Anda di halaman 1dari 25

Askep Filariasis

Nofrida Saswati, 24 November 2021


Pengertian
  Filariasis atau lebih dikenal elephantiasis (kaki gajah) adalah
penyakit akibat nematode yang seperti cacing yaitu
wuchereria bancrofti. Brugia malayi dan brugia timon yang
dikenal sebagai filaria. Infeksi ini biasanya terjadi pada saat
kanak-kanak dan manifestasi yang dapat terlihat mucul
belakangan, menetap dan menimbulkan ketidak mampuan
menetap (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 144). Filariasis sering
juga disebut kaki gajah. Akibat paling vatal bagi penderita adalah
kecacatan permanen yang sangat mengganggu produktifitas (Kunoli,
2012, p. 199)
Penyebab
  Wuchereria bancrofti merupakan cacing dewasa berwarna putih,
kecil seperti benang. Cacing jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm,
sedangkan cacing betina berukuran dua kali cacing jantan yaitu
80-100 mm x 0,2-0,3 mm. Manusia merupakan satu-satunya
hospes yang diketahui. Penularan nyamelalui proboscis (labela)
sewaktu gigitan nyamuk yang mengandung larva inefektif. Larva
akan terdeposit di kulit, berpindah kepembuluh limfa
berkembang menjadi cacing dewasa selama 6-12 bulan, dan
menyebabkan kerusakan dan pembesaran pembuluh limfe.
Filariasis dewasa hidup beberapa tahun di tubuh manusia. Selama
periode tersebut filarial berkembang menghasilkan jutaan
microfilaria (umur 3-36 bulan) yang belum masak, beredar di
daerah perifer dan dapat dihisap oleh nyamuk yang kemudian
menularkan kemanusia lain (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 144).
Tanda Gejala

1. Gejala tampak setelah 3 bulan infeksi


2. Umumnya masa tunas 8-12 bulan
3. Fase akut menimbulkan peradangan seperti limfangitis, limfadenitis, funikulitis,
epididymitis dan orkitis
4. Gejala dari limfa denitis nyeri local, keras didaerah limfe, demam, sakit kepala
5. Fase akut dapat sembuh spontan setelah beberapa hari dan beberapa kasus
mengalami dan badan, mual, lesu dan tidak nafsu makan kekambuhan tidak
teratur selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum sembuh
6. Fase kronik terjadi dengan gejala hidrocel, kiluria, limfedema, dan
elephantiasis (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 144).
Patofisiologi
 Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan
pembulu getah bening akibat inflamasi yang
ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh
mikrofilaria. Cacing dewasa hidup dipembuluh getah
bening aferen atau sinus kelenjar getah bening dan
menyebabkan pelebaran pembulu getah bening dan
penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma,
eosinofil, dan magrofag didalam dan sekitar pembuluh
getah bening yang mengalami inflamasi bersama
dengan proliferasi sel endotel dan jaringan penunjang,
menyebabkan berliku-likunya sistem limfatik dan
kerusakan atau inkompetensi katup pembuluh getah
bening.
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama edema
keras terjadi pada kulit yang mendasari. Perubahan-perubahan
yang terjadi akibat filasriasis ini disebabkan oleh efek langsung
dari cacicng ini dan oleh respon imun yang menyebabkan pejamu
terhadap parasit. Respon imun ini dipercaya menyebabkan proses
granulomatosa dan proliferasi yang menyebabkan obstruksi total
getah bening (Sudoyo dkk, 2010, p. 2932).
Klasifikasi

1. Filariasis malayi
Filariasi malayi disebakan oleh disebabkan oleh brugiamalayi.
Periodisitas mikrofilaria B. Malayi adalah periodik nokturna, sub
perodik nokturna, atau non periodik. Periodisitas mikrofilaria
yang bersarung dan berbentuk kasini, tidak senyata periodisitas
W.Bansofti. Sebagai hospes sementara adalah nyamuk mansomia,
anopeles, amigeres. Dalam tubuh nyamuk mikrofilaria tumbuh
menjadi larva impektif dalam waktu 6-12 hari. Ada peneliti yang
menyebutkan bahwa masa pertumbuhanya di dalam nyamuk
kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan.
Didalam tubuh manusia dan nyamuk perkembangan parasit ini
juga sama dengan perkembangan W. Bansoft (Sudoyo dkk, 2010,
hal. 2936).
2. Filariasis timori
Filariasis timori disebabkan oleh pilariatipetimori.filaria
tipe ini terdapat di timor, pulau rote, flores, dan beberapa
pulau disekitarnya. Cacing dewasa hidup di dalam saluran
dan dikelenjar limfe. Pagetornya adalah anopeles
barberostis. Mikro filarianya menyerupai mikro filaria
brugiamalayi, yaitu lekuk badanya patah-patah dan
susunan intinya tidak teratur, perbedaanya terletak dalam:
1. Panjang kepala = 3 x lebar kepala; 2. Ekornya
mempunyai 2 inti tambahan, yang ukuranya lebih kecil
daripada inti-inti lainya dan letaknya lebih berjauhan bila
dibandingkan dengan letak inti tambahan B. Malayi; 3.
Sarungnya tidak mengambil warna pulasan gamesa;
ukuranya lebih panjang daripada mikrofilaria
berugiamalayi. Mikrofilaria bersifat periodik
nokturna (Sudoyo dkk, 2010, p. 2936).
Komplikasi

 Hidrokel yang besar sehingga menekan


pembuluh darah
 Indikasi kosmetik
 Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat
dan sehari – hari.
 Chyluria (terdapat lemak pada urine)
 TPE (topical pulmonary eosinifilia)
 Hematuria
 Kelumpuhan saraf (Sudoyo dkk, 2010, p. 2934).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Penyakit filariasis biasanya sering menyerang
pada pria dan wanita yang berumur diatas 30
tahun (Kunoli, 2012, p. 199).
2. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama
Klien mengalami keluhan mudah lelah,
intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur
(Kunoli, 2012, p. 203).
b. Alasan MRS
Klien mengalami kelemahan otot, menurunnya masa
otot, respon fisiologi aktivitas (perubahan TD, frekuensi
jantung) (Kunoli, 2012, hal. 203).
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri disertai bengkak pada kaki yang
terkena, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, nyeri timbul
setiap saat dan skala nyeri sedang sampai berat. Bengkak
awalnya muncul dari telapak kaki sampai ke tungkai kaki
bawah. Pasien sulit berjalan yang disebabkan oleh
pembengkakan tungkai kaki. Demam naik turun dan
buang air kecil berwarna putih susu (Kunoli, 2012, hal.
203).
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Klien biasanya belum pernah mengalami penyakit
filariasis sebelumnya (Padila, 2013, hal. 412).
e. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga tidak ada yang mengalami penyakit
filariasis (Padila, 2013, hal. 412).
f. Riwayat pengobatan
Pada pengobatan masal (program pengendalian filariasis)
pemberian DEC dosis standar tidak dianjurkan lagi
mengingat efek sampingnya. Untuk itu, DEC diberikan
dengan dosis lebih rendah (6 mg/kgBB), dengan jangka
waktu pemberian yang lebih lamam mencapai dosis total
yang sama misalnya dalam bentuk garam DEC 0,2 – 0,4%
selama 9-12 bulan. Atau pemberian obat dilakukan
seminggu sekali, atau dosis tunggal setiap 6 bulan atau
setiap tahun (Sudoyo dkk, 2010, hal. 2935).
Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran
Kesadaran Pada manifestasi akut dapat
ditemukan adanya limfangitis dan limfadenitis
yang berlangsung 3 – 15 hari, dan dapat
terjadi beberapa kali dalam setahun
(Zainuddin, 2014, hal. 39).
2. Tanda – tanda vital
KLien dengan penyakit filariasis perubahan
tekanan darah, menurunnya volume nadi
perifer, perpanjangan pengisian kapiler (Kunoli,
2012, hal. 203).
3. Sistem pernafasan
Penyakit filariasis terjadi pernapasan pendek :
dispnea nokturnal paroksismal ; batuk dengan
/ tanpa sputum kental dan banyak (Aziz dkk,
2013, hal. 116).
4. Sistem kardiovaskular
ictus cordis tidak terlihat dan tidak  kuat
angkat, Perubahan TD, menurunnya volume 
nadi perifer, perpanjangan pengisian kapiler
(Kunoli, 2012, hal. 203).
5. Sistem pensyarafan
Kaki bengkak dan reflek tidak normal (Sudoyo dkk,
2010, hal. 2932).
6. Sistem perkemihan
Pembengkakan pada daerah skrotalis (Kunoli, 2012,
hal. 203).
7. Sistem percernaan
Klien mengalami anoreksia dan permeabilitas cairan
(Kunoli, 2012, hal. 203).
8. Sistem integument
Warna kulit normal dan mengalami gangguan pada
ekstemitas yang terkena kaki gajah, tekstur kulit
mengalami bengkak, gatal, lesi, bernanah pada kaki
yang terkena (Kunoli, 2012, hal. 203).
9. Sistem muskuloskeletal
Terdapat edema pada kaki yang terkena dan
kelemahan otot (Kunoli, 2012, hal. 203).
10. Sistem endokrin
Ditemukan adanya limfangitis dan limfadenitis yang
berlangsung 3 – 15 hari, dan dapat terjadi beberapa
kali dalam setahun (Zainuddin, 2014, hal. 36).
11. Sistem reproduksi
Menurunnya libido (Kunoli, 2012, hal. 203).
12. Sistem pengindraan
Kerusakan status indra praba (Kunoli, 2012, hal. 203)
13. Sistem imun
Mengalami demam pada filariasis karena adanya
inflamasi yang berawal dari kelenjar getah (Sudoyo
dkk, 2010, hal. 2932).
Pemeriksaan penunjang
1. Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan
mikroskopis darah , sampai saaat ini hal tersebut masih dirasakan
sulit dilakukan karena microfilaria hanya muncul dan menampilkan
diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja
(nocturnal periodicity)(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 144).
2. Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk
mendiagnosa penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan
system yang dikenal sebagai penjaringan membran, metode
konsentrasikan dan teknik pengendapan (Nurarif & Kusuma, 2015,
hal. 144).
3. Metode pemeriksaan yang mendekati kearah diagnose dan diakui
oleh WHO dengan pemeriksaan system “teskartu”, hal ini sangatlah
sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva).
Yaitu dengan mengambil sample darah system tusukan jari
droplests diwaktu kapan pun, tidak harus dimalam har (Nurarif &
Kusuma, 2015, hal. 144).
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa
 Diethycarbamazine citrate (DEC)
 Ivermectin
 Albendazol
Diagnosis Keperawatan
1.Nyeri Kronis berhubungan dengan kerusakan
sistem saraf ditandai dengan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
klien mengeluh nyeri,
Objektif:
klien tampak meringis, gelisah, anoreksia,
bersikap protektif
2. Hipertemia berhubungan dengan proses
penyakit ditandai dengan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif tidak ada
Objektif Suhu tubuh diatas normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif tidak ada
Objektif
Kulit terasa hangat, kulit merah, takikardi,
takipnea
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan
dengan iritasi kandung kemih ditandai dengan
gelaja dan tanda mayor
Subjektif: desakan berkemih
Objektif: Volume residu urine meningkat,
distensi kandung kemih
Gejala dan tanda minor tidak ada
Intervensi
1. Nyeri Kronis
Intervensi utama
a. Manajeman nyeri

b. Perawatan kenyamanan

c. Kolaborasi Terapi relaksasi

Intervensi pendukung
d. Dukungan hipnosis diri

e. Edukasi proses penyakit

f. Dukungan koping keluarga


g. Edukasi manajamen nyeri

h. Kolaborasi pemberian obat analgesik


2. Hipertemia
Tindakan observasi
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor haluaran urine

Terapeutik
d. Sediakan lingkungan dingin
e. Longgarkan pakaian klien
f. Berikan cairan oral

Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Peberian cairan dan elektrolit intravena
3. Gangguan eliminasi urine
Manajemen eliminasi urine
Tindakan Observasi;
a. Identifikasi tanda dan gejala retensi urine
b. Monitor eliminasi urine
Terapeutik
c. Catat waktu2 dan haluaran urine
d. Batasi asupan cairan
e. Ambil sampel urine
Edukasi
f. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
g. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
h. Anjurkan minum yang cukup
Kolaborasi
a. Pemberian obat supositoria uretra, jik aperlu
TERIMAKASIH SEMOGA
BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai