Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

KECAMATAN RENGEL
DESA RENGEL
Jalan A. Yani 35 Telp. ( 0356 ) 811563
RENGEL – TUBAN 62371

Rengel, 4 Desember 2015

Nomor : 660/ 99 /414.208.10/2015 Kepada


Sifat : Penting Yth. Bupati Tuban
Lampiran : 1(satu) bendel di
Perihal : Proposal Permohonan Sarana TUBAN
Prasarana Pengelolaan Sampah
Dalam Rangka Program Pengelolaan
Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM)

Dalam rangka mewujudkan Program Pengelolaan Sampah Berbasis


Masyarakat (PSBM), Bersama ini kami sampaikan Proposal Permohonan
Pengadaan Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah di Desa Rengel Kecamatan
Rengel, sebagaimana terlampir.
Demikian untuk menjadikan periksa.

Mengetahui
CAMAT RENGEL Pj. KEPALA DESA RENGEL

Drs. M. MAHMUD, M Si RUDY ERMAWAN, S SoS


Pembina Tk. I Penata Muda Tk. I
NIP. 19660405 198602 1 005 NIP. 19730910 199602 1 001

TEMBUSAN :
Yth. 1. Kepala Dinas PU Kab. Tuban
2. Kepala Sub DKP PU Kab. Tuban
3. Camat Rengel
4. Kepala UPTD PU Kec. Rengel
PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN
KECAMATAN RENGEL
DESA RENGEL
Jalan A. Yani 35 Telp. ( 0356 ) 811563
RENGEL – TUBAN 62371

USULAN BANTUAN PENGADAAN GEROBAK SAMPAH DORONG,


TONG SAMPAH DAN MOTOR SAMPAH HIDROLIS
DALAM RANGKA PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (PSBM)
DESA RENGEL KECAMATAN RENGEL

DALAM RANGKA PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (PSBM

Dibuat Oleh :
Pemerintah Desa Rengel
PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS
MASYARAKAT (PSBM)

Tgl 07/10/2014.

Pengantar
Penyebaran faham “disposable-isme” telah berhasil mencuci otak masyarakat Indonesia dan
memicu terjadinya “demam” pemakaian barang sekali pakai (disposable) di rumahtangga serta
melahirkan kebiasaan masyarakat yang “gemar menyampah”. Masyarakat masih cenderung
mengikuti aliran “NIMBY (not in my back yard)” yang tidak berwawasan lingkungan seperti
membakar dan membuang sampah sembarangan. Sementara Pemerintah masih
meng”agung”kan pendekatan “end of pipe” dan men”dewa”kan Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah (TPAS) sebagai muara segala sampah. Dampaknya TPAS cepat penuh dan lahan untuk
TPAS yang baru sulit didapat. Di sisi lain, tingkat pelayanan Pemerintah Daerah dalam
pengangkutan sampah masih rendah, sebagai contoh Kab. Sleman hanya melayani 13,51% dan
Kabupaten Bantul hanya 4,87% (Pemprov DIY, 2011). Akibatnya banyak dijumpai tempat
pembuangan sampah ilegal dimana-mana, seperti di bantaran sungai, di tepi-tepi jalan, di lahan-
lahan kosong, dll. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diciptakan dan dikembangkan sistem
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) secara mandiri, produktif dan ramah
lingkungan.

Pengertian PSBM.

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) atau yang lebih dikenal dengan istilah
Peneglolaan Sampah Mandiri (PSM) merupakan penanganan sampah yang direncanakan,
dilaksanakan, dikembangkan dan dijaga kelangsungannya oleh suatu kelompok
masyarakat/komunitas (RT/RW/Kampung/Dusun) (Iswanto, 2005). PSBM menempatkan
masyarakat sebagai subjek (pelaku utama) dan penangung jawab dalam pengelolaan sampah di
komunitasnya.
Secara garis besar kegiatan PSBM meliputi: 1) minimiasasi timbulan sampah (reduce); 2)
pemilahan sampah sesuai jenis di sumbernya; 3) pemanfaatan (reuse), pengolahan (recycle),
dan/atau penjualan sampah; dan 4) pemrosesan akhir sampah residu di TPAS secara ramah
lingkungan. Hal itu sesuai dengan amanah Undang-undang No. 18 Tahun 2008 yang mewajibkan
setiap orang untuk mengurangi dan menangani sampah dengan cara berwawasan lingkungan
(Pasal 12).
Komponen utama dalam PSBM terdiri atas: 1) masyarakat sebagai penghasil, pemilah,
pemanfaat dan pengolah sampah, 2) pengelola/pengurus PSM sebagai pengawal kegiatan
(koordinator/fasilitator), 3) pihak swasta sebagai mitra, yaitu Pengepul sampah dan Pembeli
produk hasil olahan sampah (daur ulang), serta 4) Pemerintah sebagai penanggung jawab dalam
pemrosesan akhir sampah residu dan sampah B3 rumah tangga.
Kegiatan Pokok dalam PSBM.

Kegiatan pertama dan paling utama dalam PSBM adalah pemilahan sampah di sumber. Setiap
rumahtangga wajib memilah sampah menjadi 5 (lima) yaitu: 1) sampah mudah terurai (organik);
2 sampah anorganik laku jual; 3) sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan/diolah oleh
komunitas; 4) sampah B3 (bahan berbahaya beracun) rumahtangga; dan 5) sampah lain (residu).
Sampah organik yang lunak (mudah terurai) dioah menjadi kompos dengan menggunakan
lubang tanah, biopori, komposter skala rumah tangga atau komposter komunal, sedangkan
sampah organik yang keras (tidak mudah terurai) diolah menjadi briket arang. Sampah anorganik
yang laku, dijual ke Pengepul melalui sistem Bank Sampah atau Sodaqoh Sampah. Jenis sampah
anorganik tertentu dapat diolah/dimanfaatkan oleh masyarakat (individu/kelompok) menjadi
produk-produk yang berharga. Sampah B3 yang dihasilkan di rumah tangga seperti baterai,
lampu neon, kemasan insektisida, sisa obat-obatan, dll., diserahkan ke Pihak yang berwenang
(Pemda atau Swasta). Adapun sampah lainnya (residu) dikirim/diangkut ke TPAS untuk
pemrosesan akhir melalui Dinas terkait dengan biaya sesuai pertaturan yang berlaku.

Pemberdayaan Masyarakat dalam PSBM.

Tahapan pemberdayaan masyarakat dalam PSBM meliputi: 1) sosialisasi PSBM kepada


masyarakat, 2) perencanaan dan penetapan sistem (model) PSBM yang akan dilaksanakan, 3)
pembentukan lembaga PSBM komunitas (RT/RW/Kampung/Dusun), 4) penyusunan mekanisme
dan aturan pelaksanaan PSBM secara tertulis, 5) sosialisasi aturan/mekanisme pelaksanaan
PSBM kepada seluruh lapisan masyarakat (anak-anak hingga orang tua), 5) pelatihan-pelatihan
tentang pemanfaatan/pengolahan sampah sesuai potensi masyarakat yang dapat
dikembangkan, 6) pendampingan, monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan, serta 7) tindak
lanjut dan pengembangan program.
Adapun beberapa faktor penting agar PSBM di suatu komunitas (wilayah) dapat berkelanjutan
antara lain: 1) adanya dukungan dan komitmen yang kuat dari masyarakat dan para tokohnya, 2)
adanya lembaga khusus yang solid sebagai wadah kegiatan PSBM, 3) adanya norma/aturan local
secara tertulis, 4) adanya kader-kader “militan lingkungan”, 5) pelibatan masyarakat dalam
setiap kegiatan, 6) kaderisasi dan regenerasi, 7) pelaporan secara rutin dan transparan kepada
masyarakat, dan menjalin kerjasama secara aktif dengan berbagai pihak (pemerintah, swasta,
perguruan tinggi, LSM,dll).

Penutup
Sejak tahun 2004 PSBM mulai menyebar ke berbagai wilayah dan mengalami modifikasi ke
berbagai wilayah DIY. Pada tahun 2009 dibentuk Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM)
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nama “Merti Boemi Lestari”, dan diikuti dengan
pembentukan JPSM tingkat Kabupaten/Kota se-DIY. Sampai saat ini tercatat lebih dari 300
komunitas anggota JPSM DIY yang tersebar di 5 wilayah Kabupaten/Kota. JPSM (DIY/Kab/Kota)
selalu diajak kerja sama dengan Pemeritah DIY beserta seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota di
DIY melalui Instansi/Dinas terkait dalam melakukan sosialisasi dan fasilitasi PSBM guna
mewujudkan masyarakat DIY yang mampu, sadar, dan mau melaksanakan pengelolaan sampah
secara mandiri, produktif dan ramah lingkungan yang bekelanjutan.
Perkembangan PSBM di DIY terbukti dapat menumbuhkan kreasi masyarakat DIY dalam
mengurangi dan menangani sampah antara lain: pembuatan pembalut wanita reusable yang
dapat dipakai berulang kali, membuat kompos, briket bioarang, biogas, bataco dari styrofoam,
pot dari gelas/kaca dan berbagai kerajinan sampah plastik/kain/ban bekas/kulit telur, dll. PSBM
memberikan beberapa keuntungan baik secara social, ekonomi, kesehatan maupun ekologi
kepada masyarakat, Pemerintah dan swasta, yaitu: 1) meningkatkan lapangan usaha dan
pendapatan bagi masyarakat, 2) mengurangi biaya pengangkutan ke TPAS, 3) memperpanjang
usia TPAS, 4) mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan sebagai polutan, 5)
menurunkan risiko penyakit berbasis lingkungan, dan 6) membangun budaya bersih dan sehat
bagi masyarakat.

Trackback from your site.

Anda mungkin juga menyukai