PENDAHULUAN
Persoalan sampah selalu menjadi bahan topik pembicaraan yang hangat untuk
dibahas karena tidak terlepas atas kaitannya dengan budaya masyarakat itu
tangga, sampah pertanian, sampah dari pasar, sampah perkantoran, sampah rumah
meningkatnya kemajuan suatu daerah, jumlah laju produksi sampah sering kali
1
kemiringan agak terjal (lebih dari 30%). Warga Cireundeu yang
pernah lagi merasakan udara dan angin segar serta lindi yang tidak
air berwarna hitam pekat dan beraroma bau (Kaltim Post 14 Juni 2013).
masih menjadi polemik masalah yang terjadi di tengah masyarakat. Hal itu
menjadi energi baru terbarukan (EBT) dengan menghasilkan gas metana (CH4).
Jika masalah persampahan tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan
tersumbatnya saluran air, lingkungan akan menjadi kumuh serta bau yang tidak
2
Awalnya inisiatif dibangunnya TPAS Talangagung dan TPAS Paras pada
mulanya ingin mengubah cara pandang masyarakat yang selama ini menilai
bahwa pembangunan TPA itu selalu membawa dampak yang buruk terhadap
lingkungan sekitarnya baik karena dampak dari bau busuk yang tidak sedap,
kendaraan truk pengangkut sampah yang hilir mudik yang mengganggu aktifitas
sumber bibit penyakit dan banyaknya contoh sistem manajemen penanganan TPA
sampah di kota-kota Indonesia yang kurang baik. Pelepasan gas metana yang
disebabkan oleh pembusukan sampah organik adalah gas rumah kaca yang
TPA yang dapat menghasilkan gas metan, disambut baik oleh masyarakat
manfaat-manfaat yang diperoleh ketika pembangunan TPA itu telah berjalan (win-
win solution).
Dalam kajian penelitian ini, maka penulis meninjau dua lokasi tempat
kedua pembangunan TPA tersebut memiliki sistem yang saling berbeda dalam
mengubah sampah menjadi gas metan yaitu sistem yang dibangun dilakukan
3
TPAS Talangagung merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang
telah beroperasi sejak tahun 1989 namun pemanfaatan gas metannya baru mulai
pipa peralon dengan memiliki luas sebesar 2,5 Ha yang terdiri dari tiga zona yaitu
zona 1 pasif, zona 2 pasif dan zona 3 pasif. TPAS Talangagung menerima
timbulan sampah dari Kota dan Kabupaten Malang. Jumlah rata-rata sampah yang
dihasilkan setiap jiwa sebesar 2,29 liter. Jumlah sampah yang masuk kedalam
TPAS Talangagng sebesar ±140 m3/hari dan jumlah itu belum termasuk sampah
yang sudah dipilah. TPAS Talangagung ini telah melayani 8 kecamatan di Malang
alternatif untuk perpipaanya. TPAS Paras memiliki luas sebesar 0,9 Ha dan telah
beroperasi sejak tahun 1998 namun pemanfaatan gas metannya baru dimulai pada
tahun 2010. TPAS Paras menerima sampah dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan
m3/hari.
lindi dan air hasil limbah ke lingkungan dengan kondisi baik sehingga tidak
mencemari lapisan tanah. Air lindi yang dihasilkan dari proses pembusukan dapat
4
dengan menggunakan teknologi sebelum dikembalikan ke lingkungan. Teknologi
controlled landfill. Air lindi mengandung gas methane yang berbahaya bagi
lingkungan, selain itu juga berkontribusi terhadap pemanasan global. Oleh karena
itu terdapat sistem pengendalian gas methane dan sistem pemanfaatan gas
methane. Beberapa fungsi air lindi ini yang akhirnya akan menghasilkan
TPAS Talangagung dan TPAS Paras ini merujuk pada hierarki sampah
secara efektif agar manusia memiliki cara pandang baru mengenai sampah.
penelitian karena TPA ini sangat jauh dari gambaran kondisi TPA lain pada
umumnya. TPAS Talangagung dan TPAS Paras ini merupakan TPA dimana
lingkungan, tidak menimbulkan bau yang menyengat, dan sampah organik dapat
dan pembuatan pupuk organik plus, yaitu pencampuran pupuk komposting dengan
5
menghasilkan listrik dengan kapasitas 500 hingga 750 watt. Genset di TPA ini
juga memanfaatkan bahan bakar sampah yang menghasilkan mencapai 5000 VA.
Laju timbulan sampah baik untuk sekarang maupun di masa yang akan
sekedar bagaimana mengolah sampah secara teknis, tetapi juga harus mampu
Malang merupakan kota yang sedang tumbuh dan dihadapkan dengan banyak
berbagai program dengan harapan bahwa TPAS Talangagung dan TPAS Paras
akan mampu memberikan manfaat yang besar sebagai penghasil energi terbarukan
dan memberikan wahana wisata edukasi sesuai dengan visi pemerintahan Kota
TPA Paras ataupun sistem sanitary landfill di TPA Talangagung. Kedua TPA
yang dibangun ini masing-masing memiliki sistem yang berbeda dalam cara
menangkap gas metan yang ditanam dalam zona aktif sampah. TPA Talangagung
6
TPA Paras menangkap gas metannya dengan menggunakan bambu petung
(tradisional). Oleh sebab itu didalam penelitian kali ini maka dirumuskan
masyarakat
7
1. Penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan
3. Penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk penilaian terhadap sistem
8
1. Penelitian dilakukan oleh Edy Bintardjo (1997) yaitu penelitian Manajemen
3. Penelitian dilakuakan oleh Abd. Rozak (1999), yaitu Efektifitas dan Efisiensi
4. Penelitian dilakukan oleh Indriati Listyorini (2000), yaitu Kajian Manfaat dan
metode kualitatif.
9
Pengembangan Ekonomi Lingkungan ( Studi Kasus; TPA Piyungan Bantul,
7. Penelitian dilakuakn oleh Rusman Hariyanto (2001), yaitu Dampak Fisik dan
10