Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat sekarang inisebagai


dampak dari pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk ialah sampah. Setiap
orang pasti menghasilkan limbah dan sampah baik organik maupun anorganik
yang jumlahnya kian bertambah setiap harinya. Sektor rumah tangga disinyalir
menjadi penyumbang limbah dan sampah terbesar, selain itu pasar dan jalan raya
juga tidak kalah sebagai donatur yang aktif menyumbang sampah. Disamping itu
kesadaran masyarakat dalam memilah sampah masih sangat minim, ini dibuktikan
dengan masih banyak sampah yang dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
dalam keadaan tercampur.
Volume sampa juga susah untuk ditekan mengingat banyaknya kegiatan
masyarakat yang menghasilkan sampah. Masalah sampah dan limbah tidak hanya
terbatas pada ruang sampah padat dan sampah cair, tetapi juga mencangkup
limbah masig – maisng perorangan dalam bentuk zat sisa akhir “tinja” yang patut
mendapat perhatian serius. Jumlah sampah yang mulai tidak terkontrol memaksa
kita untuk mencari solusi yang tepat dan effisien dalam penuntasan masalah
sampah dan limbah sehari – hari. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka
dilakukan kuliah lapangan ke TPA Mandung, Tabanan pada tanggal 21 Mei 2016
pukul 15.00 WITA.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

1.2.1 Mengetahui sistem pengelolaan sampah dan limbah di TPA Mandung,


Tabanan

1.2.2 Mengetahui proses pengelolaan sampah di TPA Mandung, Tabanan

1.2.3 Mengetahui proses pengolahan limbah tinja di IPLT (Instalasi


Pengolahan Lumpur Tinja) di TPA Mandung, Tabanan
1.3 Manfaat

Dari penulisan laporan mengenai kunjungan kuliah lapangan yang di lakukan


di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Mandung, Tabanan diharapkan mahasiswa
dapat memperoleh ilmu dan pengalaman serta memperdalam dan memperjelas
teori yang sebelumnya sudah didapatkan di kelas. Selain itu melalui kunjungan ini
diharapkan mahasiswa lebih paham mengenai pengolahan sampah dan limbah
tinja yang merupakan ruang lingkup dari mata kuliah Teknik Lingkungan.
BAB II
GAMBARAN UMUM LAPANGAN

2.1 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Mandung


TPA Mandung adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan
pembuangan akhir sampah yang berasal dari rumah tangga, pasar, dan domestik
lainnya. TPA merupakan mata rantai terakhir dari pengolahan sampah perkotaan
sebagai sarana lahan untuk menimbun atau mengolah sampah. TPA Mandung
berlokasi di Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan.
Berjarak 8 km kea rah barat dari pusat Kota Kabupaten Tabanan dengan waktu
tempuh 20 menit. TPA Mandung mulai dioperasionalkan tahun 1995.
TPA Mandung merupakan TPA terbesar yang ada di Kabupaten Tabanan
dengan luas total 2,75 Ha yang terdiri dari 0,5 Ha untuk IPLT dan 2,25 Ha untuk
TPA. Sistem operasional yang digunakan saat ini masih menggunakan sistem
Sanitary Landfill. Jarak pemukiman penduduk dengan TPA adalah 2 Km. Pada
TPA ini telah dilaksanakan pemilahan dan pengolahan sampah jadi kompos
organik dan biogas namun masih dalam skala kecil.Untuk Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) mulai di bangun pada 1995/1996 dengan sistem operasional
pada saat itu adalah sistem Imhoff Tank. Kemudian pada tahun 2010 dilakukan
revitalisasi dan diterapkan sistem Solid Separation Chamber (SSC) sampai saat
ini. Awalnya dilakukan uji coba pada tahun 2012 terhadap sistem SSC, karena di
anggap efektif maka resmi beroprasi pada tahun 2013.

Dalam area TPA Mandung terdiri dari ;


 1 Unit Pos Jaga
 1 Unit Kantor TPA
 1 Unit Gedung Komposting
 1 Unit Gedung Workshop

Sarana pendukung yang ada berupa :


 1 Unit Alat Berat Bouldozer
 1 Unit Alat Berat Louder
 1 Unit Mesin Komposting
 1 Unit Mesin Kompresor
 1 Unit Mesin Pencuci Mobil

Jumlah staf dan tenaga kerja pada UPT Pengolahan Sampah dan Lumpur Tinja
berjumlah seluruhnya 47 orang, terdiri dari :
 Tenaga IPLT : PNS 4 orang dan kontrak 13 orang
 Tenaga TPA : PNS 7 orang dan kontrak 21 orang

Tabel 2.1 Daftar Nama Pegawai UPT Pengolahan Sampah dan Lumpur Tinja

No Nama NIP Jabatan

1 Ni Luh Sukartini, S.Sos 19610503 198203 2 101 Ka. UPT

2 I Made Yuana, SP 19660406 200701 1 027 Ka. TU

3 I Nengah Wirata 19680225 200701 1 012 Staf

4 I Made Senadi 19730912 201212 1 002 Staf

5 Ni Ketut Pastini 19681228 201212 2 001 Staf

6 I Nyoman Dirga 19710321 201212 1 001 Staf

7 I Wayan Widya 19700707 201212 1 003 Staf

8 I Nyoman Cakra 19690405 201212 1 001 Staf

9 I Nyoman Budiarta 19770504 201212 1 002 Staf

10 I Wayan Nopana 19831115 201212 1 005 Staf

11 I Gede Nyoman Sutama 19720227 201212 1 001 Staf

12 I Wayan Wakera 19660518 201212 1 001 Staf

13 I Wayan Suastika 19850203 201212 1 003 Staf


Sumber : TPA Mandung Tabanan
Untuk pelayanan IPLT, TPA Mandung melayani seluruh kecamatan yang ada
di Kabupaten Tabanan, yakni : Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kediri,
Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Marga, Kecamatan Penebel, Kecamatan
Baturiti, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Selemadeg Timur dan Kecamatan
Selemadeg Barat. Sementara untuk pelayangan truck sampah, TPA Mandung
hanya melayani pasar – pasar di Kecamatan Tabanan, Baturiti, Marga , Penebel
dan Kerambitan.
Cangkupan layanan IPLT Mandung diseluruh Kabupaten Tabanan di bagi
menjadi empat zona, yaitu :
 Zona A melayani 2 Kecamatan (Tabanan dan Kediri) dengan tarif Rp
200.000,00
 Zona B melayani 3 Kecamatan (Kerambitan, Penebel, dan Marga dengan
tarif Rp 250.000,00
 Zona C melayani 2 Kecamatan (Selemadeg Timur dan Baturiti) dengan
tarif Rp 275.000,00
 Zona D melayani 2 Kecamatan (Selemadeg Barat dan Pupuan) dengan
tarif Rp 300.000,00
Sementara untuk kendaraan swasta sekali buang dikenakan tariff Rp
50.000,00. Beberapa pihak swasta yang telah bekerjasama dengan pihak TPA
meliputi :
 UD Kedap Sari
 UD Sujana
 UD Eka Wira
 UD Sari Artha
Masing – masing memiliki surat perjanjian kerjasama pengelolaan pembuangan
lumpur tinja dengan DKP.
Pemerintah Kabupaten Tabanan bekerjasama dengan TPA Mandung dalam
penyediaan pupuk – pupuk hasil komposting maupun lumpur tinja bagi
pemeliharaan kebun – kebun kota. Pengangkutan dengan truck sampah tidak
dipungut biaya karena sudah termasuk layanan dari Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Tabanan. Selain itu jika ada masyarakat yang memerlukan
pupuk composting atau pupuk lumpur tinja, dari pihak TPA akan diberikan cuma
– cuma alias gratis. Namun sayangnya masyarakat masih enggan menggunakan
pupuk dari lupur tinja karena faktor “sukla”.

Struktur Organisasi

Kepala UPT
Pengolahan Sampah dan Lumpur
Tinja

Sub Bagian
Kelompok Jabatan
Fungsional Tata Usaha

Denah TPA Mandung


Sumber : TPA Mandung Tabanan

Keterangan :
1. Gardu Jaga
2. Menara Air dan Genset
3. Kantor
4. Pura
5. Bangunan Pemilah
6. Bangunan Komposting
7. Urugan Sampah
8. Urugan Sampah
9. Kolam Pengumpul Lumpur
10. Kolam Anaerobik
11. Kolam Fakultatif
12. Kolam Maturasi
13. IPLT

2.2 Dasar Hukum


 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Persampahan.
 Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
 PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan AMDAL.
 Keputusan Menteri Kesehatan No 261 Tahun 1998 tentang Kesehatan
Lingkungan Kerja.
 Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis
Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah
Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area
Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA
Sampah.
 Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan
Sampah Organik Skala Lingkungan.
 Perda Provinsi Bali No 4 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran
dan Perusakan Lingkungan Hidup.
 Perda Kabupaten Tabanan Nomor 7 Tahun 2006 tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan / Kebersihan .
 Perda Kabupaten Tabanan Nomor 4 Tahun 2007 tentang Retribusi
Penyedotan Kakus.
 Peraturan Bupati No.36 Tahun 2014 tentang pembentukan UPT
Pengolahan Sampah dan Lumpur Tinja
 Peraturan Daerah No 19 tahun 2011 tentang Retribusi Penyediaan dan/atau
Penyedotan Kakus
 Peraturan Bupati No 22 Tahun 2013
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sampah
Pada kali ini, sampah sudah tidak lagi dipandang sebelah mata, karena sampah
dapat menimbulkan banyak akibat, baik positif maupun negatif. Pada sisi
positifnya, di tangan orang-orang tertentu yang memiliki kreativitas, sampah bisa
diolah menjadi suatu bahan ekonomis yang tentunya dapat mendatangkana
keuntungan. Dari sisi negatif, sampah dapat menimbulkan pencemaran dan tentu
saja mengurangi nilai estetika. Beberapa definisi sampah menurut para ahli:
 Tchobano Glous : Semua jenis buangan yang bersifat padat atau semi
padat yang dibuang karena tidak diinginkan.
 A.P.H.A : Sesuatu yang tidak dapat digunakan, dibuang, yang berasal dari
kegiatan atau aktivitas manusia.
 Ilmu Kesehatan Lingkungan : Sebagian dai benda atau hal-hal yang
dipandang tidak digunakan, tidak disenangi atau dibuang, sisa aktivitas
kelangsungan hidup manusia.
 Kamus Lingkungan (1994) : Bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau
pemakaian; barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau materi
berlebihan atau bangunan (Ningtyas,2011).
Sampah pada dasarnya memiliki banyak pengertian tetapi pada umumnya,
definisi sampah adalah suatu bahan yang dibuang atau terbuang yang berasal dari
sumber kegiatan atau aktivitas manusia ataupun alam yang tidak atau belum
memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampan bisa terdiri dari berbagai macam materi
antara lain padat, cair maupun gas (Anomia, 2012).

