penyebab :

1. Kondisi muskulus skeletal kronis


2. Kerusakan sistem saraf
3. Penekanan saraf
4. Inflitrasi tumor
5. Ketidak seimbangan neurotransmiter, neuromedulator, dan reseptor
6. Gangguan imunitas (mis. Neuropati terkait HIV, virus varicella joster)
7. Gangguan fungsi metabolic
8. Riwayat posisi kerja statis
9. Peningkatan Indeks Masa Tubuh
10. Kondisi pasca trauma
11. Tekan emosional
12. Riwayat penganiayaan (mis. Fisik, psikologis, seksual)
13. Riwayat penyalahgunaan obat/zat
Gejala dan tanda mayor :

1. Subjektif :
2. Mengeluh nyeri
3. Merasa depresi (tertekan)
4. Objektif :
5. Tampak meringis
6. Gelisah
7. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Gejala dan tanda minor :

1. Subjektif :
2. Merasa takut mengalami cedera berulang
3. Objektif :
4. Bersikap protektif
5. Waspada
6. Pola tidur berubah
7. Anoreksia
8. Fokus menyempit
9. Berfokus pada diri sendiri
Kondisi klinis terkait : kondisi kronis, infeksi, cedera medula spinalis, kondisi pasca trauma,
dan tumor.

1. Hipertermia (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 284).


Definisi : suhu tubuh meningkatkan diatas rentang normal tubuh.

Penyebab:

1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Preoses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Pengunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor :

1. Subjektif
(tidak tersedia)

1. Objektif
2. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor :

1. Subjektif
(tidak tersedia)

1. Objektif
2. Kulit merah
3. Kejang
4. Takikardi
5. Takipnea
6. Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait

1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
7. Gangguan eliminasi urine(Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 96)
Definisi : disfungsi eliminasi urine

Penyebab :
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis.operasi ginjal,operasi saluran kemih,
anestesi,dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet(mis.imobilisasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis.anomali saluran kemih kongenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)
Gejala dan tanda mayor :

1. Subyektif
2. Desakan berkemih (Urgensi)
3. Urine menetes (Dribbling)
4. Sering buang air kecil
5. Nokturia
6. Mengompol
7. Enuresis
8. Objektif
9. Distensi kandung kemih
10. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
11. Volume residu urine meningkat
Gejala dan Tanda Minor :

1. Subyektif
(tidak tersedia)

1. Objektif
(tidak tersedia)

Kondisi klinis terkait :

1. Infeksi ginjal dan saluran kemih


2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor/infeksi medula spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
10. Skeloris multipel
11. Obat apha adrenergik
12. Gangguan citra tubuh (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 186).
Definisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur  dan fungsi fisik individu.
Penyebab :

1. Perubahan struktur / bentuk (mis. amputasi, trauma, luka bakar, obesitas, jerawat)
2. Perubahan fungsi tubuh (mis. Proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindakan / pengobatan (mis . pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
Gejala dan Tanda Mayar :

1. Subjektif
2. Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
3. Objektif
4. Kehilangan bagian tubuh
5. Fungsi / struktur tubuh berubah / hilang
Gejala dan Tanda Minor :

1. Subjektif
2. Tidak mau mengungkapkan kecacatan / kehilangan bagian tubuh
3. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
4. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan / reaksi orang lain
5. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
6. Objektif
7. Menyembunyikan / menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
8. Menghindari melihat dan / atau menyentuh bagian tubuh
9. Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
10. Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
11. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
12. Hubungan sosial berubah
Kondisi klinis terkait :

1. Mastektomi
2. Amputasi
3. Jerawat
4. Parut atau luka bakar yang terlihat
5. Obesitas
6. Hiperpigmentasi pada kehamilan
7. Gangguan psikiatrik
8. Program terapi neoplasma
9. Alopecia chemically induced.
10. Hambatan Mobilitas Fisik (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 124).
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.

Penyebab :

1. Kerusakan integritas struktur tulang


2. Perubahan metabolisme
3. Ketidakbugaran fisik
4. Penurunan kendali otot
5. Penurunan massa otot
6. Penurunan kekuatan otot
7. Keterlambatan perkembangan
8. Kekakuan sendi
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
11. Gangguan muskuloskeletal
12. Gangguan neuromuskular
13. Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan pergerakan
21. Gangguan sensoripersepsi
Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif
2. Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
3. Objektif
4. Kekuatan otot menurun
5. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor

1. Subjektif
2. Nyeri saat bergerak
3. Enggan melakukan pergerakan
4. Merasa cemas saat bergerak
5. Objektif
A. Sendi kaku
B. Gerakan tidak terkoordinasi
C. Gerakan terbatas
D. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait :

1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Oestemalasia
7. Keganasan
8. Resiko Ketidakberdayaan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 224).
Definisi : persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil secara
signifikan; persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.
Faktor Resiko :

1. Perjalanan penyakit yang berlangsung lama atau tidak dapat diprediksi


2. Harga diri rendah yang berlangsung lama
3. Status ekonomi rendah
4. Ketidakmampuan mengatasi masalah
5. Kurang dukungan sosial
6. Penyakit yang melemahkan secara progresif
7. Marginalisasi sosial
8. Kondisi terstigma
9. Penyakit terstigma
10. Kurang terpapar informasi
11. Kecemasan
Kondisi Klinis Terkait :

1. Diagnosis yang tidak terduga atau baru


2. Peristiwa traumatis
3. Diagnosis penyakit kronis
4. Diagnosis penyakit terminal
5. Rawat inap.
 

3. Intervensi
Pada asuhan keperawatan Filariasis intervensi yang muncul antara lain :

1. Nyeri kronis
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial.

Tujuan : menunjukkan nyeri: efek merusak, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada):

1. Gangguan performa peran


2. Gangguan konsentrasi
3. Gangguan perawatan diri
4. Gangguan pola tidur
5. Kehilangan selera makan
Kriteria evaluasi :

1. Pasien akan menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternatif untuk
redakan nyeri
2. Pasien akan melaporkan bahwa tingkat nyeri pasien dipertahankan pada skala nyeri 0-
10
3. Pasien akan tetap produktif ditempat kerja atau sekolah
4. Pasien akan melaporkan menikmati aktivitas senggang
5. Pasien akan melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
6. Pasien akan mengenali faktir-faktor yang meningkatkan nyeri dan melakukan
tindakan pencegahan nyeri
7. Menggunakan pereda nyeri analgesik dan nonanalgesik secara tepat
Pengkajian

1. Kaji dan dokumentasi efek jangka penjang penggunaan obat


2. Penatalaksanaan nyeri (NIC)
Pantau tingkat kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri pada interfal tertentu.

Tentukan dampak pengaman nyeri pada kualitas hidup (misalnya tidur, selera makan,
aktivitas, kognisi, alam perasaan, hubungan, kinerja, dan tanggung jawab peran)

Penyuluhan untuk pasien /keluarga

1. Beri tahu pasien bahwa peredaan nyeri secara total tidak akan dapat dicapai
Aktivitas kolaboratif

1. Adakah pertemuan multidisipliner untuk merencanakan asuhan keperawatan pasien


2. Manajemen nyeri (NIC)
Pertimbangkan rujukan untuk pasien, keluarga, dan orang terdekat pasien ke kelompok
pendukung atau sumber-sumber lain, bila perlu (Wilkinson & Ahern, Buku Saku Diagnosis
Keperawatan, 2013, hal. 537).

1. Hipertermia
Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal.

Tujuan: Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator gangguan
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada
gangguan) :

1. Peningkatan suhu kulit


2. Hipertemia
3. Dehidrasi
4. Mengantuk
Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai
berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat,   sedang, ringan atau tidak ada gangguan) :

1. Berkeringat saat panas


2. Denyut nadi radialis
3. Frekuensi pernapasan
Kriteria hasil :

Pasien dan Keluarga akan :

Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu

Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh


Melaporkan tanda dan gejala dini Hipertermia

Bayi akan :

Tidak mengalami gawat napas, gelisah, atau letargi

Menggunakan sikap tubuh yang dapat mengurangi panas

Pengkajian Keperawatan :

1. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan
2. Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa)
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga

1. Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara
dini hipertermia (misalnya,sengatan panas,dan keletihan akibat panas)
2. Ajarkan indekasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan,
jika perlu.
Aktifitas Kolaboratif

1. Berikan obat antipiretik, jika perlu


2. Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh,
jika perlu (Wilkinson & Ahern, 2013, hal. 390).
 

1. Gangguan eliminasi urine


Definisi : pola fungsi perkemihan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan eliminasi dan
dapat ditingkatkan.

Tujuan: menunjukkan eliminasi urine, yang membuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-
5 : gangguan ekstern , berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):

1. Identifikasi dorongan berkemih


2. Mengosongkan kandung kemih secara tuntas
3. pola eliminasi
4. Asuhan cairan adekuat
Kriteria Evaluasi :

Pasien akan:

Mendeskripsikan rencana untuk meningkatkan fungsi perkemihan

Memiliki urine residu pasca-berkemih >100-200 ml


Tetap terbebas dari infeksi saluran kemih

Memiliki asupan haluaran urine 24 jam yang seimbang

Melaporkan jumlah dan karakteristik urine yang normal

Menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang obat yang memengaruhi

fungsi perkemihan

Mengalami eliminasi urine normal

Pengkajian :

1. Identifikasi dan dokumentasikan pola pengosongan kandung kemih


2. Kumpulkan data tentang penggunaan obat resep dan obat nonresep
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga :

1. Beri informasi tentang fungsi perkemihan normal


2. Beri informasi tentang kebutuhan cairan, berkemih, teratur, ddl (Wilkinson & Ahern,
2013, hal. 841).
3. Gangguan Citra Tubuh
Definisi : konfusi pada gambaran mental fisik diri seseorang.

Tujuan :

1. Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan adaptasi
dengan ketunadayaan Fisik, penyesuaian Psikososial: Perubahan Hidup, Citra Tubuh
positif, tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan Anak, dan Harga diri positif
2. Menunjukkan Citra Tubuh, yang dibuktikan oleh indikator
Kriteria hasil :

1. Mengidentifikasi kekuatan personal


2. Mengenali dampak situasi pada hubungan personal dan gaya hidup
3. Mengenali perubahan aktual pada penampilan tubuh
4. Menunjukkan penerimaan penampilan
5. Menggambarkan perubahan aktual pada fungsi tubuh
Pengkajian :

1. Kajian dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien terhadap tubuh
pasien
2. Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan pasien
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga :

1. Ajarkan tentang cara merawat dan perawat diri, termasuk komplikasi kondisi medis.
Aktivitas Kolaboratif :
1. Rujukan kelayanan sosial untuk merencanakan perawatan dengan pasien dan keluarga
2. Rujukan pasien untuk mendapat terapi fisik untuk latihan kekuatan dan fleksibilitas,
membantu dalam perpindahan tempat dan ambulasi, atau pengguanaan prostesis
3. Tawarkan untuk menghubungi sumber-sumber komunikasi yang tersedia untuk
pasien/keluarga
4. Rujuk ke tim interdisipliner untuk klien yang memiliki kebutuhan kompleks
(misalnya, komplikasi pembedahan) (Wilkinson & Ahern, 2013, hal. 69).
5. Hambatan mobilitas Fisik
Definisi : keterbatasan dalam, penggerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau satu
ekstremitas atau lebih .

Tujuan : memperhatikan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5 :
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan) :

1. Keseimbangan
2. Koordinasi
3. Performa posisi tubuh
4. Pergerakan sendi dan otot
5. Berjalan
6. Bergerak dengan mudah.
Kriteria Evaluasi :

1. Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan


2. Meminta bantuan untuk aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat
bantu
3. Menyangga berat badan
4. Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yg benar
5. Berpindah ke kursi atau kursi roda
6. Menggunakan kursi roda secara efektif.
Pengkajian :

1. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan kebutuhan


terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama
2. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
3. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah
4. Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan
5. Berikan penguatan positif selama aktivitas
6. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki anti selip yang mendukung untuk berjalan
(Wilkinson & Ahern, 2013, hal. 472).
7. Resiko Ketidakberdayaan
Definisi : persepsi bahwa tindakan individu tidak akan memengaruhi hasil secara bermakna :
persepsi kurang dapat mengendalikan situasi saat ini atau yang akan terjadi.

Tujuan : menunjukkan partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang perawatan


kesehatan, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan mengidentifikasi proritas
hasil kesehatan.

Menggunakan teknik penyelesaian masalah untuk mencapai hasil yang diharapkan.


Kriteria Evaluasi :

1. Mengungkapkan secara verbal tentang segala perasaan ketidakberdayaan


2. Mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya
3. Menghubungkan ketiadaan kendala dengan tindakan
4. Mengungkapkan secara verbal kemampuan untuk melakukan tindakan yang
diperlukan
5. Melaporkan dukungan yang adekuat dari orang terdekat, taman-teman dan tetangga
6. Melaporkan waktu, keuangan pribadi, dan asuransi kesehatan yang memadai
7. Melaporkan ketersediaan alat, bahan, pelayanan, dan alat transportasi.
Pengkajian :

1. Peningkatan harga diri (NIC) :


Tentukan lokus kontrol pasien

Tentukan kepercayaan diri pasien terhadap keputusannya sendiri

Pantau tingkat harga diri sepanjang waktu, apabila perlu

2. Fasilitasi Tanggung Jawab Diri (NIC) :


Pantau tingkat tanggung jawab yang diemban pasien

Tentukan apakah pasien memiliki pengetahuan yang adekuat tentang kondisi perawatan
kesehatan

Aktivitas Kolaboratif :

1. Adakan suatu konferensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan mengembangkan


rutinitas perawatan pasien (Wilkinson & Ahern, 2013, hal. 581).

N Diagnosa Perencanaan
Tujuan
O Keperawatan Intervensi Rasional
1. Nyeri Setelah dilakukan Mandiri :
berhubungan tindakan keperawatan
  Kaji keluhan ·         Mengindikasikan
dengan adanya selama 3 x 24
nyeri,perhatikan kebutuhan untuk intervensi
Peradangan pad jamdiharapkan Nyeri
lokasi,intensitas,dan dan juga tanda tanda
a kelenjar limfe. berkurang /
frekuensi. perkembangan.Meningkat
menghilang denganKH:
kan relaksasi/menurunkan
·         Tanda tanda tegangan otot.
vitalnormal/stabil.  Lakukan teknik
·         Dapat
relaksasi misalnya perubahan
·          Klien tampak menghilangkan nyeri dan
posisi,masase, rentang gerak
tenang meningkatkan relaksasi
pada sendi yang sakit.
serta menurun kan
tegangan otot.Dapat
mengurangi ansietas dan
·         Berikan kompres
rasa takut sehingga
hangat atau lembab pada
mengurangi persepsi akan
daerah nyeri.
intensitas rasa sakit

·         Ajar kan klien untuk


memggunggkap kan perasaan
/rasa sakit yang di rasakan ·           Dapat mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi :
·         Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgesik sesuai
indikasi.
2 Peningkatan Setelah dilakukan Mandiri :
suhu tubuh tindakan keperawatan
·         Pantau suhu tubuh ·         Suhu 38 samapi 41,1
berhubungan selama 3 x 24 jam
pasien perhatikan adanya menujukan adanya
denganAdanya diharapkan ada
mengiggil/diafores. infeksius akut.
Inflamasi pada
Perubahan suhu dalam
kelenjar getah ·         Pantu suhu
batas normal. Dengan
bening lingkungan,batasi/tambahkan
KH: linen tempat tidur sesuai
indikasi. ·          Suhu ruangan
·         Tidak mengalami
/jumlah selimut harus di
komplikasi ·         Berikan kompres
ubah untuk
yangberhubungan. mandi hangat hindari
mempertahankan suhu
penggunaan alkohol. Pada
·         Tanda tanda vital mendekati normal.
daerah frontalis dan aksila.
normal.
·         Berikan selimut
·         Leukosit normal
pendingin.

·         Dapat membantu
mengurangi
demam,penggunaan air
es/aklhokol
mungkinmenyebabkan
·         Anjurkan klien
kedinginan,peningkatan
memakai pakaian tipis dan
suhu secara actual.
mudah menyerap keringat.
Kolaborasi:
·         Di gunakan untuk
1. Kolaborasi dengan dokter
mengurangi demam
atau tim kesehatan lainya
umumnya lebih besar dari
untuk pemberian antipiretik,
39,5°csampai 40°c pada
Misal nya aspirin
asetaminofen waktu terjadi kerusakan
/gannguan pada otak.

