Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aulia Rahma

Kelas : II B/06

ASBABUN NUZUL SURAH 111 – AL LAHAB AYAT 1 - 5


Kisah Abu Lahab dan Ummu Jamil yang dimasukkan ke dalam neraka yang menyala-
nyala.

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah
baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Yang
di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal”.
~ QS 111 – Al Lahab : 1-5 ~

Al Lahab nama sesungguhnya adalah Abdul Uzza ibn Abdul Muthalib. Uzza adalah nama sebuah
berhala yang disembah-sembah pada masa Jahiliyah. Karena wajahnya teramat putih, maka ia
dikenal dengan panggilan Abu Lahab. Abu Lahab adalah saudara seayah dengan ayah
Rasulullah, Abdullah jadi dia adalah paman Rasulullah. Sosoknya tinggi tegap yang berhati
keras, kasar, tegas, bengis, peminum khamar dan gampang marah dengan suaranya yang nyaring.

Ketika diberitahu budaknya yang bernama Tsuwaibah bahwa kakak iparnya Aminah (ibunda
Muhammad Rasulullah) melahirkan, dia sekonyong-konyong berkata kepada Tsuwaibah: “Wahai
Tsuwaibah, engkau pergilah dan mulai sekarang engkau merdeka”. Ini mungkin kehendak Allah
Subhanahu wa ta’ala, karena setelah merdeka Tsuwaibah termasuk salah seorang yang menyusui
Muhammad.

Abu Lahab termasuk orang yang sangat menghormati dan memuja berhala sekitar Ka’bah. Di
sisi lain sebetulnya Abu Lahab sangat menyukai karakter Muhammad keponakannya yang jujur,
amanah dan sangat bijaksana juga isterinya Khadijah adalah wanita yang baik.

Untuk itulah maka ia menjodohkan putera-puteranya yaitu Utbah dan Mu’tb dengan puteri-puteri
Muhammad yaitu Rukayyah dan Ummu Kultsum. Begitulah Allah berkehendak untuk
mempererat kekerabatan diantara keduanya.

Namun ketika Allah mengangkat Muhammad sebagai utusanNya yang menyeru manusia untuk
menyembah kepadaNya dan berhenti menyembah berhala, inilah yang menjadi titik awal
terjadinya permusuhan antara Muhammad dengan Abu Lahab dan isterinya Ummu Jamil.
Rasulullah dengan dukungan Shafiyah bint Abdul Muthalib bibinya, mulai berda’wah dengan
mengumpulkan saudara-saudara dan kerabatnya untuk mendengarkan seruannya.

Ketika pada akhir da’wah beliau bertanya kepada saudara-saudara dan kerabatnya: “Siapakah
diantara saudara-saudaraku yang mendukungku dan menyebarkan da’wah ini...?”.

Paman Rasulullah, Abu Tholib yang sangat menyayangi Rasulullah angkat suara: “Laksanakan
apa yang Allah perintahkan kepadamu Muhammad... Aku akan selalu mendukung dan
menjagamu, namun aku tidak bisa meninggalkan agama Abdul Muthalib”. Sepupunya Ali ibn
Abu Tholib juga mendukungnya: “Aku akan selalu membantumu... Aku akan memerangi siapa
saja yang memerangimu...”.

Pada saat Rasulullah mulai berda’wah secara terbuka dan berseru diatas bukit Shafa banyak
penduduk Mekkah yang percaya, mendukung dan mengikuti ajaran Muhammad, karena mereka
tahu persis kejujuran dan kebijaksanaan Muhammad. Namun ada pula yang menolaknya, apalagi
setelah mendengar teriakan Abu Lahab: “Celakalah engkau wahai Muhammad...!!, untuk inikah
engkau mengumpulkan kami...”.

Sejak hari itu terompet permusuhan antara kaum Quraisy dan Rasulullah mulai ditiup kencang.
Terutama permusuhan antara Rasulullah dengan Abu Lahab dan isterinya Ummu Jamil mulai
menyala. Perjodohan anak-anaknya diputuskan, namun anak-anak Abu Lahab kelak masuk
Islam.

Abu Lahab beserta isterinya sering sekali menyakiti Rasulullah dengan cara menghina,
melemparkan kotoran kehadapan beliau, mencaci maki beliau. Hingga Allah menurunkan ayat
sebagai berikut:

“Tabbat yadaa abii lahabiw watabb. Maa aghnaa ‘anhumaa luhuu wa maa kasab. Sayashlaa
naa ranzaatalahabbiw wamra atuhuu hammaa latal hatab. Fii jiidihaa hablum mim masad”

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah
baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Yang
di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal”. ~ QS 111 – Al Lahab : 1-5 ~

Pada saat Perang Badar, Abu Lahab karena badannya sudah tidak kuat lagi tidak ikut berperang.
Namun bersama para pemimpin Quraisy yang tidak ikut berperang, menyokong perbekalan dan
kuda-kuda yang baik untuk memerangi Rasulullah dan pengikutnya. Untuk ini Allah
menurunkan ayat:

“Innalladziina kafaruu yunfiquuna amwaalahum liyashudduu ‘an sabiilillaah. Fasayunfiquu


nahaa tsumma takuunu ‘alaihimhasratan tsumma yughlabuun. Walladziina kafaruu ilaa
jahannama yuhsyaruun”.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang)
dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka,
dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahanamlah orang-orang yang kafir itu
dikumpulkan”. ~ QS 8 – Al ‘Anfaal : 36 ~

Melihat kekalahan kaumnya dan banyak kaum Quraisy yang terluka serta terbunuh, Abu Lahab
semakin geram dan sangat sedih. Kesedihannya yang mendalam ini menimbulkan bisul yang
menggerogoti sekujur tubuhnya. Orang-orang tidak berani mendekatinya karena takut ketularan.
Bahkan kedua anaknya-pun meninggalkannya dan ikut kaum Muslim.

Begitu pula saat Abu Lahab meninggal tidak ada seorangpun yang mau mengurusnya karena
takut tertular penyakitnya. Selama 3 hari mayatnya dibiarkan membusuk dan mereka seret ke
pemakaman, membiarkannya tanpa dimasukkan ke liang lahat serta melemparinya dengan batu
dan pasir sehingga mayatnya tertimbun.

Begitu akhir kehidupan Abu Lahab, musuh Allah dan RasulNya.

Anda mungkin juga menyukai