Anda di halaman 1dari 46

http://dinkes.lumajangkab.go.

id/epidem
iolodi-filariasis/
Hospes dan Vektor Utama Penyakit Kaki
Gajah (Filariasis)
Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah merupakan penyakit infeksi yang bersifat menahun
disebabkan cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. penyakit ini dapat menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan, kantung buah zakar, payudara dan kelamin
wanita. Gejala dan Tanda Filariasis, antara lain, pada tahap Awal (akut) berupa demam
berulang 1-2 kali atau lebih setiap bulan selama 3-5 hari terutama bila bekerja berat.
Demam dapat sembuh sendiri tanpa diobati.Juga timbul benjolan dan terasa nyeri pada
lipatan paha atau ketiak tanpa adanya luka badan.Kemudian ketika teraba adanya urat
seperti tali yang berwarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak dan
berjalan ke arah ujung kaki atau tangan. Sedangkan pada tahap Lanjut (kronis), akan
terjadi pembesaran yang hilang timbul pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara
dan alat kelamin wanita dan lama kelamaan menjadi cacat menetap.

Aspek Epidemiologi Penyakit kaki gajah

Menurut Widoyono (2008), penyakit kaki gajah (Filariasis) terdapat hampir di seluruh dunia
terutama di daerah tropis dan beberapa daerah sub tropis. Pada tahun 2004, filariasis telah
menginfeksi 120 juta penduduk di 83 negara di seluruh dunia. Sedangkan di Asia filariasis
menjadi penyakit endemik di Indonesia, Myanmar, India dan Srilanka.

Di Indonesia berdasarkan survei yang dilaksanakan pada tahun 2000-2004, terdapat lebih
dari 8000 orang penderita klinis kronis filariasis yang tersebar di seluruh propinsi. Secara
epidemiologi, data ini mengindikasikan lebih dari 60 juta penduduk Indonesia berada di
daerah yang beresiko tinggi tertular filariasis, dengan 6 juta penduduk diantaranya telah
terinfeksi. Filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
terutama di daerah pedesaan. Penyakit menular ini bersifat menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

Epidemiologi Filariasis
Menurut Supali, dkk (2008), filariasis malayi merupakan salah satu penyakit zoonosis yang
dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini memiliki hospes reservoar dan vektor
nyamuk. Secara epidemiologi, persebaran filariasis terkait dengan berbagai faktor seperti
hospes definitive, yaitu manusia, hospes reservoar, vektor dan keadaan lingkungan yang
sesuai untuk menunjang kelangsungan hidup masing-masing.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda jaringan.
Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan
produktivitas penderitanya karena timbulnya gangguan fisik. Penyakit ini jarang terjadi
pada anak-anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah
infeksi.

Filariasis disebabkan oleh tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia
timori. Morfologi Cacing dewasa jantan W. bancrofti berukuran 2-4 cm dan betina 5-10 cm.
Mikrofilaria berukuran panjang antara 245-300 µm, bersarung pucat, lekuk badan halus,
panjang ruangan kepala sama dengan lebarnya, inti halus dan teratur. Tidak ada inti
tambahan. Larva stadium 1 (L1) bentuk seperti sosis, ekor lancip, panjang 127 µm. Larva
stadium 2 (L2) bentuk lebih panjang dari L1 , ekor pendek seperti kerucut, panjang 450
µm. Larva stadium 3 (L3) bentuk langsing panjang, panjang 1200 µm, pada ekor terdapat 3
papila bulat

Cacing dewasa jantan brugia malayi berukuran panjang 23 mm, ekor melingkar. Cacing
betina berukuran panjang 55 mm, ekor lurus. Mikrofilaria brugia malayi panjangnya 200-
275 µm, bersarung merah pada pewarnaan giemsa, lekuk badan kaku, panjang ruang
kepalanya dua kali lebarnya, badannya mempunyai inti-inti tidak teratur, ekornya
mempunyai satu-dua inti tambahan. Memiliki L1, L2, dan L3 seperti Wuchereria bancrofti
namun bila dijumpai dapat dibedakan dari L3 Wuchereria bancrofti dari keberadaan
tonjolan di bagian posterior tubuhnya.

Cacing dewasa brugia timori berbentuk halus seperti benang, warna putih susu, yang
betina berukuran 40 mm ekor lurus, dan cacing jantan berukuran 23 mm (lebih kecil dari
yang betina) ekornya melengkung kearah ventral. Mikrofilaria berukuran 3 1 0 µm, ruang
kepala memiliki rasio panjang-lebar sekitar 2: 1 pada brugia malayi tetapi pada brugia
timori 3: 1, bersarung pucat, lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya tiga kali lebarnya,
badan mempunyai inti-inti tidak teratur, ekor mempunyai dua inti tambahan.

Daur hidup parasit brugia malayi ini cukup panjang, masa pertumbuhannya di dalam tubuh
nyamuk kurang lebih 3 bulan. Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk, melepaskan
sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung dan bersarang dalam otot-otot
toraks. Mula-mula parasit ini memendek disebut L1, kemudian berganti kulit tumbuh lebih
gemuk dan panjang disebut L2, selanjutnya jadi L3 yang lebih kurus dan makin panjang, L3
ini kemudian bermigrasi mula-mula ke abdomen, kemudian ke kep ala dan alat tusuk
nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung L3 (bentuk infekti) menggigit manusia maka
secara aktif larva tersebut masuk melalui luka dan masuk ke tubuh hospes dan bersarang di
saluran limfe setempat. Di dalam tubuh hospes larva mengalami pergantian kulit dan
menjadi cacing dewasa
Prevalensi infeksi dapat berubah-ubah dari masa ke masa dan pada umumnya ada tendensi
menurun dengan adanya kemajuan dalam pembangunan yang menyebabkan perubahan
lingkungan. Untuk dapat memahami epidemiologi filariasis perlu diperhatikan faktor-faktor
seperti hospes definitif (manusia), hospes reservoar, vektor dan keadaan lingkungan yang
sesuai untuk menunjang kelangsungan hidup masing-masing

Hospes Reservoar dan vektor Filariasis


Beberapa hewan dapat berperan sebagai hospes reservoar atau sumber penularan
penyakit ini. Dari semua spesies cacing filarial yang menginfeksi manusia di Indonesia,
hanya brugia malayi tipe sub periodik nokturna yang ditemukan di hewan. Kera (Macaca
sp.) dan lutung (Presbytis sp.) merupakan reservoar dari strain tertentu brugmalayi, yang
juga dapat menular ke kucing (John & Petri, 2006). Pengendalian filariasis pada hewan
reservoar ini tidak mudah, oleh karena itu juga akan menyulitkan upaya pemberantasan
filariasis pada manusia.

Brugia malayi kebanyakan di daerah tertentu vektor utamanya nyamuk genus Mansonia
dan Anopheles. brugia timori vektornya adalah nyamuk Anopheles barbirotris dan sejauh
diketahui, manusia adalah satu-satunya hospes definitif. Brugia malayi yang hidup pada
manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirotris dan yang hidup pada manusia dan
hewan ditularkan oleh nyamuk Mansonia.

Beberapa sifat vektor nyamuk adalah menyukai darah manusia (antropofilik), menyukai
darah hewan (zoofilik), menyukai darah hewan dan manusia (zooantropofilik), menggigit di
luar rumah (eksofagik) dan menggigit di dalam rumah (endofagik). Perilaku nyamuk
sebagai vektor penyakit kaki gajah menentukan distribusi penyakit kaki gajah.

Sedangkan secara intrinsik, stadium mikrofilaria ditemukan di dalam darah tepi terutama
pada malam hari dan mencapai puncaknya pada pukul 22.00 – 01.00 (sifat periodisitas
mikrofilaria yang bersifat nocturnal). Sedangkan mikrofilaria yang mempunyai sifat
subperiodik nokturnal, berada dalam darah tepi selama 24 jam tetapi mencapai puncaknya
pada pukul 18.00 – 22.00. Pada mikrofilaria yang sifatnya nonperiodik, stadium mikrofilaria
dapat ditemukan di dalam darah tepi setiap saat dan tidak pernah mencapai puncak.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang disebabkan
oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang
kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi dan
penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah.
Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga
memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit (Menkes, 2010).
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa
patogen dari satu inang ke yang lainnya. Vektor juga merupakan anthropoda yang dapat menimbulkan
dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi
dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan kehidupan
manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit
seperti yang sudah di jelaskan di atas (Nurmaini,2001). Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih
menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat
menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas
penyebaran vektor tersebut (Menkes, 2010).
Adapun dari penggolongan binatang yang dapat dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum
diantaranya ada 2 phylum yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum
anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam
berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan
rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping
nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfungsi
sebagai vektor dan binatang pengganggu (Nurmaini,2001).
Namun kedua phylum tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, untuk itu keberadaan
vektor dan binatang penggangu tersebut harus ditanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin
membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau
menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan
kehidupan manusia. Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu managemen
pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan
densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan.

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana perlunya pengendalian vektor penyakit
2. Pengertian Vektor-borne disease
3. Jenis – jenis vector penyakit
1.3. Tujuan
Mengetahui definisi, jenis-jenis vektor penyakit, peranan yang dapat merugikan manusia, serta
mengetahui cara pengendaliannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.DEFINISI VEKTOR PENYAKIT


Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tapi menyebarkannya
dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain. Berbagai jenis nyamuk, sebagai contoh,
berperan sebagai vektor penyakit malaria yang mematikan.Pengertian tradisional dalam
kedokteran ini sering disebut "vektor biologi" dalam epidemiologi dan pembicaraan umum.
Dalam terapi gen, virus dapat dianggap sebagai vektor jika telah di-rekayasa ulang dan
digunakan untuk mengirimkan suatu gen ke sel targetnya. "Vektor" dalam pengertian ini
berfungsi sebagai kendaraan untuk menyampaikan materi genetik seperti DNA ke suatu sel.
Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor merupakan arthropoda yang
dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
Sedangkan menurut, vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan/menularkan
suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Vektor penyakit
merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal
sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor – borne diseases
yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan
menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian.Di Indonesia, penyakit – penyakit yang
ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti demam
berdarah, Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran pencernaan seperti dysentery,
cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.
Ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit :
1. Cuaca
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit
infeksi.Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu, sebab mereka butuh
reservoir dan vektor untuk hidup.Iklim dan variasi musim mempengaruhi kehidupan agen
penyakit, reservoir dan vektor.Di samping itu perilaku manusia pun dapat meningkatkan
transmisi atau menyebabkan rentan terhadap penyakit infeksi.Wood tick adalah vektor
arthropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan ricketsia.
2. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri tidak terkena
penyakit disebut reservoir.Reservoir untuk arthropods borne disease adalah hewan-hewan
dimana kuman patogen dapat hidup bersama.Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir
untuk virus encephalitis.Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di
dalam reservoir alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi reservoir
untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen mengalami multifikasi di dalam vektor
atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada intermediate host
3. Geografis
Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah
geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen penyakit tergantung pada
iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky
Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara
geografis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi.oleh ricketsia dibawa
oleh tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur Amerika
Serikat.
4. Perilaku Manusia
Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara sembarangan,
kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit arthropoda
borne diseases.
B.Jenis-jenis Vektor Penyakit
Sebagian dari Arthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri-ciri
kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir
meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang (Nurmaini,2001). Berikut jenis dan klasifikasi vektor
yang dapat menularkan penyakit :
Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas :
1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang
2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu
3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau
4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk .
Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian adalah :
a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat
1. Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria
2. Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
3.Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal
1. Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes
c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala
1.Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus.
Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang
pengganggu antara lain:
1.Ordo hemiptera, contoh kutu busuk
2.Ordo isoptera, contoh rayap
3. Ordo orthoptera, contoh belalang
4.Ordo coleoptera, contoh kecoak
Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat dikatakan sebagai binatang pengganggu,
dapat dibagi menjadi 2 golongan :
a. Tikus besar, (Rat) Contoh :
-Rattus norvigicus (tikus riol )
-Rattus-rattus diardiil (tikus atap)
-Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)
b. Tikus kecil (mice),Contoh:Mussculus (tikus rumah)
Arthropoda [arthro + pous ] adalah filum dari kerajaan binatang yang terdiri dari organ yang
mempunyai lubang eksoskeleton bersendi dan keras, tungkai bersatu, dan termasuk di dalamnya
kelas Insecta, kelas Arachinida serta kelas Crustacea, yang kebanyakan speciesnya penting
secara medis, sebagai parasit, atau vektor organisme yang dapat menularkan penyakit pada
manusia (Chandra,2003).
Vektor hanya terdiri atas arthropoda, sedangkan tikus, anjing, dan kucing bertindak sebagai
reservoar (Chandra, 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011) menyebutkan
bahwa tikus bertindak sebagai reservoar untuk penyakit seperti salmonelosis, demam gigitan
tikus, trichinosis, dan demam berdarah Korea, sedangkan vektornya adalah pinjal, kutu, caplak,
dan tungau yang merupakan arthropoda. Sumber lain menyebutkan bahwa tikus hanya sebagai
binatang pengganggu (Nurmaini, 2001).
Ada dua jenis vektor yaitu vektor biologis dan vektor mekanis.Vektor disebut vektor
biologis jika sebagian siklus hidup parasitnya terjadi dalam tubuh vektor tersebut.Vektor disebut
sebagai vektor mekanis jika sebagian siklus hidup parasitnya tidak terjadi dalam tubuh vektor
tersebut (Natadisastra dan Agoes, 2005).Contohnya lalat sebagai vektor mekanis dalam
penularan penyakit diare, trakoma, keracunan makanan, dan tifoid, sedangkan nyamuk
Anopheles sebagai vektor biologis dalam penularan penyakit malaria (Chandra, 2006).
Jenis-Jenis Vektor Penyakit
a) Vektor Potensial
Vektor potensial adalah vektor yang secara aktif berperan dalam penyebaran penyakit.Vektor ini
baik secara biologis maupun mekanis selalu mencari hospesnya untuk kelangsungan hidupnya.
b) Vektor Pasif
vektor pasif, artinya secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa dalam tubuh vektor ada agen patogen
dan dapat menularkan agen tersebut kepada hospes lain, tetapi vektor ini tidak aktif mencari
mangsanya. Dengan adanya perubahan lingkungan, kemungkinan vektor tersebut dapat berubah
menjadi aktif.

c) Vektor Biologis
Vektor biologis, dimana agen penyakit harus mengalami perkembangan ke stadium lebih lanjut.
Bila tidak ada vektor maka agen penyakit kemungkinan akan mati. Contoh yangpaling mudah
adalah schistosomiasis, penyakit akibat cacing Schistosoma japonicum.Larva(miracidium)
masuk ke dalam tubuh siput,berkembang menjadi sporocyst dan selanjutnya menjadi redia,
kemudian menjadi cercaria yang akan keluar dari tubuh siput, aktif mencari definif host, melalui
kulit dimana akan terjadi dermatitis (SOULSBY, 1982).
d) Vektor Mekanis
Vektor mekanis, dimana agen penyakit tidak mengalami perkembangan, tetapi hanya sebagai
pembawa agen penyakit.Tidak seperti penyakit malaria atau arbovirus dimana terjadinya infeksi
cukup satu kali gigitan vektor yang sudah terinfeksi, pada infeksi filaria, vektor harus sering
menggigit hospesny agar terjadi infeksi. Diperkirakan lebih dari
100 gigitan agar cacing dapat bereproduksi dan menghasilkan mikrofilaria.

e) Vektor Insidentil
Vektor insidentil, vektor ini secara kebetulan hinggap pada manusia, kemudian mengeluarkan
faeces yang sudah terkontaminasi agen penyakit dekat mulut. Secara tidak sengaja masuk ke
dalam mulut, contohnya pada penyakit Chagas yang disebabkan oleh Trypanosoma cruzi dan
vektor yang berperan adalah Triatoma bugs. Vektornya sebenarnya masuk dalam siklus
silvatik, hanya diantara hewan rodensia. Manusia terkontaminasi bila vektornya masuk dalam
lingkungan manusia.
Penyakit yang sering mewabah di Indonesia dan dianggap penting serta kemungkinan masuknya
penyakit enzootic
Klasifikasi arthropodborner disease menurut J.E.Park
Arthropodborner Penyakit yang ditularkan
1. Nyamuk Malaria, filarial, yellow fever, ensefalitis, dengue haemofhagic
fever.
2. Lalat rumah Demam tifoid dan paratifoid, diare, disentri, kolera,
gastroenteritis, amebiasis, infestasi, helmintik, yaws,
poliomyelitis, konjungtivitis, trakoma, antraks.
3. Lalat pasir Kalaazar, oriental sore, oraya fever, sandfly fever.
4. Lalat tsetse Sleeping sickness
5. Tuma Epidemic typus, relapsing fever, trench fever.
6. Pinjal tikus Bubonic plague, chiggerosis, endemic thypus, hymenolepsi
diminuta.
7. Lalat hitam Onkosersiasis
8. Reduvid bug Chagus disease
9. Sengkenit keras Tick typus, tick paralysis, ensefalitis viral, tularemia,
haemorrhagic fever, human babesiosis.
10. Sengkenit lunak Relapsing fever
11. Trambiculid mite Scrub typhus
12. Itch-mite Scabies
13. Cyclops Guinea-worm disease, fish tupewarm(D.latus)

C. Klasifikasi Vektor
Arthropoda (arthropous) adalah filum dari kerajaan binatang yang termasuk di dalamnya
kelas Insecta, kelas Arachnida serta kelas Crustacea, yang kebanyakan speciesnya penting
secara medis, sebagai parasit, atau vektor organismeyang dapat menularkan penyakit pada
manusia. Klasifikasi arthropoda sebagai vektor penyakit secara rinci sebagai berikut (Chandra,
2006):
1. Kelas Insecta
1.1 Mosquito (Nyamuk)
1.1.1 Anophelesne

Gambar 2.1 Nyamuk Anopheles


1.1.2 Culicines
1.1.3 Aedes
1.2 Flies (Lalat)
1.2.1 Houseflies (lalat rumah, Musca domestica)
Gambar 2.2 Lalat Rumah (Musca domestica)

1.2.2 Sandflies (lalat pasir, genus Phlebotomus)


1.2.3 Tsetse flies (lalat tsetse, genus Glossina)
1.2.4 Blackflies (lalat hitam, genus Simulium)
1.3 Human Lice (Tuma)
1.3.1 Head and body lice (tuma kepala atau Pediculus humanus var capitisdan tuma badan
atau Pediculus humanus var corporis)

Gambar 2.3 Kutu Kepala (Pediculus humanu


1.3.2 Crab lice (tuma kemaluan atau Phthirus pubis)
1.4 Fleas (Pinjal)
1.4.1 Rat fleas (pinjal tikus).
Beberapa pinjal tikus yang penting untuk bidang media adalah sebagai berikut:
1.4.1.1 Rat fleas (oriental)
1.4.1.1.1 Xenopsylla chepis
1.4.1.1.2 Xenopsylla astila
1.4.1.1.3 Xenopsylla braziliensis
1.4.1.2 Rat fleas (temperate zone) yaitu Nospsylla fasciatus
Gambar 2.4 Pinjal Tikus
1.4.2 Human fleas yaitu Pulex irritans
1.4.3 Dog and cat fleas yaitu Ctenocephalus felis
1.4.4 Reduviid bugs (kissing bugs, Penggigit Muka)
2. Kelas Arachnida
2.1 Tick (Sengkenit)
2.1.1 Hard Ticks (sengkenit keras, famili Ixodidae)
2.1.2 Soft Ticks (sengkenit keras, famili Argasidae).
Gambar 2.5 Sengkenit
2.2 Mites (Chiggers, famili Trombidiidae)
2.2.1 Leptotrombidium dan Trombiculid mites (tungau musim panen, tungau merah)
2.2.2 Itch mites (tungau kudis, scabies, famili Sascoptidae)
3. Kelas Crustacae yaitu Cyclops
Beberapa jenis tikus (rodensia) pembawa vektor penyakit adalah Rattus norvegicus, Rattus
rattus diardi, Mus musculus. Rattus norvegicus (tikus got) berperilaku menggali lubang di tanah
dan hidup dilibang tersebut. Sebaliknya Rattus rattus diardii (tikus rumah) tidak tinggal di tanah
tetapi disemak-semak dan atau diatap bangunan.Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan
untuk kekuatan menarik dan memegang yang sangat baik. Hal ini karena pada bantalan telapak
kaki terdapat guratan-guratan beralur, sedang pada rodensia penggali bantalan telapak kakinya
halus.Mus musculus (mencit) selalu berada di dalam bangunan, sarangnya bisa ditemui di dalam
dinding, lapisan atap (eternit), kotak penyimpanan atau laci (Depkes RI, 2011).Secara \definisi
vektor adalah parasit arthropoda dan siput air yang berfungsi sebagai penular penyakit baik pada
manusia maupun hewan. Ada beberapa jenis vektor dilihat dari cara kerjanya sebagai penular
penyakit.Keberadaan vektor ini sangat penting karena kalau tidak ada vektor maka penyakit
tersebut juga tidak akan menyebar.

D. Penyakit Menular
Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam-macam sebagai berikut :
a. Air sebagai penyebar mikroba patogen.
b. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit.
c. Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi sehingga orang tidak dapat membersihkan
dirinya dengan baik.
d. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit.
Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung di antara masyarakat se\\\ringkali
dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau “waterborne diseases” Penyakit- penyakit ini
hanya dapat menyebar, apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang di
pakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang
dapat menyebar lewat air ini sangat banyak mancamnya.Mulai dari virus, bakteri, protozoa,
metazoa. Table 5.9 di bawah ini menyajikan beberapa penyakit “waterborne” yang banyak di
dapat di Indonesia.Dilihat dari segi epidemiologi beberapa penyakit tertera di table 5.9 masih
sangat penting di Indonesia. Untuk itu beberapa penyakit tersebut akan di uraikan secara singkat
di bawah ini.
Tabel 5.9 Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya
Agent Penyakit
Virus:
Rotavirus Diare pada anak
V. Hepatitis A Hepatitis A
V.Poliomyelitis Polio (myelitis anterior acuta)
Bakteri:
Vibrio cholera eschrichia Cholera
coli enteropatogenik Diare
Salmonella typhi Typhus abdominalis
Salmonella paratyphi Paratyphus
Shigella dysenteriae Dysenterie
Protozoa:
Entamoeba histolytica Dysenterie amoeba
Balantidia coli Balantidiasis
Giardia lamblia Giardiasis
Metazoa:
Ascaris lumbricoides Ascariasis
Clonorchis sinensis Clonorchiasis
Diphyllobothrium latum Diphylobothriasis
Taenia saginata Taeniasis
Schistosoma Schistosomiasis

1. Cholera
Penyakit cholera disebabkan oleh vibro cholerae, dikatakan berasal dari India tetapi pernah
terdapat di seluruh dunia. Cholera adalah penyakitusus halus yang akut dan berat,sering
mewabah yang mengakibatkan banyak kematian. Masa tunasnya berkisar antara beberapa jam
sampai beberapa hari. Gejala utamanya adalah muntahber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi
dengan cepat. Sedangkan gejala cholera yang khas adalah tinja yang menyerupai air cucian
beras, tetapi sangat jarang ditemui, sehingga cholera klasik jarang didapat. Namun demikian
keganasan cholera tidak menjadi berkurang karenanya, orang dewasa dapat meninggal dalam
waktu setengah sampai dua jam, disebabkan dehidrasi.Wabah-wabah cholera terutama sangat
ganas, sebelum ditemukannya chemoterapeutika dan antibotika bagi pengobatannya serta vaksin
bagi pencegahannya. Angka kematian berkisar 50% pada masa lalu. Saat ini, orang sudah
mengetahui seluk beluk penyakit cholera, namun demikian, penyakit ini masih terus saja
mewabah, terutama di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia di mana sanitasi lingkungan masih
sangat tidak memadai. Reservoir bakteri cholera adalah manusia yang menderita penyakit,
sedangkan penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang, ataupun tidak langsung lewat
lalat, air, serta makanan dan minuman.
Kasus klasik wabah cholera terjadi pada tahun 1854, di Broad Street, London. Lebih dari
500 orang meninggal karenannya. Wabah ini di teliti oleh seorang dokter bernama John Snow,
dokter kerajaan Inggris saat itu. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa wabah tersebut di
sebabkan sesuatu yang ada di dalam sumber air yang dipakai oleh masyarakat setempat. Pada
saat itu orang menggunakan sumur pompa yang ada di tengah-tengah taman, sekitar dimana
rumah-rumah meraka berada. Atas dasar pendapatnya itu Dr.Snow mencabut handel sumur
pompa tersebut, sehingga orang tidak dapat memanfaatkan airnya. Dengan demikian wabah
dapat dihentikan. Kasus ini menjadi sangat terkenal, karena beberapa hal sebagai berikut:
Wabah itu terjadi 30 tahun sebelum pasteur menemukan mikroba sebagai penyebab penyakit,
tetapi Snow berani mengemukakan bahwa penyebab itu adalah sesuatu yang kotor dan berada di
dalam air.
Kasus ini adalah kasus yang mengasosiasikan wabah penyakit dengan air, dan bahwa penyakit
dapat menyebar lewar air.
Kasus ini dapat dipakai sebagai contoh bahwa penyakit dapat dicegah sekalipun penyebab yang
sebetulnya belum diketahui.
2. Typhus Abdominalis
Sama dengan cholera, Tyhpus juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus.
Penyebabnya adalah salmonella typhi, terdapat di seluruh dunia, dengan reservoir manusia pula.
Beda dengan cholera, angka kematian typhus berkisar anatara 10% sebelum penemuan
antibiotika dan menurun sampai 2% - 3% setelahnya. Gejala utama adalah panas yang terus
menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah
infeksi. Kasus thypus yang tidak spesifik juga banyak ditemui, terutama diantara anak-anak.
Penularan dapat terjadi dari orang ke orang, atau tidak langsung lewat makanan, minuman yang
terkontaminasi bakteri. Sama halnya dengan cholera, orang sudah banyak tahu tentang segi
kedokteran serta pencegahannya, tetapi di negara kita ini wabah masih sering dijumpai.
Salah satu masalah yang menyulitkan pemberantasan adalah didapatnya pembawa kuman
thypus, yakni yang pernah menderita ataupun tidak pernah menderita penyakit ini. Di daerah
tropis, dimana terdapat banyak kasus batu ginjal ataupun batu kandung kemih dan kandung
empedu, salmonella sering tinggal pada batu-batu tersebut tanpa menimbulkan gejala pada
pembawanya. Sesekali, salmonella itu keluar bersama tinja ataupun urine, memasuki lingkungan
dan berkesempatan menyebar. Kasus terkenal adalah bernama Mary dan lebih dikenal sebagai
thyphoid Mary. Pembawa ini selama hidupnya bekerja sebagai koki, tetapi dimana ia bekerja
selalu terjadi kasus-kasus thypus. Persamaan yang didapat hanyalah Mary seorang pengolah
makanan. Pemeriksaan pada Mary selanjutnya menunjukkan bahwa dia adalah pembawa kuman
thypus.Kesulitan lain di dalam pemberantasan thypus adalah kuatnya daya tahan kuman thypus
di luar tubuh manusia. Bahkan ada pendapat bahwa kuman tersebut dapat berkembang biak
diluar tubuh. Namun pendapat iniperlu dikaji lebih lanjut. Yang jelas, baik kuman thypus
maupun cholera, dapat bertahan cukup lama di dalam lingkungan air. Tangki septik yang sering
digunakan masyarakat untuk mengolah tinja sehingga tidak berbahaya, tidak dapat membunuh
kuman ini secara sempurna. Keadaan ini, serta masih banyaknya masyarakat yang membuang
hajat langsung ke perairan bebas sangat menghambat usaha pemberantasan. Selain itu, imunisasi
hanya dapatmemberi proteksi untuk 3 – 6 bulan saja.
3. Hepatitis
Gejala-gejala umum dari hepatitis ini adalah rasa nyeri atau sakit pada perut bagian
kanan, badan lemas, mual, demam dan diare. Pada beberapa kasus juga ditemukan gejala seperti
akan flu dan sakit kuning yang ditandai kulit dan mata yang terlihat kuning. Namun, gejala
penyakit hepatitis tidak selalu tampak, khususnya pada kebanyakan kasus yang menimpa anak-
anak.Virus dapat berpindah dari seorang penderita ke orang yang sehat.Jika kekebalan tubuh
seseorang sedang lemah, virus dapat dibersihkan oleh antibodi manusia itu sendiri jika system
kekebalan tubuhnya baik.
4. Hepatitis A
Virus hepatitis A biasanya terdapat pada kotoran si penderita, dan virus ini dapat hidup pada
air atau es batu. Virus ini menyebar karena seseorang meminum air yang tercemar VHA atau
mengkonsumsi makanan yang tidak dimasak dengan benar sehingga virus tetap hidup pada
makanan atau bisa juga karena orang yang mempersiapkan makanan tidak mencuci tangan
dengan benar terlebih dahulu, padahal mungkin saja pada tangannya terdapat virus hepatitis A.
Tidak mencuci tangan sehabis menggunakan toilet juga menyebabkan virus ada pada kotoran
manusia ini akhirnya berpindah.
5. Hepatitis B
Virus Hepatitis B (VHB) biasanya menular melalui darah atau cairan tubuh seperti air liur,
cairan vagina, atau air mani yang masuk dalam aliran darah orang sehat. Ini karena hepatitis B
terdapat dalam darah dan cairan tubuh tersebut.Tranfusi darah, darah pada pisau cukur,
perawatan gigi, gunting kuku, jarum suntik atau jarum yang digunakan untuk membuat tato
dapat memindahkan sejumlah kecil darah yang terinfeksi virus hepatitis. Bahkan noda darah
yang sudah mengering dapat menulari orang lain selama 1 minggu sejak menempel pada suatu
benda. Cara lain penyebaran virus ini adalah karena terbawa sejak dari kandungan oleh seorang
ibu yang terinfeksi (keturunan) dan karena hubungan seks
6. Hepatitis C
Cara penularan virus ini hampir sama dengan penularan hepatitis B, tetapi pada kebanyakan
orang adalah karena jarum suntik.
Cara menangani Hepatitis sebaiknya lakukan sejak dini agar penderita dapat disembuhkan,
karena semakin lambat ditangani, virus akan merusak hati dan bahkan menjadi kanker.
Terkadang karena tidak menampakkan gejala yang jelas, kebanyakan orang tidak menyadari
kalau dalam tubuhnya sudah berdiam virus hepatitis dan terlanjur hati sudah menjadi rusak
parah.Lakukan vaksinasi agar seseorang mendapatkan antibodi dari virus hepatitis A (VHA) dan
virus hepatitis B (VHB). Namun, untuk hepatitis C tidak ada vaksinasi untuk
mencegahnya.Walau seseorang belum terindikasi virus ini tetapi pemberian vaksin dapat
mencegah virus merusak hati karena gejala hepatitis bisa saja baru muncul puluhan tahun
kemudian.Pemberian vaksin khususnya perlu diberikan pada anak-anak karena kekebalan tubuh
mereka lebih lemah untuk membersihkan virus hepatitis dibandingkan orang dewasa.Lakukan
pencangkokkan hati jika hati sudah rusak parah. Tetapi, ini akan sulit karena donor hati yang ada
lebih sedikit dibandingkan daftar tunggu dari penderita yang membutuhkan hati. Penderita
hepatitis seharusnya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup agar tubuh
mampu bertahan menghadapi virus ini dan mencegah jumlah virus semakin banyak yang akan
menggeroti kesehatan penderitanya.
7. Poliomyelitis
Polio disebut juga Poliomyelitis adalah virus yang menyerang anak-anak dan dewasa
melalui mulut yang dapat membuat pincang hingga meninggal.Penyebaranya dari kontak dengan
tinja dari penderita.Polio disebabkan oleh virus yang tergolong dalam Picornavirus.Suatu
mikroorganisme.Penyebaran dari kontak dengan tinja dari penderita.Polio disebabkan virus yang
tergolong dalam Picornavirus.Suatu mikroorganisme berukuran kecil namun dapat melumpuhkan
tubuh.Poliomyelitis teramasuk penyakit infiksi akut yang dalam bentuk beratnya menyerang
saraf pusat. Perusakan neuron motor dalam sumsum tulang belakang menimbulkan kelumpuhan.
Namun, sebagian besar infeksi poliovirus bersifat subklinik.
Gejala Penyakit Polio
Masa inkubasi virus polio biasanya berkisar 3-35 hari. Gejala umum serangannya adalah
pengidap mendadak lumpuh pada salah satu anggota gerak setelah demam selama 2-5 hari.
Penyakit polio dibedakan menjadi 3 jenis, maka masing – masing dari jenis penyakit polio
tersebut memiliki gejala / tanda – tanda sendiri.
1.Polio non-paralisis: Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan
sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
2. Polio paralisis spinal: Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan
sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Pada
penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan
menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Namun penderita yang
sudah memiliki kekebalan biasanya terjadi kelumpuhan pada kaki.
3. Polio bulbar: Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang
otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan
saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata;
saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot
muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses
menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang
mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan
leher. Sudah bisa dibayangkan jenis polio ini menyebabkan kematian.
Penularan Virus Polio
Virus ini disebarkan melalui rute orofecal (melalui makanan dan minuman) yang sudah
terkontaminasi virus yang berasal dari feses penderita polio atau melalui percikan ludah. Penyebaran
utamanya melalui kontak dengan manusia. Mulut adalah tempat masuknya virus, dan perkembangbiakan
pertama terjadi di orofaring atau usus.

Cara Mencegah Dan Mengobati Penyakit Polio


Virus ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan
kelemahan otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja.
Penularan virus polio bisa dari mulut yaitu percikan air liur, bisa juga dari tinja penderita polio.
Beberapa cara pencegahan penyakit polio:
1. Imunisasi polio yang biasanya dilakukan saat bayi atau anak-anak. Vaksin polio ada 2 jenis
yaitu vaksin salk (vaksin virus polio yang tidak aktif), dan vaksin sabin (vaksin virus polio yang
aktif). Pada penderita gangguan system kekebalan vaksin sabin bisa menyebabkan polio.
2. Bila memasak air harus mendidih dengan sempurna. Dengan suhu yang tinggi dapat cepat
mematikan virus polio, sebaliknya bila keadaan beku atau suhu yang rendah virus ini bisa
bertahan hidup bertahun-tahun.
3. Biasakan menjalani pola hidup yang sehat
4. Sanitasi yang baik dan bersih
8. Dysentirie Amoeba
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan
buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.
Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua yaitu disentri amuba dan
disentri basiler.Penyebab yang paling umum yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba histolytica
yang menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab
disentri basiler.Kuman-kuman tersebut dapat tersebar dan menular ke orang lain melalui
makanan dan air yang sudahterkontaminasi kotoran dan juga lalat. Parasit Entamoeba hystolytica
hidup dalam usus besar, parasit tersebut mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan
bentuk yang tidak bergerak. Parasit yang berbentuk tidak bergerak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan bentuk yang bergerak bila menyerang dinding usus penderita dapat menyebabkan
mulas, perut kembung, suhu tubuh meningkat, serta diare yang mengandung darah dan
bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu sering.
Disentri basiler biasanya menyerang secara tiba – tiba sekitar dua hari setelah kemasukan
kuman/bakteri Shigella. Gejalanya yaitu demam, mual dan muntah-muntah, diare dan tidak
napsu makan. Bila tidak segera diatasi, dua atau tiga hari kemudian keluar darah, lendir atau
nanah dalam feses penderita. Pada disentri basiler, penderita mengalami diare yang hebat yaitu
mengeluarkan feses yang encer hingga 20-30 kali sehari sehingga menjadi lemas, kurus dan mata
cekung karena kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Hal tersebut tidak bisa dianggap remeh,
karena bila tidak segera diatasi dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala lainnya yaitu
perut terasa nyeri dan mengejang.Penyakit ini umumnya lebih cepat menyerang anak-anak.
Kuman – kuman masuk ke dalam organ pencernaan yang mengakibatkan pembengkakan dan
pemborokan sehingga timbul peradangan pada usus besar.
Cara pengobatan dan pencegahan Disentri
Penderita disentri harus segera mendapat perawatan, yang perlu dihindari adalah
mencegah terjadinya dehidrasi karena dapat berakibat fatal.Dalam keadaan darurat, dehidrasi
yang ringan dapat diatasi dengan pemberian cairan elektrolit (oralit) untuk mengganti cairan
yang hilang akibat diare dan muntah-muntah. Oralit dilarutkan dalamm 200 cc air matang,
diaduk dan diberikan sedikit demi sedikit dengan sendok kepada penderita. Apabila oralit tidak
tersedia, dapat membuat larutan campuran gula dan garam (1 sendok teh gula + ¼ sendok teh
garam, dilarutkan dengan 200 cc air hangat) atau bisa juga dengan meminum air kelapa.Apabila
dehidrasi cukup berat, setelah diberi oralit atau larutan campuran gula dan garam sebagai
pertolongan pertama, sebaiknya penderita di bawa ke rumah sakit untuk diberikan perawatan.
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyakit disentri yaitu dengan
memperhatikan pola hidup sehat dan bersih, seperti selalu menjaga kebersihan makanan dan
minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga pembawa kuman,menjaga kebersihan
lingkungan, membersihkan tangan secara baik sesudah buang air besar atau menjelang makan.
Cara pengobatan dan pencegahan Disentri
a.Tindakan Pencegahan Primer
Tujuannya adalah untuk mengadakan intervensi sebelum terjadinya perubahan patologis
pada host.Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan promosi kesehatan dalam bentuk
penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang filariasis, dan menciptakan lingkungan yang tidak
memungkinkan vektor filariasis untuk berkembang biak.

b.Tindakan Pencegahan Sekunder


Tujuannya adalah untuk menyembuhkan atau menghentikan proses penyakit, mencegah
penyebaran penularan penyakit, mencegah komplikasi dan gejala sisa serta memperpendek masa
disabilitas. Usaha yang dilakukan adalah diagnosis dini, yaitu pemeriksaan mikroskopis darah,
pengobatan segera, yaitu dengan konsumsi obat DEC. Dan untuk usaha disability limitation
(pembatasan kecacatan) diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari sebagai
pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian organ tubuh yang bengkak.

c.Tindakan Pencegahan Tersier


Tujuannya adalah untuk mengembalikan individu tersebut sehingga dapat hidup berguna
di masyarakat dengan keadaan terbatas. Usaha yang dapat dilakukan adalah menyediakan sarana-
sarana untuk pelatihan dan pendidikan di rumah sakit dan di tempat-tempat umum
9. Filariasis
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit kronis yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk, dan dapat menyebabkan kecacatan dan stigma.Penyakit ini merupakan penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria.Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan
bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.Filariasis disebabkan oleh tiga spesies
cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.Penyakit Kaki Gajah
bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu
yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari serta menurunkan
produktivitas.Penyakit Filariasis disebut juga dengan Elefentiasis, karena penderitanya sering
mengalami bengkak di kaki yang sangat besar menyerupai kaki gajah.Orang terkena penyakit ini
sering tidak dapat melakukan pekerjaan karena kecacatan mereka atau karena sebagian orang
enggan berdekatan dengan mereka.

Fase Penyakit Filariasis


1.Prepatogenesis
Pada filariasis, fase ini terjadi ketika seseorang digigit nyamuk yang sudah terinfeksi, yaitu
nyamuk yang dalam tubuhnya mengandung larva stadium 3 (L3). Masa prepaten, masa antara
masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia berkisar antara 37 bulan. Hanya
sebagian saja dari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok
mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Nyamuk sendiri
mendapat mikro filarial karena menghisap darah penderita atau dari hewan yang mengandung
mikrofilaria. Nyamuk sebagai vektor menghisap darah penderita (mikrofilaremia) dan pada saat
itu beberapa microfilaria ikut terhisap bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk. Dalam
tubuh nyamuk microfilaria tidak berkembang biak tetapi hanya berubah bentuk dalam beberapa
hari dari larva 1 sampai menjadi larva 3, karenanya diperlukan gigitan berulang kali untuk
terjadinya infeksi. Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh
menjadi cacing dewasa jantan atau betina serta bekembang biak. Di sini faktor penyebab pertama
belum menimbulkan penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi berkembangnya
penyakit.

2.Patogenesis
• Fase Inkubasi
Fase ini disebut juga dengan pre-symtomatic, dimana perubahan faali atau system dalam
tubuh manusia (proses terjadinya sakit) telah terjadi, namun perubahan tersebut tidak cukup kuat
untuk menimbulkan keluhan sakit dan pada umumnya pencarian pengobatan belum dilakukan.
Akan tetapi jika dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat-alat kesehatan seperti
pemeriksaan mikroskopis darah pada waktu malam hari, maka akan ditemukan mikrofilaria
dalam tubuh mereka. Begitu pula jika meminum obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC)yang
sedang digalakkan oleh pemerintah dalam program eliminasi penyakit kaki gajah, akan timbul
efek samping seperti sakit kepala, sakit tulang atau otot, pusing, anoreksia, muntah, demam, dan
alergi yang menandakan terdapat microfilaria dalam tubuh mereka.

•Fase Klinis
Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup untuk
memunculkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Adapun gejala akut yang dapat terjadi
antara lain:
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi
setelah bekerja berat
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak
(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal
kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan
mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa
panas (early lymphodema) Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa
pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar
(elephantiasis skroti).

• Pasca Patognesis
Merupakan tahap akhir dari fase klinis yang dapat berupa fase konvalesens (penyembuhan)
dan meninggal. Fase konvalesens dapat berkembang menjadi sembuh total, sembuh dengan cacat
atau gejala sisa (disabilitas atau sekuele). Filariasis dapat disembuhkan jika diobati sedini
mungkin, namun jika tidak mendapatkan pengobatan dapat mengakibatkan Disabilitas
(kecacatan/ketidakmampuan) karena terjadi penurunan fungsi sebagian struktur/organ tubuh,
yaitu berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki
sehingga menurunkan fungsi aktivitas seseorang secara keseluruhan.

10. Demam Berdarah


Demam berdarah atau demam dengue adalah penyakit akibat infeksi virus bernama dengue
yang ditularkan melalui nyamuk Aedes, khususnyaAedes aegypti betina. Nyamuk ini menularkan
virus yang berada dalam air liurnya dengan cara menggigit manusia ketika di siang hari,
kemudian air liur yang terdapat virus dengue menyebar ke seluruh jaringan tubuh yang
mengakibatkan sel darah putih memproduksi banyak protein untuk menimbulkan gejala.
Untuk mengenali gejala demam berdarah yang ringan tidak mudah, karena banyak juga jenis
infeksi virus (bukan dengue) yang gejala nya hampir sama, misalnya demam atau panas selama
beberapa hari. Sementara infeksi berat dari virus dengue akan menimbulkan banyak sinyal dari
tubuh yang terjadi secara tiba-tiba seperti sakit kepala, nyeri otot atau sendi, dan ruam kulit
(bintik merah).Pada fase awal, penderita akan mengalami demam yang bersuhu tinggi, panas
badan mencapai 40 derajat Celsius atau 104 derajat Fahrenheit. Setelah itu penderita akan
merasakan sakit kepala (febrile) yang berlangsung selama 2 sampai 7 hari. Pada fase febrile ini
biasanya gejala yang dirasakan pasien disertai ruam pada kulit. Pada hari pertama atau kedua
ruam akan terlihat kemerahan seperti kulit yang terkena panas. Selanjutnya (pada hari ke-4
sampai ke-7) ruam menyerupai campak. Demam tinggi yang dirasakan oleh penderita akan
mereda setelah memasuki fase kritis yang berlangsung selama hingga 2 hari. Pada fase ini, cairan
dapat menumpuk di dada dan abdomen akibat terjadi kebocoran kecil pada pembuluh darah.
Cairan tersebut akan terus keluar yang mengakibatkan berhentinya sirkulasi darah di dalam
tubuh. Saat fase penyembuhan, cairan yang keluar akibat kebocoran pembuluh darah akan masuk
kembali ke dalam aliran darah. Pasien biasanya akan pulih secara berangsur pada tahap ini,
kurang lebih 2 hingga 3 hari. Pada fase ini pula tak jarang penderita kehilangan kesadaran atau
kejang akibat otak yang terpasok cairan berlebih. Ada pula yang merasakan gatal-gatal parah dan
detak jantung yang lemah.

Penyebab Demam berdarah


Virus dengue adalah virus yang menjadi penyebab seseorang terpajan demam berdrah. Virus
ini awalnya menyelinap dalam tubuh kemudian hidup di sel yang menuju saluran pencernaan
nyamuk. Sekitar 8 hari 10 hari berikutnya, virus akan menyebar ke kelenjar saliva nyamuk,
tempat produksi saliva atau ludh atau air liur. Oleh karena itu, nyamuk yang menginfeksi
seseorang dengan cara digigit sama saja dengan mengoper atau memindahkan virus dengue
bersama air liur nyamuk ke dalam tubuh manusia. Awalnya virus tidak membahayakan karena
masih melawan sistem pertahanan tubuh dari bantuan sel darah putih. Lama kelamaan virus
memproduksi kembali (atau memperbanyak diri) sehingga sistem kekebalan tubuh tidak kuat
menahan serangan virus dengue, akibatnya virus berhasil masuk dan menyebar dalam jaringan
tubuh.

Pertolongan Pertama Demam Berdarah


Sebelum diobati, penderita harus diberi pertolongan pertama oleh profesional kesehatan. Dr
Rita mengatakan bahwa dalam menangani kasus demam berdarah hanya perlu memproduksi
banyak cairan karena di dalam tubuh terjadi kebocoran yang membuat cairan hilang. Penderita
bisa minum banyak air putih selagi kebocoran terjadi, tetapi jika sudah selesai alias tertutup
penderita harus mengurangi asupan cairan tersebut.
Berikut ini adalah tindakan medis sebagai bentuk pertolongan pertama terhadap demam
dengue:
 Memasok cairan tubuh dengan memperbanyak minum air putih.
 Kompres kening pasien agar demam tinggi mereda.
 Memberikan obat penurun panas sesuai anjuran dokter.
 Membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas apabila pasien tidak mengalami
perubahan positif (penurunan panas serta gejala lain) meskipun telah dilakukan langkah
pertolongan pertama.
Terpaksa dirawat di rumah sakit apabila kondisi pasien bertambah parah, kesadaran semakin
hilang, dan diperburuk dengan tidak bisa minum air hingga muntah terus menerus.
11. Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit menular yang dapat ditularkan oleh nyamuk bernama
Anopheles.Nyamuk ini membawa parasit plasmodium dan menggigit orang sekaligus
menyebarkannya melalui peredaran darah.Malaria merupakan penyakit berbahaya yang dapat
menyebabkan kematian. Dari pernyataan yang saya kutip dari Wikipedia, berdsarkan data di
dunia, penyakit malaria membunuh anak setiap 30 detik. Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi
dan sekitar 1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya.90% kematian terjadi di
Afrika, terutama pada anak-anak.Nyamuk yang menyebarkan parasit ini yaitu nyamuk betina
yang sebelumnya sudah terinfeksi oleh plasmodium.Selain melalui nyamuk, penyakit malaria
juga dapat menyebar melalui beberapa hal seperti transfusi darah, transplantasi organ, jarum
suntuk yang sudah terkontaminasi.Ibu hamil juga dapat menularkan penyakit ini kepada bayinya.
Penyebab penyakit malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang merupakan golongan plasmodium. Media
utama yang menjadi penyebar penyakit ini yaitu nyamuk Anopheles betina. Nyamuk ini
terinfeksi oleh parasit plasmodium dari gigitan yang dilakukan terhadap seseorang yang sudah
terinfeksi parasit tersebut. Nyamuk tersebut akan terinfeksi selama satu mingguan hingga waktu
makan selajutnya. Pada saat makan, maka nyamuk ini menggigit orang lain sekaligus
menyuntikkan parasit plasmodium ke dalam darah orang tersebut sehingga orang tersebut
akan terinsfeksi malaria. Ada 4 jenis plasmodium yang dapat menginfeksi manusia anatara lain,
sebagai berikut :
1. Plasmodium Ovale
2. Plasmodium Malariae
3. Plasmodium Falciparum
4. Plasmodium Vivax
Gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 bagian ditinjau dari berat-ringannya. Gejalanya yaitu
sebagai berikut :
A. Gejala Penyakit Malaria Ringan ( Malaria tanpa Komplikasi )
Pada penderita penyakit malaria, umumnya mengalami demam dan menggigil, sakit kepala,
mual-mual, muntah, diare, terasa nyeri pada otot, pegal-pegal. Pada gejala malaria ringan,
dapat dibagi menjadi 3 stadium yaitu sebagai berikut :
1.Stadium Dingin
Pada stadium dingin penderita merasakan dingin dan menggigil yang luarbiasa, denyut nadi
terasa semakin cepat namun lemah, bibir dan jari terlihat kebiruan, kulit kering, muntah-
muntah yang terjadi kurang lebih 15 menit hingga 1 jam.

2. Stadium Demam
Pada stadium ini penderita merasakan panas, muka merah, kulit kering, muntah dan kepala
rasanya sangat sakit. Suhu tubuh biasanya mencapai 40 derajat celcius atau lebih. Kadang
penderita mengalami kejang-kejang. Gejala ini berlangsung biasanya 2 hingga 4 jam lebih.
3. Stadium Berkeringat
Stadium berkeringat yaitu pengidap penyakit malaria ini selalu berkeringat, suhu tubuh
dibawah rata-rata sehingga menyebabkan suhu tubuh menjadi dingin. Karena sering
berkeringat, biasanya sering merasakan haus dan kondisi tubuh sangat lemah.

B. Gejala Penyakit Malaria Berat (Malaria Dengan Komplikasi )


Penderita yang masuk dalam criteria ini biasanya sangat lemah sekali. Malaria berat dapat
diketahui dengan melakukan pemeriksaan laboratorium sendian darah tepi dan penderita juga
memiliki komplikasi sebagai berikut ini.
 Tidak sadarkan diri kadang hingga koma
 Sering mengigau
 Bicara yang salah-salah (tidak terkontrol)
 Kejang-kejang
 Suhu tubuh sangat tinggi
 Dehidrasi
 Nafas cepat, sesak nafas
Cara Mencegah Penyakit Malaria
Penyakit malaria ini disebarkan oleh nyamuh sehingga kita harus menjaga kebersihan diri
maupun lingkungan sekita sehingga tidak ada nyamuk yang berkembang biak. Bila anda sedang
mengujungi tempat-tempat yang terkenal sebagai timbulnya penyakit malaria, minumlah obat
Klorokuin yang berfungsi untuk mencegah masuknya parasit plasmodium falciparum ke dalam
tubuh.

1. Cara Modern
Jika terkena penyakit malaria, usahakan cepat ditangani dengan membawanya berobat ke
dokter ahli penyakit malaria. Jika sudah ditangan dokter pastinya akan cepat ditangani namun
bagaimana jika anda berada ditempat terpencil dan sangat jauh dari tempat dokter, anda
bisa menggunakan cara tradisional.
2. Cara Tradisional
Cara tradisional dapat dijadikan alternatif jika ada kendala berobat kepada dokter. Untuk
pengobatan secara tradisonal sangat mudah yaitu menggunakan “Daun Pepaya”. Jangan salah,
daun papaya juga sangat manjur untuk mengobati penyakit malaria. Caranya yaitu siapkan
beberapa daun papaya kemudian rebus dan minum airnya 3 kali sehari. Lakukan ini secara
teratur setiap hari dan yakinlah bahwa anda akan sembuh.
11. Trachoma
Trachoma adalah penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kebutaan bagi penderitanya.
Penyakit ini disebabkan oleh tersebarnya bakteri Chlamydia trachomatis di tempat-tempat yang
kualitas sanitasinya buruk dan kualitas air yang tidak adekuat. Bakteri-bakteri ini kemudian
tersentuh oleh tangan manusia, menempel di tubuh lalat, atau tempat-tempat lain yang nantinya
mengontaminasi mata orang yang sehat. Infeksi oleh bakteri ini dapat menyebabkan munculnya
jaringan parut pada kornea mata. Pada awalnya, terbentuk reaksi infeksi inflamasi pada bagian
kelopak atas. Reaksi inilama-kelamaan membuat kelopak mata mengerut dan menyempit.
Kelopak yang membentuk jaringan parut ini lama-kelamaan semaki ke dalam hingga pada
akhirnya menutupi kornea. Ketika kornea tertutupi jaringan parut maka si penderita mulai
mengalami kebutaan. Dalam setiap kedipan mata, bulu mata akan menggaruk kornea dan
membuat penderita menderita. Kondisi ini disebut trichiasis.

Chlamydia trachomatis adalah bakteri intraseluler yang hanya bisa berpoliferasi di dalam sel
host eukariotik. Di luar sel inang, C. trachomatis membentuk badan elementer berupa spora
analogus. Ketika spora ini berada dalam sel inang, badan elementernya (BE) akan
berubah/berdiferensiasi menjadi badan retikulat (BR), yaitu bentuk non infeksius
dari Chlamydia. Setelah beberapa saat berada di dalam sel, BR akan mengalami replikasibinary
fusion dan kembali ke bentuk BE. Biasanya EB akan menempati sebagian besar sitoplasma di
dalam sel. EB kemudian membuat sel-sel inang mengalami lisis. Sel asli yang hancur diganti
dengan jaringan parut oleh mekanisme alami dalam tubuh manusia.Reservoir penyakit ini adalah
manusia. Cara penularanmelalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang
terkena infeksi atau dari dischargesnasofaring melalui jari atau kontak tidak langsung dengan
benda yang terkontaminasi, seperti handuk, pakaian dan benda-benda lain yang
dicemari discharge nasofaring dari penderita.Lalat, terutama Musca sorbens di Afrika dan Timur
Tengah dan spesies jenis Hippelates di Amerika bagian selatan, ikut berperan pada penyebaran
penyakit. Pada anak-anak menderita trachoma aktif, chlamydia dapat ditemukan dari nasofaring
dan rectum.Akan tetapi, di daerah endemis untuk serovarian dari trachoma tidak ditemukan
reservoir genital. Masa inkubasi 5 sampai 12 hari.Masa penularanberlangsung selama masih ada
lesi aktif di konjungtiva dan kelenjar-kelenjar adneksa maka selama itu penularan dapat
berlangsung bertahun-tahun. Konsentrasi organisme dalam jaringan berkurang banyak dengan
terbentuknya jaringan parut, tetapi jumlahnya akan meningkat kembali dengan reaktivasi dari
penyakit dan terbentuknya discharge kembali. Penderita tidak menular lagi 1-3 hari setelah diberi
pengobatan dengan antibiotika sebelum terjadinya perbaikan gejala klinis.
12. Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu / tungau / mite (Sarcoptes
scabei).Kutu ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop.
Penyakit Scabies ini juga mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan
sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan
penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprei, handuk, bantal, air yang masih
terdapat kutu Sarcoptesnya. Selain itu, penyebab lain terkena Penyakit Scabies ini adalah
Kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan
terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung.

Gejala Penyakit Scabies


1. Adanya ruam kecil atau berbentuk benang.
2. Bintik-bintik merah pada kulit.
3. Gatal-gatal terasa pada malam hari saat udara semakin lembap.
4.Mengalami rasa gatal-gatal di seluruh tubuh terutama di antara sela-sela jari, selangkan,pantat,
bahkan di bagian alat kelamin.
Pengobatan Scabies

Pengobatannya dapat dilakukan dengan menghilangkan tungau dalam kulit terlebih dahulu. Hal ini
dapat dilakukan dengan krim ataupun lotion selama 8 jam pertama. Lalu pengobatan lanjutan dilakukan
jika muncul ruam yang baru atau timbul liang di area lainnya. Seluruh anggota keluarga juga perlu diobati,
walau tidak memiliki gejala serupa guna menghindari penularan tungau.Obat-obatan yang dapat
digunakan berdasarkan resep dokter ialah krim dengan kandungan Permethrin 5%. Krim ini lebih aman
digunakan ketimbang Lindane. Pada bayi dokter biasanya menerapkan krim Crotamiton yang dapat
digunakan selama 2 hingga 5 hari.Walaupun obat-obat tersebut dapat membunuh tungau, namun gatal
tidak akan segera hilang dalam beberapa minggu. Dokter bisa saja memberikan obat invermectin untuk
diminum bagi mereka yang sistem kekebalan tubuhnya lemah, atau pengobatan diatas tidak segera
menuntaskan masalahnya.

Pencegahan Scabies

Pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan kebersihan lingkungan maupun kebersihan


pribadi, misalnya; mencuci pakaian dan seluruh kain dengan sabun dan mengeringkannya pada suhu
tinggi, khususnya 3 hari sebelum melakukan perawatan medis. Hal ini bertujuan menghambat
penyebaran dan pertumbuhan tungau di sekitar pasien.Anda juga perlu menjaga kebersihan binatang
peliharaan Anda. Jangan menyimpan barang-barang yang tidak dapat dicuci atau tidak terpakai dalam
wadah plastik yang tertutup. Ada baiknya untuk meletakkannya di luar ruangan, seperti garasi. Tujuannya
agar tungau mati kelaparan selama 1 minggu.

E. Infeksi Bakteri

1. Difteri

Penyakit difteri adalah penyakit menular mematikan yang menyerang saluran pernafasan bagian
atas (tonsil, faring dan hidung) dan kadang pada selaput lendir dan kulit yang disebabkan oleh
bakteri yaitu Corynebacterium diphteriae. Semua golongan umur baik anak-anak maupun orang dewasa
dapat tertular oleh penyakit ini.Penyakit ini dapat disebabkan oleh dua hal yaitu tertular bakteri dari orang
lain dan karier difteri. Karier difteri adalah seseorang yang sehat, tidak mengalami gejala penyakit difteri,
tetapi hasil tes swab hidung menunjukkan positif adanya kuman difteri. Orang dengan karier difteri dapat
disembuhkan dengan cara minum obat eritsomisin 4x1 selama 7 hari, serta dapat berkonsultasi pada
petugas kesehatan apakah perlu mendapatan tambahan imunisasi.

Gejala Pada Difteri

Pada umumnya penyakit difteri menyebabkan gejala-gejala seperti panas, sesak nafas, nyeri telan
pada tenggorokan, leher bengkak (bullneck), serta adanya selaput warna putih keabu-abuan di
tenggorokan yang dapat menyumbat jalan nafas. Selain itu penyakit difteri dapat menghasilkan racun
yang berbahaya karena dapat menyerang otot jantung, jaringan saraf dan ginjal.Difteri dapat menyerang
bagian tubuh seperti tenggorokan, bibir, kulit, mata, hidung, tonsil faring, dan laring. Penyakit Difteri yang
parah dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi bisa dipengaruhi oleh virulensi kuman, luas membra,
jumlah toksin, waktu antara timbulnya penyakit dengan pemberian antitoksin. Komplikasi yang terjadi
antara lain kerusakan jantung, kerusakan system saraf dan obstruksi jalan nafas

Penyebab Penyakit Difteri

Telah diketahui bahwa penyebab penyakit difteri adalah bakteri Corynebacterium


diphteriae. Bakteri ini adalah kuman batang ‘gada’ gram positif, dimana kuman ini tidak
membentuk spora, tahan dalam keadaan beku dan kering dan mati pada pemanasan 60ºC. Akan
tetapi terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempermudah terinfeksi penyakit Difteri, yaitu :
 Cakupan imunisasi kurang atau tidak mendapat imunisasi secara lengkap
 Kualitas vaksin yang tidak bagus
 Faktor lingkungan tidak sehat seperti sanitasi yang buruk dan rumah yang berdekatan yang
mempermudah penyebaran difteri
 Tingkat pengetahuan ibu rendah tentang imunisasi dan gejala difteri
 Akses pelayanan kesehatan yang kurang
Cara Penularan Difteri

Penyakit Difteri dapat menular melalui percikan ludah dari orang yang membawa bakteri ke orang
lain yang sehat. Namun penyakit ini juga dapat ditularkan melalui benda atau makanan yang telah
terkontaminasi dengan bakteri tersebut. Cara lain penularan penyakit difteri adalah dengan melakukan
kontak intim.
Cara Pencegahan Difteri

Berikut adalah 3 imunisasi yang biasa dilakukan di Indonesia :

1. Imunisasi dasar lengkap pada saat (DPT-HB 3kali)

2. Imunisasi DT pada anak SD/MI kelas 1

3. Imunisasi TD pada anak SD/MI kelas 2 dan 3

Selain melalui imunisasi, penyakit difteri juga bisa kita cegah dengan melakukan :

 Hindari untuk kontak secara langsung dengan penderita difteri


 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan seperti cuci tangan, sanitasi yang baik, membersihkan
bagian rumah dan halaman, dan lain-lain
 Menjaga kondisi tubuh tetap prima agar tidak mudah terserang penyakit seperti makan makanan
bergizi dan berolaharaga yang rutin. Bila perlu pakailah masker kesehatan
 Tidak batuk dan bersin di sembarang tempat. Etika bersin dan batuk yang benar adalah dengan
menutupi menggunakan tissue, atau jika tidak ada tissue maka bisa menggunakan lengan.
Cara Mengobati Difteri

Penyakit Difteri merupakan penyakit yang berbahaya yang bisa menyebabkan


kematian.Oleh karena itu penanganan harus dilakukan dengan segera.Bila gejala-gejala difteri
mulai timbul, maka segeralah pergi ke rumah sakit.Berkonsultasilah dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pengobatan yang benar dan pemberian eritromisin terhadap kontak
langsung.Pemberian eritromisin dan penisilin dapat membantu menghilangkan kuman dan
menghentikan pengeluaran toksin. Saat penderita mengalami sumbatan jalan nafas, jika
diperlukan tenaga medis akan membuat lubang pada pipa saluran pernafasan atas agar pasien
dapat bernafas.

2. Pertusis

Batuk rejan adalah batuk yang menular dan bisa menular melalui bersin, batuk, dan juga
muntah yang dialami oleh si penderita. Proses dari terjadinya penularan batuk ini yaitu
kuman/bakteri penyakit yang terbang dan terhisap oleh orang lain yang berdekatan dengan si
penderita. Penderita dari batuk rejan ini mayoritas adalah anak-anak berusia antara 5 hingga 13
tahun, namun tidak menutup kemungkinan individu yang berusia kurang atau lebih dari usia itu
bisa terjangkit penyakit ini.
Tanda-tanda terjangkit batuk rejan:
 Batuk yang terus menerus dan membuat si penderita seakan tak memiliki kesempatan
bernafas sama sekali.
 Si penderita kadangkala akan muntah saat batuk
 Pusing dan susah tidur
 Tubuhnya terasa sangat lemas seakan tidak memiliki tenaga
Cara mengobati batuk pertusis (rejan) secara alamiah
Bahan-bahan yang harus kita sediakan pertama kali adalah belimbing, garam dapur, serta
air putih secukupnya. Kemudian cara untuk membuat ramuannya adalah kita harus menumbuk
10 buah belimbing yang masih segar sampai halus, lalu kita tambahkan sebanyak 2 sendok
makan garam dapur ke dalam adonan belimbingnya. Remas-remaslah tumbukan belimbing dan
garamnya dan kita saring untuk diambil airnya.Setelah itu ramuan yang dihasilkan bisa kita
gunakan untuk mengobati batuk jenis ini. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sembuh
total dari batuk rejan ini, minum ramuan ini dua kali sehari dan diminum teratur setiap hari
sampai sembuh.
3. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Clostridium tetani. Kuman ini
tersebar luas di tanah dan tahan hidup lama.Sering ditemukan dalam usus dan kotoran binatang
memamah biak seperti misalnya kuda dan di tempat-tempat yang kotor.Penyakit ini bisa
disebabkan beberapa hal.Biasanya banyak terjadi setelah anggota tubuh terkena luka tusuk yang
dalam, misalnya terkena tusukan paku, pecahan kaca,tutup kaleng, dicakar atau digigit
binatang peliharaan seperti kucing, monyet dan sebagainya.Selain kena luka tusuk, penyakit ini
juga banyakterjadi pada korban luka bakar yang luas, pada korban kecelakaan lalu lintas dan
sebagainya.Mengorek-ngorek gigi yang sakit dengan lidi atau menggaruk-garuk telinga yang
sedang infeksi, juga merupakan penyebab umum penyakit tetanus.
Gejala Tetanus

Penyakit tetanus ini biasanya timbul lima hari sampai dua minggu setelah tubuh kena luka,
tetapi ada pula yang timbul baru setelah beberapa minggu korban terluka.Semakin lambat timbul
gejalanya semakin ringan penyakit itu.Tetanus yang ringan mula-mula ditandai oleh mulut yang
kaku, sedangkan yang berat langsung ditandai dengan kejang-kejang yang hebat.Tetapi
umumnya gejala penyakit ini ditandai oleh ketegangan otot yang semakin lama semakin
kencang, terutama pada rahang dan leher.Kemudian mulut sukar dibuka, muka menyeringai
karena otot-otot muka tegang, kuduk menjadi kaku dan timbul kejang-kejang.
Makin lama si penderita makin sukar menelan, merasa gelisah, sakit kepala, suhu badan
meningkat walau sering tidak begitu tinggi, mudah terangsang misalnya oleh suara yang keras
atau sinar yang terang dan sebagainya.Sedang pada bayi yang baru lahir gejalanya ia tidak mau
menyusu, mulut " mencucur " seperti mulut ikan serta timbul kejang-kejang.Gejala penyakit ini
timbul karena racun kuman Clostridium tetani merangsang saraf, kemudian merusak sel darah
merah dan sel darah putih.
Pencegahan Tetanus
Seseorang yang terkena penyakit tetanus memang harus dirawat secara intensif di rumah
sakit karena si penderita membutuhkan satu tempat tenang untuk menghindari rangsangan, seprti
suara yang keras, supaya jangan timbul kejang yang dikenal dengan kejang
rangsang.Perawatannya pun memekan waktu yang agak lama, tiga minggu sampai satu bulan,
tergantung berat ringannya gejalanya.

F. Pengendalian Vektor Penyakit

Peraturan Mentri No.374 tahun 2010 mendefinisikan bahwa pengendalian vektor merupakan
kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga
keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah atau menghindari
kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit yang dibawa oleh vektor dapat di cegah
(MENKES,2010).
Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis,
penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakannya dan atau
perubahan perilaku masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan loKal
sebagai alternative. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan penyakit bersumber
binatang antara lain adanya perubahan iklim, keadaan social-ekonomi dan perilaku masyarakat.
Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit tular vektor. Faktor risiko lainnya adalah
keadaan rumah dan sanitasi yang buruk, pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan
penduduk yang non imun ke daerah endemis.
Masalah yang di hadapi dalam pengendalian vektor di Indonesia antara lain kondisi geografis dan
demografi yang memungkinkan adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor
( pemetaan sebaran vektor) di semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan penggunaan
pestisida dalam pengendalian vektor, peningkatan populasi resisten beberapa vektor terhadap pestisida
tertentu, keterbatasan sumberdaya baik tenaga, logistik maupun biaya operasional dan kurangnya
keterpaduan dalam pengendalian vektor.
Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin
dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak
membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam
rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk itu perlu diterapkan teknologi
yang sesuai, bahkan teknologi sederhana pun yang penting di dasarkan prinsip dan konsep yang benar.
Ada beberapa cara pengendalian vector penyakit yaitu :
1. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)
Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis dan social budaya,
maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab sector kesehatan saja tetapi memerlukan
kerjasama lintas sector dan program. Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode
pengendalian vektor terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi
beberapa metoda pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkanpertimbangan keamanan,
rasionalitas, efektifitas pelakasaannya serta dengan mempertimbangkan kesinambungannya.
A. Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) adalah
1. Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau cara pengendalian
2. Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu penyakit tular vektor
3. Melalui kerjasama lintas sector hasil yang dicapai lebih optimal dan saling menguntungkan.
Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian vektor menggunakan prinsip-prinsip
dasar management dan pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian
Vektor Terpadu dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumberdaya yang
ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga.
B. Prinsip-prinsip PVT meliputi:
1. Pengendalian vektor harus berdasarkan data tentang bioekologi vektor setempat, dinamika penularan
penyakit, ekosistem dan prilaku masyarakat yang bersifat spesifik local( evidence based)
2. Pengendalian vektor dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sector dan program terkait, LSM,
Organisasi profesi, dunia usaha /swasta serta masyarakat.
3. Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metoda non kimia dan
menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana
4. Pertimbangan vektor harus mempertimbangkan kaidah ekologi dan prinsip ekonomi yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan.
C. Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut:
1. Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi,
menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara fisik dan mekanik.
Contohnya:
- modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M, pembersihan lumut, penenman bakau,
pengeringan, pengalihan/ drainase, dll)
- Pemasangan kelambu
- Memakai baju lengan panjang
- Penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier)
2. Metode pengendalian dengan menggunakan agen biotic
- predator pemakan jentik (ikan, mina padi,dll)
- Bakteri, virus, fungi
- Manipulasi gen ( penggunaan jantan mandul,dll)
3. Metode pengendalian secara kimia
- Surface spray (IRS)
- Kelambu berinsektisida
- larvasida
Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut
:
a. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor tetap
berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan.
b. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan
hidup. (Nurmaini, 2001)
2. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) yaitu dengan memanfaatkan kondisi alam yang
dapat mempengaruhi kehidupan vector. Ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama
3. Pengendalian terapan (applied control) yaitu dengan memberikan perlindungan bagi kesehatan
manusia dari gangguan vektor. Ini hanya dapat dilakukan sementara.
a. Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement)
b. Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) yaitu dengan modifikasi/manipulasi
lingkungan
c. Pengendalian secara biologis (biological control) yaitu dengan memanfaatkan musuh alamiah atau
pemangsa/predator, fertilisasi
d. Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) yaitu dengan karantina
e. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control) (Afrizal, 2010).
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang
pengganggu tersebut.
Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan
bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :
1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit yang
disebabkan oleh virus.
2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama
untuk penyakit parasiter
3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan.
4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang bersayap
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk
peracunan.Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas
penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an
yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal
ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan pemberantasan
vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk
pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara drastis, namun
efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati melainkan
cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut
dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan
manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut
melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.Selain itu penggunaan
DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada
penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang
digunakan.Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal,
yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon).Pyrethrin
atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis
Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang
dilarutkan dalam air.Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun
arsenic dan asam sianida.Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan
pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal
laut yang dikenal dengan istilah fumigasi.Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat berhati-
hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya
melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan
repellent.Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk
dalam perangkap.Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus
tidak untuk membunuh.Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh
manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir
tikus (fisika).

2. Pengendalian Fisika-Mekanika
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap
mekanis antara lain :
a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
b. Pemasangan jarring
c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.
g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul,
jepretan dengan umpan, dll)
h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus
peracunan.
i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.
j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan binatang
pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon).

3. Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab
penyakitnya.Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang
paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana
caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini
apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril
dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat
menetas.Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.

Pemantauan pengendalian vector penyakit


Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru.Pada awalnya
orang berpikir tentang pembasmian vektor.Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu
sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian vektor
saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat
dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta keadaan endemic penyakit yang ada.
Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.
Pengendalian secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang,
ditunjang dengan pemantuan yang kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter pemantauan
dan pedoman tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian
luar biasa/wabah.
Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah :
1. Indeks lalat untuk kepadatan lalat
2. Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal
3. Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks container,
indeks rumah, dan/atau indeks Breteau

Tindakan khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan dikhawatirkan
akan terjadi wabah karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa :
1. Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase, kebersihan saluran dan
reservoir air, menghilangkna genangan, mencegah pembusukan sampah, dan lain-lain.
2. Mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan memelihara
kebersihan lingkungan masing-masing
3. Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului dengan uji resistensi
insekta terhadap insekta yang akan digunakan.
Pengendalian vektor adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan
populasi vektor dengan maksud mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan oleh
vektor atau ganguan (nuisanse) yang diakibatkan oleh vektor. Penegendalian vektor dan binatang
pengganggu harus menerapakan bermacam-macam cara pengendalian, sehingga tetap berada di
bawah garis batas yang tidak merugikan dan membahayakan. Serta pengendalian tidak
menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologis terhadap tata lingkungan hidup.
1. Pengendalian lingkungan
Merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat
permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda. Terbagi atas dua cara yaitu :
a. Perubahan lingkungan hidup (environmental management), sehingga vektor dan binatang
penggangu tidak mungkin hidup. Seperti penimbunan (filling), pengeringan (draining), dan
pembuatan (dyking).
b. Manipulasi lingkungan hidup (environmental manipulation), sehingga tidak memungkinkan
vektor dan binatang penggangu berkembang dengan baik. Seperti pengubahan kadar garam
(solinity), pembersihan tanaman air, lumut, dan penanaman pohon bakau (mangrouves) pada
tempat perkembangbiakan nyamuk.
2. Pengendalian biologi
Pengendalian ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian
insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Cara yang dilakukan dengan memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan atau hewan, parasit, predator maupun kuman patogen terhadap
vector. Contoh pendekatan ini adalah pemeliharaan ikan.

3. Pengendalian Genetik
Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi vektor dan binatang penggangu
melalui teknik-teknik pemandulan vektor jantan (sterila male techniques), pengunaan bahan
kimia penghambat pembiakan (chemosterilant), dan penghilangan (hybiriditazion). Masih ada
usaha yang lain seperti :
a. Perbaikan sanitasi : bertujuan menghilangkan sumber-sumber makanan(food preferences),
tempat perindukan (breeding places),dan tempat tinggal (resting paces), yang dibutuhkan vektor.
b. Peraturan perundangan : mengatur permasalahan yang menyangkut usaha karantina,
pengawasan impor-ekspor, pemusnahan bahan makanan atau produk yang telah rusak karena
vektor dan sebagainya.
c. Pencegahan (prevention) : menjaga populasi vektor dan binatang pengganggu tetap pada suatu
tingkat tertentu dan tidak menimbulkan masalah.
d. Penekanan (supresion) : menekan dan mengurangi tingkat populasinya.
e. Pembasmian (eradication) : membasmi dan memusnakan vektor dan binatang pengganggu
yang menyerang daerah/wilayah tertentu secara keseluruhan.
4. Pengendalian kimia
Pada pendekatan ini, dilakukan beberapa golongan insektisida seperti golongan
organoklorin, golongan organofosfat, dan golongan karbamat.Namun, penggunaan insektisida ini
sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan. Macam – macam
insektisida yang digunakan:
a. Mineral (Minyak), misalnya minyak tanah, boraks, solar, dsb.
b. Botanical (Tumbuhan), misalnya Pyrethum, Rotenone, Allethrin, dsb. Insektisida botanical ini
disukai karena tidak menimbulkan masalah residu yang toksis.
c. Chlorined Hyrocarbon, misalnya DDT, BHC, Lindane, Chlordane, Dieldrin, dll. Tetapi
penggunaan insektisida ini telah dibatasi karena resistensinya dan dapat mengkontaminasi
lingkungan.
d. Organophosphate, misalnya Abate, Malathion, Chlorphyrifos, dsb. Umumnya menggantikan
Chlorined Hydrocarbon karena dapat melawan vektor yang resisten dan tidak mencemari
lingkungan.
e. Carbamate, misalnya Propoxur, Carbaryl, Dimetilen, Landrin, dll. Merupakan suplemen bagi
Organophosphate.
f. Fumigant, misalnya Nophtalene, HCN, Methylbromide, dsb. Adalah bahan kimia mudah
menguap dan uapnya masuk ke tubuh vektor melalui pori pernapasan dan melalui permukaan
tanah.
g. Repelent, misalnya diethyl toluemide. Adalah bahan yang menerbitkan bau yang menolak
serangga, dipakaikan pada kulit yang terpapar, tidak membunuh serangga tetapi memberikan
perlindungan pada manusia.
5. Upaya pengendalian binatang pengganggu
Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan, diantaranya steril
technique, citoplasmic incompatibility, danchoromosom translocation. Upaya pencegahan yang
dapat dilakukan adalah :
a. Menempatkan kandang ternak di luar rumah
b. Merekonstruksi rumah
c. Membuat ventilasi
d. Melapisi lantai dengan semen
e. Melapor ke puskesmas bila banyak tikus yang mati
f. Mengatur ketinggian tempat tidur setidaknya >20 cm dari lantai.
Prinsip-prinsip pengendalian arthopoda
Ada beberapa prinsip yang perlu diketahui dalam pengendalian arthopoda antra lain:
1) Pengendalian lingkungan
2) Pengendalian Kimia
3) Pengendalian Biologi
4) Pengendalian Genetika
5) Pengendalian Terpadu
6) Pengendalian Dengan Tekhnologi Nuklir

Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthopoda karena
hasilnya daoat bersifat permanen.Contoh membersihkan tempat-tempat hidup arthopoda.
Pengendalian Kimia
Pada pendekatan ini, dilakukan penggunaan beberapa golongan insektisida seperti
golongan organoklorin,golongan organofosfat,dan golongan karbamat.Namun,penggunaan
insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan.
Pengendalian Biologi
Pengendalian Biologi ditunjukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat
pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun.Contoh,pendekatan ini adalah
pemeliharaan ikan.
Pengendalian genetika
Dalam pendekatan ini,ada beberapa teknik yang dapat digunakan diantaranya steril
technique,citoplasmic incompatibility,dan choromosomal translocation.
Pengendalian Terpadu
Strategi ini dilaksanakan atas dasar ekologi vektor,sehingga diketahui berbagai
karakteristik vektor seperti habitat,usia hidup,probabilitas terjadi insfeksi pada vektor dan
manusia,kepekaan vektor terhadap penyakit,dan lain-lainnya.Atas dasar ini ,dapat dibuat strategi
pengendalian yang menyeluruh dengan meningkatkan partisipasi masyarakat,kerjasam
sektoral,dan lain-lainnya.
Pengendalian Dengan Tekhnologi Nuklir
Teknologi nuklir merupakan salah satu teknologi yang mengalami kemajuan pesat dalam
pemanfaatannya pada berbagai sektor seperti bidang pertanian dan kesehatan. Teknologi nuklir
adalah teknologi yang memanfaatkan radiasi / radioisotop untuk memecahkan masalah melalui
penelitian dan pengembangan di berbagai bidang, khususnya bidang kesehatan. Teknik ini
memiliki banyak keunggulan karena isotop radioaktif yang digunakan memiliki sifat kimiawi
dan sifat fisis yang sama denga zat kimia biasa/non radioaktif namun mempunyai kelebihan sifat
fisis yaitu dapat memancarkan radiasi. Radiasi gamma, netron dan sinar X dapat dimanfaatkan
untuk pengendalian hama dan vektor penyakit, yaitu dapat digunakan untuk membunuh secara
langsung (direct killing) dengan teknik disinfestasi radiasi dan secara tidak langsung (indirect
killing) yang dikenal dengan teknik serangga mandul (TSM). Teknik ini relatif baru dan
potensial untuk pengendalian vektor malaria karena ramah lingkungan, efektif spesies dan
kompartibel dengan teknik lain. Prinsip dasar TSM sangat sederhana yaitu membunuh serangga
dengan itu sendiri (autodical technique)

Teknik ini meliputi radiasi koloni vektor / serangga di laboratorium dengan berbagai dosis,
kemudian secara periodik dilepas ke lapang sehingga tingkat kebolehjadian perkawinan antara
serangga mandul dengan serangga vertil menjadi semakin besar dari generasi pertama ke
generasi berikutnya, yang berakibat makin menurunnya persentase fertilitas populasi vektor di
lapang yang secara teoritis pada generasi ke-4 akan mencapai titik terendah menjadi 0% atau
jumlah populasi serangga pada generasi ke-5 menjadi nihil. Selain digunakan untuk dalam
pemandulan vektor, teknik nuklir juga bisa digunakan sebagai penanda vektor. Karena salah satu
sifat radioisotop (seperti P-32) dapat memancarkan sinar radioaktif, sehingga dipakai sebagai
penanda nyamuk Anopheles sp. di lapangan, sementara cara penandaan dengan teknik lain
dianggap sangat suilit mengingat tubuh nyamuk terlalu rapuh serta stadium larva dan pupa yang
hidup di air. Penandaan serangga dianggap penting terutama utuk mempelajari bionomik nyamuk
di lapangan, seperti jarak terbang, pola pemencaran, umur nyamuk, pemilihan hospes, siklus
gonotrofi dan aspek bionomik yang lain.Pelaksanaan TSM dapat dilakukan dengan 2 metoda
yaitu :
1. Metoda yang meliputi pembiakan massal di laboratorium, pemandulan dan pelepasan serangga
mandul kelapangan.
2. Metode pemandulan langsung terhadap serangga di lapangan.
Metoda pertama menerangkan bahwa jika ke dalam suatu populasi serangga di lapangan
dilepaskan serangga mandul, maka kemampuan populasi tersebut untuk berkembang biak akan
menurun. Apabila nilai kemandulan serangga radiasi mencapai 100% dan daya saing kawinnya
mencapai nilai 1,0 (sama dengan jantan normal) dan jumlah serangga radiasi yang dilepas sama
dengan jumlah serangga normal (perbandingan 1:1), maka kemampuan berkembang biak
populasi tersebut akan turun sebesar 50%. Jika perbandingan tersebut dinaikkan menjadi 9:1
(jumlah serangga radiasi yang dilepas 9 kali dari jumlah serangga lapangan), maka kemampuan
populasi tersebut untuk berkembang biak akan turun sebesar 90%. Metoda kedua, yaitu metoda
tanpa pelepasan serangga yang dimandulkan. Metoda ini dilaksanakan dengan prinsip
pemandulan langsung terhadap serangga lapangan yang dapat dilakukan dengan menggunakan
senyawa kemosterilan, baik pada jantan maupun betina. Dengan metoda kedua ini akan diperoleh
dua macam pengaruh terhadap kemampuan kembangbiak populasi serangga. Kedua pengaruh
tersebut adalah mandulnya sebagian serangga lapangan sebagai akibat langsung dari
kemosterilan dan pengaruh berikutnya dari serangga yang telah mandul terhadap serangga
sisanya yang masih fertil. Kemosterilan merupakan senyawa kimia yang bersifat mutagenik dan
karsinogenik pada hewan maupun manusia sehingga teknologi ini tidak direkomendasikan untuk
pengendalian vektor.Pengendalian vektor dengan cara konvensional menggunakan insektisida
diketahui kurang efektif karena timbul fenomena resisitensi bahkan sering terjadi resistensi
silang (cross resistancy) dan mengakitkan matinya flora maupun fauna non target, serta
menimbulkan pencemaran kingkungan., sehingga mengurangi efektivitas pengendalian itu
sendiri.

G. Air Sebagai Sarang Vektor Penyakit


Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia.
Lebih dari 1 milliar manusia di seluruh dunia kehilangan akses terhadap sumber air bersih. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan sekitar 1.6 juta anak di seluruh dunia meninggal akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar dan sanitasi yang sehat. Dampak tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut
langsung dirasakan oleh jutaan keluarga terutama anak-anak dan balita sebagai kelompok usia rentan.
Jika target penyediaan air bersih dan sanitasi tidak segera diatasi dunia diperkirakan mengalami krisis
meluas. Krisis akan lebih terasa diwilayah perkotaan karena pertumbuhan penduduk yang cepat
sehingga memunculkan tekanan pelayanan kesehatan bagi warga kelas bawah.Pada tahun 2000, dunia
berjanji untuk menurunkan separuh dari sejumlah orang yang tidak memiliki akses terhadap air minum
dan sanitasi dasar. Laporan berjudul ”MDG Drinking Weter and Sanitation Target-The Urban and Rural
Challengeof the Decade” menyebutkan butuh upaya 2 kali lipat dari yang saat ini dilakukan untuk
memenuhi target air minum dan sanitasi dasar diseluruh dunia melalui Tujuan Pembangunan Millenium
(MDGs) tahun 2015. Dalam menacapai target tersebut dibutuhkan komitmen kuat para pemimpin negara,
pembuat kebijakan, lambaga pelatihan, lembaga pendanaan, serta lembaga perencanaan dan
pembangunan. Merupakan tragedi jika dunia tidak mampu mencapai target MDGs dalam bidang air
minum dan sanitasi. Air minum yang aman dan sanitasi jelas sangat penting bagi kesehatan yang
risikonya kini sering diabaikan. Dengan menangani akar penyebab penyakit seperti air dan sanitasi dapat
mengurangi 24% permasalahan penyakit global akibat lingkungan.
Seperti yang telah kita sadari bahwa air merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Bahkan
dapat dikatakan sebagai kebutuhan primer sebab manusia tidak bisa hidup tanpa air. Air juga bisa
dikatakan sumber daya multiguna. Kegunaanya mulai dari pengaturan ekosistem, irigasi, pembangkit
tenaga listrik, sampai pada pemenuhan hajat hidup manusia seperti mandi, memasak, minum, dan
sebagainya. Menurut Dr Elvina Karyadi, MSc dalam tubuh seorang pria dengan berat rata-rata 70 kg
memiliki kandungan air 45L, sekitar 30L terdapat dalam sel tubuh manusia dan 15 L sisanya berada di
luar sel. Air yang berada diluar sel adalah cairan otak, cairan mata dan hidung, serta cairan dalam
saluran pencernaan. Menurut sumber lain kandungan air dalam otak 83%, ginjal 82%, jantung 79%, paru-
paru 80%, tulang 22% dan darah 90%. Bila kandungan air dalam masing-masing organ tersebut tetap
dipertahankan sesuai kebutuhan, maka organ tersebut akan tetap sehat. Sebaliknya bila menurun,
fungsinya juga akan menurun dan lebih mudah terganggu oleh bakteri, virus, dan lain-lain.
Ternyata air yang serba guna itu bisa juga membawa bencana bagi manusia, misalnya banjir dan
penyakit. Kuantitas air yang berlebihan jadi bencana banjir, sementara kualitas air yang buruk dapat
menimbulkan penyakit. Air yang berhubungan dengan masalah banjir adalah urusan lembaga
penanggulangan banjir, tetapi yang berhubungan dengan kesehatan adalah urusan kita masing-masing.
Kita harus mengetahui masalah air bersih yang layak dipakai dan dikonsumsi oleh kita. Seyogyanya juga
kita mengetahui bagaimana caranya kita memperlakukan air, memanfaatkan air, dan mengelola air bersih
untuk kelangsungan hidup kita. Perlu diingat bahwa air sangat menentukan kehidupan kita. Menurut
penelitian lembaga riset trombosit di London Inggris, jika orang selalu mandi dengan air dingin, peredaran
darahnya akan membaik sehingga terasa lebih bugar. Mandi dengan air dingin akan meningkatkan
produksi sel darah putih serta meningkatkan kemampuan seseorang terhadap serangan virus. Bahkan,
mandi dengan air dingin di waktu pagi dapat meningkatkan produksi hormon testosteron pada pria dan
hormon estrogen pada wanita, dengan demikian kesuburan akan meningkat, jaringan kulit membaik,
kuku lebih sehat dan kuat serta tidak mudah retak. Air juga diyakini dapat menyembuhkan penyakit
jantung, rematik, kerusakan kulit, penyakit saluran napas, usus, dan lainnya.

Air sangat erat hubungannya dengan manusia, air memiliki peranan yang besar dalam kesehatan
manusia. Beberapa fungsi air yang berguna untuk tubuh adalah sebagai bagian dari sistem yang
mengangkut nurisi dan gizi sebagai hasil metablisme dari makanan yang dikonsumsi. Air juga berfungsi
mengangkut sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, membantu memecahkan komponen dalam tubuh,
menjaga keseimbangan suhu tubuh karena proses oksidasi yang menghasilkan panas, menjaga
elastisitas kulit, dan membantu proses bernafas dengan melembabkan udara ketika dihembuskan.
Walaupun kita tidak beraktivitas tinggi, air yang dikeluarkan tubuh terhitung banyak. Salah satu kesalahan
yang sudah menjadi kebiasaan adalah mengkonsumsi air hanya ketika haus. Hal ini berakibat fatal
karena asupan air hanya sedikit. Tubuh membutuhkan sedikitnya satu liter air lebih banyak dari rasa
haus. Air yang dikonsumsi sehari-hari harus memiliki syarat kesehatan agar tidak menimbulkan penyakit
Penyebab penyakit yang ada dapat dikelompokan menjadi 4 bagian:

1. Penyebab tak hidup yang menyebabkan penyakit tidak menular


Penyakit tidak menular yang disebabkan air banyak sekali. Penyebabnya dapat berupa zat-zatkimia
seperti wabah yang disebabkan air raksa, cadmium, dan cobalt.

2. penyebab hidup yang menyebabkan penyakit menular


Penyakit menular lewat air dapat disebabkan oleh:
organisme patogen seperti bakteri, vibrio cholera penyebab penyakit kolera, ,salmonella thypipenyebab
penyakit demam tipoid, sigella penyebab penyakit disentri basilus, salmonella parathypi penyebab
penyakit demam parathypi, protozoa, virus penyebab penyakit hepetitis infeksiosa.organisme
nonpatogen seperti aetenomi cetes menyebabkan rasa dan bau yang tidak diharapkan, algae dalam
jumlah besar dapat menghambat pekerjaan pada sistem saringan, baktericoli dan coliform sebagai
indikasi apakah air tercemar oleh tinja manusia atau kotoran hewan.
3. Air sebagai sarang insekta penyebab penyakit
Air sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit kepada masyarakat. Insekta demikian
disebut sebagai vektor penyakit. Vektor yang bersarang di air dan terpenting di Indonesia pada umumnya
nyamuk seperti nyamuk aedes aegypti dan anopheles spp.

4 Air sebagai media penularan penyakit


Pola mekanisme penularan penyakit infeksi yang berkaitan dengan air minum yaitu, sumber-air-
manusia atau sumber-air-makanan,susu,sayuran-manusia.
I. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit dan persebarannya yang
meluas. Beberapa di antaranya adalah:

1. Kualitas sanitasi dan air


2. Personal hygiene
3. Kemiskinan
4. Kepadatan penduduk

Faktor utama yang mempengaruhi persebaran penyakit adalah kualitas sanitasi danpersonal
hygene manusia. Hal ini karena penyakit ini sebagian besar ditularkan lewat pajanan manusia-
manusia atau lewat lalat sebagai vektor. Seseorang penderita trachoma memiliki peluang sangat
besar dalam menularkan penyakit ini. Ketika ada salah satu bagian tubuhnya, tisu, atau sapu
tangan yang digunakan untuk menyapu matanya maka pada saat itu juga bakteri berpindah dari
sumber (mata penderita) ke media perantara (tangan, tisu, sapu tangan). Ketika ada orang yang
bersalaman dengan tangan yang telah mengandung bakteri chlamidia kemudian dia
menggunakannya untuk mengucek matanyapadahal dia belum mencuci tangannya maka pada
saat itu juga penyakit mulai menyebar.

Lingkungan yang sanitasinya tidak terjaga memungkinkan lalat untuk berkembang biak
dengan baik. Lalat dapat menjadi vektor trachoma. Lalat dapat hinggap di mata penderita. Agen
yang menempel di tubuh lalat akan dibawanya ke tempat lain,misalnya tempat penampungan air,
tangan orang yang sehat, atau bahkan langsung hinggap di mata orang yang sehat. Agen
kemudian tersentuh oleh tangan orang sehat. Jika orang tersebutpersonal hygienenya kurang
terjaga maka ia akan menggunakan tangannya yang tadinya dihinggapi lalat dan mengucek
matanya. Pada saat itu agen mulai tersebar di orang yang baru. Hal yang sama akan terjadi lewat
tisu atau saputangan yang terpajan, air, dan sebagainya.
Masuknya Agen ke Air
Masuknya agen ke dalam air salah satunya disebabkan oleh penderita yang mencuci
matanya di sumber air. Bakteri juga dapat berasal dari tubuh lalat yang membawa agen. Selain
itu, mencuci sapu tangan penderita di sumber air juga dapat mencemari air.

Masuknya agen trachoma dari sumber air ke mata


Agen trachoma dapat masuk dan menimbulkan penyakit manusia akibat kurangnya akses
terhadap air bersih. Air yang sudah tercemari dengan cara-cara di atas dapat menempel di baju
yang dicuci bersama sapu tangan tercemar. Baju kita tidak dapat mengetahui di mana
bakteri Chlamydia menempel. Akan tetapi, tanpa kita sadari baju tadi menyentuh mata kita.
Padahal bagian yang menyentuh mata kita adalah bagian yang mengandung
bakteri Chlamydia. Demikian juga jika manusia sehat cuci muka dengan menggunakan air yang
sudah tercemar bakteri chlamydia. Setelah melewati waktu inkubasinya,gejala-gejala awal
konjungtiva akibat aktivitas Chlamydia dimulai. Selain itu, lalat juga bisa menjadi vektor
perantara penyakit ini.

Upaya Pencegahan Penyebaran Agen Lewat Air


Penelitian menunjukkan bahwa upaya pengobatan dengan antibotik mampu mereduksi 14-
36% kejadian infeksi trachoma 12 bulan setelah pelakuan.Harus diakui hasil ini
tidakmenjanjikan eradikasi penyakit pada masa yang akan datang karena selama 12 bulan mata
pasien tetap dapat menjadi sumber penyakit dan dapat ditularkan kepada orang lain. Oleh karena
itu, dalam penanganan penyakit ini dibutuhkan upaya pencegahan secara menyeluruh.Tujuan
dari upaya pencegahan adalah untuk memutus daur transmisi dan mengeleminasi penyebaran
penyakit. Upaya pencegahan penyakit trachoma salah satu di antaranya adalah dengan
mengintervensi lingkungan. Caranya adalah dengan membangun sarana sanitasi yang baik
dengan sistem pengolahan air limbah yang sehat. Para penduduk diajari agar terbiasa mencuci
pakaian di tempat khusus, bukan di sungai. Air limpasannya dapat diolah dengan menggunakan
bak kontrol dan activity sludge. Sehingga air bekas mencuci pakaian yang tercemar
bakteri chlamydia tidakmasuk ke badan air. Warga juga disuluh agar senantiasa menggunakan
sabun dalam setiap aktivitasnya menggunakan air. Aktivitas ini mencakup mencuci pakaian,
piring, bahkan mencuci tangan sebelum makan, minum, dan beraktivitas sehingga peluang
menularnya bakteri lewat tangan dapat diperkecil.
Selain itu, perlu dibangun akses terhadap air bersih yang tertutup. Warga mungkin dapat
tetap menggunakan sumur gali asal sumur selalu ditutup setelah dipakai. Cara yang lumayan
aman adalah dengan menggunakan pompa tangan. Output dari pompa tangan adalah air yang
murni berasal dari air tanah tanpa terkontaminasi bakteri dari luar.Sumber air tetap dapat
tercemar tanpa adanya perubahan perilaku yang sehat dari masyarakat. Oleh karena itu,
pembangunan sarana-sarana tadi harus diikuti dengan intervensi perilaku masyarakat. Perilaku
utama yang harus diintervensi adalah perilaku untuk terbiasa menggunakan sarana yang sudah
ada untuk mandi dan mencuci baju serta tidak melakukan aktivitas tadi di sumber air langsung.
Upaya Pencegahan Masuknya Agen dari Air ke Manusia Sehat
Pola transmisi masuknya agen ke manusia yang lain dapat dilihat di gambar 1. Transmisi
dimulai ketika bakteri dari mata penderita pindah ke orang lain yang tidak terinfeksi. Ketika
sumber air yang ada telah tercemar, maka warga harus dihimbau untuk tidak lagi menggunakan
sumber air tersebut hingga dapat dipastikan dengan benar bahwa agen penyakit benar-benar telah
dapat dihilangkan. Itulah mengapa salah satu komponen penting dalam pemberantasan
trachoma adalah tersedianya air bersih. Tanpa suplai air bersih sangatlah tidak mungkin
mengarahkan anak-anak untuk mencuci tangan dan wajahnya.

Materi Penyuluhan yang Cocok untuk Disampaikan kepada Masyarakat


Materi penyuluhan yang baik adalah materi yang disusun selain berlandaskan dasar
keilmuan juga berdasarkan latar belakang sosial budaya masyarakat tempat kasus terjadi. Selain
itu, materi juga harus disesuaikan dengan latar belakang penerima, apakah mereka anak-anak,
orang tua, atau guru. Untuk penyakit trachoma, materi penyuluhan dapat diberikan kepada anak-
anak, orang tua, dan guru. Tiga domain ini saya rasa adalah pihak yang paling berperan dalam
praktik dan upaya perubahan perilaku.

Anak-anak perlu mendapatkan penyuluhan karena usia yang paling rentan terinfeksi adalah
anak-anak. Mereka berada dalam posisi yang paling rentan karena biasanya anak kecil belum
bisa membedakan tempat main yang bersih dan yang kotor. Pengetahuan mereka yang minim
akan tempat-tempat dan cara penularan penyakit juga menjadi salah satu faktor pemungkin.
Faktor lain yang juga dianggap berpengaruh adalah imunitas. Sistem imun anak-anak masih
belum sempurna untuk menahan infeksiChlamydia. Sedangkan orangtua perlu mendapatkan
penyuluhan karena merekalah yang mengurus keseharian anak mereka, memandikannya, dan
sebagainya. Para guru juga perlu mendapatkana penyuluhan agar mereka dapat mengembangkan
program-program di sekolah yang berbasiskan praktik personal hygiene.
Penyuluhan dapat dilakukan dalam bentuk drama dimana di dalamnya dimainkan beberapa
peran seperti anak-anak, lalat, bakteri chlamydia, dan lingkungan yang kumuh. Di dalam cerita
disampaikan bagaimana bakteri chlamydia bisa berada di mata penderita, lalu bagaimana bakteri
itu bisa tersebar akibat personal hygiene yang buruk seperti memakai handuk dan baju bekas
temannya padahal belum dicuci, tidak suka mencuci tangan dan wajah dengan sabun, suka main
di tempat air yang kotor, dan sebagainya. Di situ juga disampaikan pentingnya menjaga
higienitas sanitasi dan air bersih agar tidak terkontaminasioleh bakteri patogen yang disebarkan
oleh lalat, penderita, dan benda-benda yang telah kontak dengan penderita.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.Vektor penyakit merupakan vector yang berperan sebagai penular penyakit. Vektor penyakit akibat
serangga dikenal dengan arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne
diseases
2.Jenis-jenis dan klasifikasi vector penyakit yaitu phylum Arthropoda yang terdiri

dari Crustacea ,Arachinodea ,dan Insecta.

3.Peranan vector penyakit adalah sebagai pengganggu dan penular penyakit dari host kepejamu
(manusia)
4.Pengendalian yang dapat dilakukan dalam mengendalikan vector penyakit adalah Pengendalian Vektor
secara Terpadu (PVT), Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) dan Pengendalian terapan
(applied control).
B. SARAN
1. Kita harus tahu apa itu Vektor penyakit serta akibat atau awal dari penyebarannya.
2. Kita harus mengetahui jenis – jenis dan klasifikasi Vektor penyakit.
3. Kita harus tahu peranan vector penyakit kemanusia.
4. Kita harus tahu bagaimana cara mengendalikan vector penyakit yang benar.
1. Apa Filariasis itu ???
Filariasis atau yang sering kita sebut dengan Penyakit Kaki Gajah adalah penyakit
infeksi yang bersifat menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh
nyamk. penyakit ini dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan, kantung buah zakar, payudara dan kelamin wanita.
Semua orang baik laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang tua dapat terserang
penyakit ini. Penyakit ini buka karena kutukan, terkena guna-guna atau keturunan.

2. Apa Gejala Dan Tanda Terkena Filariasis ???


Gejala Dan Tanda Filariasis

A. Tahap Awal ( AKUT )


=> Demam berulang 1-2 kali atau lebih setiap bulan selama 3-5 hari terutama bila
bekerja berat. Demam dapat sembuh sendiri tanpa diobati.
=> Timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipatan paha atau ketiak tanpa adanya luka
badan.
=> Teraba adanya urat seperti tali yang berwarna merah dan sakit mulai dari pangkal
paha atau ketiak dan berjalan ke arah ujung kaki atau tangan.

B. Tahap Lanjut ( KRONIS )


Pada awalnya terjadi pembesaran yang hilang timbul pada kaki, tangan, kantong
buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita dan lama kelamaan menjadi cacat
menetap.
3. Apakah Penderita Filariasis Selalu Ada Gejala ???
Banyak penderita filariasis ( penyakit kaki gajah ) tidak menunjukkan gejala sama
sekali. Mereka terlihat sehat tetapi dalam tubuhnya sudah terdapat cacing dewasa
dan anak cacing yang beredar dalam darah.

4. Apa Akibat Filariasis ???


Kerugian ekonomi akibat penyakit berdampak nata, terutama bagi keluarga.
Penderita tidak dapat bekerja secara normal/tidak dapat bekerja sama sekali.
Penderita merasa rendah diri atau malu terhadap lingkngannya. Mengganggu
hubungan intim suami istri, dsb .

5. Apa Penyebab Filariasis ???


Filariasis disebabkan oleh tiga jenis cacing filaria, yaitu: Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi dan Brugia timori. Cacing ini dapat bertahan hidup selama 4 - 6 tahun dalam
elenjar getah bening ( bagian tubuh yang melindungi kita dari penyakit ). Cacing ini
berkembang bai di dalam tubuh dan menghasilkan jutaan anak cacing yang beredar
dalam darah.

6. Cara Penularan Filariasis ???


filariasis di tularkan dari seseorang yang dalam darahnya terdapat ana cacing
( mikrofilaria ) kepada orang lain melalui gigitan nyamuk. Orang tersebut, mungkin
menjadi sakit mungkin tidak pada waktu nyamuk menghisap darah, mikrofilia akan
terhisap dan masuk dalam badan nyamuk. Dalam 1 - 2 minggu kemudian mikrofilaria
berubah menjadi larva dan dapat di tularkan kepada orang lain sewaktu nyamuk
menggigit.
7. Apa Saja Nyamuk Penular Filariasis ???
Banyak sekali nyamuk yang dapat menularkan filariasis seperti Culex, Mansonia,
Anopheles, Aedes Aegyipte ( nyamuk rumah, nyamuk got, nyamuk hutan dan nyamuk
rawa-rawa).

8. Dimana Tempat Perindukan Nyamuk ???


Terdapat banyak tempat yang dapat menjadi perindukan nyamuk penular filariasis
seperti : hutan, tanaman air, got/saluran air, rawa-rawa, hutan bakau dan sawah.

1. Menghindari gigitan nyamuk dengan cara :


=> Tidur menggunakan kelambu.
=>lubang angin ( ventilasi ) rumah ditutup kawat kasa halus.
=> Memasang obat nyamuk.
=> Memakai obat gosok anti nyamuk.

2. Memberantas nyamuk dengan cara


=>Membersihkan tempat-tempat perindukan nyamuk.
=>menyemprot untul membunuh nyamuk dewasa.

3. mengikuti program pengobatan massal filariasis yang dilaksanakan puskesmas.

4. Memeriksa diri ke puskesmas bila keluarga/tetangga terkena filariasis.

Daur hidup Wuchereria bancrofti.


Penderita kaki gajah

Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di
wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok cacing parasit nemtoda yang
tergolong superfamilia Filarioidea yang menyebabkan infeksi sehingga berakibat munculnya edema.
Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah
(kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit
kaki gajah. Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.
Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan
yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit),
dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori[1]. Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-
jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui
jarang menyerang bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat
kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella
streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea). Mereka menghuni
lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan
oleh Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini
disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus,
oleh kopepoda (Crustacea).
Selain elefantiasis, bentuk serangan yang muncul adalah kebutaan Onchocerciasis akibat infeksi
oleh Onchocerca volvulus dan migrasi microfilariae lewat kornea. Filariasis ditemukan di daerah
tropis Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dengan 120 juta manusia terjangkit. WHO
mencanangkan program dunia bebas filariasis pada tahun 2020.

Kaki Gajah (Filariasis) –


Penyebab, Gejala, dan
Pengobatan
FacebookTwitterGoogle+WhatsApp
LinePrint
Kaki gajah atau filariasis adalah penyakit parasit yang ditularkan
melalui darah– dari vektor arthropoda, terutama lalat hitam dan
nyamuk. Penyakit kaki gajah bukanlah penyakit yang mematikan,
namun kondisi yang diakibatkannya dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari dan mungkin menjadi sesuatu yang dirasa memalukan
bagi penderitanya.

Sebagian besar kasus filaria disebabkan oleh parasit yang


dikenal sebagai Wuchereria bancrofti. Filariasis diklasifikasikan
menjadi:

 Yang memengaruhi sistem limfatik, termasuk kelenjar getah


bening.
 Yang memengaruhi lapisan subkutan kulit (Filariasis
Subkutan).

 Yang memengaruhi rongga serosa perut (Filariasis Rongga


Serosas).
Filariasis bukanlah infeksi yang mengancam jiwa tetapi dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik secara permanen.
Penyakit ini tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Oleh
karena itu, kebanyakan orang pada awalnya tidak menyadari
bahwa mereka memiliki filariasis. Lymphedema (pembengkakan
saluran kelenjar getah bening) dengan penebalan kulit dan
jaringan di bawahnya adalah gejala klasik dari kaki gajah.

Penyebab Kaki Gajah


Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filarial ini
menginfeksi penderitanya melalui gigitan nyamuk. Cacing yang
disuntikan oleh nyamuk itu masuk ke dalam pembuluh getah
bening dan berkembang biak di dalamnya.

Penyakit ini bersifat kronis dan bisa berlangsung lama secara


bertahap. Cacat menetap yang ditimbulkannya seperti
pembesaran pada kaki, lengan, dan alat kelamin bila penderita
telah lama tidak mendapatkan pengobatan.

Kaki gajah biasanya terjadi pada negara-negara tropis dan


subtropis, seperti Afrika, Pasifik Barat, dan Asia. Kondisi ini
dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun dan dapat
ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan
dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Untuk diketahui, ada delapan jenis nematoda (cacingyang berupa


seperti benang) yang menyebabkan filariasis, diantaranya:

 Limfatik filariasis (kaki gajah) disebabkan oleh Wuchereria


bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
 Filariasis subkutan yang disebabkan oleh Loa loa (cacing
mata), Mansonella streptocerca, dan Onchocerca volvulus.
 Filariasis rongga serosa disebabkan oleh cacing Mansonella
perstans dan Mansonella ozzardi.

Sebagian besar kasus filaria disebabkan oleh parasit yang


dikenal dengan nama Wuchereria bancrofti. Nyamuk pembawanya
yaitu nyamuk Culex, Aedes atau Anopheles yang menularkan
penyakit ini. Parasit lain yang disebut Brugia malayi
menyebabkan filariasis ditularkan oleh vektor nyamuk Mansonia
dan Anopheles.

Ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit orang yang sehat, larva


yang disebut mikrofilaria pindah ke saluran limfatik dan kelenjar
getah bening. Di sini, mereka berkembang menjadi cacing
dewasa dan dapat bertahan selama bertahun-tahun.

Read more:http://doktersehat.com/filariasis-kaki-gajah/#ixzz5CtS4AhEY

Filariasis atau kaki gajah disebabkan oleh nyamuk. Penderita kaki gajah
mengalamai penyumbatan perdaran darah sehingga mengakibatkan
pembengkakan bagian tubuh tertentu.

Tidak ada gejala khusus dalam penyakit ini dan perkembangan penyakit bisa
terjadi dalam waktu tahunan.

BACA JUGA :

 Presiden Jokowi Sarungan Menuju Sumenep


 Selamatkan Ibu, Politisi Golkar Ini Akhirnya Ditahan KPK

 Referendum Catalonia : 10 Perusahaan Pindahkan Kantor Pusat

Dikutip dari siaran resmi Kementerian Kesehatan, Minggu (8/10/2017),


filariasis disebabkan cacing Filaria yang berukuran sangat kecil dengan
bentuk menyerupai benang, yang hidup di dalam tubuh manusia.

Ada tiga spesies cacing yang bisa menyebabkan filariasis, yaitu wuchereria
brancofti, brugia malayi, dan brugia timori.

Cacing filaria bertahan hidup selama 4-6 tahun di dalam saluran getah
bening , berkembang biak di dalam tubuh dan menghasilkan jutaan anak
cacing yang beredar di dalam darah dan menyumbat sehingga
mengakibatkan pembengkakan bagian tubuh.

Penyakit kaki gajah bisa menyerang siapa pun, baik orang tua maupun anak-
anak, baik laki-laki maupun perempuan, dan bila tidak segera ditangani
dapat menyebabkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan,
kantong buah zakar, payudara, dan alat kelamin.

Penyakit kaki gajah ditularkan dari seseorang yang dalam darahnya terdapat
anak cacing (mikrofilaria) kepada orang lain melalui gigitan nyamuk.

Semua jenis nyamuk bisa menjadi vektor penular penyakit kaki gajah, mulai
dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Karena inilah,
Filariasis dapat menular dengan sangat cepat. Pada saat nyamuk menghisap
darah, mikrofilaria terhisap dan masuk ke badan nyamuk.

Dalam tubuh nyamuk, mikrofilaria berubah menjadi larva dalam jangka


waktu sekitar 1-2 minggu. Saat nyamuk yang telah terinfeksi tersebut
menghisap darah orang yang sehat, larva akan menempel bahkan
menembus masuk ke dalam tubuh manusia kemudian bermigrasi ke saluran
getah bening dan tumbuh menjadi cacing filaria dewasa dan berkembang
biak di sana.

http://lifestyle.bisnis.com/read/20171008/106/696932/waspadai-filariasis-begini-cara-nyamuk-
antarkan-cacing-filaria-penyebabtularkan-kaki-gajah

Anda mungkin juga menyukai