Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No.

JURNAL NEMATODA JARINGAN

OLEH :
Nama Anggota :
 Nurfardianingsih (P07134018083)
 Putu Widhi Wila P (P07134018084)
 R. Riska Oktaviani D (P07134018085)
 Rafika Nor Aulia (P07134018086)
Kelas : B
Prodi : D-III ATLM
Tingkat/smstr: 2/4

KEMENTIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2019/2020

3
2
Jumal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1
STUDI LITERATUR

PENYAKIT FILARIASIS

Masrizal1

ABSTRAK
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan
ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan keleiyar getah
bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening.
Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisi penularan,diperlukan program yang
berkesinambungan dan memakan waktu lama karena mengingat masa hidup dari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan
demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat Puskesmas untu penemuan dini kasus filariasis dan
pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan fiilariasis.Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah
endemis mengenai cara penularan dan cara pengendalian vektor (nyamuk). Jika penularan teijadi oleh nyamuk yang
menggigit pada malam hari di dal am rumah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
penyemprotan, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu, memakai
obat gosok anti nyamuk dan membersihkan tempat perindukan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok
kelapa dan membunuh larva dengan larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazine
citrate.
Kata Kunci: Filariasis, Nyamuk, Cacing
ABSTRACT
Filariasis (elephantiasis disease) is a chronic infectious disease caused by filarial worms and transmitted by
mosquitoes Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. The worms live in the channels and lymph nodes with acute clinical
manifestations such as recurrent fever, and gastrointestinal tract inflammation of lymph nodes. Filariasis eradication should
be carried out with the aim of stopping the transmission of infection,required a continuous program and takes a long time
for remembering the life span of the adult worms long enough. Thus needs to be improved epidemiological surveillance at
health center level untu early detection of filariasis cases and implementation of prevention and eradication
fiilariasis.Memberikan counsel in endemic areas of the mode of transmission and how to control vector (mosquito). If the
infection is transxnitted by mosquitoes that bite at night in the house of the preventive measures that can be done is by
spraying, using residual pesticides, putting wire netting, sleeping by using mosquito nets, wear mosquito repellent ointment
and cleaning the breeding places of mosquitoes as an open latrine , old tires, coconut shells and kill larvae with larvacide.
Perform such treatment using diethylcarbamazine citrate.

Keywords: filariasis, mosquitoes, worms negara di dunia terinfeksi penyakit filariasis dan lebih dari
1,5 milyar penduduk dunia (sekitar 20% populasi dunia)
Pendahuluan berisiko terinfeksi penyakit ini. Dari keseluruhan
Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua penderita, terdapat dua puluh liinajuta penderita laki - laki
yang paling melemahkan yang dikenal di dunia. Penyakit yang mengalami penyakit genital (umumnya menderita
filariasis lymfatik merupakan penyebab kecacatan hydrcocele) dan hampir lima belas juta orang, kebanyakan
menetap dan beijangka lama terbesar kedua di dunia wanita, menderita lymphoedema atau elephantiasis pada
setelah kecacatan mental. Di Indonesia, mereka yang kakinya. Sekitar 90% infeksi disebabkan oleh Wucheria
terinfeksi filariasis bisa terbaring di tempat tidur selama Bancrofti, dan sebagian besar sisanya disebabkan Brugia
lebih dari lima mingggu per tahun, karena gqala klinis Malayi. Vektor utama Wucheria Bancrofti adalah nyamuk
akut dari filariasis yang mewakili 11% dari masa usia Culex, Anopheles, dan Aedes. Nyamuk dari spesies Mans
produktif. Untuk keluarga miskin, total kerugian ekonomi onia adalah vektor utama untuk parasit Brugarian, namun
akibat ketidakmampuan karena filariasis adalah 67% dari di beberapa area, nyamuk Anopheles juga dapat menjadi
dari total pengeluaran rumah tangga perbulan? vektor penularan filariasis. Parasit Brugarian banyak
Data WHO, diperkirakan 120juta orang di 83 terdapat di daerah Asia bagian selatan dan timur terutama

1Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Jin. Perintis Kemerdekaan Padang (email:masrizal_khaidir@yahoo.com )
3
3
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

India, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan China?J rentan. Biasanya pendatang baru ke daerah endemis
Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih
endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur yang menderita daripada penduduk asli. Pada umumnya laki-
memiliki prevalensi lebih tinggi. Sejak tahun 2000 hingga laki lebih banyak yang terkena infeksi, karena lebih
2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 banyak kesempatan untuk mendapat infeksi (exposure).
kasus yang tersebar di 401 kabupaten/ kota. Hasil lapotan Juga gejala penyakit lebih nyata pada laki—laki, karena
kasus klinis kronis filariasis dari kabupaten/ kota yang pekeqaan fisik yang lebih berat.14
ditindaklanjuti dengan survey endemisitas filariasis 5
sampai dengan tahun 2009 terdapat 337 kabupaten/ kota Hospes Reservoar
endemis dan 135 kabupaten/ kota non endemis. Tipe B.malayi yang dapat hidup pada hewan
merupakan sumber infeksi untuk manusia. Hewan yang
Pembahasan sering ditemukan mengandung infeksi adalah kucing dan
Defenisi Filariasis kera terutama jenis Presbytis, meskipun hewan lain
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit mungkin juga terkena infeksi.14
menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan
ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Vektor
Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar Banyak spesies nyamuk telah ditemukan sebagai
getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa vektor filariasis, tergantung pada jenis cacing filarianya.
demam berulang; peradangan saluran dan saluran kelenjar W.bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan di
getah bening. Pada stadium lanjut dapat menimbulkan tularkan oleh Cx.quinquefasciatur yang tempat
cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, perindukannya air kotor dan tercemar. W.bancrofti di
payudaradan alatkelamin.10 daerah pedesaan dapat ditularkan oleh bermacam spesies
nyamuk. Di Irian Jaya W.bancrofti ditularkan terutama
Epidemlologi Filariasis oleh An.farauti yang dapat menggunakan bekas jejak
Penyakit ini diperkirakan seperlima penduduk kaki binatang untuk tempat perindukannya. Selain itu
dunia atau 151 milyar penduduk beresiko terinfeksi, ditemukan juga sebagai vektor : An.Koliensis,
terutama di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis. An.punctulatus, Cx.annulirostris dan Ae.Kochi
Penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan, stigma sosial, W.bancrofti didaerah lain dapat ditularkan oleh spesies
hambatan psikososisal, dan penurunan produktivitas keija lain, seperti An.subpictus di daerah pantai NTT. Selain
penderita5 keluarga dan masyarakat sehingga nyamuk Culex, Aides pemah juga ditemukan sebagai
menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Dengan vektor.14
demikian penderita menjadi beban keluarga dan negara. B.malayi yang hidup pada manusia dan hewan
Sejak tahun 2000 hingga 2009 di laporkan kasus kronis biasanya ditularkan oleh berbagai spesies mansonia
filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401 seperti Ma.uniformis^ Ma.bonneae, Ma. dives dan
kabupaten/ kota.424 lain4ains yang berkembang biak di daerah rawa di
Penyakit filariasis terutama ditemukan di daerah Sumatra, Kalimantan, Maluku dan lain-lain. B.malayi
khatulistiwa dan merupakan masalah di daerah dataran yang periodik ditularkan oleh An.Barbirostris yang
rendah. Tetapi kadang-kadang juga ditemukan di daerah memakai sawah sebagai tempat perindukannya, seperti
bukit yang tidak terlalu tinggi. Di Indonesia filariasis di daerah Sulawesi, B. timori, spesies yang ditemukan di
tersebar luas, daerah endemis terdapat terdapat di banyak Indonesia sejak 1965 hingga sekarang hanya ditemukan
pulau di seluruh nusantara, seperti di Sumatera dan di daerah NTT dan Timor-Timor, ditularkan oleh
sekitamya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, An.barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah,
dan Irian Jaya.23 baik di dekat pantai maupun di darah pedalaman.14

Etiologi Agent
Hospes Filariasis disebabkan oleh cacing filarial pada
Manusia yang mengandung parasit selalu dapat manusia, yaitu (1) W.bancrofti; (2) B.malayi; (3)
menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang B.timori; (4) Loa loa\ (5) Onchocerca volvulus 、 (6)
Acanthocheilonema perstants. ,(7) Mansonella azzardL
Yang terpenting ada tiga spesies, yaitu
6
W.bancrofti,B.malayi,danB. timori.

Cacing ini habitatnya dalam sistem peredarah


darah, limpha3 ototjaringan ikat atau rongga serosa.
Cacing dewasa merupakan cacing yang langsing seperti

3
4
Jumal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

benang berwarna putih kekuningan, panjangnya 2 - 70 cm, mengadakan kalsifikasi. Sebagai diagnosis pembantu,
cacing betma panjangnya lebih kurang dua kali cacing pemeriksaan darah menunjukkan adanya eosinofili antara
jantan, Biasanya tidak niempunyai bibir yang jelas, 5 - 15%. Selain itu juga melalui tes intradermal dan tes
mulutnya sederhana, rongga muhit tidak nyata. Esofagus fiksasi komplemen dapat membantu menegakkan
berbentuk seperti tabung, tanpa bulbus esofagus, biasanya diagnosis.16 ,
bagian anterior berotot sedangkan bagian posterior
berkelenjar.11
Filaria membutuhkan insekta sebagai vektor. Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh
Nyamuk culex adalah vektor dari penyakit filariasis faktor kerentanan individu terhadap parasit, seringnya
W.bancrofti dan B.malayi. Jumlah spesies Anopheles, mendapat gigitan nyamuk, banyaknya larva infektif yang
Aedes. Culex, dan Mansonia cukup banyak, tetapi masuk ke dalam tubuh adanya infeksi sekunder oleh
kebanyakan dari spesies tersebut tidak penting sebagai bakteri atau jamur. Secara umum perkembangan klinis
vektor alami.12 filariasis dapat dibagi menjadi fese dini dan fa.se lanjut.
Pada fase dini timbul gejala klinis akut karena infeksi
Rantai Penularan cacing dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri
Penularan dapat teijadi apabiia ada 5 unsur yaitu dan jamur Pada fase laryut teqadi kerusakan saluran dan
sumber penular (manusia dan hewan) ; parasit, vektor, kerusakan kelenjer, kerusakan katup saluran limfe,
manusia yang rentan, lingkungan (fisik, biologik dan termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang
sosial-ekonomi-budaya), Seseorang dapat tertular atau terdapatdikulit.25
terinfeksi penyakit kaki gajah apabiia orang tersebut Pada dasarnya perkembangan klinis filariasis
digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang tersebut disebabkan karena cacing dilaria dewasa yang
mengandung larva stadium III (L3). Kemudian memasuki tinggal dalam saluran limfe bukan penyumbatan
periode laten atau prepaten. Periode laten adalah waktu (obstruksi), sehingga terjadi gangguan fungsi sistem
yang diperlukan antara seseorang mendapatkan infeksi limfatik 产
sampai dtemukannya mikrofilaria di dalam darahnya. 1. Penimbunan cairan limfe.
Waktu ini sesuai dengan pertumbuhan cacing hingga 2. Terganggunya pengangkutan bakteri dari kulit atau
dewasa sampai melahirkan miki'ofilaria ke dalam darah jaringan melalui saluran limfe ke kelenjer limfe.
dan jaringan J'9'11 3. Kelenjer limfe tidak dapat menyerang bakteri yang
Skema rantai penularan filariasis adalah sebagai masuk dalam kulit.
berikut: 4. Infeksi bakteri beralang akan menyebabkan serangan
akut bemlang (recurrent acute attack).
5r Kerusakan sistem limfatik, termasuk kerusakan saluran
limfe kecil yang ada di kulit, menyebabkan
menurunnya kemampuan untuk mengalirkan cairan
limfe dari kulit danj aringan ke kelenjer limfe
sehingga dapat terjadi limfedema. .
6 。Pada penderita limfedema, serangan akut berulang oleh
bakteri atau jamur akan menyebabkan penebalan dan
pengerasan kulit, hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan
peningkatan pembentukkan jaringan ikat (fibrose
tissue formation) sehingga terjadi penigkatan stadium
limfedema, dimana pembengkakkan yang semula
terjadi hilang timbul akan menjadi pembengkakkan
menetap.
Gejala Klinis
Gejala klinis sangat bervariasi, mulai dari yang
asimtomatis sampai yang berat. Hal ini tergantung pada
Gambar 2.1. Siklus Penularan Penyakit Filariasis daerah geografi, spesies parasit, respons imun penderita
Diagnosis dan intensitas infeksi. Gejala biasanya tampak setelah 3
Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya bulan infeksi, tapi umumnya masa tunasnya antara 8-12
mikrofilaria dalam darah tepi, kiluria, eksudat. varises bulan 。 Pada fese akut teijadi gejala radang saluran getah
limfe, dan cairan limfe dan cairan hidrokel, atau bening, sedang pada fase kronis teijadi obstruksi. Fase
ditemukannya cacing dewasa pada biopsi kelenjer limfe akut ditandai dengan demam atau serangkaian serangan
atau pada penyinaran didapatkan cacing yang sedang demam selama beberapa minggu. Demam biasanya tidak

3
5
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

terlalu tinggi meskipun kadang - kadang tinggi sampai waktu dan tempat menggigit nyamuk serta tempat
4056°C, disertai menggigil dan berkeringat, nyeri kepala, perkembangbiakannya.
mual, muntah,dannyeri otot. Jikayang terkena saluran 3. Pengendalian vektor jangka panjang yang mungkin
getah bening abdominal yang terkena teijadi gejala ” memerlukan perubahan konstruksi rumah dan
acute abdomerf 尸 termasuk pemasangan kawat kasa serta
pengendalian lingkungan untuk memusnahkan
Penatalaksanaan Filariasis tempat perindukan nyamuk.
Pengobatan 4. Lakukan pengobatan misalnya dengan
Obat utama yang digunakan adalah menggunakan diethylcarbamazine citrate.
dietilkarbamazin sitrat (DEC). DEC bersifat membunuh
mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan
jangka panjang. Hingga saat ini, DEC merupakan satu-
Faktor-Faktor Resiko Kejadian Filariasis
satunya obat yang efektif , aman, dan relatif murah.
1. Faktor Manusia dan Nyamuk (Host)
Untuk filariasis bancrofii, dosis yang dianjurkan adalah 6
mg/kg berat badan per hari selam 12 hari. Sedangkan a. Manusia
untuk filaria brugia, dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/kg 1) Umur
berat badan per hari selam 10 hari. Efek samping dari Filariasis menyerang pada semua kelompok umur. Pada
DEC ini adalah demam,mengigil, aitralgia, sakit kepala, dasamya setiap orang dapat tertular filariasis apabila
mual, hingga muntah. Pada pengobatan filariasis brugia, mendapat tusukan nyamuk infektif (mengandung larva
efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga stadium 3) ribuan kali.20
untuk pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, 2) Jenis Kelamin
tetapi waktu pengobatan dilakukan dalam waktu yang Semua jenis kelamin dapat terinfeksi mikrofilaria. Insiden
lebih lama.23 filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan
Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin. karena pada umumnya laki-laki lebih sering terpapar
Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan dengan vektor karena pekeqaannya.21
makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap 3) Imunitas
nematode dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh Orang yang pernah terinfeksi filariasis sebelumnya tidak
mikrofilaria. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan teerbentuk imunitas dalam tubuhnya terhadap filaria
dibanding DEC.23 demikianjuga yang tinggal di daerah endemis biasanya
tidak mempunyai imunitas alami terhadap penyakit
Perawatan
filariasis. Pada daerah endemis filariasis, tidak semua
Perawatan terhadap penderita filariasis dapat
orang terinfeksi filariasis dan orang yang terinfeksi
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
menunjukkan gejala klinis.
1. Istirahat di tempat, pindah ke daerah yang dingin akan
mengurangi deraj at serangan akut. Seseorang yang terinfeksi filariasis tetapi belum
2. Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi menunjukkan gejala klinis biasanya terjadi perubahan
sekunder dan asbes. patologis dalam tubuhnya.21
3. Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi 4) Ras
edema. Penduduk pendatang pada suatu daerah endemis filariasis
mempunyai risiko terinfeksi filariasis lebih besar
dibanding penduduk asli. Penduduk pendatang dari daerah
non endemis ke daerah endemis, misalnya transmigran,
Prognosis elefentiasis tidak baik,karena tidak ada walaupun pada pemeriksaan darah jari belum atau sedikit
obatnya. Dapat dilakukan bebat tekan atau operasi plastik mengandung mikrofilaria, akan tetapi sudah menunjukkan
tetapi hasilnya kurang memuaskan.17 gejala klinis yang lebih berat.21

Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan b. Nyamuk


carayaitu:15 Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan siklus
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di kehidupan di air. Kelangsungan hidup nyamuk akan
daerah endemis mengenai cara penularan dan cara terputus apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa sekali
pengendalian vektor (nyamuk). bertelur sebanyak 土 100-300 butir , besar telur sekitar
2. M engidentifikasikan vektor dengan men- deteksi 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas jadi jentik, 8-10 hari
adanya larva infektif dalam nyamuk dengan menjadi kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi nyamuk
menggunakan umpan manusia; mengidentifikasi dewasa. Nyamuk jantan akan terbang disekitar

3
6
Jumal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

perindukkannya dan makan cairan tumbuhan yang ada c. Lingkungan Sosial Ekonomi
disekitamya. Nyamuk betina hanya kawin sekali dalam Lingkungan sosial berupa kultur, adat istiadat,
hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48 jam kebiasaan, kepercayaan, agama3 sikap, standar dan
keluar dari kepompong. Makanan nyamuk betina yaitu gaya hidup, pekeijaan, kehidupan kemaysarakatan 3
darah, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telumya. organisasi sosial dan politik, pendidikan, dan status
Pengetahuan kepadatan nyamuk dan vektor sangat penting ekonomi.12
untuk mengetahui musim penularan dan dapat digunakan Salah satu faktor lingkungan sosial yang
sebagai parameter untuk menilai keberhasilan program berhubungan dengan kejadian filariasis adalah status
pemberantasan vektor.22manusia yang terdiri atas tiga ekonomi. Terdapatnya penyebaran masalah
komponen, antara lain:12 kesehatan yang berbeda ini, pada umumnya di
a。Lingkungan Fisik pengaruhi oleh dua hal yakni: karena terdapatnya
Yang tennasuk lingkungan fisik antara lain perbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah
geografik dan keadaan musim. Lingkungan fisik dan atau mengobati penyakit, dan terdapatnya
bersifat abiotik atau benda mati seperti air 5 udara, perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki.19
tanah, cuaca, makanan, rumah, panas5 sinar, radiasi, Pekeijaan yang dilakukan pada jam-jam
dan lain-lain.12,19 nyamuk mencari darah dapat beresiko untuk terkena
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap filariasis. Menurut Nasrin (2008) , terdapat
distribusi kasus filariasis dan mata rantai hubungan pekeqaan dengan kejadian filariasis. Orang
penularannya. Biasanya daerah endemis B.malayi yang memiliki pekeqaan petani, buruh tani, buruh
adalah daerah dengan hutan rawa, sepanjang sungai pabrik, dan nelayan beresiko tertular penyakit
atau badan air lain yang ditumbuhi tanaman air. filariasis.16
Daerah endemis W.bancrofti tipe perkotaan adalah
daerah kumuh, pada penduduknya dan banyak 3. Agent
genangan air kotor sebagai habitat dari vektor yaitu Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies
nyamuk Cx. quinquefasciatu..I6,2; cacing filarial, yaitu: W. Bancroft, B. Malayi. B. Timori.
b« Lingkungan Biologi Cacing filaria (Nematoda : Filarioided) baik limfetik
Lingkungan biologis adalah semua makhluk maupun non limfatik, mempunyai ciri khas yang sama
hidup yang berada di sekitar manusia yaitu flora dan sebagai berikut: dalam reproduksinya tidak lagi
fauna, termasuk manusia. Misalnya, wilayah dengan mengeluarkan telur melainkan mikrofilaria (larva cacing),
flora yang berbeda akan mampunyai pola penyakit dan ditularkan oleh Arthropoda (nyamuk). Sebanyak 32
yang berbeda. Faktor lingkungan biologis ini selain varian subperiodik baik noktumal maupun diurnal
bakteri dan virus patogen, ulah manusia juga dijumpai pada filaria limfatik Wuchereria dan Brugia.
mempunyai peran yang penting dalam tei^adinya Periodisitas mikrofilaria berpengaruh terhadap risiko
penyakit, bahkan dapat dikatakan penyakit timbul penularan filarial.21’26
karena ulah manusia.234567 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian oleh Rudi Ansari
(2004), terdapat hubungan antara keberadaan Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit
tumbuhan air dengan kejadian filariasis. Maka dapat menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan
dikatakan bahwa orang tinggal di rumah yang ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles , Culex,
memiliki tumbuhan air mempunyai risiko untuk teij Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar
adinya penularan penyakit filariasis.8 getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa
demam berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar
2 Lingkungan (Environment) getah bening. Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan
3Lingkungan sangat berpengaruh terhadap dengan tujuan menghentikan transmisi
4distribusi kasus filariasis dan mata rantai penularannya.
penularan,diperlukan program yang berkesinambungan
Biasanya daerah endemis Brugia Malayi adalah daerah
dan memakan waktu lama karena mengingat masa hidup
sungai, hutan,rawa-rawa,
dari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan demikian
5sepanjang sungai atau badan air lain yang ditumbuhi
6tanaman air. Daerah endemis W. Bancrofti tipe perkotaan perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat
(urban) adalah daerah-daerah perkotaan yang kumuh, Puskesmas untu penemuan dini kasus filariasis dan
padat penduduknya dan banyak
7genangan air kotor sebagai habitat dari vektor yaitu dari dua bagian, internal dan ekstemal. Lingkungan hidup
nyamuk Cx. Quinquefasciatus. Sedangkan daerah endemis internal merupakan suatu keadaan yang dinamis dan
W. Bancrofti tipe pedesaan (rural) secara umum kondisi seimbang yang seimbang yang disebut homeostatis,
lingkungannya sama dengan derah endemis 5. Malayi.22 sedangkan lingkungan hidup ekstemal merupakan
8Lingkungan hidup manusia pada dasamya terdiri lingkungan di luar tubuh
3
7
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan filariasis.

Daftar pustaka Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak.


1. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes [Online] . D a r i: http://eprints. undip. ac. id/thesis
RL 2010. Filariasis di Indonesia. Buletin Jendela filaria 2004. [15Maret2012],
Epidemiologi, Volume 1, Juli2010. 7. Notoatmodho, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu
2. WHO. Epidemiology Limphatic Filariasis. Tahun dan Seni. Jakarta Rhineka Cipta; 2007
2010 [Online]0 Dari : hhtp:// www.who.inL [1 8. Anshari, Rudi. 2004. Analisis Faktor Risiko Kejadian
Februari 2012]. Filariasis Di Dusun Tanjung Bayur Desa Sungai
3. World Health Organization Regional Office for Asam.
South-East Asia. Epidemiology of Filariasis. Tahun 9. Ibrahim. Filariasis. 2006. [online]. Dari
2010. [Online]. Dari: http://www .filariasis. org [ 1 www.yankesriau.wordpress.com. [15
Februari 2012]. Maret2012].
4. Subdit Filariasis & Schistomiasis Direktorat P2B2, 10. Chin, James. [Editor] I Nyoman Kandun, Manual
Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan Republik Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: CV.
Indonesia. Rencana Nasional Program Akselerasi Infomedika; 2006,
Eliminasi Filariasis di Indonesia. [Online] dari 11. Natadisastra, Djaenudin dan Ridad Agoes.
http://www.pppl- depkes.go.id [4 Februari 2012]. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh
5. Juriastuti Puji,dkk. 2010. Faktor Risiko yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Kejadian Filariasis Di Kelurahan Jati Sampurna. EGC; 2009.
Makara, Kesehatan, vol 。14, no. 1,juni 2010: 31-36. 12. Chandra, Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan.
[Online]. Dari http: //w ww .pubmedxom. [1 Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
Februari 13. Miyanto, Zendra. Faktor Resiko Kejadian Filariasis di
2012]. Kota Padang Tahun 2006
6. Restila, Ridha. 2011. Perbedaan Faktor Risiko 2008. [Skripsi]. Padang : PSIKM Unand
Kejadian Filariasis di Wilayah Keqa Puskesmas 2009.
Andalas dan Puskesmas Padang Pasir Kota Padang 14. Tim Editor Fakultas Kedokteran UL Parasitologi
Tahun 2011. [Skripsi]. Padang : PSIKM FK Unand Kedokteran Edisi Keempat.
2007. Jalarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.
15. Guntara RA. Sistem Informasi Geografis.
[Online]. Dari http:z7www.ittdkom.acid [3 Ditjen PP & PL. Jakarta ; 2005.
Februari2012]a
16. Nasrin. 2008. Faktor Lingkimgan dan Perilaku yang
Berkaitan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten
Bangka Barat. [Thesis]. Semarang. Universitas
Diponegoro.
17. Narudin dan Suharto. Penyakit Infeksi di Indonesia.
Surabaya : Airlangga University Press; 2007.
18. Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni.
Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku
KedokteranEGC; 2003.
19. Notoadmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Rhineka Cipta; 2003.
20. Depkes RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus
Filariasis. Ditjen PP & PL. Jakarta; 2006.
21。 Depkes RL Epidemiologi Filariasis. Ditjen PP&PL.
Jakarta;2006.
22. Depkes RI. Ekologi dan Aspek Vektor. Ditjen PP
&PL. Jakarta; 2007.
23, Filariasis. 2011. [online]. Dari www.itokindo.org [20
Maret 2012]
24. Depkes RL Pedoman Program Eliniinasi
Filariasis di Indonesia. Ditjen PP & PL. Jakarta;
2009.
25。 Depkes RI. Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis.

3
8

Anda mungkin juga menyukai