PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinas lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang adalah dinas pemerintahan yang
bergerak di bidang lingkungan hidup daerah yang meliputi kegiatan dalam melakukan
pengawasan, pengendalian, dan penertiban terhadap segala sesuatu mengenai lingkungan
hidup di Kota Magelang DLH memiliki amanah untuk menjaga kualitas lingkungan
hidup demi kehidupan dimasa depan.
Sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia yang sudah tidak diinginkan
karena dianggap tidak berguna lagi. Sampah dihasilkan dari aktivitas rumah tangga
maupun dari kegiatan industri. Volume sampah yang dihasilkan berbanding lurus dengan
jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk akan semakin banyak volume
sampah yang dihasilkan. Magelang merupakan salah satu kota yang berada di Jawa
Tengah dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 mencapai 119.329 jiwa dan volume
timbulan sampah yang dihasilkan adalah 300,33 m3/hari (KLH, 2013). Volume timbulan
sampah tersebut lebih besar daripada data volume sampah rata-rata dari Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) Sampah dan Transfer Depo (TD) Kota Magelang yaitu
sebesar 208,85 m3/hari (BPS, 2013). Selisih volume sampah ini disebabkan tidak
semuasampah terkumpul di TPS dan TD karena ada sampah yang dibuang ke sungai,
dibakar dan ada pula yang didaur ulang.
Salah satu solusi pengelolaan sampah yang telah dilakukan adalah dengan
pembuatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Kota Magelang telah memiliki
TPA regional, yaitu TPA Banyuurip yang mulai beroperasi sejak tahun 1993. Lokasi
TPA ini berada di Dusun Plumbon, Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang. Sampah yang telah terkumpul di TPS dan TD akan diangkut ke TPA ini.
Rancangan awal TPA Banyuurip adalah menggunakan metode sanitary landfill dimana
sampah dibuang dalam sel dan setelah 3 hari akan diurug dengan tanah. Sistem
pengelolaan TPA Banyuurip kemudian beralih ke metode ope dumping seiring
berjalannya waktu. Sistem pengelolaan TPA ini beralih kembali menggunakan metode
controlled landfill pada tahun 2010.
Fasilitas proteksi lingkungan yang dimiliki TPA Banyuurip saat ini sudah
memadai, diantaranya adalah adanya karpet kerikil, drainase (tanggul keliling), kolam
penampung lindi, instalas pengolahan air lindi, sumur pantau, dan ventilasi gas.
Pembuatan TPA sampah walaupun merupakan salah satu solusi pengelolaah sampah
namun dapat menimbulkan potensi pencemaran lingkungan apabila system
pengelolaannya tidak dilakukan dengan benar. Sistem pengelolaan TPA yang tidak tepat
dapat berpotensi menimbulkan pencemaran, baik pencemaran air, tanah maupun udara.
Terjadinya proses pembusukkan sampah yang ada di TPA akan menimbulkan bau yang
tidak sedap yang mencemari udara.
B. Tujuan Kunjungan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengolahan sampah di TPA
Bayuurip Magelang
2. Agar mahasiswa mengetahui kondisi dari TPA Banyuurip Magelang
PEMBAHASAN