·         Dengan pakaian tipis


dan menyerap keringat
maka akan mengurangi
penguapan. Di gunakn
untuk memgurangi demam
dengan aksi sentral nya
kepada hipotalamus.
3 Hambatan Setelah dilakukan Mandiri :
mobilitas fisik tindakan keperawatan
·         Periksa kembali ·         Mengidentifikasi
berhubungan selama 3 x 24 jam
kemampuan dan keadaan kerusakan kemungkinan
denganAdanya diharapkan
secara kondisional pada kerusakan secara
pembengkakan Mempertahankan
kerusakan yang ter jadi. fungsional dan
pada kelenjar /meningkatkan
mempegaruhi pilihan
limfe di daerah kekuatan dan fungsi ·         Atur posisi tertentu
intervensi yang akan
tungkai bagian tubuh yang sakit untuk menghindari kerusakan
dilakukan.
(inguinal). karna tekanan,ubah posisi
/ kompensasi.
pasien secara teratur dan buat
KH : sedikit perubahan posisi
antara waktu perubahan
·         Kaki klien tidak
posisi tersebut. ·         Perubahan posisi
lagi mengalami
yang teratur menyebakan
pembesaran. ·         Berikan atau bantu
penyamaran terhadap berat
klien untuk melakukan
·         Nadi normal badan dan meningkatakan
latihan rentang gerak.
sirkulasi pada bagian tubuh
·         RR normal
·         Tingkat kan aktivitas
dan partisipasi dalam
merawat diri sendiri sesuai
kemampuan klien .

·         mperhatikan
mobilisasi dan fungsi sendi
/posisi normal ekstermitas
dan menurunkan ter
jadinya vena yang statis.
·         Keterlibatan pasien
dalam perencanaan dalam
kegiatan adalah sangat
penting dalam
meningkatkan kerjasama
pasien untukkeberhasilan
dari suatu program
tersebut. Dapat
menghilangkan rasa nyeri
sehingga mempermudah
klien untuk melakukan
aktivitas secara mandiri
4. Resiko Setelah dilakukan Mandiri
penularan penya tindakan keperawatan
·         Identifikasi orang lain ·         Orang orang yang
kit berhubungan selama 3 x 24 jam
yang berisiko penularan terpajan ini perlu program
dengan diharapkan klien
contoh anggota keluarga terapi obat untuk mencegah
pemajanan mampu Melakukan
/teman. penularan.
penularan perubahan pola hidup
melalui vector. untuk memperbaiki ·         Awasi suhu lingkungan
Kesehatan umum dan kelembapan dan.
menurunkan resiko
tentang penularan ·         berikan racun serangga
penyakit di sekitar lingkungan tempat
tinggal klien. ·         Suhu lingkungan
yang lembab  merupakan
·         Atur lingkungan klien
tempat perkembangbiakan
sedemikian rupa sehngga
nyamuk.
membatasi rentang vektor
untuk dapat menyebarkan
penyakit.
·         Racun serangga
·         Berikan penkes pada dapat membunuh pembawa
keluarga  dan masyarakat vektor filariasis.
sekitar seputar pencegahan
terhadap filariasis.
·         Tekankan penting tidak
melakukan penghentian terapi
obat.
·         Pemodifikasian
·         Berikan makanan yang ruang/lingkungan dapat
seimbang dalam porsi kecil mengurangi faktor resiko
pada jumlah makanan yang penyebaran parasit
besar dan tepat.
Kolaborasi
Kolaborasi dengna dokter
untuk pemberian pengobatan
di komunitas seperti
dietilkarbamazine (dec) ·         Untuk menambah
pengobatan di lakukan secara pengetahuan masyarakat
berulang 1 hingga 6 bulan ( 6 seputar filariasi
sampai 8 kg/BB)

·         Penghentian terapi
obat berisiko penyebaran
infeksi dapat berlanjut.

·          Adanya anoreksia
dapat menurunkan tahanan
tubuh terhadap prosese
infeksi dan menganggu
proses penyembuhan.

1.

        Pemberian obat
dietilkarbamazine (dec)
dapat membunuh parasit
yang terdapat pada kalenjar
limpe dan menurunkan
resiko terjadinya
penularan.
PENUTUP

Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing
filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, Dan bila
tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan,
dan alat kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja
secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehinggamenjadi beban
keluarga. Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit endemis
yang apa tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan penularannya kepada
manusia. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis, serta hal-hal yang terkait
dengannya. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk
membahas kasus mengenai penyakit filariasis ini dan sebagai pemenuhan tugas pada blok
sistem imun dan hematologi. (riyanto, harun.2005)

Anda mungkin juga menyukai