Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KELOMPOK 1

KEPEMIMPINAN DAN 7 KEBUTAAN

Anggota kelompok :
1. Siti Hajar

: 02150200135

2. Birat Atma Dewa

: 02150200136

3. Demanty Anies Putri

: 02150200118

4. Tiara Putri Harniyanti

: 02150200113

5. Feni Agustianingsih

: 02150200117

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang
Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang
ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis
yaitu: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di
Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.
Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan
pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis.
Pada tahun 1994 World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa
penyakit kaki gajah dapat di eleminasi dan dilanjutkan pada tahun 1997 World Health
Assembly membuat resolusi tentang eliminasi penyakit kaki gajah dan pada tahun 2000
WHO telah menetapkan komitmen global untuk mengeliminasi penyakit kaki gajah (The
Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the year
2020).
Filariasis menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia sesuai dengan resolusi World
Health Assembly (WHA) pada tahun 1997. Program eleminasi filariasis di dunia dimulai
berdasarkan deklarasi WHO tahun 2000. di Indonesia program eliminasi filariasis dimulai
pada tahun 2002. Untuk mencapai eliminasi, di Indonesia ditetapkan dua pilar yang akan
dilaksanakan yaitu, Memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat massal pencegahan

filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis; dan Mencegah dan membatasi kecacatan
karena filariasis.
Di Indonesia penyakit kaki gajah pertama kali ditemukan di Jakarta pada tahun 1889.
Berdasarkan rapid mapping kasus klinis kronis filariasis tahun 2000 wilayah Indonesia yang
menempati ranking tertinggi kejadian filariasis adalah Daerah Istimewa Aceh dan Propinsi
Nusa Tenggara Timur dengan jumlah kasus masing-masing 1908 dan 1706 kasus kronis.
Menurut Barodji dkk (1990 1995) Wilayah Kabupaten Flores Timur merupakan
daerah endemis penyakit kaki gajah yangdisebabkan oleh cacing Wuchereria bancrofti dan
Brugia timori. Selanjutnya oleh Partono dkk (1972) penyakit kaki gajah ditemukan di
Sulawesi. Di Kalimantan oleh Soedomo dkk (1980) Menyusul di Sumatra oleh Suzuki dkk
(1981) Sedangkan penyebab penyakit kaki gajah yang ditemukan di Sulawesi, Kalimantan
dan Sumatra tersebut adalah dari spesies Brugia malayi. Selain ke tiga wilayah kepulauan
tersebutdiatas sebagaimana yang termuat didalam modul eleminasi penyakit kaki gajah yang
di terbitkan oleh Depkes. RI melalui Ditjen PPM & PLDirektorat P2B2 Subdit Filariasis dan
Schistosomiasis (2002) endemisitas kejadian filariasis juga terdapat dibeberapa propinsi
lainya di Indonesia, diantaranya Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat, Kabupaten
Pekalongan Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Lebak Tangerang Propinsi Banten, Batam
Propinsi Riau, Lampung Timur Propinsi Lampung, Mamuju Propinsi Sulawesi Selatan,
Donggala Propinsi Sulawesi Tengah, Kab. Pontianak Propinsi Kalimantan Barat, Kabupaten
Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah, dan Kota Baru Propinsi Kalimantan Selatan. Menurut
Harijani AM. (1981) ditemukan Brugia malayi di Kalimantan Selatan bersifat Zoonosis
karena dari penangkapan berbagai binatang, kucing, monyet daun mengandung Brugia
malayi stadium dewasa dan vektornyadapat menggigit baik manusia maupun hewan.

Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies
nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Filariasis dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, dan organ kelamin. Filariasis
merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada,
kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Kasus penderita filariasis khas ditemukan
di wilayah dengan iklim sub tropis dan tropis (Abercrombie et al, 1997) seperti di Indonesia.
Filariasis pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1877, setelah itu tidak muncul dan
sekarang muncul kembali. Filariasis tersebar luas hampir di seluruh Propinsi di Indonesia.
Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa
di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis,
dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Untuk memberantas filariasis sampai tuntas, WHO
sudah menetapkan Kesepakatan Global (The Global Goal of Elimination of Lymphatic
Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020) yaitu program pengeliminasian
filariasis secara masal. Program ini dilaksanakan melalui pengobatan masal dengan DEC dan
Albendazol setahun sekali selama 5 tahun dilokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis
untuk mencegah kecacatan. WHO sendiri telah menyatakan filariasis sebagai urutan kedua
penyebab cacat permanen di dunia. Di Indonesia sendiri, telah melaksanakan eliminasi
filariasis secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5 Kabupaten percontohan. Perluasan
wilayah akan dilaksanakan setiap tahunnya. Upaya pemberantasan filariasis tidak bisa
dilakukan oleh pemerintah semata. Masyarakat juga harus ikut memberantas penyakit ini
secara aktif. Dengan mengetahui mekanisme penyebaran filariasis dan upaya pencegahan,
pengobatan serta rehabilitasinya, diharapkan program Indonesia Sehat Tahun 2010 dapat
terwujud salah satunya adalah terbebas dari endemi filariasis.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, dapat ditarik suatu rumusan masalah antara lain sebagai
berikut.Apa yang dimaksud dengan filariasis. Bagaimana mekanisme terjadinya filariasis.
Bagaimana upaya pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi filariasis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Peyakit Filariasis


Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat
merusak sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae
dan scrotum dan menimbulkan cacat seumur hidup (Depkes RI, 2009).

Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh
larva cacing Filaria (Wuchereria Brancrofti, Brugia Malayi dan Brugia Timori) yang
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, baik nyamuk jenis culex, aedes, anopheles, dan jenis
nyamuk lainnya. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk dari orang yang
mengandung larva cacing (mikrofilaria) dari salah satu cacing filaria di atas kepada orang
yang sehat (tidak mengandung) mikrofilaria.
Filariasis adalah penyakit kaki gajah yang disebabkan oleh cacing benang (Kamus
Besar Bahasa Indonesia)

2.2. Epidemiologi penyakit filariasis


Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit filaria yang menyerang
kelenjar dan pembuluh getah bening Di Indonesia filariasis limfatik disebabkan oleh
Wuchereria bancrofti (filariasis bancrofti) serta Brugia malayi dan Brugiatimori (filariasis
brugia) dan dikenal umum sebagai penyakit kaki gajah atau demam kaki gajah. Diagnosis
pasti ditegakkan dengan ditemukan mikrofilaria dalam peredaran darah.W.bancrofti dan
B.timori hanya ditemukan pada manusia. Berdasarkan sifat biologik B. malayi di Indonesia
didapatkan dua bentuk yaitu bentuk zoophilic dan anthropophilic. Periodisitas mikrofilaria
di peredaran darah pada jenis infeksi yang hanya ditemukan pada manusia bersifat
noktumal, sedangkan yang ditemukan pada manusia dan hewan (kera dan kucing) dapat
aperiodik, sub-periodik atau periodik. Filariasis ditularkan melalui vektor nyamuk Culex
quinque-fasciatus di daerah perkotaan dan oleh Anopheles spp., Aedes spp. dan Mansonia

spp. di daerah pedesaan. Di dalam nyamuk, mikrofilaria yang terisap bersama darah
berkembang menjadi larva infektif. Larva infektif masuk secara aktif ke dalam tubuh hospes
waktu nyamuk menggigit hospes dan berkembang menjadi dewasa yang melepaskan
mikrofilaria ke dalam peredaran darah. Filariasis ditemukan di berbagai daerah dataran
rendah yang berawa dengan hutan-hutan belukar yang umumnya didapat di pedesaan di luar
JawaBali. Filariasis brugia hanya ditemukan di pedesaan sedangkan filariasis bancrofti
didapatkan juga di perkotaan. Prevalensi filariasis bervariasi antara 2% sampai 70% pada
tahun 1987. Penyakit kaki gajah di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria
yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugiatimori, sedangkan vektor penyakitnya
adalah nyamuk. Nyamuk yang menjadi vektor filaria di Indonesia hingga saat ini telah
diketahui terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes dan
Armigeres. Menurut Soedarto (1989) sejumlah nyamuk yang termasuk dalam genus Culex
dikenal sebagai vektor penyakit menular. Culex gunguefasciatus atau Culex fatigans
menyukai air tanah dan rawa-rawa sebagai tempat berkembang biaknya, vektor ini dapat
menularkan demam kaki gajah pada manusia. Beberapa jenis culex lainnya berkembang
biaknya berbeda-beda jenisnya baik berupa air hujan dan air lainnya yang mempunyai kadar
bahan organik yang tinggi. Umumnya menyukai segala jenis genangan air terutama yang
terkena

sinar

matahari.

Menurut

Hudoyo

(1983) Anopheles

barbirotris

tempat

perkembangannya adalah di air tawar yang tergenang di tempat terbuka baik alamiah (rawarawa) maupun buatan atau kolam, di air mengalir yang perlahan-lahan ditumbuhi tanaman
air. Di beberapa daerah, terutama di pedesaan penyakit ini masih endemis. Sumber
penularnya adalah penderita penyakit kaki gajah baik yang sudah menimbulkan gejala-

gejala ataupun tidak, karena didalam darah terdapat mikrofilaria yang dapat ditularkan oleh
nyamuk.
Menurut Menkes (2009) menyebutkan, saat ini di Indonesia tercatat 11 ribu orang
menderita penyakit kaki gajah yang tampak, dimana telah terjadi pembesaran di kaki dan
kelenjar getah bening lainnya. Penduduk yang terinfeksi tentunya jauh lebih banyak, mereka
akan diketahui setelah dilakukan tes darah. Tetapi hal ini juga sulit dilakukan karena micro
filaria hanya dapat terdeteksi pada malam hari, sehingga penemuan kasus Filariasis menjadi
sulit. Dijelaskannya, filariasis ditularkan melalui nyamuk, karena sifatnya yang demikian
maka hal yang harus dilakukan yakni, jika ada seseorang di suatu daerah terkena kaki gajah
maka harus dilakukan pengobatan bagi seluruh penduduk dengan pemberian obat
(pengobatan masal) satu kali selama satu tahun berturut turut hingga lima tahun. Di
Indonesia sebenarnya sudah memiliki program pengobatan masal hasil rekomendasi WHO
ini sejak tahun 1970-an dan sudah ada maping yang menunjukkan bahwa filariasis terjadi di
386 kab/kota bukan hanya di kantong-kantong tetapi sudah merata, sejak tahun 2002 juga
sudah dilakukan pengobatan masal, ada sekitar 32 juta orang yang sudah meminum obat.
Untuk itu menurutnya, filariasis harus diatasi secara serius karena selain menyebabkan
orang menjadi tidak produktif, meskipun dapat sembuh namun akan terjadi kecacatan.

2.3. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia
Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia
terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar
getah bening manusia selama 4 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina
menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam
hari.

Wuchereria bancrofti hanya ditemukan pada manusia; Brugia malayi sering kali
menyebar kepada manusia melalui inang hewan. Parasit dewasa hidup di sistem limphatik.
Microfilaria yang dilepaskan oleh betina gravit ditemukan di darah perifer, biasanya pada
malam hari. Infeksi menyebar melalui banyak genera nyamuk; vektor Wuchereria bancrofti
adalah aedes, culex, dan anopheles; vektor Brugia malayi adalah anopheles dan mansonia.
Microfilaria dimakan oleh nyamuk, berkembang di otot torax serangga, dan kemudian matur
dan bermigrasi ke bagian mulut serangga. Jika nyamuk terinfeksi menggigit inang baru,
microfilaria masuk ke tempat gigitan dan akhirnya mencapai saluran limfatik, dimana
mereka manjadi matur.

Inflamasi dan fibrosis yang terjadi disekitar cacing dewasa dan mudah menghasilkan
obstruksi limfatik progresif. Microfilaria mungkin tidak berperang langsung dalam reaksi
inang.

Menurut dr Indan Entjang, agen penyebab penyakit kaki gajah adalah tiga spesies
cacing filarial yaitu :
1. Filaria bancrofti (Wuchereria bancrofti)
2. Filaria malayi (Brugia malayi)
3. Timor microfilaria (Brugia timori)
Agen penyebab yang tersering pada filariasis adalah Wuchereria bancrofti, yang
tidak bersifat zoonotik. Brugia malayi bersifat zoonotik. Dirofilaria immitis kadang-kadang
menginfeksi manusia (nematoda). Tidak ada vaksinnya.
Bentuk zoonotik dari Brugia malayi telah ditemukan di Malaya dan Filiphina. D.
immitis ditemukan pada anjing di Amerika Selatan dan Utara, Australia, India, Timur Jauh
dan Eropa; tetapi infeksi pada manusia telah dilaporkan terutama dari Amerika Serikat,
sebagian kecil dari Kanada dan Australia.
Banyak spesies nyamuk sebagai vektor filariasis tergantung pada jenis cacing
filarianya. Wuchereria bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan (urban) ditularkan oleh
Culex quinquefasciatus yang menggunakan air kotor dan tercemar sebagai tempat
perindukannya. Wuchereria bancrofti yang di daerah pedesaan (rural) dapat ditularkan oleh
bermacam spesies nyamuk. Di Irian Jaya Wuchereria bancrofti ditularkan terutama oleh
Anopheles farauti yang dapat menggunakan bekas kaki binatang (hoofprint) untuk tempat
perindukannya. Selain itu ditemukan juga sebagai vektor; Anopheles koliensis, Anopheles
punctulatus, Culex annulirostris, dan Aedes kochi, Wuchereria bancrofti di daerah lain dapat
ditularkan oleh spesies lain, seperti Anopheles subpictus di daerah pantai di NTT juga
nyamuk Culex, Aedes pernah ditemukan sebagai vektor.
Brugia malayi yang hidup pada manusia dan hewan biasanya ditularkan oleh
berbagai spesies mansonia seperti Mansonia uniferormis, Mansonia bonneae, Mansonia
dives dll, yang berkembang biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, Maluku dll.

Brugia malayi yang periodik ditularkan oleh Anopheles barbirostris yang memakai sawah
sebagai tempat perindukannya seperti daerah Sulawesi.
Brugia timori, spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak 1965 hingga sekarang
hanya ditemukan di daerah NTT dan Timor-Timur ditularkan oleh Anopheles barbirostris
yang berkembang biak di daerah sawah baik dekat pantai maupun di daerah pedalaman.

2.4. Tanda dan gejala

Cacing Filaria sp hidup di dalam pembuluh-pembuluh dan kelenjar getah bening


(jaringan limfe). Karena itu gejala penyakitnya ditandai dengan radang pada pembuluhpembuluh dan kelenjar-kelenjar getah bening disertai dengan demam yang datang secara
mendadak dan berulang-ulang. Peradangan dan penyumbatan-penyumbatan pada saluran
getah bening menyebabkan bendungan limfe disebelah distal sehingga terjadi pembengkakan
di scrotum (kantung buah pelir kemaluan pria) dan di kaki (kaki gajah).

Bendungan dalam pembuluh getah bening dada (ductus thoracicus) akan


menyebabkan pecahnya saluran limfe dalam ginjal sehingga urine mengandung limfe
(chyluria = air kencing tampak seperti susu karena mengandung lemak dari limfe).

Manifestasi klinik tergantung pada keparahan infeksi; manifestasi bisa berupa


limfhangitis, lymphadenitis, orkitis, funikulitis, epididimitis, farises limphatik, dan chyluria.
Menggigil, demam, nyeri kepala, dan malaise mungkin juga ditemukan. Elephantiasis dan
sekuela parah lanjut lain terjadi pada penduduk di daerah endemik dan re infeksi berulang.

Sedangkan menurut buku Zoonosis, pada manusia terjadi demam berulang,


limphadenopati, limphangitis dan akses. Pembesaran yang menyolok dari anggota gerak
tubuh (Elephantiasis) dan jarang terjadi hidrokel yang berkembang setelah bertahun-tahun.
Pada hewan D. immitis dijumpai dibilik kanan dan arteri pulmonal anjing. Infeksi ringan
tidak menimbulkan gejala tetapi infeksi yang menahun menyebabkan jantung tidak bekerja
dengan tidak semestinya disertai asites dan bendungan pasif.

Microfilaria yang biasanya tidak menimbulkan kelainan, dalam keadaan tertentu


dapat menyebabkan occult filariasis. Perjalanan penyakit filariasis limphatik dapat dibagi
dalam beberapa stadium :

Stadium Mikrofilaremia tanpa gejala klinis

Stadium akut ditandai dengan gejala peradangan pada saluran dan kelenjar limpah,
berupa lymphadenitis dan limphangitis retrograde. Gejala peradangan tersebut hilang
timbul beberapa kali dalam setahun dan berlangsung beberapa hari sampai satu, sampai
dua minggu lamanya. Yang paling sering dijumpai adalah peradangan pada sistem
limphatik alat kelamin pria, menimbulkan funikulitis, epididimitis dan orkhitis. Saluran

sperma yang meradang, membengkak menyerupai tali dan sangat nyeri pada perabaan.
Stadium menahan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hidrokel. Kadangkadang dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis yang dapat mengenai seluruh
tungkai, seluruh lengan, buah zakar, payudara dan vulva. Kadang-kadang dapat pula
terjadi kiluria.

Setelah larva filaria masuk ke dalam tubuh seseorang, larva tersebut menumpuk pada
kelenjar limfa

dalam tubuh. Larva berkembang menjadi cacing dewasa, membutuhkan

waktu 3 sampai 12 bulan.


Cacing cacing tersebut membentuk sarang di daerah limfa yang setiap sarang dihuni
beberapa cacing. Seorang penderita biasanya mempunyai dua atau tiga sarang dan pada
umumnya terdapat lima cacing betina untuk setiap cacing jantan.
Pada saat cacing dewasa mati, hal ini juga menimbulkan masalah karena cacing yang
sudah mati menjadi penghambat dan sistem limfa tidak dapat membersihkan dirinya
sewajarnya.
Penyakit Filaria dengan tanpa gejala = Kasus Asimtomatik Sebagian besar penderita
filaria tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit ini sama sekali. Orang yang tinggal di
daerah yang banyak infeksi penyakit filaria sewaktu mereka masih kecil, tetapi penyakit ini
perlu beberapa tahun untuk menunjukkan tanda/gejala. Orang yang terinfeksi filaria nampak
sehat tetapi mereka mungkin sudah mempunyai cacing dewasa yang berada dalam tubuh dan
cacing kecil bersirkulasi dalam darah mereka.
Tetapi mereka dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain pada saat nyamuk
mengigit mereka dan menularkan filariasis ke orang lain.Gejala awal penyakit filaria =

Gejala Akut Banyak penderita yang telah terjangkit filaria, mereka selalu menderita demam
dan rasa dingin yang menusuk yang terjadi beberapa kali dalam setahun ( Disebut demam
filaria). Demam ini timbul setelah orang tersebut bekerja keras atau melakukan kegiatan fisik
yang berat.
Sebagai tambahan, orang bisa mengalami rasa sakit bersifat akut pada pangkal
paha.Rasa sakit ini berasal dari daerah dimana cacing filarial hidup yaitu kelenjar getah
bening. Mereka mengalami juga pembengkakan di Kelenjar getah bening (lebih sering
terjadi di daerah pangkal paha dan ketiak) dan

pembengkakan oedematous pada kaki.

Beberapa orang akan mempunyai abses/bisul bernanah jika pecah akan mengeluarkan cairan
limfe, nanah atau darah.
Gejal-gejala lainnya walaupun bukan merupakan gejala khusus adalah sakit kepala
dan rasa lemah.
Perlu diperhatikan : Untuk membedakan antara demam filaria dan demam jenis
lainnya yang sering terjadi di daerah tropis, perhatian harus lebih ditujukan pada gejalagejala yang menyertainya (rasa sakit akut pada sendi paha, pembengkakan dan kelenjar
limfa membengkak).
Tanda dan gejala kronik = Gejala kronik Cacing dapat mengganggu fungsi normal
sistem limfa dan setelah beberapa saat lymphoedema berkembang (pembengkakan pada kaki,
tangan, buah dada dan alat kelamin). Hal ini menandainya gejala-gejala kronis.
Umumnya gejala kronik ini muncul pada orang dewasa, dan lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan. Beberapa laki-laki yang menderita hidrokel, atau boa besar
pembesaran boa yang berisi cairan yang menyerupai balon. Laki-laki dan perempuan dapat
menderita penyakit elephantiasis atau kaki gajah pembengkakan pada kaki, tangan, buah
dada yang besarnya beberapa kali dari ukuran biasa. Mereka bisa mengalami air kencing
yang tampak seperti susu (Chyluria). Penderita dengan gejala kronik akan menderita
radang pada kulit dan daerah pangkal paha. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh
atau pertahanan tubuh melawan cacing, juga hasil dari reaksi tubuh terhadap infeksi kulit.
Penderitan jangka waktu lama ini akan mengalami ulang gejala-gejala demam sehingga
mereka tidak dapat bekerja sebagaimana biasanya.

2.5. Patofisiologis
Penularan ke manusia melalui gigitan vektor nyamuk (Mansonia dan Anopheles).
Bila manusia digigit maka microfilaria akan menempel di kulit dan menembus kulit melalui
luka tusuk dan melalui sistem limfe ke kelenjar getah bening. Cacing yang sedang hamil
akan menghasilkan microfilaria. Cacing tersebut muncul dalam darah dan menginfeksi
kembali serangga yang menggigit.
Pada manusia, masa pertumbuhan penularan filariasis belum diketahui secara pasti,
tetapi diduga 7 bulan. Microfilaria yang terisap oleh nyamuk melepaskan sarungnya di

dalam lambung, menembus dinding lambung dan bersarang diantara otot-otot torax. Mulamula parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium I. dalam
waktu seminggu, larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang dan
disebut larva stadium II. Pada hari ke 10 dan selanjutnya, larva ini bertukar kulit sekali lagi,
tumbuh makin panjang dan lebih kurus dan disebut larva stadium III. Larva ini sangat aktif
dan sering bermigrasi mula-mula ke rongga abdomen kemudia ke kepala dan alat tusuk
nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium III ini menggigit manusia, maka
larva tersebut secara aktif masuk melalui luka tusuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di
saluran limpah setempat. Di dalam tubuh hospes, larva ini mengalami dua kali pergantian
kulit, tumbum menjadi larva stadium IV, stadium V atau stadium dewasa. Umur cacing
dewasa filarial 5-10 tahun.

2.6. Prefentif
Karena cara penularan filaria terjadi

melalui gigitan nyamuk maka

pencegahannya sama seperti dilakukan terhadap penyakit malaria.


dapat dicegah dengan cara menghindari digigit nyamuk.

Penyakit filaria

Karena nyamuk filaria

menggigit pada malam hari, maka harus hati-hati agar terhindar dari gigitan nyamuk pada
malam hari. Pada waktu tidur, pasanglah kelambu di setiap tempat tidur yang dipakai
oleh semua anggota keluarga dan kelambu tersebut harus disisipkan dibawah kasur
sehingga nyamuk tidak bisa masuk. Jika tidur di sawah selama musim tanam atau panen,
kelambu bisa dibawa ke sawah untuk mencegah digigit nyamuk.

Membakar obat

nyamuk serta menggunakan lotion anti-nyamuk bisa mencegah digigit nyamuk.

Gambar Penggunaan kelambu yang benar


Kawat kasa nyamuk dapat dipasang di rumah, penutup jendela, mencegah
nyamuk masuk ke dalam rumah pada malam hari. Lebih baik

untuk memusatkan

perhatian pada tindakan yang lebih murah seperti tindakan pencegahan pada lingkungan
seperti mengurangi tempat-tempat perindukan nyamuk- yaitu daerah rawa-rawa dan
membersihkan daerah sekitar rumah berumput tinggi dan air tergenang, menyingkirkan
container yang berisi air di sekitar rumah, mengisi rawa-rawa.
Perlu diingat bahwa langkah ini dapat membantu masyarakat anda untuk
mengurangi infeksi penyakit malaria
Bagi penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk memeriksakan
kedokter dan mendapatkan penanganan obat-obtan sehingga tidak menyebarkan
penularan kepada masyarakat lainnya. Untuk itulah perlu adanya pendidikan dan
pengenalan penyakit kepada penderita dan warga sekitarnya. Pemberantasan nyamuk
diwilayah masing-masing sangatlah penting untuk memutus mata rantai penularan

penyakit ini. Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting untuk mencegah
terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah tersebut.

2.7. Promotif
Bentuk menyimpang dari filariasis (eosinoffilia tropikal) ditandai oleh
hipereosinivilia, adanya microfilaria di jaringan tetapi tidak terdapat di dalam darah, dan
titer antibody antifilaria yang tinggi. Microfilaria mungkin ditemukan di cairan limphatik.
Tes serologi telah tersedia tetapi tidak dapat diandalkan sepenuhnya.
Diagnosa berdasarkan gejala klinis dan dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium:
1. Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah, cairan hirokel atau
cairan chyluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott
dan membran filtrasi. Pengambilan darah dilakukan pada malam hari mengingat
periodisitas mikrofilarianya umumnya nokturna. Pada pemeriksaan histopatologi,
kadang-kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai pada saluran dan kelenjar
limpah dari jaringan yang di curigai sebagai tumor.
2. Diferensiasi spesies dan stadium filarial, yaitu dengan menggunakan pelacak
DNA yang spesies spesifik dan antibody monoclonal untuk mengidentifikasi larva
filarial dalam cairan tubuh dan dalam tubuh nyamuk vektor sehingga dapat
membedakan antara larva filarial yang menginfeksi manusia dengan yang
menginfeksi hewan. Penggunaannya masih terbatas pada penelitian dan survei

Identifikasi microfilaria di dalam darah dengan uji serelogis yang terdiri dari
ELISA, immunofluoresensi tidak langsung dan uji hemaglutinasi tidak langsung .
Menurut dr. Indan Entjang (2000) dalam bukunya Ilmu Kesehatan Masyarakat, harus
meniadakan sumber penularan dengan mencari dan mengobati penderita. Memberantas
vektor penyakit yaitu memberantas nyamuk Culex fatigans dan larvanya. Pendidikan
kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit filariasis :
1. Tidur berkelambu
2. Perlunya pengenalan penyakit secara dini dan pengobatan yang segera
3.

setiap anggota masyarakat di harapkan turun aktif dalam usaha-usaha


pemberantasan penyakit

4. Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk


5. Memberantas nyamuk serta sumber perindukan
6. Meminum obat anti penyakit gajah secara masal
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan mengontrol vektor dan menghindari
gigitannya, serta pengobatan anjing dengan tiasetarsamida setiap 6 bulan pada daerah
yang sangat enzootic
Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah
adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita, sehingga
tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.

Diet ilkarbamasin {diethylcarbamazine (DEC)} adalah satu-satunya obat


filariasis yang ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat
makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini tergolong murah, aman dan tidak ada
resistensi obat. Penderita yang mendapatkan terapi obat ini mungkin akan memberikan
reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat
simtomatik.
Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan
diberikan oral sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam
darah dalam 3 jam, dan diekskresi melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak
diberikanpada anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita
sakit berat ataudalam keadaan lemah. Namun pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup
parah (sudah membesar) karena tidak terdeteksi dini, selain pemberian obat-obatan
tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi.

