Anda di halaman 1dari 3

Metode pengolahan IPLT Suwung

Secara umum pengolahan lumpur tinja di Indonesia memiliki beberapa tahapan antara lain proses
pengumpulan, proses pemekatan, proses proses stabilisasi dan proses pengeringan. Proses pengumpulan
pada pengolahan lumpur tinja pada IPLT adalah proses menghomogenkan lumpur tinja yang masuk ke
IPLT, dikarenakan karakter dari lumpur tinja yang masuk ke IPLT berbeda-beda (Hanjaya,2017).Setelah
dikumpulkan lumpur tinja tersebut memasuki proses pemekatan (thickening), banyak teknologi yang
digunakan untuk melakukan proses pemekatan ini antara lain menggunakan mesin thickener untuk
memisahkan zat padat dan cair, tangki Imhoff yang merupakan sebuah bangunan bak pengendap yang
digunakan untuk memisahkan zat padat dengan cairan, sekaligus sebagai alat pengurai dari zat organik yang
terdapat dalam lumpur yang sudah dipisahkan melalui proses anaerobic, proses anerobic ini terjadi karena
ada bakteri yang bersifat anerobic. Proses yang terjadi pada tangki Imhoff ini berlangsung cukup lambat
berkisar satu minggu hingga satu bulan, tetapi pada negara tropis seperti Indonesia bisa terjadi lebih cepat
berkisar satu hingga tujuh hari. Selain tangki Imhoff ada teknologi Solids Separasion Chamber (SSC) dan
Drying Area (DA) yang memanfaatkan sinar matahari untuk pengeringan dan penyinaran (Putri,2015)

Lumpur tinja yang telah melewati proses pemekatan akan menuju proses stabilisasi, proses ini
biasanya dilakukan pada kolam sedimentasi yang dibagi menjadi tiga yaitu kolam anaerobic, kolam
fakultatif, dan kolam maturasi. Pada masing-masing kolam tersebut lumpur tinja mengalami proses yang
berbeda-beda pula seperti pada kolam anaerobic berfungsi untuk menguraikan kandungan zat organic
(BOD) dan padatan tersuspensi (SS) dengan tanpa oksigen atau secara anaerob. Kolam yang kedua adalah
kolam fakultatif berfungsi untuk menguraikan dan menurunkan konsentrasi bahan organik yang ada di
dalam limbah yang telah diolah pada Kolam Anaerobik. Proses yang terjadi pada kolam ini adalah
campuran antara proses anaerob dan aerob. Di dalam sistem Kolam Fakultatif, air limbah berada pada
kondisi aerobik dan anaerobik pada waktu yang bersamaan. Zona aerobik terdapat pada lapisan atas atau
permukaan sedangkan zona anaerobik berada pada lapisan bawah atau dasar kolam. Waktu tinggal lumpur
tinja di dalam Kolam fakultatif berkisar enam sampai sepuluh hari. Kemudian dilanjutkan dengan kolam
maturasi digunakan untuk mengolah air limbah yang berasal dari Kolam fakultatif dan biasanya disebut
sebagai kolam pematangan. Kolam ini merupakan rangkaian akhir dari proses pengolahan aerobik air
limbah sehingga dapat menurunkan konsentrasi padatan tersuspensi (SS) dan BOD yang masih tersisa
didalamnya. Fungsi utama Kolam Maturasi adalah untuk menghilangkan mikroba patogen yang berada di
dalam limbah melalui perubahan kondisi yang berlangsung dengan cepat serta pH yang tinggi .Selain terjadi
pada kolam sedimentasi proses stabilisasi bias juga dilakukan menggunakan teknologi Anaerobic Baffled
Reactor (ABR) dan Anaerobic Baffled Filter (ABF). Proses yang terakhir yang akan dialami lumpur tinja
pada IPLT adalah proses pengeringan, proses ini berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang sudah
melewati proses stabilisasi sebelumnya, pengeringan ini menggunakan bantuan sinar matahari dan angina
dengan harapan kadar air pada lumpur akan berkurang. Lumpur tinja yang sudah melewati proses ini dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk kompos (Putri,2015).Tidak semua lumpur yang telah distabilisasi menuju
proses pengeringan ada beberapa IPLT yang tidak mengalokasikan semua lumpur tinja hasil stabilisasi ke
proses pengeringan, ada yang langsung membuangnya ke lingkungan karena sudah tidak mengandung
bahan-bahan berbahaya seperti IPLT Suwung.

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Suwung memiliki kapasitas pengolahan sebesar 400m3
per hari yang melayani area Kota Denpasar dan Badung (Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian
Pekerjaan Umum, 2015). Sebelum tiba di IPLT lumpur tinja tersebut diambil dari tangki septik atau cubluk
pada rumah atau tempat tertentu kemudian diangkut ke IPLT menggunakan truk tinja.Pengolahan lumpur
tinja pada IPLT ini merupakan proses lanjutan dari pengolahan lumpur tinja yang telah terjadi di tangki
septik atau cubluk, proses pengolahan lanjutan ini diperlukan untuk mempersiapkan lumpur tinja agar aman
sebelum dibuang ke lingkungan atau dimanfaatkan kembali menjadi pupuk kompos (Oktarina,2013).
Pengolahan lumpur tinja pada IPLT Suwung dimulai dari tangki penerima lumpur terpadu yang terdiri dari
screen , penangkap pasir dan pemisah lemak, dengan sistem pencucian yang akan mengurangi bau dari
lumpur tinja, dalam tangki ini lumpur tinja disaring dari kotoran-kotoran lainnya agar lumpur tinja dapat
melewati proses selanjutnya dengan baik. Kemudian proses selanjutnya yang akan dijalani oleh lumpur
tinja yang sudah disaring dari kotoran-kotoran lainnya adalah proses pemekatan, proses pemekatan pada
IPLT Suwung menggunakan alat thickener untuk melakukan pemisahan padatan dan cairan pada lumpur
tinja, jenis thickener yang digunakan adalah Gravity sludge thickener yang berupa tangki yang berbentuk
lingkaran yang pada bagian dasarnya dilengkapi bak pengumpul lumpur (scraper). Lumpur tinja yang
memasuki bak ini akan mengalami gravitasi sehingga padatan lumpur akan memasuki scaper dan
memasuki pipa pembuangan (Ditjen Cipta Karya,2013) . Tahapan selanjutnya dalah proses stabilisasi,
proses ini dilakukan dengan dua komponen utama yaitu Anaerobic Baffled Reactor (ABR) yang berfungsi
mengendapkan padatan dan menyisihkan material organic dalam satu system komponen ini terdiri dari
empat unit parallel yang masing-masing dengan ruang pengendap dan lima kompartemen. Lumpur yang
terendap dikuras secara periodik dengan pompa lumpur dan selanjutnya dikeringkan di mesin pengering
lumpur. Komponen yang kedua adalah Biofilter Aerobik yang dilengkapi dengan media filter sarang tawon
dan untuk suplai oksigen digunakan rangkaian diffuser. Air efluen dialirkan ke saluran efluen IPAL, untuk
selanjutnya disalurkan ke saluran menuju Teluk Benoa (Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian
Pekerjaan Umum, 2015). Pada IPLT suwung ini hasil pengolahan lumpur tinja dibagi menjadi dua yaitu
hasil lumpur yang sudah di stabilisasi dikeringkan kemudian dapat dimanfaatkan kembali menjadi pupuk
kompos dan disalurkan ke saluran efluen IPAL DSDP yang bermuara di Teluk Benoa yang artinya hasil
pengolahan limbah tinja ini dibuang ke lingkungan. Pembuangan hasil pengolahan lumpur tinja ini sudah
aman dikarenakan lumpur tinja tersebut sudah tidak mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi
lingkungan sekitar.

Daftar Pustaka

Direktorat Jendral Cipta Karya .(2013). Buku A Panduan Perencanaan Teknik Terinci Bangunan
Pengolahan Lumpur Tinja. Jakarta

Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum. (2015). Buletin Cipta Karya Edisi
11/Tahun XIII tentang Karya Cipta Infrastuktur Permukiman.

Hanjaya, I G G. 2017. Laporan Survei Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Dan Intaslasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT). Fakultas Teknik Universitas Udayana. Bali.

Oktarina, D., Haki, H. 2013. Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja dengan Sistem Kolam Kota
Palembang, Studi Kasus: IPLT Sukawinatan. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, Vol. 1, No. 1, Hal. 74-
79.

Putri, C N. 2015. Kajian Implementasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Di Indonesia. Fakultas Teknik
Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai