Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 2

 Nanny Jaryati (17070414)  Meisyarani Tri Aristianti


 Yuni Rohani (17070415) (17070373)

 Annisa Sintya Rahayu  Selviana (17070351)


(17070326)  Tia Piana (17070536)
 Ratna Sari (17070481)  Via Anggunia Presillia
 Tulus Sintani (17070488) (17070471)

 Nor Andini (17070315)  Muhammad Roy Na’im


(17070423)
 Nadya Bregida (18070504)
Latar belakang
Filariasis merupakan salah satu penyakit yang
termasuk endemis di Indonesia. Seiring dengan
terjadinya perubahan pola penyebaran penyakit di
negara-negara sedang berkembang, penyakit
menular masih berperan sebagai penyebab utama
kesakitan dan kematian. Salah satunya adalah
penyakit kaki gajah (Filariasis).
Pengertian filariasis
Penyakit kaki gajah/filariasis adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan oleh nyamuk
Mansonia, Anopheles, Culex, dan Armigeres.
Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening
dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang,
peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pada
stadium lanjut dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan, payudara dan alat kelamin.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapatkan pengobatan akan mengakibatkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki,alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki.
Epidemiologi penyakit filariasis
 Distribusi Filariasis
1. Menurut Orang
 Menyerang semua jenis umur
 Laki-laki memiliki risiko 4,7 kali lebih besar daripada perempuan
 Transmigran lebih berisiko
Kejadian filariasis terjadi pada laki-laki dan perempuan disebabkan karena kegiatan yang
dilakukan pada malam hari, hal ini dikarenakan aktifitas nyamuk vector filariasis umumnya pada
malam hari (nokturna).

2. Menurut Tempat
Dari ketiga jenis cacing penyebab filariasis, Brugia malayi mempunyai penyebaran paling
luas di Indonesia. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia Timur yaitu di Pulau Timor, Flores,
Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Wuchereria bancrofti
terdapat di Pulau Jawa, Bali, NTB dan Papua. Pada tahun 2012 ditemukan kasus baru
Filariasis di Provinsi NTT sebesar 414 kasus, dimana kasus yang tertinggi ditemukan di
Kabupaten Sumba Barat Daya yaitu sebesar 313 kasus.
3.Menurut Waktu
Filariasis menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dari tahun ke tahun
jumlah provinsi yang melaporkan kasus filariasis terus bertambah. Pada tahun 2000 ada
6.233 kasus kronis filariasis dari 26 provinsi di Indonesia. Pada tahun 2005, tercatat 8.243
penduduk mengalami kasus kronis filariasis di 33 provinsi di Indonesia. Sampai tahun 2009
tercatat sudah terjadi 11.914 kasus kronis filarisasi yang tersebar di 33 provinsi d Indonesia.
Bahkan di beberapa daerah mempunyai tingkat endemisitas yang cukup tinggi.

Riwayat Alamiah Penyakit Filariasis


1. Prepatogenesis
Pada filariasis, fase ini terjadi ketika seseorang digigit nyamuk yang sudah
terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya mengandung larva stadium 3 (L3).
Masa prepaten, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya
mikrofilaremia berkisar antara 37 bulan.
2. Patogenesis
 Fase Inkubasi
Fase ini disebut juga dengan pre-symtomatic, dimana perubahan faali atau system
dalam tubuh manusia (proses terjadinya sakit) telah terjadi, namun perubahan
tersebut tidak cukup kuat untuk menimbulkan keluhan sakit dan pada umumnya
pencarian pengobatan belum dilakukan.

 Fase Klinis
Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup
untuk memunculkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit.

 Pasca Patogenesis
Merupakan tahap akhir dari fase klinis yang dapat berupa fase konvalesens
(penyembuhan) dan meninggal. Fase konvalesens dapat berkembang menjadi sembuh
total, sembuh dengan cacat atau gejala sisa (disabilitas atau sekuele). Jika tidak
mendapatkan pengobatan dapat mengakibatkan Disabilitas
(kecacatan/ketidakmampuan) yaitu berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin
baik perempuan maupun laki-laki.
TRIAS EPIDEMIOLOGI FILARIASIS
Agent
- Wuchereria bancrofti - Brugia malayi
- Brugia timori

Host Environment

 Manusia (Umur,  Lingkungan Fisik (Suhu,


kelembaban, angin, sinar
Jenis kelamin,
matahari, hujan, arus air)
Imunitas, Ras)
 Lingkungan biologik
 Nyamuk
 Lingkungan kimia

 Lingkungan sosial budaya


Agent

Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing


filaria, yaitu:
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori
Cacing filaria baik limfatik maupun non limfatik,
mempunyai ciri khas yang sama, yaitu dalam
reproduksinya tidak lagi mengeluarkan telur melainkan
mikrofilaria (larva cacing), dan ditularkan oleh Arthropoda
(nyamuk).
Host
1. Manusia
- Umur
Filariasis menyerang pada semua kelompok umur. Pada dasarnya setiap orang dapat tertular
filariasis apabila mendapat tusukan nyamuk infektif (mengandung larva stadium 3) ribuan kali.
- Jenis kelamin
Semua jenis kelamin dapat terinfeksi mikrofilaria. Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan karena umumnya laki-laki lebih sering kontak dengan vektor karena pekerjaannya.
- Imunitas
Orang yang pernah terinfeksi filariasis sebelumnya tidak terbentuk imunitas dalam tubuhnya
terhadap filaria demikian juga yang tinggal di daerah endemis biasanya tidak mempunyai imunitas alami
terhadap penyakit filariasis. Pada daerah endemis filariasis, tidak semua orang terinfeksi filariasis
dan orang yang terinfeksi menunjukkan gejala klinis. Seseorang yang terinfeksi filariasis tetapi
belum menunjukkan gejala klinis biasanya terjadi perubahan perubahan patologis dalam tubuhnya.
- Ras
Penduduk pendatang pada suatu daerah endemis filariasis mempunyai risiko terinfeksi filariasis
lebih besar dibanding penduduk asli. Penduduk pendatang dari daerah non endemis ke daerah
endemis, misalnya transmigran, walaupun pada pemeriksaan darah jari belum atau sedikit mengandung
mikrofilaria, akan tetapi sudah menunjukkan gejala klinis yang lebih berat.
2. Nyamuk
- Perilaku nyamuk : Tempat hinggap atau istirahat, tempat
menggigit, obyek yang digigit.
- Frekuensi menggigit manusia.
- Umur nyamuk (longevity), semakin panjang umur nyamuk
semakin besar kemungkinannya untuk menjadi penular atau
vektor.
Environment
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim, geografis, struktur geologi, suhu,
kelembaban, dan sebagainya. Lingkungan fisik erat hubungannya dengan kehidupan
vektor sehingga berpengaruh terhadap munculnya sumber-sumber penularan
filariasis. Lingkungan fisik juga dapat menciptakan tempat-tempat perindukan
dan beristirahatnya nyamuk. Tumbuhan rawa dan adanya hostpes reservoir (kera,lutung
dan kucing) berpengaruh dalam penyebaran Brugia malayi sub periodik nokturna dan
non periodik.
2. Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi dapat menjadi faktor pendukung terjadinya penularan filariasis
seperti tanaman air,genangan air,rawa-rawa dan semak-semak sebagai tempat
pertumbuhan nyamuk Mansonia spp.
3. Lingkungan Kimia
Dari lingkungan kimia pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat
perkembangbiakan. Sebagai contoh Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air
payau yang kadar garamnya berkisar antara 12-18% dan tidak dapat berkembangbiak
pada kadar garam di atas 40%
4. Lingkungan sosial ekonomi dan budaya
Lingkungan sosial ekonomi dan budaya adalah lingkungan yang timbul akibat adanya
interaksi antar manusia termasuk perilaku,adat istiadat,budaya,kebiasaan dan tradisi
penduduk. Kebiasaan bekerja di kebun pada malam hari, atau kebiasaan keluar pada
malam hari atau kebiasaan tidur perlu diperhatikan karena berkaitan dengan intensitas
kontak vektor yang menggigit pada malam hari.
Mekanisme Penularan Filariasis

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis


apabila orang tersebut digigit nyamuk yang sudah
terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya
mengandung larva 3 (L3).
Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe
dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing dewasa jantan
atau betina serta berkembang biak.
5 Tahap Pencegahan Penyakit Filariasis
1. Health Promotion
Health promotion atau promosi kesehatan merupakan tingkatan
pencegahan yang pertama dan yang paling utama dilakukan,
karena ruang lingkup kerja dari promosi kesehatan adalah
menjadikan orang sehat agar meningkat derajat kesehatannya.

2. Spesific Protection
Spesific protection atau perlindungan khusus merupakan tingkatan
pencegahan penyakit kedua yang dilakukan terhadap host atau
penjamu dengan cara meningkatkan daya tahan tubuhnya serta
perlindungan terhadap tubuh (bila diperlukan)

3. Arly Diagnosis and Prompt Treatment


Pada tingkatan early diagnosis and prompt treatment atau
diagnosa dini dan pengobatan segera, dilakukan apabila seseorang
sudah terserang penyakit atau setidaknya mengalami gejala-gejala
sebuah penyakit, agar mencegah orang-orang yang masih sehat
tidak tertular penyakit tersebut.
4. Disability Limitation
Disability limitation atau pembatasan kecacatan merupakan
tingkatan dimana seseorang yang telah terserang penyakit dan
cenderung mengakibatkan kecacatan di tindak lanjuti dengan
membatasi ruang gerak kecacatan yang dapat dialaminya,
serta untuk menguragi kemungkinan terjadinya kecacatan
(apabila belum terlalu parah).
5. Rehabilitation
Rehabilitasi merupakan tingkatan dimana seseorang yang baru
sembuh dari penyakitnya, baik itu sembuh sempurna maupun
sembuh dengan kecacatan diberikan motivasi, latihan, dan
diberikan keterampilan agar dapat melakukan kegiatan
seperti biasanya dengan keadaan tubuh yang tidak normal
misalnya, serta agar lebih produktif dan mandiri, dan tidak
lupa juga agar mengembalikan rasa percaya dirinya yang
telah hilang setelah memiliki tubuh yang abnormal.
Kesimpulan
 Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing
filarial dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di
saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan
saluran dan saluran kelenjar getah bening.
 Trias Epidemiologi penyakit Filariasis
Agent :Wuchereria. Bancrofti, Brugia malayi, rugia timori
Host : Manusia (Umur, Jenis kelamin, Imunitas, Ras) & Nyamuk
Environment : Lingkungan Fisik (Suhu, kelembaban, angin, sinar matahari, hujan, arus air) , Lingkungan
biologik, Lingkungan kimia, Lingkungan sosial budaya
 5 Tahap Pencegahan Penyakit Filariasis yaitu : promosi kesehatan, perlindungan khusus, diagnosa dini
dan pengobatan segera, pembatasan kecacatan, dan Rehabilitasi.
 Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisi penularan,
diperlukan program yang berkesinambungan dan mernakan waktu lama karena mengingat masa hidup
dari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di
tingkat Puskesmas untu penemuan dini kasus filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan
pemberantasan filariasis.
Terimakasih ......

Anda mungkin juga menyukai