OLEH :
KELOMPOK 2
1.1.Tahap
TAHAPPrepatogenesis
PREPATOGENESIS:
a. Fase Subklinis
Fase ini disebut juga dengan presymtomatic, di mana perubahan faali atau system
dalam tubuh manusia telah terjadi, tetapi perubahan itu tidak cukup kuat untuk
menimbulkan keluhan sakit dan pada umumnya pencarian pengobatan belum
dilakukan.
b. Fase Klinis
Pada fase ini, perubahan-perubahan yang teradi pada jaringan tubuh telah cukup
untuk memunculkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Gejala akut yang
dapat terjadi misalnya demam berulang-ulang selama 3-5 hari, pembengkakan
kelenjar getah bening di daerah lipatan paha, ketiak, yang tampak kemerahan,
panas, dan sakit, radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit
yang menjalar dari pangkal kaki atau lengan ke ujung.
c. Fase Konvalesens
Fase ini adalah tahap akhir dari fase klinis yang berupa fase konvalesens
(penyembuhan) dan meninggal. Fase ini dapat berkembang menjadi sembuh
total, sembuh dengan cacat atau gejala sisa. Filariasis dapat disembuhkan jika
diobati sedini mungkin, namun jika tidak mendapatkan pengobatan dapat
menyebabkan disabilitas (kecacatan)
TAHAP PASCA PATOGENESIS
1. Lingkungan Fisik
lingkungan fisik terdiri atas benda-benda yang tak hidup yang
berada di sekitar manusia. Termasuk ke dalam golongan ini: udara,
sinar matahari, tanah, air, perumahan, sampah, dan sebagainya. Juli
Soemirat (2000).
2. Lingkungan Biologi
lingkungan biologik dapat menjadi rantai penularan filariasis. Contoh
lingkungan biologik adalah adanya tanaman air sebagai tempat pertumbuhan
nyamuk Mansonia spp. Keberadaan tumbuhan air di sekitar perindukan
digunakan oleh larva sebagai tempat berlindung. (Depkes RI 2008)
Depkes RI (2008), lingkungan sosial, ekonomi dan budaya adalah lingkungan yang
timbul sebagai akibat adanya interaksi manusia, termasuk perilaku, adat istiadat,
budaya, kebiasaan, dan tradisi penduduk. Kebiasaan bekerja di kebun pada malam
hari, atau kebiasaan tidur perlu diperhatikan karena berkaitan dengan intensitas
kontak dengan vektor. Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada filariasis
perempuan karena umumnya laki-laki lebih sering kontak dengan vektor karena
pekerjaannya.
Salah satu faktor lingkungan sosial yang berisiko dengan kejadian filariasis yaitu
peran serta masyarakat yang berupa bersedia bergotong-royong membersihkan sarang
nyamyuk atau tempat perindukan nyamuk atau kerja bakti (Widoyono, 2005)
PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS
1. Hindari gigitan nyamuk dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat
tinggal .