Anda di halaman 1dari 15

KONSEP PENYEBAB PENYAKIT FILARIASIS

OLEH :
KELOMPOK 2

AHMAD AFFANDI (2113351046)


PIRLINA (2113351070)
KHOLILAH (2113351064)
ELLY MARLINA (2113351056)
RIAN DIANTARA (2113351072)
FERLIANA MARIZKI (2113351057)
DINI FEBI H (2113351054)
SEPTARIO R (2113351076)
PENGERTIAN KAKI GAJAH
(FILARIASIS)

Penyakit kaki gajah atau filariasis adalah kondisi medis yang


disebabkan oleh cacing filaria. Parasit ini dapat ditularkan dari satu
orang ke orang lainnya melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi
cacing filaria. Kondisi ini umumnya disebut kaki gajah karena
gejalanya yang paling umum terlihat adalah pembengkakan pada kaki
dan tangan. Selain itu, skrotum (kantong buah zakar) serta payudara
dan organ kelamin penderita wanita juga dapat diserang. Tekstur kulit
pada organ yang membengkak bisa menebal dan menjadi lebih keras.
Akibatnya, kulit penderita terlihat memiliki tekstur seperti kulit gajah.
Penyakit kaki gajah bersifat menahun (kronis) dan perlu ditangani
sedini mungkin. Bila tidak, penyakit ini dapat menyebabkan cacat
permanen atau seumur hidup.
AGENT FILARIASIS

Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies


cacing filarial, yaitu: W. Bancroft, B.Malayi, B. Timori.
Cacing filaria (Nematode :Filarioidea) baik limfatik
maupun non limfatik, mempunyai ciri khas yang sama
sebagai berikut: dalam reproduksinya tidak lagi
mengeluarkan telur melainkan mikrofilaria (larva
cacing), dan ditularkan oleh Arthropoda (nyamuk).
Sebanyak 32 varian subperiodik baik nokturnal maupun
diurnal dijumpai pada filaria limfatik Wuchereria dan
Brugia. Periodisitas mikrofilaria berpengaruh terhadap
risiko penularan filarial.
PENULARAN FILARIASIS
Filariasis ditularkan oleh nyamuk, saat ini di indonesia telah diidentifikasi
saat ini ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, dan
Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Tetap vektor
utamanya adalah Anopheles Farauti dan Anopheles Punctulatus. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa beberapa spesies dari genus Anopheles di
samping berperan sebagai vektor malaria juga berperan sebagai vektor
filariasis.
Larva cacing dari muda hingga menjadi larva infektif di dalam tubuh nyamuk
berlangsung selama 1-2 pekan. Sedangkan dari mulai masuknya larva dari
nyamuk ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangsung selama
3-36 bulan. Meski terkesan gampang sekali tertular oleh nyamuk, namun pada
kenyataannya diperlukan ratusan hingga ribuan gigitan nyamuk hingga bisa
menyebabkan penyakit kaki gajah. Cacing jantan dan betina hidup di dalam
kelenjar limfe bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu.
Mikrofilaria yang terisap oleh nyamuk melepaskan sarungnya di dalam
lambung, menembus dinding lambung dan bersarang di antara otot-otot toraks.
Bila nyamuk yang mengandung larva stadium III bersifat infektif dan
menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh dan
bersarang di saluran limfe. Kemudian mengalami pertumbuhan dan tumbuh
menjadi cacing dewasa.
VEKTOR PENYAKIT FILARIASIS

 W. bancrofti ditularkan berbagai


spesies spt: Culex quinquefasciatus,
Anopheles gambiae, An. funestus,
Aedes polynesiensis, An. scapularis dan
Ae. pseudoscutellaris.
 Brugia malayi ditularkan oleh spesies
yang bervariasi dari Mansonia,
Anopheles dan Aedes.
 Brugia timori ditularkan oleh
Anopheles barbirostris. Riwayat
Alamiah penyakit fil
RIWAYAT ALAMIYAH PENYAKIT
FILARIASIS

1.1.Tahap
TAHAPPrepatogenesis
PREPATOGENESIS:
 

Fase ini terjadi ketika seseorang digigit nyamuk


yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang di
dalam tubuhnya mengandung larva stadium 3.
larva menuju system limfe dan kemudian tumbuh
menjadi cacing dewasa jantau atau betina dan
berkembang biak. Di sini, factor penyebab
pertama belum menimbulka penyakit, tetapi telah
meletakkan dasar dasar bagi berkembangnya
penyakit.
2. TAHAP PATOGENESIS

a. Fase Subklinis
Fase ini disebut juga dengan presymtomatic, di mana perubahan faali atau system
dalam tubuh manusia telah terjadi, tetapi perubahan itu tidak cukup kuat untuk
menimbulkan keluhan sakit dan pada umumnya pencarian pengobatan belum
dilakukan.

b. Fase Klinis
Pada fase ini, perubahan-perubahan yang teradi pada jaringan tubuh telah cukup
untuk memunculkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Gejala akut yang
dapat terjadi misalnya demam berulang-ulang selama 3-5 hari, pembengkakan
kelenjar getah bening di daerah lipatan paha, ketiak, yang tampak kemerahan,
panas, dan sakit, radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit
yang menjalar dari pangkal kaki atau lengan ke ujung.

c. Fase Konvalesens
Fase ini adalah tahap akhir dari fase klinis yang berupa fase konvalesens
(penyembuhan) dan meninggal. Fase ini dapat berkembang menjadi sembuh
total, sembuh dengan cacat atau gejala sisa. Filariasis dapat disembuhkan jika
diobati sedini mungkin, namun jika tidak mendapatkan pengobatan dapat
menyebabkan disabilitas (kecacatan)
TAHAP PASCA PATOGENESIS

Merupakan tahap akhir dari fase klinis yang


dapat berupa fase konvalesens (penyembuhan) dan
meninggal. Fase konvalesens dapat berkembang
menjadi sembuh total, sembuh dengan cacat atau
gejala sisa (disabilitas atau sekuele). Filariasis
dapat di sembuhkan dengan mengobati secara
dini tapi jika tidak akan mengakibatkan
kecacatan.
Peranan Lingkungan yang Menyebabkan Penyakit
Filarisis

1. Lingkungan Fisik
lingkungan fisik terdiri atas benda-benda yang tak hidup yang
berada di sekitar manusia. Termasuk ke dalam golongan ini: udara,
sinar matahari, tanah, air, perumahan, sampah, dan sebagainya. Juli
Soemirat (2000).

Lingkungan fisik yang berisiko dengan kejadian filariasis :


 Keberadaan genangan air
 Keberadaan semak-semak
 Keberadaan kandang ternak
 Kondisi SPAL
 Keberadaan persawahan
Peranan Lingkungan yang Menyebabkan Penyakit
Filarisis

2. Lingkungan Biologi
lingkungan biologik dapat menjadi rantai penularan filariasis. Contoh
lingkungan biologik adalah adanya tanaman air sebagai tempat pertumbuhan
nyamuk Mansonia spp. Keberadaan tumbuhan air di sekitar perindukan
digunakan oleh larva sebagai tempat berlindung. (Depkes RI 2008)

lingkungan biologi dapat dibagi dalam beberapa hal:


 Agen penyakit yang infeksius
 Reservoir (manusia atau binatang)
 Vektor pembawa penyakit (lalat, nyamuk, dll)
 Tumbuhan dan binatang
Peranan Lingkungan yang Menyebabkan Penyakit
Filarisis
3. Lingkungan Sosial-Ekonomi-Budaya
lingkungan hidup sosial, ekonomi, budaya merupakan lingkungan yang bersifat
dinamis dan cukup pelik. Suatu lingkungan sosial tertentu tidak begitu saja memberi
pengaruh yang sama kepada semua orang. Menurut Mukono (2000),

Depkes RI (2008), lingkungan sosial, ekonomi dan budaya adalah lingkungan yang
timbul sebagai akibat adanya interaksi manusia, termasuk perilaku, adat istiadat,
budaya, kebiasaan, dan tradisi penduduk. Kebiasaan bekerja di kebun pada malam
hari, atau kebiasaan tidur perlu diperhatikan karena berkaitan dengan intensitas
kontak dengan vektor. Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada filariasis
perempuan karena umumnya laki-laki lebih sering kontak dengan vektor karena
pekerjaannya.

