Anda di halaman 1dari 10

IPLT SEWON

latar
belakang

Pengolahan air limbah Kawasan Perkotaan Yogyakarta terbagi menjadi 2 sistem.


Yaitu SPALDT berupa sistem terpusat yang terdiri dari jaringan perpipaan dan
pengolahan di IPAL Sewon serta sisanya dilayani melalui SPALDS berupa tangki
septic individu. Pelayanan pengelolaan air limbah di KPY ini melalui jaringan
terpusat baru sekitar 10% sedangkan sisanya melalui SPALDS dan komunal.
SPALDS masih menghasilkan lumpur tinja yang memerlukan pengolahan lebih
lanjut yaitu di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan bangunan pengolahan
khusus lumpur tinja sebelum dibuang ke lingkungan atau badan air. Pengolahan
lumpur tinja bertujuan untuk mengurangi dampak pencemaran terhadap
lingkungan. Untuk itu ketersediaan sarana prasarana perkotaan khususnya IPLT di
Kawasan Perkotaan Yogyakarta merupakan hal yang sangat mendesak.
Pembangunan IPLT Sewon pertama kali dibangun oleh Pemda Tk I D.I Yogyakarta
pada tahun 2014 berupa bak Imhof dan Anerobik I dengan kapasitas 25m3/hari.
Pada tahun 2014 Pemda DIY, mendapatkan bantuan alat Sludge Acceptance Plant
(SAP) dari pemerintah Jerman. Alat ini berfungsi sebagai penyaring sampah dan
pasir, dan selanjutnya pada tahun 2015 mendapat bantuan dari APBN untuk
membangun Kolam Anaerobik II, Kolam Fakultatif dan Kolam Maturasi,
ditargetkan kombinasi SAP dengan kolam stabilisasi akan meningkatkan kapasitas
IPLT menjadi 50m3/hari.
Pada Tahun 2018 dilaksanakan Optimalisasi IPLT sewon (APBN) dengan
menambahkan Alat Pemisah Lumpur Tinja (APLT) dan ditargetkan dapat
meningkatkan kapasitas menjadi 100m3/hari dengan ef luent yang sudah sesuai
dengan baku mutu Permen LHK No. 68 Tahun 2016.

1
dokumentasi
iplt sewon

2
Sludge Acceptance Plant (SAP)
Sebagai instalasi awal penerima lumpur tinja yang memiliki fungsi untuk
memisahkan padatan kasar seperti sampah dan pasir pada buangan lumpur tinja.
Alat ini masih dapat beroperasional dengan baik sesuai fungsi mesin, namun
belum memiliki fungsi untuk memisahkan kandungan lemak (grease) dari
buangan lumpur tinja.

3
Kolam Anaerobik 1
Kolam ini berfungsi untuk mereduksi bahan organik oleh bakteri pengurai secara
anaerob. Dimensi efektif bak 22 x 11 x 2,5 m3. Warna air pada kolam ini tampak
pekat karena kandungan lumpur yang masuk ke dalam kolam masih banyak dan
akan mengendap di dasar kolam.
Pada kolam ini ditunjang dengan 1 unit pompa penyedot lumpur untuk secara
berkala mengangkat endapan lumpur pada dasar kolam ke SDB. Pada permukaan
air pun tampak banyak terbentuk busa dan lapisan padatan yang disebabkan oleh
reaksi hasil penguraian bahan organik secara anaerob yang terikat oleh zat lemak
minyak yang turut masuk ke dalam kolam.

4
Kolam Anaerobik 2
Sebagai pengolahan lanjutan dari kolam Anaerobik 1, kolam ini pun memiliki
fungsi proses yang sama yaitu untuk menguraikan bahan organik dalam air limbah
oleh bakteri anaerob. Dimensi efektif kolam dimana berbentuk limas terpancung
karena adanya slope/kemiringan di sekeliling dindingnya, maka pada luas
permukaan atas 16 x 8 m2, luas dasar 10,4 x 2,4 m2, dan kedalaman 2,5 m,
sehingga volume efektifnya sebesar 174,57 m3.
Warna air pada kolam ini tampak lebih cerah jika dibandingkan pada kolam
anaerobik 1, karena kandungan lumpur air limbah sudah banyak terendapkan di
kolam anaerobik 1 sehingga cairan yang teralirkan hingga ke kolam anaerobik 2 ini
lebih encer namun masih mengandung cukup banyak lumpur organik.

5
Kolam Fakultatif
Kedalaman efektif pada kolam ini lebih rendah jika dibandingkan kolam anaerobik
1 dan 2, yang berfungsi untuk menguraikan kandungan bahan organik secara
aerobik pada permukaan airnya dan anaerobik pada bagian dasar kolam, dimana
kedua proses tersebut terjadi pada saat yang bersamaan. Dimensi efektif kolam
yang berbentuk limas terpancung memiliki luas permukaan atas 22,75 x 13,1 m2,
luas dasar 19,5 x 9,5 m2, dan kedalaman 1,5 m, sehingga volume efektifnya sebesar
356,4 m3.

6
Kolam Maturasi
Berfungsi untuk mengurangi kandungan coliform secara aerobik dengan bantuan
sinar matahari. Dimensi efektif kolam yang berbentuk limas terpancung memiliki
luas permukaan atas 18 x 9 m2, luas dasar 14,4 x 5,4 m2, dan kedalaman 1,5 m,
sehingga volume efektifnya sebesar 176 m3.

7
optimalisasi
iplt

8
target
optimalisasi

Hasil Ef luent dari APLT

Alat Pemisah Lumpur Tinja (APLT)


Penambahan APLT dengan kapasitas 100m³/hari dengan hasil buangan sudah
memenuhi baku mutu buangan air limbah domestik yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai