Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : 1979-5858

MEREKAYASA PEMANFAATAN GAS METAN (CH4)


MENJADI ENERGI LISTRIK KAPASITAS 500 KWH
(Hasil Studi Kelayakan di TPA Supit Urang Kota Malang)

Sutriyono, Rusdi
Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang

Abstrak

Keberadaan TPA untuk sementara waktu dapat dianggap sebagai sarana penyelesaian
permasalahan sampah perkotaan yang berkaitan dengan kebersihan. Namun demikian terdapat
efek negatif lain yang dapat ditimbulkan, diantaranya adalah potensi timbulnya gas metan
dalam sampah yang tertumpuk di TPA. kandungan gas metan yang terdapat dalam TPA (Di
Malang adalah TPA Supit Urang) sebaiknya dikelola sehingga dapat dimanfaatkan menjadi
bahan bakar sebagai pembangkit energi alternatif. Tujuan dari kegiatan Studi Kelayakan
Penangkapan Gas Metan di TPA Supit Urang ini adalah untuk (1) mengkaji kelayakan
kandungan potensi gas, ditinjau dari teknologi, ekonomi, sosial dan dampak lingkungan, jika
diberdayakan menjadi pembangkit energi alternatif. (2) Mengkaji kandungan potensi gas
ikutan lain yang berperan terhadap pengotoran udara dan lingkungan. (3) Mengkaji volume
dan kandungan gas metan jika di rencanakan untuk diubah menjadi pembangkit energi
alternatif. Dari studi yang telah dilakukan, dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :
(1) Aspek Teknologi : Gas metan TPA Supit Urang hanya mempunyai prosentase kurang lebih
27 %, Agar mempunyai prosentase diatas 50 % atau setara dengan LPG, maka harus
ditingkatkan melalui : Pemilahan jenis sampah, Sampah organik harus dilembutkan,
Megontrol kondisi pH, temperatur, BOD dan COD, Konstruksi penampung sampah organik
dibuat anaerob. (2) Aspek Dampak Lingkungan : Permasalahan kesehatan masyarakat
(penyakit ISPA) yang disebabkan dari pengaruh gas metan. Penentuan lokasi
pengolahan/penimbunan sampah dan pemisahan sampah yang bisa dan tidak bisa didaur
ulang dari sumbernya (rumah tangga). (3) Aspek ekonomi : Gas metan TPA Supit Urang
mempunyai potensi yang kurang apabila digunakan sebagai sumber energi alternatif. Hal ini
dapat diatasi dengan : Peningkatan prosentase gas metan dengan rekayasa teknologi,
Peningkatan fungsi TPA menjadi area komposting, mengoptimalkan kuantitas sampah dengan
pemilahan sampah. (4) Aspek Sosial : Di kawasan TPA Supit Urang sebagian penduduknya
mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini dapat diatasi dengan pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan sampah; pembuatan kompos; Sosialisasi bahaya dan manfaat
sampah; Melaksanakan motivasi dan manjaga fungsi saluran drainase; Pembuatan bangunan
peresapan air; Penerapan kebijakan pemisahan sampah domestik (organik dan anorganik).
Kata kunci :Sampah, Pemilahan, Pengolahan, Energi.

30
1. PENDAHULUAN pembuangan terpusat dengan sebutan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
1.1. Latar Belakang TPA untuk lokasi kota Malang adalah
Sistem penanganan sampah yang di Supit Urang.
populer dan dilakukan di hampir Keberadaan TPA untuk sementara
seluruh kota-kota di Indonesia adalah waktu dapat dianggap sebagai sarana
sistem Sanitary Landfill. Namun pada penyelesaian permasalahan sampah
kenyataan di lapangan seringkali perkotaan yang berkaitan dengan
menunjukkan bahwa yang kebersihan. Namun demikian terdapat
dilaksanakan adalah sistem Open efek negatif lain yang dapat
Dumping, yaitu sebuah sistem ditimbulkan, diantaranya adalah
penanganan sampah yang potensi timbulnya gas metan dalam
konvensional dengan mengumpulkan sampah yang tertumpuk di TPA dan
dan menimbun sampah di suatu lokasi
rembesan air lindi yang dapat
mencemari air bersih disekitarnya. Gas 1.2. Tujuan dan Manfaat
metan yang terakumulasi pada lapisan Tujuan dari kegiatan Studi
– lapisan tumpukan sampah yang Kelayakan Penangkapan Gas Metan di
berada pada lahan TPA jika terbebas TPA Supit Urang ini adalah:
ke lingkungan adalah merupakan salah a. Untuk mengkaji kelayakan
satu kontributor efek gas rumah kaca, kandungan potensi gas, ditinjau
yang pada akhirnya berpengaruh dari teknologi, ekonomi, sosial dan
terhadap efek pemanasan global di dampak lingkungan, jika
bumi. Akhirnya pemukiman di sekitar diberdayakan menjadi pembangkit
TPA yang menguap liar akan energi alternatif.
menimbulkan efek kebakaran, bau gas b. Mengkaji kandungan potensi gas
metana yang masih mengandung unsur ikutan lain yang berperan terhadap
karbondioksida (monoksida), Sulfida pengotoran udara dan lingkungan.
dan Nitrogen akan menyebabkan c. Mengkaji volume dan kandungan
penyakit ISPA bagi warga sekitarnya. gas metan jika di rencanakan untuk
Berdasarkan paparan di atas maka diubah menjadi pembangkit energi
kandungan gas metan yang terdapat alternatif.
dalam TPA Supit Urang sebaiknya Sedangkan manfaat dari penelitian ini
dikelola sehingga dapat dimanfaatkan adalah dapat merekayasa pembangkit
menjadi bahan bakar sebagai listrik dengan memanfaatkan
pembangkit energi alternatif. kandungan
gas metan di TPA Supit Urang Kota Areal luas lahan TPA yaitu
Malang 13,2 Ha, dan luas kantor dan taman 2
Ha. TPA Supiturang terletak di
2. GAMBARAN UMUM kelurahan Mulyorejo kecamatan
2.1. Areal dan Lokasi TPA Sukun yang batas-batas sebagai
berikut :

31
 Sebelah utara : berbatasan • Zona 1: tidak aktif/sudah penuh,
dengan sungai sumber songo dengan dengan luas 8.000 m2 dan pada sel I
jarak  300m ini dibuat penghijauan sampai
 Sebelah timur : tempat sekarang, terakhir dicaver tahun 1998
permukiman penduduk dengan jarak dan sejak itu tidak dipakai sebagai
 700m pembuangan sampah
 Sebelah selatan : berbatasan • Zona 1 Blok II: sudah tidak aktif,
dengan sungai Gandulan dengan dengan luas 16000 m2.
jarak  200m • Zona 2 Blok II: masih aktif (kondisi
 Sebelah barat : merupakan hampir penuh) dengan luas 12000
perbukitan dan lembah m2.
• Zona 1 Blok II: tidak aktif, dengan
2.2. Sistem Pengolahan Sampah di luas 13500 m2.
TPA • Zona 3 Blok 1: tidak aktif (penuh),
Berdasarkan hasil observasi ke dengan luas 10.625 m2 dan baru
lokasi TPA diketahui bahwa sistem selesai ditimbun, dan akan ditimbun
pengolahan sampah di TPA lagi dipasang cerobong pembuangan
Supiturang dilakukan dengan sistem gas Metan.
Opendumping yaitu pengurugan • Areal kosong seluas 2200 m2,
sampah secara terbuka dilahan TPA digunakan untuk pengembangan
sehingga mengakibatkan TPA kedepan.
permasalahan lingkungan. Untuk
pengembangan ke depan harus
dilakukan pengelolaan TPA dengan
sistem Sanitary Landfil , sehingga
sampah yang sudah diolah dapat
dimanfaatkan menjadi kompos yang
dapat digunakan sebagai pupuk dan
juga areal TPA tidak perlu dilakukan
perluasan secara terus menerus. Secara
periodik akan dapat direncanakan
siklus penggunaan sel TPA sehingga
akan didapat kondisi keseimbangan
dimana tidak diperlukan lagi perluasan
Gambar 1. Lay Out Plan TPA Supit Urang
TPA dikemudian hari.

2.3. Kondisi Sel TPA Supit Urang Berdasarkan hasil observasi ke


Berdasarkan hasil obeservasi yang lapangan dimana sampah yang akan
dilakukan ke TPA Supiturang ditimbun tidak dilakukan pemilahan
diketahui kondisi sel TPA sebagai sehingga sampah non organik
berikut : bercampur dengan sampah organik.
• TPA Supiturang memiliki enam sel Oleh karena itu bila dilakukan
32
pembongkaran maka tidak akan terjadi pengolahan limbah yang ada belum
kompos seperti yang diperkirakan. sempurna dimana air lindi yang
Dalam mengantisipasi kebutuhan dihasilkan oleh sampah organik
areal TPA yang semakin penuh maka dialirkan secara terbuka ke bak
perlu disempurnakan sistem leachate sehingga menimbulkan
pengolahan sampah di TPA sehingga pencemaran udara. Selain itu pada
kedepan tidak diperlukan perluasan musim hujan, air hujan bercampur
TPA. Untuk itu dapat digunakan dengan air lindi sehingga bak leachate
system pengolahan sampah di TPA tidak mampu menampung limbah cair
dengan metode sanitary landfiil tersebut. Untuk itu perlu dibangun bak
modifikasi, dimana sampah yang leachate yang memenuhi ketentuan
ditimbun adalah sampah organic sehingga air lindi yang di buang ke
sehingga setelah periode waktu sungai tidak mencemari sungai
tertentu akan menjadi kompos dan tersebut.
dapat dibongkar untuk dijual
komposnya dan areal tersebut dapat 3. METODOLOGI STUDI
digunakan lagi sebagai tempat 3.1. Umum
penimbunan sampah. Dengan cara Studi ini dilakukan dengan dua
yang demikian maka tidak diperlukan tahap yaitu mengkaji kandungan gas
lagi perluasan TPA. metan dan merancang rekayasa
pembangkit listrik dengan
2.4. Fasilitas Insenerator di TPA memanfaatkan gas metan.
Supit Urang
TPA Supiturang memiliki satu
fasilitas Insenerator yang sekarang 3.2. Khusus
tidak difungsikan lagi hal ini karena Metodologi pelaksanaan kegiatan
untuk mengaktifkan insenerator biaya dilakukan melalui tahapan-tahapan
operasinya cukup mahal sehingga antara lain:
dipakai pembakaran sampah dengan  Pekerjaan survei secara rinci berupa
cara tungku pembakaran. Untuk itu survei lapangan dan instansional,
kedepan perlu dilakukan pembenahan lingkup materinya terdiri dari
dengan menyediakan fasilitas tekanan dan volume gas, prosentase
insenerator untuk memusnahkan kandungan gas metan dan gas – gas
sampah nonorganik yang tidak dapat ikatan lainnya.
didaur ulang.  Kajian zona area terhadap efek dari
pengaruh gas yang dihasilkan oleh
2.5. Pengolahan Limbah Cair di TPA Supit Urang.
TPA Supit Urang  Merancang rekayasa pembangkit
Tempat Pembuangan akhir (TPA) listrik dengan gas metan (CH4)
dilengkapi dengan satu Instalasi kapasitas 500 KWh
pengolahan limbah cair (leachate) dan Metodologi ini secara rinci dan
satu bak kontrol leachate. Fasilits detail agar dapat dikembangkan lebih
33
lanjut oleh pelaksana studi guna 70
menghasilkan hasil kegiatan yang 60
maksimal. 50

Prosentase
18 Agt 2009

40 21 Agt 2009

3.3. Tahap Pelaksanaan Kegiatan 30 24 Agt 2009

27 Agt 2009
20
Dalam pelaksanaan kegiatan ini ada 31 Agt 2009
10
beberapa tahap-tahap yang akan 0
3-Sep-09

Rata - rata
dilakukan. Tahap-tahap ini disusun Metan CO2 Udara
agar penelitian dapat dilakukan secara (%) (%) (%)
efektif dan efisien sesuai dengan
waktu yang ditentukan dan sesuai Grafik 3. Prosentase Kandungan Gas Zona I blok II

dengan tujuan dan manfaatnya


Dilihat dari grafik prosentase
kandungan gas untuk zona I blok II
perbedaan dari beberapa hasil
4. HASIL KANDUNGAN GAS sampling dari waktu ke waktu tidak
METAN DAN GAS IKUTAN menunjukkan perbedaan yang
4.1. Analisa Hasil Uji Gas Metan signifikan sehingga dapat di simpulkan
Dari hasil survei dan analisa untuk kandungan gas dari waktu ke
yang dilakukan, diperoleh 4 lokasi waktu selalu stabil. Sesuai dari
(Sel) yang memenuhi syarat dimana metodologi di bab sebelumnya hasil
sel dapat dirokemandasikan dalam data analisa diatas selanjutnya akan
penangkapan gas metan untuk digunakan untuk mentukan laju
diketahui laju volume gas. Lokasi (sel volume gas, perhitungnnya adalah
) tersebut adalah sebagai berikut : sebagai berikut.
1. Zona 1, Blok II (1) Dari hasil survei dan analisa :
 Kandungan gas metan rata-rata = 27,32 %
2. Zona 1, Blok II (2)
 Kandungan gas CO2 rata-rata = 9,78 %
3. Zona 2, Blok II  Kandungan udara rata-rata = 62,89 %
4. Zona 3, Blok II  Lama Penangkapan Gas rata-rata = 4 menit
 Luas Zona I blok II = 16000 m2
Tabel 4.1 Hasil Analisa Uji  Kedalaman Zona I blok II = 19 m
Kromatografi Gas Zona I Blok II  Mr CH4 = 16

Kandungan Gas Lama Untuk mencari laju volume gas metan


No Metan CO2 Udara Penangkapan
(%) (%) (%) Gas total maka yang pertama harus
1 27,42 9,85 62,73 3 menit diketahui terlebih dahulu volume gas
2 27,39 9,81 62,80 4 menit metan tersebut kemudian dikalikan
3 27,35 9,75 62,90 4 menit
4 27,31 9,75 62,94 5 menit dengan volume zona. Dan untuk
5 27,25 9,79 62,96 3 menit mengetahui volume gas metan maka
6 27,20 9,74 63,06 4 menit
Rata
harus diketahui terlebih dahulu
27,32 9,78 62,89 4 menit
-rata molaritas sehingga massa akan
Sumber : Hasil Analisa, 2009

34
diketahui, untuk lebih jelasnya dapat 5 27.25 6.61 66.14 4 menit
6 27.21 6.59 66.2 5 menit
dilihat pada perhitungan berikut ini : Rata -
27.38 6.74 65.87 4 menit
rata
Sumber : Hasil Analisa, 2009
Vol. CH4 = Vol. kantong gas x
prosentase gas CH4
= π.r2.t x 27,32 % 70
60
= 3,14 . (7,5 cm)2. 20 cm x 0,2732 24 Agt 2009

Prosentase
50
27 Agt 2009
= 965,079 cm3 40
30 31 Agt 2009
= 0,000965 m3 20
3-Sep-09
= 0,965 lt = 0,965 dm3 < 5 dm3 10
0 7-Sep-09
(kurang dari standart kelayakan gas
10-Sep
metan)
Rata - rata
Vol. CH 4
Mol =
22,4
Grafik 4. Prosentase Kandungan Gas
0,965 lt
= Zona II blok II
22,4
= 0,043 mol Dilihat dari grafik prosentase
Massa = mol x Mr CH4 kandungan gas untuk zona II blok II
= 0,043 mol x 16= 0,688 g perbedaan dari beberapa hasil
Dalam pengambilan sampel, kantong sampling dari waktu ke waktu tidak
gas akan terisi penuh membutuhkan menunjukkan perbedaan yang
waktu 4 menit, jadi laju volume gas signifikan sehingga dapat di simpulkan
metan adalah untuk kandungan gas dari waktu ke
0,688 g waktu selalu stabil. Perhitung laju
= = 2,86 x 10-3 g/dt
4 menit volume gas metan untuk zona II blok
Jadi laju volume total gas metan: II adalah sebagai berikut :
Laju Volume total = Laju Volume gas Dari hasil survei dan analisa :
metan x volume zona  Kandungan gas metan rata-rata = 27,38 %
= 2,86 x 10-3 g/dt x (16000 m2 x 19 m)  Kandungan gas CO2 rata-rata = 6,74 %
= 869.44 g/dt  Kandungan udara rata-rata = 65,87%
Untuk hasil analisa Uji Kromatografi  Lama Penangkapan Gas rata-rata = 4 menit
gas metan zona II blok II adalah  Luas Zona II blok II = 12000 m2
 Kedalaman Zona II blok II = 17 m
seperti tabel 4.2 berikut ini :
 Mr CH4 = 16
Tabel 4.2 Hasil Analisa Uji Kromatografi
Gas Zona II Blok II Untuk mencari laju volume gas metan
Kandungan Gas Lama total maka yang pertama harus
No Metan
Penangk diketahui terlebih dahulu volume gas
CO2 Udara apan
(%)
(%) (%) Gas metan tersebut kemudian dikalikan
1 27.68 6.96 65.36 3 menit dengan volume zona. Dan untuk
2 27.42 6.81 65.77 4 menit
3 27.39 6.76 65.85 4 menit
mengetahui volume gas metan maka
4 27.34 6.72 65.94 3 menit harus diketahui terlebih dahulu
35
molaritas sehingga massa akan 3 40-50 15000
biru blue

diketahui, untuk lebih jelasnya dapat muda gas


biru -
dilihat pada perhitungan berikut ini : 4 > 50 18000 LPG
putih
 Vol. CH4 = 0,967 lt = 0,967 Sumber : Sutriyono, 2007
dm < 5 dm3 (kurang
3

dari standart kelayakan Dari tabel diatas dapat diketahui


gas metan) bahwa gas metan TPA Supit Urang
 Mol = 0,043 mol tidak memenuhi standart setara LPG,
 Massa = 0,688 g karena kandungan prosentase gas
 Laju volume gas per satuan waktu metan adalah 27 % atau mempunyai
= 2,86 x 10-3 g/dt nilai kalor 8000 kkal, sehingga gas
 Laju Volume total = 583,44 g/dt hanya setara dengan kayu bakar.

Dari perhitungan diatas antara zona I 4.2. Analisa Aspek Ekonomi


blok II dan zona II blok II tidak Berdasarkan data yang
menunjukkan perbedaan yang diperoleh dari penangkapan gas metan
signifikan, maka dari penelitian dapat di TPA supit urang, analisis dari aspek
disimpulkan potensi gas metan dari ekonomi perhitungannya adalah
zona I blok II dan zona blok II stabil. sebagai berikut :
Laju volume totalnya adalah antara Zona I blok II yang seluas 16000 m2
583,44 g/dt sampai dengan 869.44 menghasilkan gas metan dengan
g/dt. volume sebesar = laju vol gas metan x
Untuk menentukan nilai kalor luas zona
dapat diketahui dari penelitian yang = (0,000965 m3 /4 menit) x 16000 m2
dilakukan sebelumnya yaitu dengan = 0,3474 m3/hari x 16000 m2
menggunakan alat bomb kalori meter, = 5558.4 m3/hari
dengan penelitian ini menunjukkan Jika 5 m3 gas metan disetarakan
adanya korelasi antara kandungan dengan :
prosentase gas metan dengan nilai harga 1 liter minyak tanah Rp 6000,-
kalor. Nilai – nilai tersebut untuk lebih 1/3 galon gas = Rp 13500,- : 3 = Rp
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 4500,-
berikut ini : Maka nilai dari gas metan adalah
1
= x Rp 6000 = Rp 1200,-
Tabel 4.3 Korelasi Antara Prosentase 5
Gas Metan dan Nilai Kalor Untuk total semua zona adalah
= Rp 1200 x 5558.4
Prosentase Nilai
Warna = Rp 6670080,- ≈ Rp 6700000,-.
No Gas Metan Kalor Setara
(%) (kkal) Api
merah - kayu Dengan perhitungan yang sama
1 < 30 8000
kuning bakar apabila ditabelkan untuk zona 1 dan
kuning minyak zona II adalah seperti pada tabel 4.4
2 30 - 40 10000
- biru tanah
berikut ini :
36
Program pemantauan kualitas
Tabel 4.4 Analisa Aspek Ekonomi udara merupakan suatu upaya yang
dilakukan dalam pengendalian
Vol. Gas
Kandungan
Prakiraan pencemaran udara. Hal yang penting
Yang Satuan
No Zona
Dihasilkan
Gas Metan
Harga diperhatikan dalam program
(%)
(m3/hari) (Rp)/hari pemantauan udara terutama
Zona I
1 Blok II 5558,4 27,32 6700000
berhubungan dengan aspek
Zona pengambilan contoh udara ampling
II Blok
2 II 4177,4 27,38 5000000
dan analisis pengukurannya.
Sumber : Hasil analisa, 2009 Keabsahan dan keterpecayaan cara
pemantauan yang diperoleh sangat
Dari jumlah total biaya yang ditentukan oleh metoda dan analisis
diperkirakan dan dibandingkan dengan yang diterapkan. Seperti diketahui,
standart bahan bakar yang digunakan program pemantauan kualitas udara,
yaitu : baik di dalam udara ambient maupun
1 lt minyak tanah = Rp 6000,- dari sumber emisi bertujuan pokok
sebanding dengan; sebagai pemberi masukan bagi
1 kg gas LPG = Rp 4500,- sebanding pengambil keputusan dalam
dengan; pengendalian pencemaran udara di
5 m3 gas metan = Rp 1200,- suatu daerah. Keberhasilan program
Produk gas metan dapat pemantauan udara seperti halnya
ditingkatkan nilai ekonominya jika pemantauan atas keberhasilan
kandungan prosentase dalam gas yang kebijakan pengendalian pencemaran
dihasilkan dari zona atau keseluruhan udara yang telah diterapkan disuatu
mencapai 50 %, sehingga daerah, hanya akan dapat terukur dari
keberadaannya dapat digunakan untuk hasil pemantauan yang dilakukan.
bahan baker alternatif kebutuhan Karenanya, pemantauan udara perlu
rumah tangga. Agar kandungannya dilandasi dengan perangkat lunak dank
dapat mencapai 50 %, maka perlu eras yang sesuai dengan pembakuan
dilakukan pengolahan awal berupa bila diperlukan. Dalam hal ini metoda
sortasi (pemilahan) jenis sampah sampling dan analisis udara akan
antara organic dan anorganik, karena menjadi landasan pokok yang
gas metan hanya berasal dari jenis menjamin keterpercayaan dan
sampah yang organic yang dapat keabsahan data perolehan dalam
mengembangbiakkan bakteri program pemantauan yang
metagenesis yang mampu merubah dilaksanakan.
sampah menjadi gas metan dalam Untuk menganalisa kualitas
proses fermentasi udara dari pengaruh TPA Supit Urang
yang pertama harus ditentukan terlebih
4.3. Analisa Kualitas Udara Di dahulu titik samplingnya. Penentukan
Sekitar Area TPA Supit Urang lokasi titik sampling analisa kualitas
udara di utamakan pada lokasi TPA

37
supit urang sendiri dan penduduk Peraturan Gubernur Jawa Timur No.
terdekat sekitar TPA Supit Urang. 10 Tahun 2009. Lokasi pengambilan
Penentuan lokasi sampling yang sampel udara dilakukan di dua titik
pertama dapat di identifikasi melalui yaitu di pemukiman penduduk yang
gambar foto udara (google earth). terdekat dari TPA yaitu di jl. Rawisari,
Dari gambar 4.3 dan gambar 4.4 foto Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan
udara dapat di ketahui batas-batas TPA Sukun (titik 1) dan di TPA Supit
Supit Urang, yaitu : Urang (titik 2) pada tanggal 3 Agustus
 Sebelah utara : berbatasan 2009. Pengambilan sampel udara
dengan sungai sumber songo jarak dilakukan oleh petugas dari Balai
 300 m Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
 Sebelah timur : tempat dan Pemberantasan Penyakit Menular
permukiman penduduk dengan Surabaya (BBTKL PPM Surabaya)
jarak  700m
 Sebelah selatan : berbatasan Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Kualitas
Udara
dengan sungai Gandulan dengan
jarak  200 m BAKU
HASIL
NO. PARAMETER SATUAN TITIK
 Sebelah barat : merupakan Sulfur dioksida
MUTU TITIK 1
2
1. ppm 0,1 0,0052 0,0056
perbukitan dan lembah
(SO2)
Karbon monoksida
2. ppm 20,0 <LD <LD
(CO)
Nitrogen dioksida
3. ppm 0,05 0,0014 0,0008
(NO2)

Sehingga dari sini dapat ditetapkan


4. Oksidan (O3) ppm 0,10 0,00002 0,00002
5. Debu mg/m3 0,26 0,186 0,223
3
6. Timah Hitam (Pb) mg/m 0,06 <LD <LD
lokasi analisa kualitas udara terdapat 2 7.
Hidrogen Sulfida
(H2S)
ppm 0,03 0,0003 0,0002

titik, yaitu :
8. Ammonia (NH3) ppm 2,0 0,0220 0,0215
55,5 – 55,6 –
9. Kebisingan dBA
60,5 62,3

 Di Lokasi TPA Supit Urang.


o
10. Suhu/Kelembaban C/% Tidak 28,5/55,6 25,7/64
11. Kecepatan Angin Knot Disyaratkan 0,2 – 0,7 0,7 – 4,7
Ke
 Di Pemukiman penduduk sekitar, 12. Arah Angin - Ke Timur
Timur

Sumber : BBTKL PPM Surabaya, Agustus 2009


yaitu sebelah timur TPA yang
berjarak  700m tepatnya di Jl.
Dari hasil pengukuran kualitas
Rawisari, Kelurahan Mulyorejo,
udara ambien dari semua parameter tidak
Kecamatan Sukun.
melebihi baku mutu yang ditentukan,
Kualitas udara dan kebisingan
dengan demikian kualias udara disekitar
merupakan komponen lingkungan
TPA Supit Urang mempunyai kualitas
yang diperkirakan terkena dampak dari
udara yang baik.
pembangunan rencana pemanfaatan
gas metan sebagai sumber energi
4.4. Zona Area Penyebaran
alternatif, sehingga kondisi awal
Pengaruh Gas Metan
kualitas udara dan kebisingan perlu
Pengetahuan tentang fenomena
diketahui. Parameter kualitas udara
metereologi menyebabkan potensi
dan kebisingan yang diukur adalah
pencemaran udara dapat diprediksi.
SO2, CO, NO2, O3, Pb, H2S, NH3, HC,
Beberapa model dispersi telah
suhu/kelembaban, kecepatan angin,
dikembangkan, diantaranya adalah
arah angin, debu dan kebisingan. Baku
model gauss yang merupakan model
mutu kualitas udara yang digunakan
38
penyebaran polutan yang umum = 3 knot = 3 mil/jam
dipergunakan. = 1,34 m/dt
Formula untuk menghitung C
gas (metan) pada permukaan tanah 4.6 Dampak Gas Metan berdasarkan
arah downwind (x) adalah sebagai Jarak Downwin
berikut : Jarak
No Kosentrasi Lokasi Dampak
Model Gaussian Plame Dispersion Downwin
1 50 4,27 Perkebunan Bau
Kantor TPA Penyakit
2 100 1,98 Perkebunan Bau
C (x,y) = Kantor TPA Penyakit

Qj  y 
2 H2  3 300 0,18 Sungai Bau
exp   exp 
2 
 Perkebunan Penyakit
 u  y z 2   2 2 
 z   y  Kantor TPA Pencemaran
4 600 0,03 Persawahan Bau
Pemukiman Penyakit
Kantor TPA
Sumber : Hasil Analisa, 2009
Dimana : Dari tabel 4.6 dapat diketahui
C(x,y) = Tingkat konsentrasi (μg/m3) bahwa konsentrasi terbesar gas metan
pada koordinat x,y meter searah hanya berpengaruh pada para pekerja
dengan arah angin di TPA itu sendiri, karena posisi TPA
X = Sumbu koordinat horizontal ke jauh dari pemukiman penduduk dan di
arah angin, m sekeliling TPA hanya terdapat
y = Sumbu koordinat tegak lurus arah perkebunan tebu. Untuk dampak gas
angin, m metan terhadap penduduk yang paling
Q = Laju emisi polutan (μg/detik) dekat dengan lokasi TPA, zona
u = Kecepatan angin rata-rata dalam areanya adalah terletak pada
arah x (m/detik) pemukiman penduduk di jl. Rawisari,
H = Tinggi emisi, m Kel. Mulyorejo, Kec. Sukun dan
σy,σz = Koefisien dispersi lateral dan pemukiman penduduk di Kec. Wagir
vertikal Kabupaten Malang atau dengan jarak
Aplikasi perhitungannya adalah kurang dari 600 m dari TPA
sebagai berikut : konsentrasinya hanya 0,03 µg/m3.
Dari sampling, hasil uji analisa gas Selain dampak-dampak diatas gas
metan (CH4) dan kualitas udara dapat metan yang terakumulasi pada lapisan
di ketahui : - lapisan tumpukan sampah jika
Fluktuasi emisi gas CH4 (laju volume terbebas ke lingkungan akan
emisi) = 2,86 x 10-3 g/dt berpotensi sebagai kontributor efek
Massa atom relatif polutan (CH4) gas rumah kaca, yang pada akhirnya
= 16 berpengaruh terhadap efek pemanasan
Tinggi emisi dimisalkan global di bumi.
=2m 5. PEMBAHASAN HASIL
Kecepatan angin dari emisi KOMPOSISI GAS METAN DAN
= 0,7 knot – 4,7 knot IKUTANNYA
(diambil 3 knot pada titik 2)
39
Gas metan merupakan limbah 5.1. Aspek Teknologi Pemanfaatan
B-3 yang dikeluarkan oleh TPA, Gas Metan
Limbah B-3 yang memiliki Permasalahan dari aspek teknologi
karakteristik yang sangat berbahaya merupakan permasalahan yang sangat
memerlukan penanganan dan mendasar karena dari aspek teknologi
pengelolaan yang serius, agar tidak ini dapat diketahui dasar apakah TPA
menimbulkan resiko terhadap Supit Urang layak digunakan sebagai
lingkungan dan kesehatan manusia. pembangkit energi alternatif. Dalam
Penggunaan B3 yang terus meningkat penelitian yang sudah dilaksanakan,
dan tersebar luas di semua sektor gas metan TPA Supit Urang hanya
apabila pengelolaannya tidak mempunyai prosentase kurang lebih
dilakukan dengan baik, akan dapat 27 %, nilai ini hanya setara dengan
menimbulkan kerugian terhadap kayu bakar atau mempunyai warna api
kesehatan manusia, makhluk hidup merah kuning apabila akan digunakan
lainnya dan lingkungan hidup, seperti sebagai bahan bakar alternatif
pencemaran udara, pencemaran tanah kebutuhan rumah tangga. Agar gas
dan pencemaran air. Agar pengelolaan metan mempunyai prosentase diatas
B-3 tidak mencemari lingkungan 50 % atau mempunyai nilai kalor
hidup dan untuk mencapai derajat setara dengan LPG, maka = harus
keamanan yang tinggi, dengan ditingkatkan, melalui fermentasi yang
berpijak pada prinsip-prinsip optimal melalui digester.
pembangunan berkelanjutan dan Rekomendasi :
peningkatan kualitas hidup manusia, Meningkatkan prosentase gas metan
maka diperlukan peningkatan upaya dapat dilakukan dengan rekayasa
pengelolaannya dengan lebih baik dan teknologi yang direkomendasikan
terpadu. berikut ini :
Gas metan apabila dikelola dengan a. Pengelolaan awal berupa pemilahan
rekayasa teknologi akan mengurangi jenis sampah antara organik dan
dampak negatif gas metan itu sendiri, anorganik, karena gas metan hanya
bahkan akan memberikan dampak berasal dari jenis sampah yang
positif misalnya dapat digunakan organik yang dapat
sebagai sumber energi alternatif. mengembangbiakkan bakteri
Untuk mendapatkan hasil yang baik matagenesis yang mampu merubah
untuk konversi energi gas metan sampah menjadi gas metan dalam
menjadi energi alternatif maka proses fermentasi anaerobik.
prosentase gas metan harus diatas 50 b. Sampah organik yang digunakan
% dan apabila prosentase gas metan untuk memproduksi gas metan
kurang dari 50 % maka dapat harus dilembutkan agar gas
ditingkatkan prosentasenya dengan metannya meningkat.
rekayasa teknologi. c. Megontrol kondisi pH, temperatur,
BOD dan COD agar selalu pada

40
range yang dapat meningkatkan d. Dalam penentuan lokasi
organik dalam sampah. pengolahan/penimbunan sampah
d. Konstruksi penampung sampah harus mempertimbangkan beberapa
organik yang diarahkan untuk hal sebagai berikut :
meningkatkang gas metan dibuat
 Lokasi merupakan daerah yang
rapat terhadap pengaruh oksigen
potensi air tanahnya rendah dengan
(udara)
sumber air tanah yang relatif dalam.

5.2. Rekomendasi Ditinjau Dari  Lokasi berjarak cukup jauh dari


Aspek Dampak Lingkungan pemukiman, sumber air permukaan
Permasalahan indeks pembangunan dan sumur penduduk.
manusia di kawasan penduduk sekitar  Sistem pengolahan sampah
TPA Supit Urang meliputi dilengkapi saluran drainase yang
permasalahan kesehatan masyarakat mengelilingi area pengolahan yang
yaitu prevalensi penyakit ISPA yang terpisah dari saluran drainase yang
cukup tinggi yang disebabkan oleh lainnya dan dilengkapi dengan IPAL.
kondisi higiene yang kurang baik yang
disebabkan dari pengaruh gas metan  Sistem pengolahan dilengkapi sistem
yang ditimbulkan dari TPA Supit penangkapan, pengumpulan dan
Urang. pengolahan leachet yang berfungsi
Rekomendasi : dengan baik.
a. Penghijauan kawasan TPA perlu e. Melaksanakan swapantau
ditingkatkan khususnya dengan disamping meningkatkan
tanaman yang dapat menyerap bau pengawasan terhadap pelaksanaan
dan material pencemaran udara UKL-UPL terhadap TPA Supit
akibat terbentuknya gas dari proses Urang oleh Instansi terkait.
metabolisme dan pembakaran untuk
f.Pemisahan sampah yang bisa didaur
mereduksi penyebaran bau dan
ulang dan tidak bisa didaur ulang dari
pencemaran udara lain ke wilayah
sumbernya (rumah tangga).
disekitarnya.
5.3. Pembahasan dari Aspek
b. Peningkatan pemantauan kualitas
Ekonomi
air sungai khususnya pada sungai
Kondisi eksisting gas metan TPA
yang melewati kawasan TPA Supit
Supit Urang mempunyai potensi yang
Urang, sehingga air sungai yang
kurang apabila akan digunakan
digunakan masyarakat aman.
sebagai sumber energi alternatif
c. Peningkatan pemantauan kualitas kebutuhan rumah tangga, karena
air tanah disekitar TPA khususnya kandungan gas metan kecil.
yang dikonsumsi penduduk sekitar Rekomendasi :
TPA Supit Urang untuk memeliharaa. Meningkatkan nilai ekonomi dengan
dan meningkatkan derajat kesehatan cara meningkatkan prosentase gas
masyarakat. metan sesuai dengan rekayasa

41
teknologi yang dirokemendasikan, d. Sosialisasi kepada masyarakat
sehingga penangkapan gas metan akan tentang bahaya sampah dan manfaat
lebih berpotensi dan menguntungkan. sampah yang bisa di daur ulang.
e. Melaksanakan sosialiasi,motivasi
b. Program peningkatan fungsi TPA
dan pendampingan kepada
menjadi area komposting, meliputi
masyarakat untuk manjaga fungsi
perluasan, perubahan design, pelatihan
saluran drainase di lingkungan
petugas pengelola sampah, penyediaan
sekitarnya.
fasilitas dan peralatan serta dukungan
f. Pelibatan dan memberikan motivasi
pemasaran produk kompos.
kepada masyarakat dalam
c. Mengoptimalkan kuantitas sampah pembuatan bangunan peresapan air.
organik di TPA Supit Urang dengan g. Penerapan kebijakan pemisahan
pemilahan sampah sehingga sampah domestik (organik dan
kandungan gas metan akan lebih anorganik) yang ditunjang
berpotensi. peraturan, pelaksanaan sosialisasi,
adanya lokasi percontohan,
pengadaan fasilitas dan pelaksanaan
5.4. Pembahasan Dari Aspek Sosial
operasional yang disiplin.
Di kawasan TPA Supit Urang
h. Menyediakan sarana untuk
sebagian penduduknya adalah
pemisahan sampah organik dan
mempunyai tingkat pendidikan yang
anorganik. atau sampah basah dan
rendah dimana hanya sampai tingakt
kering, mulai dari sumber penghasil
SD dan SMP. Dan mata pencaharian
sampah.
dengan ukuran tingkat ekonomi mulai
dari kalangan ekonomi menengah ke
6. MEREKAYASA
bawah (mayoritas) sampai kalangan
PEMANFAATAN GAS METAN
ekonomi menengah ke atas.
(CH4) MENJADI ENERGI
Rekomendasi :
LISTRIK
a. Pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sampah khususnya
Gas metan yang terjadi karena
pada wilayah yang belum
proses alamiah dalam tumpukan
terjangkau pelayanan pengelolaan
sampah di TPA terbebas di udara
sampah untuk menghasilkan produk
sekitarnya, dapat dimanfaatkan
daur ulang sampah yang bernilai
menjadi energi rekayasa, jika tempat
ekonomis.
pembuangan sampah masih
b. Melakukan pengelolaan sampah
menggunakan open dumping. Cara
berbasis masyarakat.
yang dilakukan dengan menangkap
c. Mengadakan pelatihan pembuatan
gas-gas yang terbentuk pada lapisan
kompos skala rumah tangga kepada
timbunan sampah dengan
masyarakat dan
menggunakan pipa yang ditanam pada
mengaplikasikannya.
kedalaman tertentu kemdian dialirkan
ke tempat penampung gas. Dari tempat

42
penampung gas dialirkan ke separator Skema pemanfaatan gas metan
gas yang mampu memisahkan gas menjadi energi listrik sebagai berikut :
methan dengan gas lainnya.
Selanjutnya gas methan yang sudah Katu
dimurnikan dapat digunakan untuk p
bahan bakar pembangkit energi atau Biog Katu Po
as p mp
diproses lebih lanjut menjadi gas
Sep a
dalam bentuk cair. arat
Gas lain ikutan yang berupa gas or inje
karbon dioksida, amoniak,asam sulfide biog ksi Pem
as ban
dapat di lepas ke udara bebas tanpa Turb gkit
gas polutan. in listri
gas k
Skema instalasi pemanfaatan gas
methan dan pengendalian pencemaran
udara sebagai berikut
Gambar 6 : Pemanfaatan Gas Metan
(Biogas)
Menjadi Energi Listrik

Biogas atau gas metan dari hasil


pengolah ditampung dalam tangki
Peng
ukur yang berfungsi sebagai pemisah /
gas
Pomp pemurni gas metan atau separator
a
tarik gas
biogas. Biogas ini diinjeksikan ke
ruang pembakaran. Turbin gas yang
menghasilkan daya mekanis putaran di
Biog Pompa
as tarik / kemudian ditransformasikan oleh
tekan
kopling ke generator pembangkit
Pena
mpun listrik.
g Proses pemanfaatan gas metan
gas
Separ menjadi energi listrik melalui konversi
ator
Gambar 5 gas
: Pemanfaatan
Gas Metan pengubah jenis energi yang panjang
(Biogas) yaitu : biokonversi, konversi mekanis
Di Tempat Penampungan Sampah (TPS) dan konversi elektrik.

Keterangan : 7. KESIMPULAN
1. Open dumping, Energi dan limbah merupakan satu
2. Penampung gas, kesatuan sebagai hubungan sebab
3. Separator gas methan, akibat, yang terjalin kontradiksi,
4. Pompa udara, makin banyak energi yang digunakan
5. Pengendali polutan makin banyak limbah yang
menyebabkan pencemaran. Hubungan

43
pengaruh yang kontradiktif tersebut Limbah harus diatasi dan dikendalikan
akan dapat diserasikan melalui agar lingkungan hidup yang nyaman
rekayasa teknologi yang tenteram, indah dan damai dapat
dikonsentrasikan pada skala prioritas diwujudkan. Dunia dan duniawi bukan
kebutuhan dan pada dinamika warisan dari nenek moyang kita, tetapi
pembangunan. sebagai titipan anak cucu kita yang
Energi identik dengan adanya selayaknya harus dipelihara sebaik-
kehidupan dan perkembangan baiknya.
pembangunan di segala bidang, Menghemat penggunaan energi berarti
kemajuan dan perubahan dalam memanfaatkan energi dan pendukung
kehidupan juga berdampak pada lainnya lebih efisien dan efektif agar
limbah yang dihasilkan sehingga diperoleh nilai produktifitas lebih
berakibat pada pencemaran maksimal.
lingkungan, namun makin hari Menghemat pemakaian energi berarti
teknologi rekayasa terus berkembang juga meminimalkan terjadinya limbah,
dan makin canggih sehingga akan tetapi menjadi lebih bijak jika
berpengaruh juga terhadap pola energi digunakan dan dimanfaatkan
berpikir para cerdik pandai untuk sesuai dengan kebutuhan bukan
mengurangi kesenjangan kontradiksi digunakan sesuai dengan keinginan.
antara energi dan limbahnya.
Yang muncul dalam pikiran, apakah DAFTAR PUSTAKA
kemajuan teknologi akan menjadi 1. Anonim, 1997, 1998, Energi Baru
virus erosi peradaban dan perilaku dan Terbarukan, DIRJEN Listrik
umat manusia atau menjamin dan Energi, Jakarta.
kemaslahatan dan kedamaian rasa 2. Agus, 2004, Atasi Defisit Energi
persaudaran. Jawabannya bergantung Listrik, Indonesia Bisa Gunakan
pada pola pikir dan penyikapan Biomassa Sampah, Media
masing masing, bahwa akhlak dan Indonesia.
hati nurani berfungsi sebagai 3. Ackerman, E., Redjani, 1988, Ilmu
pengendali ilmu. Sehingga tidak BIOFISIKA, Universitas Airlangga,
terjadi bahwa yang lebih menguasai Surabaya.
energi akan bertindak leluasa untuk 4. Arbianto, P., 1996, Biokimia
menuruti emosi dan egonya. Konsep-Konsep Dasar, Jakarta :
Limbah yang selalu bertambah seiring DIRJEN-DIKTI.
dengan kemajuan pembangunan dan 5. Boedoyo, M.S., 1998, Pemanfaatan
kegiatan dalam segala kehidupan, Limbah Sebagai Energi Alternatif,
yang keberadaannya menjadi Dirjen Listrik dan Pengembangan
pencemaran, pengotoran dan menjadi Energi.
faktor pengganggu kestabilan ekologi 6. Clara dkk., 2004, Pengolahan
dan ekosistem, perlu dan harus Sampah Terpadu, Salah Satu Upaya
dikurangi, dengan cara diolah dan Mengatasi Sampah Di Perkotaan,
dimanfaatkan lebih maksimal. PPS, IPB Bogor.

44
7. Hermadi, H.A., 2001, Alternatif
Penanganan Populasi Limbah
Domestik di Kodya Surabaya,
Universitas Airlangga, Surabaya.
8. Indriyati, 2002, Pengaruh Waktu
Tinggal Subtrat Terhadap Effisiensi
Reaktor,
9. Indartono, Y., 2005, Bioetanol,
Alternatif Energi Terbarukan, Kobe
University.
10. Kadir, A., 1990, Energi;
Sumber Daya, Inovasi, Tenaga
Listrik, Populasi
11. Poedjiadi, A., 1994, Dasar-
dasar Biokonversi, Universitas
Indonesia, Jakarta.
12. Page, D.S., 1985, Prinsip-
Prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta.

45

Anda mungkin juga menyukai