Salah satu faktor lingkungan sosial yang berisiko dengan kejadian filariasis yaitu
peran serta masyarakat yang berupa bersedia bergotong-royong membersihkan sarang
nyamyuk atau tempat perindukan nyamuk atau kerja bakti (Widoyono, 2005)
PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS
1. Hindari gigitan nyamuk dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat
tinggal .

2. Kenakan pakaian yang tertutup ketika melakukan aktivitas pada daerah


endemik/luar ruangan yang beresiko terpapar gigitan nyamuk.

3. mengoleskan lotion nyamuk ketika memiliki kegiatan diluar ruangan

4. penggunaan kelambu saat tidur

5. membersihkan genanganair/ pot-pot yang berpotensi menjadi sarang


nayamuk

6. menjaga kesehatan dan kebersihan diri ( CTPS )

7. mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang agar daya tahan tubuh


terjaga.
Data filariasis di Indonesia
 Di Indonesia, sampai dengan tahun 2014 terdapat lebih dari 14 ribu
orang menderita klinis kronis filariasis (elephantiasis) yang tersebar di
semua provinsi. Secara epidemiologi, lebih dari 120 juta penduduk
Indonesia berada di daerah yang berisiko tinggi tertular filariasis.
Sampai akhir tahun tahun 2014, terdapat 235 kabupaten/kota endemis
filariasis, dari 511 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah
kabupaten/kota endemis filariasis ini dapat bertambah karena masih
ada beberapa kabupaten/kota yang belum terpetakan (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
 Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI tengah berupaya
mewujudkan Indonesia yang bebas dari penyakit kaki gajah (filariasis)
 tahun 2020. Program pencegahan dan pengendalian kaki gajah ini
dinamakan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA).
 Sebanyak 82 kabupaten/kota sudah selesai melaksanakan PPOM (dari
tahun 2012). 146 kabupaten/kota masih berlangsung PPOM. Dan 4
kabupaten/kota baru akan melaksanakan PPOM tahun 2017 ini. 
Data filariasis di Indonesia
 Dari data Kemenkes terkait program BELKAGA hingga tahun 2017
mencatat, ada 236 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis kaki gajah.
Nusa Tenggara Timur (2.864 kasus), Aceh (2.372 kasus), Papua Barat (1.244
kasus), Papua (1.184 kasus), dan Jawa Barat (904 kasus) termasuk lima
daerah teratas yang banyak terjadi kasus kaki gajahPada tahun 2018,
terdapat 10.681 kasus filariasis yang tersebar di 34 provinsi. Angka ini
menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan, beberapa
kasus dilaporkan meninggal dunia dan adanya perubahan diagnosis
dilakukan konfirmasi kasus klinis kronis yang dilaporkan tahun
sebelumnhya (Kemenkes, 2019).
 Lima provinsi dengan kasus kronis filariasis terbanyak pada tahun 2018
adalah papua (3.615 kasus), Nusa Tenggara Timur (1.542 kasus), Jawa Barat
(781 kasus), Papua Barat (622 kasus), dan aceh (578 kasus). Provinsi dengan
jumlah kasus kronis filariasis terendah adalah di Yogyakarta (3 kasus).
 Hingga 2019 tercatat 118 dari 236 kabupaten/kota di Indonesia yang
merupakan daerah endemis filariasis telah menyelesaikan Pemberian Obat
Pencegahan Massal (POPM) Filariasis dan memasuki tahap surveilans
pasca POPM. Sedangkan sebanyak 118 kabupaten/kota lainnya masih akan
melaksanakan POPM Filariasis dan sebanyak 38 kab/kota telah dinyatakan
eliminasi Filariasis. 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai