1. Pengkajian
2. Identitas
Penyakit filariasis biasanya sering menyerang pada pria dan wanita yang berumur diatas 30
tahun (Kunoli, 2012, p. 199).
Alasan MRS
Pasien mengalami kelemahan otot, menurunnya masa otot, respon fisiologi aktivitas
(perubahan TD, frekuensi jantung) (Kunoli, 2012, hal. 203).
Klien mengeluh nyeri disertai bengkak pada kaki yang terkena, nyeri terasa seperti tertusuk-
tusuk, nyeri timbul setiap saat dan skala nyeri sedang sampai berat. Bengkak awalnya muncul
dari telapak kaki sampai ke tungkai kaki bawah. Pasien sulit berjalan yang disebabkan oleh
pembengkakan tungkai kaki. Demam naik turun dan buang air kecil berwarna putih susu
(Kunoli, 2012, hal. 203).
Riwayat pengobatan
Pada pengobatan masal (program pengendalian filariasis) pemberian DEC dosis standar tidak
dianjurkan lagi mengingat efek sampingnya. Untuk itu, DEC diberikan dengan dosis lebih
rendah (6 mg/kgBB), dengan jangka waktu pemberian yang lebih lamam mencapai dosis total
yang sama misalnya dalam bentuk garam DEC 0,2 – 0,4% selama 9-12 bulan. Atau
pemberian obat dilakukan seminggu sekali, atau dosis tunggal setiap 6 bulan atau setiap tahun
(Sudoyo dkk, 2010, hal. 2935).
1. Pemeriksaan Fisik
2. Keadaan umum
3. Kesadaran
Kesadaran Pada manifestasi akut dapat ditemukan adanya limfangitis dan limfadenitis yang
berlangsung 3 – 15 hari, dan dapat terjadi beberapa kali dalam setahun (Zainuddin, 2014, hal.
39).
1. Tanda – tanda vital
Pasien dengan penyakit filariasis perubahan tekanan darah, menurunnya volume nadi perifer,
perpanjangan pengisian kapiler (Kunoli, 2012, hal. 203).
2. Body system
3. Sistem pernafasan
Penyakit filariasis terjadi pernapasan pendek : dispnea nokturnal paroksismal ; batuk dengan /
tanpa sputum kental dan banyak (Aziz dkk, 2013, hal. 116).
1. Sistem kardiovaskular
ictus cordis tidak terlihat dan tidak kuat angkat, Perubahan TD, menurunnya volume nadi
perifer, perpanjangan pengisian kapiler (Kunoli, 2012, hal. 203).
1. Sistem pensyarafan
Kaki bengkak dan reflek tidak normal (Sudoyo dkk, 2010, hal. 2932).
1. Sistem perkemihan
Pembengkakan pada daerah skrotalis (Kunoli, 2012, hal. 203).
1. Sistem percernaan
Pasien mengalami anoreksia dan permeabilitas cairan (Kunoli, 2012, hal. 203).
1. Sistem integument
Warna kulit normal dan mengalami gangguan pada ekstemitas yang terkena kaki gajah,
tekstur kulit mengalami bengkak, gatal, lesi, bernanah pada kaki yang terkena (Kunoli, 2012,
hal. 203).
1. Sistem muskuloskeletal
Terdapat edema pada kaki yang terkena dan kelemahan otot (Kunoli, 2012, hal. 203).
1. Sistem endokrin
Ditemukan adanya limfangitis dan limfadenitis yang berlangsung 3 – 15 hari, dan dapat
terjadi beberapa kali dalam setahun (Zainuddin, 2014, hal. 36).
1. Sistem reproduksi
Menurunnya libido (Kunoli, 2012, hal. 203).
1. Sistem pengindraan
Kerusakan status indra praba (Kunoli, 2012, hal. 203)
1. Sistem imun
Mengalami demam pada filariasis karena adanya inflamasi yang berawal dari kelenjar getah
(Sudoyo dkk, 2010, hal. 2932).
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah ,
sampai saaat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya
muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam
saja (nocturnal periodicity)(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 144).
5. Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa
penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai penjaringan
membran, metode konsentrasikan dan teknik pengendapan (Nurarif & Kusuma, 2015, hal.
144).
6. Metode pemeriksaan yang mendekati kearah diagnose dan diakui oleh WHO dengan
pemeriksaan system “teskartu”, hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi
penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan mengambil sample darah system tusukan jari
droplests diwaktu kapan pun, tidak harus dimalam har (Nurarif & Kusuma, 2015, hal.
144).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan filariasis bergantung kepada keadaan klinis dan beratnya penyakit.
Terapi medikamentosa
1. Ivermectin
Obat ini merupakan antibiotik semisintetik golongan makrolid yang berfungsi sebagai agent
mikrofilarisidal poten. Dosis tunggal 200-400µg/kg dapat menurunkan microfilaria dalam
darah tepi untuk waktu 6-24 bulan. Obat belum digunakan di Indonesia (Nurarif & Kusuma,
2015, hal. 145).
1. Albendazol
Obat ini digunakan untuk pengobatan cacing intestine selam bertahun-tahun dan baru-baru ini
di coba digunakan sebagai anti-filaria. Albendazole hanya mempunyai sedikit efek untuk
mikrofilaremia dan antigenaemia jika digunakan sendiri. Dosis tunggal 400 mg dikombinasi
dengan DEC atau intermectin efektif menghancurkan microfilaria (Nurarif & Kusuma, 2015,
hal. 145).
2. Diagnosa keperawatan
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan filariasis yang muncul antara lain :
Penyebab :
1. Subjektif :
2. Mengeluh nyeri
3. Merasa depresi (tertekan)
4. Objektif :
5. Tampak meringis
6. Gelisah
7. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Gejala dan tanda minor :
1. Subjektif :
2. Merasa takut mengalami cedera berulang
3. Objektif :
4. Bersikap protektif
5. Waspada
6. Pola tidur berubah
7. Anoreksia
8. Fokus menyempit
9. Berfokus pada diri sendiri
Kondisi klinis terkait : kondisi kronis, infeksi, cedera medula spinalis, kondisi pasca trauma,
dan tumor.
Penyebab:
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Preoses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Pengunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor :
1. Subjektif
(tidak tersedia)
1. Objektif
2. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor :
1. Subjektif
(tidak tersedia)
1. Objektif
2. Kulit merah
3. Kejang
4. Takikardi
5. Takipnea
6. Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
7. Gangguan eliminasi urine(Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 96)
Definisi : disfungsi eliminasi urine
Penyebab :
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis.operasi ginjal,operasi saluran kemih,
anestesi,dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet(mis.imobilisasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis.anomali saluran kemih kongenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)
Gejala dan tanda mayor :
1. Subyektif
2. Desakan berkemih (Urgensi)
3. Urine menetes (Dribbling)
4. Sering buang air kecil
5. Nokturia
6. Mengompol
7. Enuresis
8. Objektif
9. Distensi kandung kemih
10. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
11. Volume residu urine meningkat
Gejala dan Tanda Minor :
1. Subyektif
(tidak tersedia)
1. Objektif
(tidak tersedia)
1. Perubahan struktur / bentuk (mis. amputasi, trauma, luka bakar, obesitas, jerawat)
2. Perubahan fungsi tubuh (mis. Proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindakan / pengobatan (mis . pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
Gejala dan Tanda Mayar :
1. Subjektif
2. Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
3. Objektif
4. Kehilangan bagian tubuh
5. Fungsi / struktur tubuh berubah / hilang
Gejala dan Tanda Minor :
1. Subjektif
2. Tidak mau mengungkapkan kecacatan / kehilangan bagian tubuh
3. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
4. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan / reaksi orang lain
5. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
6. Objektif
7. Menyembunyikan / menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
8. Menghindari melihat dan / atau menyentuh bagian tubuh
9. Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
10. Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
11. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
12. Hubungan sosial berubah
Kondisi klinis terkait :
1. Mastektomi
2. Amputasi
3. Jerawat
4. Parut atau luka bakar yang terlihat
5. Obesitas
6. Hiperpigmentasi pada kehamilan
7. Gangguan psikiatrik
8. Program terapi neoplasma
9. Alopecia chemically induced.
10. Hambatan Mobilitas Fisik (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 124).
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.
Penyebab :
1. Subjektif
2. Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
3. Objektif
4. Kekuatan otot menurun
5. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
2. Nyeri saat bergerak
3. Enggan melakukan pergerakan
4. Merasa cemas saat bergerak
5. Objektif
A. Sendi kaku
B. Gerakan tidak terkoordinasi
C. Gerakan terbatas
D. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait :
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Oestemalasia
7. Keganasan
8. Resiko Ketidakberdayaan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 224).
Definisi : persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil secara
signifikan; persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.
Faktor Resiko :
3. Intervensi
Pada asuhan keperawatan Filariasis intervensi yang muncul antara lain :
1. Nyeri kronis
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial.
Tujuan : menunjukkan nyeri: efek merusak, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada):
1. Pasien akan menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternatif untuk
redakan nyeri
2. Pasien akan melaporkan bahwa tingkat nyeri pasien dipertahankan pada skala nyeri 0-
10
3. Pasien akan tetap produktif ditempat kerja atau sekolah
4. Pasien akan melaporkan menikmati aktivitas senggang
5. Pasien akan melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
6. Pasien akan mengenali faktir-faktor yang meningkatkan nyeri dan melakukan
tindakan pencegahan nyeri
7. Menggunakan pereda nyeri analgesik dan nonanalgesik secara tepat
Pengkajian
Tentukan dampak pengaman nyeri pada kualitas hidup (misalnya tidur, selera makan,
aktivitas, kognisi, alam perasaan, hubungan, kinerja, dan tanggung jawab peran)
1. Beri tahu pasien bahwa peredaan nyeri secara total tidak akan dapat dicapai
Aktivitas kolaboratif
1. Hipertermia
Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator gangguan
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada
gangguan) :
Bayi akan :
Pengkajian Keperawatan :
1. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan
2. Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa)
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga
1. Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara
dini hipertermia (misalnya,sengatan panas,dan keletihan akibat panas)
2. Ajarkan indekasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan,
jika perlu.
Aktifitas Kolaboratif
Tujuan: menunjukkan eliminasi urine, yang membuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-
5 : gangguan ekstern , berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
Pasien akan:
fungsi perkemihan
Pengkajian :
Tujuan :
1. Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan adaptasi
dengan ketunadayaan Fisik, penyesuaian Psikososial: Perubahan Hidup, Citra Tubuh
positif, tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan Anak, dan Harga diri positif
2. Menunjukkan Citra Tubuh, yang dibuktikan oleh indikator
Kriteria hasil :
1. Kajian dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien terhadap tubuh
pasien
2. Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan pasien
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga :
1. Ajarkan tentang cara merawat dan perawat diri, termasuk komplikasi kondisi medis.
Aktivitas Kolaboratif :
1. Rujukan kelayanan sosial untuk merencanakan perawatan dengan pasien dan keluarga
2. Rujukan pasien untuk mendapat terapi fisik untuk latihan kekuatan dan fleksibilitas,
membantu dalam perpindahan tempat dan ambulasi, atau pengguanaan prostesis
3. Tawarkan untuk menghubungi sumber-sumber komunikasi yang tersedia untuk
pasien/keluarga
4. Rujuk ke tim interdisipliner untuk klien yang memiliki kebutuhan kompleks
(misalnya, komplikasi pembedahan) (Wilkinson & Ahern, 2013, hal. 69).
5. Hambatan mobilitas Fisik
Definisi : keterbatasan dalam, penggerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau satu
ekstremitas atau lebih .
Tujuan : memperhatikan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5 :
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan) :
1. Keseimbangan
2. Koordinasi
3. Performa posisi tubuh
4. Pergerakan sendi dan otot
5. Berjalan
6. Bergerak dengan mudah.
Kriteria Evaluasi :
Tentukan apakah pasien memiliki pengetahuan yang adekuat tentang kondisi perawatan
kesehatan
Aktivitas Kolaboratif :
N Diagnosa Perencanaan
Tujuan
O Keperawatan Intervensi Rasional
1. Nyeri Setelah dilakukan Mandiri :
berhubungan tindakan keperawatan
Kaji keluhan · Mengindikasikan
dengan adanya selama 3 x 24
nyeri,perhatikan kebutuhan untuk intervensi
Peradangan pad jamdiharapkan Nyeri
lokasi,intensitas,dan dan juga tanda tanda
a kelenjar limfe. berkurang /
frekuensi. perkembangan.Meningkat
menghilang denganKH:
kan relaksasi/menurunkan
· Tanda tanda tegangan otot.
vitalnormal/stabil. Lakukan teknik
· Dapat
relaksasi misalnya perubahan
· Klien tampak menghilangkan nyeri dan
posisi,masase, rentang gerak
tenang meningkatkan relaksasi
pada sendi yang sakit.
serta menurun kan
tegangan otot.Dapat
mengurangi ansietas dan
· Berikan kompres
rasa takut sehingga
hangat atau lembab pada
mengurangi persepsi akan
daerah nyeri.
intensitas rasa sakit
· Dapat membantu
mengurangi
demam,penggunaan air
es/aklhokol
mungkinmenyebabkan
· Anjurkan klien
kedinginan,peningkatan
memakai pakaian tipis dan
suhu secara actual.
mudah menyerap keringat.
Kolaborasi:
· Di gunakan untuk
1. Kolaborasi dengan dokter
mengurangi demam
atau tim kesehatan lainya
umumnya lebih besar dari
untuk pemberian antipiretik,
39,5°csampai 40°c pada
Misal nya aspirin
asetaminofen waktu terjadi kerusakan
/gannguan pada otak.
· mperhatikan
mobilisasi dan fungsi sendi
/posisi normal ekstermitas
dan menurunkan ter
jadinya vena yang statis.
· Keterlibatan pasien
dalam perencanaan dalam
kegiatan adalah sangat
penting dalam
meningkatkan kerjasama
pasien untukkeberhasilan
dari suatu program
tersebut. Dapat
menghilangkan rasa nyeri
sehingga mempermudah
klien untuk melakukan
aktivitas secara mandiri
4. Resiko Setelah dilakukan Mandiri
penularan penya tindakan keperawatan
· Identifikasi orang lain · Orang orang yang
kit berhubungan selama 3 x 24 jam
yang berisiko penularan terpajan ini perlu program
dengan diharapkan klien
contoh anggota keluarga terapi obat untuk mencegah
pemajanan mampu Melakukan
/teman. penularan.
penularan perubahan pola hidup
melalui vector. untuk memperbaiki · Awasi suhu lingkungan
Kesehatan umum dan kelembapan dan.
menurunkan resiko
tentang penularan · berikan racun serangga
penyakit di sekitar lingkungan tempat
tinggal klien. · Suhu lingkungan
yang lembab merupakan
· Atur lingkungan klien
tempat perkembangbiakan
sedemikian rupa sehngga
nyamuk.
membatasi rentang vektor
untuk dapat menyebarkan
penyakit.
· Racun serangga
· Berikan penkes pada dapat membunuh pembawa
keluarga dan masyarakat vektor filariasis.
sekitar seputar pencegahan
terhadap filariasis.
· Tekankan penting tidak
melakukan penghentian terapi
obat.
· Pemodifikasian
· Berikan makanan yang ruang/lingkungan dapat
seimbang dalam porsi kecil mengurangi faktor resiko
pada jumlah makanan yang penyebaran parasit
besar dan tepat.
Kolaborasi
Kolaborasi dengna dokter
untuk pemberian pengobatan
di komunitas seperti
dietilkarbamazine (dec) · Untuk menambah
pengobatan di lakukan secara pengetahuan masyarakat
berulang 1 hingga 6 bulan ( 6 seputar filariasi
sampai 8 kg/BB)
· Penghentian terapi
obat berisiko penyebaran
infeksi dapat berlanjut.
· Adanya anoreksia
dapat menurunkan tahanan
tubuh terhadap prosese
infeksi dan menganggu
proses penyembuhan.
1.
Pemberian obat
dietilkarbamazine (dec)
dapat membunuh parasit
yang terdapat pada kalenjar
limpe dan menurunkan
resiko terjadinya
penularan.
PENUTUP
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing
filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, Dan bila
tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan,
dan alat kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja
secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehinggamenjadi beban
keluarga. Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit endemis
yang apa tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan penularannya kepada
manusia. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis, serta hal-hal yang terkait
dengannya. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk
membahas kasus mengenai penyakit filariasis ini dan sebagai pemenuhan tugas pada blok
sistem imun dan hematologi. (riyanto, harun.2005)