Disusun oleh:
Banda Aceh
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas berkat dan
Rahmat,karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan field trip ke TPA Gampong Jawa.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi perjalanan field trip penulis
ke TPA Gampong Jawa yang diselenggarakan dalam rangka menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai kondisi dan operasional TPA di lapangan
pada mata kuliah Praktikum Pengelolaan Sampah. Dalam penulisan laporan ini,
penulis mengharapkan laporan ini akan menambah wawasan bagi yang
membacanya.
Penulis mengetahui bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, serta perbaikan dari para pembaca
agar laporan ini akan menjadi lebih baik kedepannya.
LAPORAN
Jam kerja di TPA ini mulai dari jam 6 pagi hingga jam 10 malam. Ada 3
operator penting yang bekerja di TPA ini, dan setiap pekerja dibagi menjadi 5
shift, dimana setiap 1 shift dilakukan setiap 4 jam dan 1 orang pekerja mendapat
jatah 2 kali shift. Shift pertama mulai dari jam 6 hingga 10 pagi, shift kedua jam
10 pagi hingga 2 siang, shift ketiga jam 2 siang hingga 6 sore, shift keempat jam 6
sore hinnga 8 malam, dan shift kelima dari jam 8 hingga 10 malam. TPA ini juga
berisi beberapa perusahaan pengumpul sampah swasta yang harus membayar 50
rupiah per kilogram sampah yang dibawa masuk. Kendaraan yang masuk ke TPA
melalui pos penjagaan lalu menuju jembatan timbang dan pos checker. Kendaraan
ditimbang berat kotornya dan datanya dimasukkan ke Excel sehingga akan
terhitung secara otomatis. Sampah lalu dibawa dan dibuang ke WCP (Waste
Central Point) yang merupakan titik pusat pembuangan dan diolah dengan 2 unit
Excavator namun 1 Excavator rusak sehingga hanya 1 yang masih berfungsi.
Pemulung juga berada di WCP untuk memilah sampah agar dapat dijual kembali.
WCP menggunakan 2 sistem pemilahan yaitu pemilahan sampah yang akan
dibawa ke TPA regional dan pemilahan sampah yang masih bernilai harga jual
yang tidak diambil oleh pemulung. Kedua jenis pemilahan tadi akan melewati
jembatan timbang sekali lagi untuk menghitung berat bersih.
Air lindi dari tumpukan sampah akan megalir ke kolam lindi melalui 2 jalur
yaitu jalur bawah tanah berupa pipa horizontal yang terletak di dasar pondasi TPA
yamg memiliki lapisan plastik PVC yang sama dengan kolam lindi serta melalui
jalur atas yang menggunakan selokan. Gas metan yang dihasilkan sampah
dialirkan melalui pipa vertical menuju ITF (Intermediate Treatment Facility).
Kolam dan sumur pemantau digunakan untuk mengecek kebocoran air lindi,
namun sejauh ini belum ada laporan mengenai kebocoran air lindi. Di kolam air
lindi terdapat mesin yang akan memutar oksigen dan air yang ada di dalam kolam
untuk mempercepat penjernihan air lindi.
ITF adalah fasilitas yang digunakan dalam menghasilkan listrik dari energi
hidrolisis yang berasal dari gas metan sampah organik. TPA Gampong Jawa
memiliki 14 unit hidrolisis namun tidak berjalan karena sampah organic yang
dihasilkan tidak mencukupi bak hidrolisis tepat waktu. Ruangan hidrolisis ini
akhirnya digunakan sebagai tempat pembuatan kompos. Salah satu ruangan
hidrolisis memiliki mesin compressor untuk mengolah gas-gas hidrolisis ini
ataupun mempercepat pembuatan kompos.
ITF juga memiliki fasilitas untuk mengolah sampah organic dan plastik
menjadi minyak yang setara dengan premium atau pertalite, minyak tanah,ataupun
solar namun masih belum bisa digunakan pada kendaraan. Alat yang digunakan
dan minyak yang dihasilkan bisa dikatakan kurang efektif. Alat yang digunakan
menyerap banyak solar hingga berliter-liter serta memerlukan waktu yang lama.
Minyak yang dihasilkan tidak sebanding dengan minyak yang digunakan dalam
prosesnya, yaitu tidak sampai 1 liter. Minyak yang dihasilkan pun berbau plastic
dan berwarna coklat sehingga masih kurang cocok jika digunakan untuk
kendaraan bermotor sebagai BBM.
IPLT berguna untuk mengolah tinja yang sudah tidak terpakai untuk
menghasilkan kompos maupun energi berupa biogas berbentuk metan. Sistem
pengolahan tinja di TPA Gampong Jawa berupa system terbuka sumbangan dari
pihak Jepang dan tertutup yang merupakan sumbangan dari pihak UNICEF.
Sistem terbuka menggunakan model penjemuran dengan beberapa kolam terbuka
dengan kapasitas 30 m2 per hari. Sistem terbuka tidak dimanfaatkan lagi karena
kurang efektif, banyak gas terbuang, serta biaya operasional dan perawatan yang
besar.
Sistem IPAL yang ada di TPA Gampong Jawa sudah mulai dibangun namun
mangkrak akibat kurangnya perluasan lahan dan konflik sengketa tanah yang
merupakan makam ulama aceh pada masa kerajaan, namun sekarang masalah
tersebut sudah diselesaikan oleh kedua belah pihak dan mencapai kesepakatan.
IPAL ini rencananya mulai dibangun kembali setelah pemindahan kuburan ulama
aceh tersebut bersamaan dengan perluasan tanah TPAGampong Jawa.
LAMPIRAN
1. FOTO
Gedung checker
Jembatan timbang.
Sumur pantau
6
Mesin shredder
10
11
13
14
15
16
Penyalaan biogas
17
18
19
20