2.8. Kuratif

Diethil Carbamazine Citrae (DEC) merupakan obat pilihan baik untuk pengobatan
perorangan maupum massal yang bersifat membunuh microfilaria dan juga cacing
dewasa pada pengobatan jangka panjang. Pengobatan perorangan ditujukan untuk
menghancurkan parasit dan eliminasi, mengurangi, atau mencegah kesakitan. Dosis yang
dianjurkan 6 mg/kg berat badan/ hari selama 12 hari. Dosis harian obat tersebut dapat
diberikan dalam 3x pemberian setelah makan. Obat lain yang juga dipakai Ivermektin
yaitu antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktifitas luas
terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh microfilaria. Efek
samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Diberikan sebagai dosis tunggal
40 ug/kg berat badan dapat sebagai obat tunggal (setiap 6 bulan sekali) atau
dikombinasikan Diethyl Carbamazine dosis tunggal (diberikan setahun sekali).
Untuk memberantas penyakit filaria melalui Pengobatan Masal, paling kurang
80% jumlah penduduk dengan memberikan kepada mereka DEC 6 mg/kg/berat tubuh
dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama jangka waktu lima
tahun. Dua obat ini, yang sangat effektif untuk membunuh cacing dewasa dan anak
cacing di dalam tubuh manusia.
Pada saat yang sama, sebagai efek samping positif, lima jenis cacing intestinal
dibunuh oleh Albendazole, hal ini menyebabkan program kesehatan masyarakat sangat
menguntungkan bagi anak-anak.
Dalam rangka mengeliminasi penyakit ini, masyarakat harus meminum dua jenis
obat yaitu DEC dan Albendazole pada hari yang sama sekali setahun selama lima
tahun. Hal ini berarti tahun 2002 akan menjadi putaran pertama pengobatan di

masyarakat anda dan tahun depan , 2003 putaran berikutnya sampai lima tahun.
Program tersebut harus diikuti masyarakat secara penuh-paling kurang 80% dari jumlah
seluruh penduduk harus minum kedua jenis obat untuk jangka waktu 5 tahun agar dapat
berhasil.
Setiap orang dengan atau tanpa tanda atau gejala penyakit filaria dan umur di
atas 2 tahun akan minum obat filaria.
Hanya ada tiga kelompok yang dikecualikan dalam Pengobatan Masal tersebut:
1. Ibu hamil dan ibu yang sedang menyusui
2. Orang yang sakit parah atau sangat lemah dan
3. Anak-anak di bawah usia 2 tahun

Seorang ibu menyusui anaknya yang berusia lebih dari 2 tahun maka pengobatan
akan diberikan kepada ibu dan anaknya, sesuai dengan rencana Pengobatan Masal. Cara
Pengobatan berdasarkan

umur akan di pakai di Kab. Alor: Umur DEC (100 mg)

Albendazole (400 mg) 2 6 tahun (belum sekolah) 1 tablet 1 tablet 7 12 tahun (SD) 2
tablet 1 tablet 13 dewasa (SLTA + ) 3 tablet 1 tablet

Penanganan klinis untuk Serangan Akut

Pokok-pokok bahasan penting yang mencakup penanganan simptomatis untuk


serangan akut:
1.

Pengobatan yang perlu bagi setiap gejala: antipyretic,analgesic,

2.

antibiotik, dan antihistamin.


Pengobatan untuk adenolimfangitis, demam berulang, abses, rasa sakit pembengkakan boa besar-panas-kemerahan berikut dapat diberikan: o

Istirahat yang cukup o Minum air lebih banyak o Obati gejala-gejala


gatal dan demam o Dapat diberikan antibiotik dan/atau cream antifungal apabila perlu o Bersihkan daerah abses/bisul nanah dan jangan
memencet abses.
Pastikan bahwa pasien telah minum DEC dan Albendazole selama kampanye
Pengobatan Masal. Jika tidak, Coba cari tahu mengapa pasien tidak berpartisipasi dalam
Pengobatan Masal mungkin Pengobatan Masal belum dilaksanakan di desa mereka,
mereka berada di kebun saat siang dan malam hari selama Pengobatan Masal, mereka
juga sakit pada waktu didaftarkan di desa untuk ikut dalam pengobatan, dll. Jika pasien
dapat menerima pengobatan (pasien tidak hamil/tidak menyusui, diatas usia 2 tahun atau
tidak sakit) pastikan bahwa anda memberikan pengobatan DEC 6mg/kg dan 400 mg
Albendazole. Berikan pasien sebuah catatan untuk memperlihatkan pada kader di
desanya sehingga dia sudah siap mendapat pengobatan.
Hanya pengobatan yang dikombinasikan dengan DEC dan Albendazole selama
lima tahun pengobatan penyakit sesungguhnya Dapat membunuh cacing-cacing.
Semua pengobatan lain hanya dapat menghilangkan gejala-gejala lain yang berkaitan
dengan FL tetapi tidak akan membunuh cacing-cacing.

Penanganan Klinis untuk Kasus-kasus Kronis

Karena infeksi sekunder akan berakibat pada meningkatnya komplikasi bagi


penderita lympoedema, sesi ini akan terfokus pada upaya mengurangi infeksi sekunder
dan memperbaiki kondisi anggota tubuh yang terkena dampak lympoedema

Telah ditemukan bahwa kebanyakan 97% serangan akut disebabkan oleh bakteri
yang masuk melalui lesi pada kulit, bukan oleh cacing Penyakit Filaria (hasil penelitian
Dr.Gerusa Dreyer). Oleh karena itu perlu untuk mengurangi sedapat mungkin masuknya
bakteri kedalam tubuh melalui lesi pada kulit. Hal ini dapat diatasi dengan penanganan
kasus yang tepat, yang sederhana dan tidak membutuhkan pengobatan khusus, hanya air
bersih dan sabun.
Tujuan penanganan kasus klinis adalah: o Mengurangi frekuensi serangan akut
pada penderita tahap-tahap awal dan pada penderita yang sudah cukup parah o Mencegah
elephantiasis o Menghentikan laju pertumbuhan (pembengkakan) pada anggota tubuh
pada beberapa kasus mengurangi beberapa efek samping yang ada. o Meningkatkan mutu
hidup termasuk produktivitas

Gambar 9: Mencuci kaki


Penanganan klinis sederhana dapat dilakukan oleh penderita sendiri atau oleh
anggota keluarga, teman atau petugas kesehatan. Perlu ditekankan bahwa tidak akan
terjadi infeksi pada orang yang membersihkan kaki yang terkena dampak penyakit.

2.9. Rehabilitatif
Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun,
kondisi mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh yang
membesar tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang
membesar tersebut dapat dilakukan dengan jalan operasi.
CARA-CARA DIBAWAH INI YANG PALING BAIK UNTUK MELAWAN KUMAN:
1. Menggunakan air bersih, Membersihkan dengan sabun merupakan cara yang
paling baik untuk melawan kuman.

Membersihkan kaki secara hati-hati dengan

dengan sabun dan air merupakan cara yang paling baik untuk membersihkan kaki
yang kotor dan kuman

3.

Cucilah kaki sampai air bilasan menjadi bersih. Beberapa orang


membutuhkan bantuan. Kadang-kadang, orang membantu bagian yang
tidak bisa dijangkau.. Mendapat bantuan. Kuman-kuman tidak
merugikan orang yang membantu.

4.

APAKAH ANDA PUNYA LUKA?


Kuman-kuman berkembang dalam keadaan hangat,

tempat lembab.

Kuman tersebut berkembang diantara jari-jari dan lipatan kulit.Untuk


menemukan luka, anda harus mencari

dengan hati-hati. Untuk

menyembuhkannya anda harus membersihkan dan mengeringkannya


dengan baik.

5.

Ingat untuk mengeringkan dengan baik! Keringkan bagian jari kaki dan
sela-sela lipatan.

6.

Jika Anda mempunyai luka, bahkan sekecilpun harus menggunakan krim


anti bakteri. Oleskan pada bagian luka.

7.

Cucilah kaki yang lain dengan cara yang sama dan anda bisa mencegah
pembesaran kaki juga.

8.

Jangan memakai sepatu/sandal yang sempit. Bagian-bagian yang sakit


memudahkan kuman-kuman
menyebabkan serangan akut.

masuk pada kulit anda dan dapat

9.

NAIKKAN KAKI ANDA SEHARI-HARI

10.

Saat tidur naikkan kaki anda atau angkat sedikit lebih tinggi di atas
dada,.Anda dapat meletakkan sebuah bantal atau balok diletakkan di
bawah kasur.

11.

LAKUKAN LATIHAN DIMANA SAJA


Gerakkan kaki ke belakang dan seterusnya, seperti gerakan melingkar.
Lakukan latihan sesering mungkin dan berhenti

kalau anda merasa

letih/cape dan mulai lagi jika sudah istirahat.

12.

SERANGAN AKUT? JANGAN PANIK! Saat serangan akut adalah


saat yang menyakitkan. Hal ini dapat menyebabkan kaki bengkak lagi
dan juga menyebabkan demam, rasa sakit pada kelenjar, sakit kepala
dan mual.

BAB III
KESIMPULAN
1. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam sistem
limfe dan ditularkan oleh nyamuk. Bersifat menahun dan menimbulkan cacat menetap.
Gejala klinis berupa demam berulang 3-5 hari, pembengkakan kelenjar limfe,
pembesaran tungkai, buah dada, dan skrotum. Dapat didiagnosis dengan cara deteksi
parasit dan pemeriksaan USG pada skrotum.
2. Mekanisme penularan yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva infektif menggigit
manusia, maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap selanjutnya di dalam tubuh manusia,
larva memasuki sistem limfe dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Kumpulan cacing
filaria dewasa ini menjadi penyebab penyumbatan pembuluh limfe. Akibatnya terjadi
pembengkakan kelenjar limfe, tungkai, dan alat kelamin.
3. Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dan
melakukan 3M. Pengobatan menggunakan DEC dikombinasikan dengan Albendazol dan
Ivermektin selain dilakukan pemijatan dan pembedahan. Upaya rehabilitasi dapat
dilakukan dengan operasi.

Anda mungkin juga menyukai