3.1.1 Klasifikasi Sampah


Secara sederhana sampah dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
 Sampah organik adalah sampah yang berasala dari makhluk hidup
atau materi biologis yang bisa terurai (degradable). Sampah organik
juga biasa disebut sampah basah. Contohnya : sisa makanan,
dedaunan kering, buah dan sayuran.
 Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari bahan non
biologis sehingga sulit terurai (non degradable). Sampah anorganik
juga bisa disebut sebagai sampah kering. Contohnya: plastik dalam
bentuk botol, kantong, dan sebagainya; kaleng; kertas; kaca;
Styrofoam.
 Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) sampah yang berasal dari
limbah berbahaya contohnya dari limbah rumah sakit atau industri
yang menggunakan bahan-bahan kimia.
Ketiga jenis sampah tersebut dapat kita jumpai sehari hari, kecuali sampah
B3 yang diperlakukan khusus dan tidak dapat dibuang secara sembarangan di
alam. Untuk menangani masalah sampah, biasanya sampah dipilah pilah
sesuai jenisnya (Mulan, 2013). Menuru Suriwaria(2003) sampah berdasarkan
sumbernya digolongkan dalam dua kelompok besar yaitu:
 Sampah domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan yang
bersumber dari aktivitas manusia secara langsung, baik dari rumah
tangga, pasar, sekolah, pusat keramaian, pemukiman, dan rumah sakit.
 Sampah non-domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan yang
bersumber dari aktivitas manusia secara tidak langsung, baik dari
pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dan
transportasi.
Berdasarkan bentuknya, sampah digolongkan ke dalam tiga kelompok
besar yaitu:
 Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan,
kotoran ataupun benda-benda lainnya yang bentuknya padat.
 Sampah cair, yaitu sampah yag berasal dari buangan pabrik, industri,
pertanian, perikanan, peternakan atau pun manusia yang berbentuk
cair, misalnya air buangan dan air seni.
 Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraaan
bermotor, dan cerobong pabrik yang semuanya berbentuk gas atau
asap.
Berdasarkan jenisnya, sampah memiliki dua sifat yag berbeda yaitu:
 Sampah yang bersifat degradabel, yaitu sifat sampah yang secara
alami dapat/mudah diuraikan oleh jasad hidup (khusunya
mikroorganisme), contohnya sampah organik.
 Sampah yang bersifat non-degradabel, yaitu sifat sampah yang secara
alami sukar atau sangat sukar untuk diuraikan oleh jasad hidup,
contohnya sampah anorganik.

3.1.2 Komposisi Sampah


Suriawiria (2003) mengemukakan sampa mengandung senyawa kimia
yang terdiri atas air, organik, dan anorganik yang persentasenya tergantung
kepada sifat dan jenisnya, dari beberapa data analisis yang telah dilakukan di
lingkungan ITB, kandungan kimia sampah antara lain sebagai berikut:
 Sampah berbentuk sisa tanaman terdiri atas air, senyawa organik,
nitrogen, fosfor, kalium, kapur, dan karbon.
 Sampah berbentuk kotoran manusia terdiri atas tinja dan air seni.
Senyawa kimia yang terkandung di dalam sampah, merupakan sumber
senyawa bagi kehidupan makhluk hidup, khsusnya mikroorganisme,
sehingga di dalam sampah terkandung pula kehidupan yang tersusun
oleh bakteri dan jamur (paling besar), protozoa, cacing, virus,
mikroalgae serta serangga.
Pada umumnya kelompok kehidupan yang didapatkan di dalam sampah
tersusun oleh:
 Kelompok pengurai adalah bakteri dan jamur yang mampu untuk
mengurai senyawa organik menjadi senyawa atau unsur lain yang
lebih sederhana.
 Kelompok pengurai di dalam sampah sangat menguntungkan, karena
berfungsi antara lain di dalam penurunan volume atau bobot sampah
dalam proses pengomposan.
 Kelompok patogen penyebab penyakit adalah bakteria, jamur, virus,
dan protozoa penyebab penyakit perut, kulit dan pernapasan.
 Kelompok penghasil racun adalah bakteri dan jamur yang dapat
menyebabkan keracunan pada air ataupun bahan kimia.
 Kelompok pencemar, umumnya kalau pada sampah tersebut dikenai
oleh kotoran manusia ataupun hewan, atau oleh kehadiran lumpur / air
selokan.

