Jalan Khatib Sulaiman No. 22 Telp. (0751) 7055231 – 446571 – 445154 Fax. (0751) 445232 PADANG
Website: http://dlh.sumbarprov.go.id Email: dlh@sumbarprov.go.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI melakukan upaya pengembangan
Kelompok tani dan Kelompok-kelompok masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah
berbasis 3R. Kegiatan ini bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk
memilah sampah, sekaligus menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam mengolah
sampah secara bijak. Harapannya agar dapat mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke
TPA sehingga dapat mengurangi beban TPA. Melakukan pengelolaan sampah berbasis 3R
dengan merangkul Kelompok tani dan Kelompok-kelompok masyarakat pengolah sampah
ini termasuk kelompok budidaya maggot merupakan momentum awal dalam membina
kesadaran kolektif masyarakat untuk mulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan
sampah. Hal ini penting, karena sampah mempunyai nilai ekonomi dan nilai jual dan
menjadikan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru
Indonesia.
Peran Kelompok tani dan Kelompok masyarakat pengolah sampah menjadi penting
dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. PP tersebut
mengatur tentang kewajiban produsen untuk melakukan kegiatan 3R dengan cara
menghasilkan produk yang menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam;
yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin; menggunakan bahan baku produksi yang
dapat didaur ulang dan diguna ulang; dan/atau menarik kembali sampah dari produk dan
kemasan produk untuk didaur ulang dan diguna ulang. Dengan adanya Kelompok tani dan
Kelompok Masyarakat pengolah sampah, maka produsen dapat melakukan kerja sama
dengan Kelompok tani dan Kelompok Masyarakat pengolah sampah yang ada agar dapat
mengolah sampah dari produk yang dihasilkannya sesuai dengan amanat PP Nomor 81
1
Tahun 2012. Untuk meningkatkan upaya pengurangan sampah di hulu maka peran
Kelompok tani dan Kelompok Masyarakat pengolah sampah sangat diharapkan sehingga
pengelolaan sampah terutama pengelolaan sampah organik yang selama ini belum banyak
disentuh dalam kegiatan-kegiatan kelompok masyarakat dan kelompok tani.
Untuk pencapaian target pengurangan sampah sebagaimana yang tertuang dalam
Perpres Nomor 97 Tahun 2017, maka perlu dilakukan peningkatan peranserta masyarakat
dalam pengelolaan sampah termasuk melibatkan berbagai stakeholder yang tumbuh di
masyarakat berupa kelompok-kelompok yang diharapkan dapat berpartisipasi dalam
pengelolaan sampah terutama pengelolaan sampah dari sumber seperti kelompok tani,
kelompok dasawisma, kelompok wanita tani, kelompok budidaya ikan, kelompok budidaya
maggot dan kelompok pengelola sampah lainnya. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan
dapat terjadi pembiasaan bagi masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah dari sumber
dan melakukan penolahan dalam upaya mengurangi tekanan terhadap lingkungan akibat
pencemaran dari sampah dan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
Pada tahun ini kita akan terus berupaya meningkatkan target pengurangan sampah
dari sumber dengan memberdayakan kelompok-kelompok pengelola sampah yang ada di
masyarakat. Kelompok yang cukup potensial saat ini yang melakukan pengolahan sampah
organik adalah Kelompok Masyarakat yaitu Kelompok Tani, Kelompok Wanita Tani,
Pokdakan, kelompok budidaya maggot dan kelompok masyarakat lainnya, hal ini
disebabkan pengelolaan sampah organik yang saat ini dikembangkan diharapkan dapat
menunjang kegiatan pertanian dan peternakan dari Kelompok Masyarakat itu sendiri. Untuk
itu, pada bulan September 2023 akan diberikan bantuan alat pencacah sampah organik
sebagai penunjang kegiatan budidaya maggot yang juga akan dimulai pada Tahun 2023 ini.
Pemberian bantuan alat pencacah sampah organik ini direncanakan akan dilakukan pada 6
(enam) kelompok masyarakat yang ada di 4 (empat) kabupaten/kota yakni Kabupaten
Pasaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan Kota Sawahlunto. Diharapkan
dengan adanya alat pencacah sampah organik ini dapat menunjang pengelolaan sampah
organik dengan budidaya maggot BSF sehingga dapat dikembangkan model pengelolaan
sampah skala pemukiman yang dilaksanakan oleh Kelompok Masyarakat pengolah sampah.
Budidaya ulat magot BSF (Black Soldier Fly) untuk mengurai sampah organik adalah
bioteknologi yang sangat bagus karena biaya murah dan mudah untuk melakukannya
namun bermanfaat multifungsi yakni sampah dapat dikurangi dari sumber untuk pakan
maggot sedangkan hasilnya berupa fresh maggot dapat dimanfatkan untuk pakan ikan dan
ternak yang berbiaya murah tapi mempunyai kandungan protein tinggi. Hasil lain dari
2
budidaya maggot BSF adalah berupa kasgot yakni kotoran maggot dan sisa pakan magot.
Kasgot ini juga mempunyai kandungan hara yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk organik. Pada dasarnya maggot BSF ini disamping dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ikan dapat juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak yakni ayam dan itik.
Sebagai bentuk upaya pengurangan sampah di sumber yang akan dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat yang ada di 4 (empat) kabupaten/kota tersebut, maka Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat akan menjadikan kegiatan ini sebagai pilot
project Provinsi Sumatera Barat dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga berbasis skala pemukiman terutama untuk pengolahan
sampah organik dengan memanfaatkan maggot BSF dalam mengurai sampah di sumber.
3
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
5. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
6. Perpres No. 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang dan jasa Pemerintah;
7. Perpres No. 12 tahun 2021 tentang perubahan Perpres No. 16 tahun 2018 tentang
pengadaan barang dan jasa Pemerintah;
8. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Sampah Regional;
9. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2022 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023;
10. Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 39 Tahun 2022 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023.;
11. DPA-SKPD Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat Tahun 2023.
4
2. Kelompok Tani Hutan Subur Alam di Lubuak Pasie Jorong Taratak Dama Nagari
Talang Babungo Kec. Hiliran Gumanti Kabupaten Solok;
3. Kelompok Tani Koto Baru Indah di Jorong Kiambang Sungai Aur Nagari Koto Baru Kec.
Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan;
4. Kelompok Tani Kampuang Dalam di Bariang Jorong Pasir Talang Nagari Pasir Talang
Kec. Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan;
5. Kelompok Pengolahan Sampah dan Budidaya Maggot Limau Berlian di Jorong Batang
Lolo Sungai Rambutan Nagari Pakan Rabaa Tengah Kec. Koto Parik Gadang Diateh
Kabupaten Solok Selatan;
6. Kelompok Tani Tejo Kusumo di Dusun Karang Anyar Desa Santur Kec. Barangin Kota
Sawahlunto.
B. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Pemberian Bantuan Alat Pencacah Sampah Organik untuk Kelompok Masyarakat
ini dilaksanakan melalui pengadaan langsung di lpse.sumbarprov.go.id.
C. Tahapan Kegiatan
1. Tahap Persiapan
• Menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK)
• Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB)
2. Tahap Pelaksanaan
• Perencanaan
• Melaksanakan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) melalui pengadaan langsung di
lpse.sumbarprov.go.id.
• Melaksanakan pemberian bantuan peralatan pencacah sampah organik untuk
pengembangan budidaya maggot BSF untuk mereduksi sampah organic kepada 6
(enam) kelompok masyarakat dari 4 (empat) kabupaten/kota.
• Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
3. Tahap Pelaporan
• Penyelesaian administrasi Keuangan
• Pembuatan laporan pelaksanaan kegiatan
5
D. Jadwal Kegiatan
Proses pemberian bantuan peralatan pencacah sampah organik pada kelompok masyarakat
yang ini nantinya mulai dari penandatanganan MoU, Penandatanganan Surat Perjanjian
Kerja (SPK) Swakelola sampai selesai memakan waktu kurang lebih 30 (tiga puluh) hari
kalender. SPK diawali pada pertengahan bulan September 2023 dan akan berakhir pada
pertengahan bulan Oktober 2023.
E. Persyaratan Teknis
1. Kelompok penerima bantuan
• Memiliki Akta Pendirian yang syah dan masih berlaku.
• Memiliki Kepengurusan Organisasi
• Surat Pernyataan Minat melalui proposal permintaan bantuan
• Lolos verifikasi dan dinyatakan layak untuk menerima bantuan
2. Penyedia
• Akta notaris
• NPWP
• Profil perusahaan
B. Keluaran (output)
Telaksanannya Kegiatan Pemberian Alat Pencacah Sampah Organik untuk Kelompok
Masyarakat ini, untuk pengelolaan sampah organik rumah tangga dan sampah organik
sejenis sampah rumah tangga yang akan dilaksanakan oleh Kelompok Masyarakat yang
telah ditunjuk dari 4 (empat) kabupaten/kota Tahun 2023, sebagai bentuk percontohan
pengelolaan sampah organik berbasis skala pemukiman di Sumatera Barat.
6
C. Hasil (outcome)
Meningkatnya peranserta stakeholder dan masyarakat dalam pengelolaan sampah, untuk
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat serta dapat meningkatkan nilai ekonomi
sampah.
B. Rencana Biaya
Biaya yang tersedia untuk Kegiatan Pemberian Alat Pencacah Sampah Organik untuk
pengelolaan sampah organik melalui 6 (enam) Kelompok Masyarakat di 4 (empat)
kabupaten/kota yang ditunjuk Tahun 2023 ini ada didalam Sub Kegiatan Pendampingan
Gerakan Peduli Lingkungan Hidup dengan biaya sebesar Rp. 60.000.000.- (Enam Puluh Juta
Rupiah) termasuk Pajak untuk 7 (tujuh) Kelompok Masyarakat dengan biaya masing-masing
sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah).
C. Personil Pelaksana
Adapun personil untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
- PA
- KPA
- PPK
- PPTK
- Pejabat Pengadaan
7
No TAHAPAN BOBOT AKUMULASI
- Serah Terima Pekerjaan 10 % 80 %
- Penyelesaian Administrasi Keuangan 10 % 90 %
- Laporan Kegiatan 10 % 100 %
Mengetahui :
Kuasa Pengguna Anggaran