2. Menurut Tempat
Dari ketiga jenis cacing penyebab filariasis, Brugia malayi mempunyai penyebaran paling
luas di Indonesia. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia Timur yaitu di Pulau Timor, Flores,
Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Wuchereria bancrofti
terdapat di Pulau Jawa, Bali, NTB dan Papua. Pada tahun 2012 ditemukan kasus baru
Filariasis di Provinsi NTT sebesar 414 kasus, dimana kasus yang tertinggi ditemukan di
Kabupaten Sumba Barat Daya yaitu sebesar 313 kasus.
3.Menurut Waktu
Filariasis menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dari tahun ke tahun
jumlah provinsi yang melaporkan kasus filariasis terus bertambah. Pada tahun 2000 ada
6.233 kasus kronis filariasis dari 26 provinsi di Indonesia. Pada tahun 2005, tercatat 8.243
penduduk mengalami kasus kronis filariasis di 33 provinsi di Indonesia. Sampai tahun 2009
tercatat sudah terjadi 11.914 kasus kronis filarisasi yang tersebar di 33 provinsi d Indonesia.
Bahkan di beberapa daerah mempunyai tingkat endemisitas yang cukup tinggi.
Fase Klinis
Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup
untuk memunculkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit.
Pasca Patogenesis
Merupakan tahap akhir dari fase klinis yang dapat berupa fase konvalesens
(penyembuhan) dan meninggal. Fase konvalesens dapat berkembang menjadi sembuh
total, sembuh dengan cacat atau gejala sisa (disabilitas atau sekuele). Jika tidak
mendapatkan pengobatan dapat mengakibatkan Disabilitas
(kecacatan/ketidakmampuan) yaitu berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin
baik perempuan maupun laki-laki.
TRIAS EPIDEMIOLOGI FILARIASIS
Agent
- Wuchereria bancrofti - Brugia malayi
- Brugia timori
Host Environment
2. Spesific Protection
Spesific protection atau perlindungan khusus merupakan tingkatan
pencegahan penyakit kedua yang dilakukan terhadap host atau
penjamu dengan cara meningkatkan daya tahan tubuhnya serta
perlindungan terhadap tubuh (bila diperlukan)