3.2 Teori Pengolahan Sampah


Menurut Sopandie (2009) ada beberapa metode atau cara penimbunan
sampah:
a. Metode Open Dumping
Cara ini cukup sederhana yaitu dengan membuang sampah pada suatu
legokan atau cekungan tanpa menggunakan tanah sebagai penutup sampah,
cara ini sudah tidak direkomendasi lagi oleh Pemerintah RI karena tidak
memenuhi syarat teknis suatu TPA Sampah, Open Dumping sangat potensial
dalam mencemari lingkungan, baik itu dari pencemaran air tanah oleh
Leachate (air sampah yang dapat menyerap kedalam tanah), lalat, bau serta
binatang seperti tikus, kecoa, nyamuk dll.
b. Metode Controlled Landfill
Controlled Landfill adalah sistem pembuangan akhir sampah yang
dilakukan dengan cara sampah ditimbun dalam suatu TPA Sampah yang
sebelumnya telah dipersiapkan secara teratur, dibuat barisan dan lapisan
(SEL) setiap harinya dan dalam kurun waktu tertenu timbunan sampah
tersebut diratakan dipadatkan oleh alat berat seperti Buldozer maupun Track
Loadder dan setelah rata dan padat timbunan sampah lalu ditutup oleh tanah,
pada controlled landfill timbunan sampah tidak ditutup setiap hari, biasanya 3
hari sekali atau seminggu sekali. Secara umum controlled landfill akan lebih
baik bila dibandingkan dengan open dumping dan sudah mulai dipakai
diberbagai kota Indonesia.
c. Metode Sanitary Landfill
Sanitary Landfill adalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan
dengan cara sampah ditimbun di TPA sampah yang sudah disiapkan
sebelumnya dan telah memenuhi syarat teknis, setelah ditimbun lalu
dipadatkan dengan menggunakan alat berat seperti buldozer maupun track
loader, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup setiap hari
pada setiap akhir kegiatan. Hal ini dilakukan terus menerus secara berlapis-
lapis sesuai rencana yang telah ditetapkan.
d. Metode Improved Sanitary Landfill
Improved Sanitary Landfill merupakan pengembangan dari sistem
sanitray landfill, dilengkapi dengan instalasi perpipaan sehingga air sampah
atau Leachate (dibaca : licit) dapat alirkan dan ditampung untuk diolah
sehingga tidak mencemari lingkungan, bila air sampah yang telah diolah
tersebut akan dibuang keperairan umum, maka harus memenuhi peraturan
yang telah ditentukan oleh Pemerintah RI, mengenai buangan air limbah.
Pada Improved Sanitary Landfill juga dilengkapi dengan fasilitas
penegelolaan Gas yang di hasilkan oleh proses dekomposisi sampah di
landfill.
e. Metode Semi Aerobic Landfill
Sistem ini merupakan pengembangan dari teknik Improved Sanitary
Landfill, dimana usaha untuk mempercepat proses penguraian sampah oleh
bakteri (dekomposisi sampah) dengan memompakan udara (oksigen) kedalam
timbunan sampah. Teknologi ini sangat mahal tetapi sangat aman terhadap
lingkungan.

3.3 Sistem Pengelolaan Sampah Di TPA Mandung


Di TPA Mandung sistem pengelolaan sampahnya masih menggunakan
paradigma lama yaitu kumpu - angkut - buang.
a. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah ini dilakukan di pasar – pasar tradisional dan
seputaran jalan di daerah layanan truck sampah DKP Tabanan.
b. Pengangkutan
Setelah terkumpul sampah kemudian diangkut ke TPA mandung dengan
menggunakan truck – truck layanan milik DKP Tabanan yang telah
dihibahkan ke TPA Mandung.
c. Pembuangan
Di TPA Mandung menggunakan proses pengolahan Sanitary Landfill
yaitu dengan menimbun sampah yang didapat dari TPS dengan tanah.
Penimbunan tanah oleh TPA Mandung dilakukan seminggu sekali.

3.4 Proses Pengolahan Sampah di TPA Mandung


 Truck sampah DKP memasuki lokasi TPA Mandung dengan membawa
sampah dari pasar – pasar dan daerah pelayanan. Pendampingan tertib
administrasi melalui pencatatan truck sampah yang melakukan
pembuangan ke TPA, sehingga dapat diketahui data tentang volume
sampah yang masuk ke TPA. Pencatatan yang dilakukan meliputi hari/jam,
nomor polisi truck, nama supir dan volume sampah.
 Petugas kemudian mengarahkan supir truck untuk memasuki tempat yang
sudah ditentukan.
 Petugas membuka jaring penutup sampah dan pintu dam truck
 Supir menuangkan sampah ke tempat yang telah ditentukan
 Petugas composting memilah dan mengambil bahan untuk kompos
 Truck menuju tempat pencucian dan meninggalkan area TPA
 Bulldozer mendorong sampah ke tempat yang telah disediakan
 Sampah ditimbun dengan tanah ketebalan 10 cm, kemudian dilakukan
penangkapan gas metan.
 Sumur pantau ada 2, yang pertama ada di depan dan yang kedua ada di
belakang
 Air lindi di alirkan ke tempeh penampungan khusus air lindi. Leachate
yang timbul akan dialirakan secara graduiasi melalui saluran pengumpul
leachate yang dibuat sekeliling lahan (parit keliling) dilengkapi dengan
sumur pengumpul. Selain sumur pengumpul juga dibuatkan Kolam
Maturasi dan Biofilter. Setelah diolah air lndi ini dapat digunakan untuk
mencuci truk sampah.

3.5 Proses Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT Mandung)


Layanan yang diberikan oleh IPLT Mandung kepada masyarakat dengan
mengunakan “on call service”. Berikut ini adalah skema dari on call service :
Gambar 3.1 Skema Pelayanan On Call Service

Gambar 3.2 Pelayanan Truck IPLT Mandung

IPLT Mandung menggunakan sistem Solid Separation Chamber (SSC)


setelah sebelumnya menggunakan Imhof Tank. SOP IPLT meliputi :
I. Operasinal SSC

Pintu air d setting ketinggiannya sehingga volume bak mencapai 22 m3

Lebar bak :3m

Panjang bak : 5 m sisi lurus dan 7 m sisi miring

Ketinggian total : 2,5 m

Ketinggian untuk mencapai 22 m3 : 1,75 m

Dengan debit kurang dari 27,4 m3/hari, pengisian dilakukan selama 4 hari

Proses Pengendapan, penyaringan dan dekantasi terjadi selama 7 hari

Selama 3 hari setelah pengisian proses dekantasi dimulai. Pengaturan
(pintu air diturunkan ke bawah) ketinggian, sehingga yang melimpah ke
gutter hanya air saja

4 hari selanjutnya dipergunakan untuk proses pengeringan lumpur yang
tertinggal didalam bak SSC

Bila air sudah habis proses pengaturan dihentikan (ketinggian lumpur
didasar gutter)

4 hari berikutnya digunakan untuk pengambilan lumpur. Lumpur dikeruk
secara manual dan dibawa ke Drying Area, untuk dikeringkan

Pengisian bak SSC berikutnya dilakukan pada hari ke 5 atau setelah bak
SSC telah penuh terisi lumpur tinja.
II. Pembongkaran Muatan Tinja
Limbah tinja dibongkar dari truck tinja, yang perlu diperhatikan pada saat
proses pembongkaran adalah :
 Pada waktu pembongkaran kotoran yang menyumbat Screen secepatnya
diangkat dengan cangkul garpu yang disediakan dan selanjutnya di
kumpulkan di bak sampah yang disediakan
 Pasir, tanah, plastik dan lainnya yang mengendap di lantai miring bak,
secara rutin harus dikeruk dengan sekop, cangkul dan dikumpulkan di bak
penampungan sampah
 Secara runtin 2 hari sekali sampah ini harus dibuang di TPA
III. Pembersihan Filter Media, Pengangkutan Endapan Dari Underdrain dan
Penggelontoran Pipa
Frekuensi setian 6 bulan sekali
 Setelah dikeruk bersih keriki disemprot air dari Vacuum Truck untuk
membuang sisa padatan halus masuk ke dalam underdrain
 Dibongkar kerikil di underdrain
 Tutup dibuka dan diambil pasir atau padatan yang tertangkap
 Dari bak kontrol, pia menuju sumur pengumpulan disemprot air dari
vacuum truck, untuk menggelontorkan endapan yang ada di pipa.
IV. Pemnindahan Lumpur SSC Ke Unit Drying Area
Pemindahan dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan alat – alat
perata seperti vangkul dan sekop.
V. Operasional Drying Area
 Pemindahan lumpur dari SSC pada debit 27,4 m3/hari, mengakibatkan
pengisian SSC 4 hari, dekantasi 11 hari, dan pengerukan lumpur 4 hari.
Seluruh SSC terisi adalah 16 hari. Jadi setelah bak pertama dikeruk terus
dilanjutkan ke bak kedua dan seterusnya, Praktis pemindahan lumpur
tejadi setiap hari.
 Pengerukan akan berlangsung setiap hari.

Secara sederhana proses pengolahan adalah sebagai berikut :


 Membuka kran tangki tinja dan lumpur tinja mengalir ke kolam SSC
 Setelah kolam SSC penuh, mencapai batas pelimpah air (overflow), maka
dilakukan proses pengendapan, penyaringan dan dekantasi selama 4 hari
 Setelah mengalirkan air supernatant menuju kolam anaerobic, maka
padatan (solid) yang terkumpul di SSC dilakukan proses dewatering
selama kurang lebih 10 hari
 Pembersihan pada inlet dari sampah yang menyangkut pada screen
 Dalam kolam drying area akan terjadi proses pengeringan lebih lanjut
melalui penguapan dan penyaringan. Apabila lumpur yang dihamparkan
pada drying area telah keringa dengan waktu pengeringan selama kurang
lebih 10-15 hari, lumpur tersebut sudah sudah aman dibuang ke TPA
sampah sebagai cover soil atau dimanfaatkan sebagai kompos.

Untuk lebih jelasnya, alur prose pengolahan akan dijabarkan dalam gambar
diagram di bawah :
Gambar 3.3 Diagram Proses Pengolahan Lumpur Tinja IPLT Kab. Tabanan

Gambar 3.4 Kolam SSC

Gambar 3.5 Proses Pengaliran Tinja dari Truck ke Kolam SSC


Gambar 3.6 Kolam SSC Penuh

Gambar 3.7 Proses Dewatering


Gambar 3.8 Pembersihan pada Inlet dari Sampah Lumpur
Gambar 3.9 Drying Area
Gambar 3.10 Pengambilan Lumpur Kering untuk Pupuk dan Pelapis Sanitary
Landfill

Gambar 3.11 Kolam IPLT yang Dikuras dan Hanggar Kompos


Gambar 3.12 Kolam Anaerobik

Gambar 3.13 Kolam Fakultatif


Gambar 3.14 Kolam Maturasi

Gambar 3.15 Kolam Effluent

 Debit tinja eksisting = 109,6 m3/bulan ata = 10,5 m3/hari


 Kapasitas IPLT = 27,4 m3/kolam
Tabel 3.1 Unit IPLT Kab. Tabanan
Jumlah Panjang Lebar
Kolam Tinggi (m)
(unit) (m) (m)
Solid Separation
4 8 3 2,5
Chamber
Kolam Anaerobik 2 13 10 3,5
Kolam Fakultatif 2 18 10 2
Kolam Maturasi 2 10 10 1,5
Drying Area 2 25 5 0,96
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
TPA Mandung merupakan tempat pemrosesan akhir bagi limbah dan
sampah di seputaran Kabupaten Tabanan. Untuk sampah organic diolah dengan
metode composting, sementara sampah anorganik diolah dalam sistem Sanitary
Landfill. Selain itu juga ada instalasi pengolahan lumpur tinja yang diolah
menjadi pupuk dan bahan pelapis untuk sistem Sanitary Landfill di TPA Mandung
sendiri. Bekerjasama dengan DKP Tabanan, TPA Mandung menyediakan pupuk
sebagai supply pertamanan Kota Tabanan.

Anda mungkin juga menyukai