Anda di halaman 1dari 68

Metode Strut and Tie

Berdasarkan SNI 2847:2019

Dr.-Ing. Ir. Andreas Triwiyono


Dr.-Ing. Ir. Djoko Sulistyo
Outline
1. Pendahuluan
2. Pembagian Daerah B dan Daerah D pada
Struktur Beton
3. Prosedur Perancangan Metode Strut and Tie
a. Pemodelan Rangka Batang
b. Kekuatan Desain Strut, Tie dan Zona Nodal
4. Beberapa Contoh (Bpk. Dr.-Ing.Ir. Djoko
Sulistyo)
1. Pendahuluan

• Metode Strut and Tie adalah sebuah model struktur


rangka suatu komponen struktur (kategori D-Region)

• Struktur rangka terdiri dari batang-batang tekan (Strut)


dan batang-batang tarik (Tie), yang terhubung pada nodal

• Batang-batang ini meneruskan beban-beban (terfaktor)


ke titik-titik tumpuan atau ke B-Region di dekatnya

• Model ini diperkenalkan oleh Ritter (1899) dan Mörch


(1909), kemudian Schlaich et al. (1987) memperkenalkan
kembali konsep ini sebagain dasar penggunaan model
sekarang ini.
Dalam SNI 2847:2019 Pasal 23:
Metode Strut and Tie adalah sebuah model struktur
rangka dari suatu komponen atau dari sebuah D-Region
yang didasarkan pada asumsi dapat dianalisis dan
dirancang menggunakan sambungan sendi (pin jointed)
rangka batang yang terdiri dari strut dan tie yang
terhubung pada nodal.

Metode strut and tie harus mampu mentransfer semua


beban terfaktor ke tumpuan atau daerah B yang
berdekatan.
Metode Strut and Tie

SNI 2847: 2013 SNI 2847: 2019


ACI 318-11 ACI 318-14

• Lampiran A • Pasal 23
• Standar • Standar dan Penjelasan
• Istilah “Model Strut dan Tie”
• Istilah “Metode Strat dan
pengikat” • Pasal ini digunakan untuk
desain komponen struktur
• Diizinkan untuk mendesain bila beban atau
komponen struktur beton, diskontinuitas geometri
menyebabkan distribusi
atau daerah D dengan nonlinear pada regangan
memodelkan sebagai truss longitudinal
• Kekuatan nominal: Fn • Kekuatan nominal: Fns, Fnt,
Fnn
Standar yang mencantumkan Metode Strut
and Tie a.l.:
CEB Model Code (1990)
CSA A23.3 – 1994
AASHTO LRFD Spec. – 1994
Eurocode 2 – 2001
DIN 1045 – 2001
AS3600-2009
ACI 318 – 2002 (Appendix A)
SNI 2847: 2013 (Appendiks A)
SNI 2847: 2019, Pasal 23
Aplikasi Model Strut dan Tie

a) Diskontinuitas geometri b) Diskontinuitas geometri dan beban

Daerah-D (D-region, disturb region, diskontinuitas)


Deep Beam

Distibusi Tegangan Tarik

Distibusi Tegangan Tekan


Deep Beam
Beam with Opening
Corbel

Dapped End Beam


Condeep-Plattform Sleipner-A, Norwegia

Terlalu pendek

(Beton- und Stahlbetonbau H.88 1993)


2. Pembagian Daerah D dan Daerah B
e-

NA

e+

B-Region: Regangan pada


baja tulangan dan beton
terdistribusi linier/berbanding
lurus dengan jaraknya dari
sumbu netral)
(B ~ Beam, Bending,
Bernoulli)
D-Region: daerah diskontinyu, akibat beban/tumpuan, ganguan gaya
geser → asumsi penampang bidang tidak berlaku
(D ~ Disturb, Discontinue)
h h

h h

Daerah B Prinsip
Bagian ini dapat direncanakan St. Venant
dengan cara ´Standar´

Daerah D
Distribusi Regangan → Non-Linier
Bagian ini tidak dapat direncanakan
dengan model Strut dan Tie
3. Prosedur Perancangan Metode Strut and Tie
3a. Pemodelan Strut and Tie

1. Menemukan dan memisahkan D


setiap daerah-D D B

2. Menghitung gaya resultan pada


setiap batas daerah-D) D
D

3. Memilih STM yang paling sesuai

Sumbu strut dan tie dipilih kira-kira berhimpit dengan


sumbu medan tekan dan tarik
3. Prosedur Perancangan Metode Strut and Tie
3a. Pemodelan Strut and Tie

STM dapat ditentukan berdasarkan:


1. load path method (metoda alur beban/gaya)
2. trayektori tegangan dari analisis linier elastik
3. pemilihan dari bentuk2 standar yang sudah ada
4. Metode optimasi topologi struktur secara evolusi
(dengan bantuan software)
1. Load path method (metoda alur beban/gaya)

21
2. Trayektori tegangan dari analisis linier elastik

Balok Tinggi

22
(2) trayektori tegangan dari analisis linier elastik

Truss model yang


diperhalus (refine)
kadang-kadang
menjadi statis tak
tentu….

23
(2) trayektori tegangan dari analisis linier elastik

24
(2) trayektori tegangan dari analisis linier elastik

25
(2) trayektori tegangan dari analisis linier elastik

26
3.b. Kekuatan Strut, Tie dan Nodal
Setelah dilakukan pemilihan model Strut and Tie yang
sesuai (langkah 1-3), dilanjutkan dengan:

4. Menghitung gaya-gaya pada batang tekan (strut) dan


tarik (tie) untuk mentransfer gaya resultan melintasi
daerah-D.

5. Merancang strut, tie, dan zona nodal. Lebar dari strut


dan zona nodal ditentukan dengan mempertimbangkan
kekuatan beton efektif yang didefinisikan dalam SNI
2847:2019 Pasal 23.4.3 dan 23.9.2. Tulangan diberikan
sebagai pengikat dengan mempertimbangkan kekuatan
baja yang ditentukan dalam 23.7.2. Tulangan harus
diletakan di dalam atau di luar zona nodal.
3.b. Kekuatan Strut, Tie dan Nodal

Untuk setiap kombinasi beban terfaktor, kekuatan desain


setiap struts, ties, dan zona nodal harus memenuhi ɸSn ≥ U:

a. Strut: f Fns  Fus


b. Tie: f Fnt  Fut
c. Zona nodal: f Fnn  Fun

Dengan:
Fu : gaya pada strut (s) atau tie (t), atau gaya pada
permukaan (n)
ttk nodal, akibat beban terfaktor.
Fn : kuat nominal dari strut (s), tie (t) atau zona nodal (n)
f : faktor reduksi kekuatan (f = 0,75)
3.b. Kekuatan Strut, Tie dan Nodal
3.b.1. Kekuatan tekan nominal Strut Fns:

Fns = fce Acs tanpa tulangan longitudinal


Fns = fce Acs + As‘ fs‘ tanpa tulangan longitudinal

Acs : luas penampang lintang pada salah satu ujung strut. Sebagai lebar
batang strut ws untuk menghitung Acs, diambil nilai terkecil tegak lurus
pada batang tekan tsb.
fce : kuat tekan efektif pada strut atau pada titik nodal

Gambar R23.4.3 – Strut Retak Tulangan


tarik
berbentuk botol:
(a) retakan dari strut 2 Penopang

berbentuk botol; dan 1


(b) model strut dan tie
2
berbentuk botol 1

Lebar manfaat Ac
(a) (b)

29
C2

C1

C1 wnt T wt

C3
C2
(i) Geometri
(ii) Gaya tarik terjangkar oleh pelat

lanc, lihat
R23.8.2 C1

Penampang kritis
untuk penyaluran
C2 tulangan ikat

(iii) Gaya tarik terjangkar karena penanaman/lekatan

Nodal hidrostatik
lb

C lanc, lihat R23.8.2


(i) Satu lapis
tulangan

Ws =Wt cos θ + lb sin θ Ws =Wt cos θ + lb sin θ

Wt cos θ Wt cos θ

C lb sin θ
lb sin θ

Per panjan gan


zona noda l

Perpanjangan Wt T
zona nodal
Wt = 2Cb T Zona
nod al
Cb Zona nodal θ θ
l Penampang kritis
lb b untuk penyaluran
C tulangan ikat
C lanc, lihat R23.8.2 lanc , lihat R23.8.2
(i) Satu lapis (ii) Distribusi tulangan
rangkap
tulangan

Ws =Wt cos θ + lb sin θ

W cos θ
Zona
C
nodal yang
t

dibentangkan menunjukkan
efek
l sin θ
distribusi gaya
b
3.b. Kekuatan Strut, Tie dan Nodal
Kuat tekan efektif fce:

fce = 0,85. bs . fc`

Koefisien strut βs (Tabel 23.4.3) dan penjelasan

Penguatan strut
Gemetri dan lokasi strut βs Keterangan
silang
(a) Strut prismatik, blok
Struts dengan penampang seragam NA 1.0
persegi di daerah tekan
(b) Dengan tulangan
Memenuhi 23.5 0,75
Struts yang berlokasi di daerah sebuah komponen pengontrol retak
dimana lebar dari beton yang tertekan pada bagian
tengah bentang struts dapat bergerak kea rah Tidak memenuhi (c) Tanpa tulangan
0,60λ
lateral (struts dengan bentuk botol) 23.5 transversal

(d) Tarik sayap balok,


Struts yang terletak di komponen tarik atau di
NA 0,40 dinding gelagar box, dinding
daerah tarik komponen
secara umum
(e) Umum berbentuk kipas,
Kasus lainnya NA 0,60λ
medan diagonal daerah-B

32
Tulangan yang
melintang/melewati strut harus
memenuhi:
Sumbu

S ((Asi / (bssi)) sinαi) > 0,003


topangan

Batas
topangan Topangan

Distribusi tulangan harus α1


As1
dipasang tegak lurus dengan S2
sudut α1 dan α2 terhadap
α2
sumbu strut, atau pada satu
arah dengan sudut α1 As2

terhadap sumbu strut. Bila S1


tulangan dipasang hanya
pada satu arah, nilai α1 paling
tidak 40 derajat
3.b. Kekuatan Strut, Tie dan Nodal

3.b.2. Kekuatan tarik nominal Tie Fnt :

Fnt = Astfy + Atp(fse + Dfp)

dengan:
Ast : luas penampang baja tulangan
Atp : luas penampang baja prategang
(fse + Dfp) tidak boleh melebihi fpy

Δƒp boleh diambil sama dengan 420 MPa untuk tulangan


prategang dengan lekatan dan 70 MPa, atau lebih tinggi
boleh diambil jika dibenarkan dari analisis.

34
Sumbu
Sumbu
topangan
Strut
T

Ikatan
Tie

Zona Perpanjangan
nodal zona nodal

Tie
Ikatan Wt

l anc T

l anc

Titik berat dari tulangan tie harus sesuai dengan


sumbu tie yang diasumsikan pada model strut-and-tie.

Tulangan tie harus diangkur dengan alat mekanis, alat


angkur paska tarik, kait standar atau tulangan
panjang, atau tulangan lurus yang dteruskan
3.b. Kekuatan Desaian Strut, Tie dan Nodal
3.b.3. Kekuatan nominal Zona Nodal Fnn :

Fnn = fceAnz
dengan:
fce : kekuatan tekan efektif beton di daerah zona nodal
Anz : luas penampang pada zona nodal, diambil tegak
lurus pada garis kerja Fu

Kekuatan tekan efektif beton: fce = 0,85bn fc`


Konfigurasi zona nodal βn Keterangan
Zona nodal yang dibatasi oleh strut, area
1,0 (a) C-C-C node
tumpuan atau keduanya
Zona nodal yang mengangkurkan satu tie 0,80 (b) C-C-T node
Zona nodal yang mengangkurkan dua atau
0,60 (c) C-T-T node
lebih ties
C2
C C
T
C1

C T
C1 wnt T wt

C3
C C
C2
(i) Geometri (i) Nodal C-C-C (ii) Nodal C-C-T (iii)
(ii) Gaya tarik terjangkar oleh pelat
C C
lanc, lihat T
C
R23.8.2 C1
C T

T
T

C C
Penampang kritis
untuk penyaluran C-C-C
(i) Nodal (ii) Nodal C-C-T (iii) Nodal C-T-T
C2 tulangan ikat

(iii) Gaya tarik terjangkar karena penanaman/lekatan Penggolongan simpul

Simpul hidrostatik
Terima kasih
CONTOH PERANCANGAN BALOK TINGGI DAN KORBEL
MENGGUNAKAN MODEL STRUT AND TIE
MENURUT SNI 2847:2019 Pasal 23

Oleh:
Dr.-Ing. Ir. Andrea Triwiyono (andreas.triwiyono@ugm.ac.id)
Dr.-Ing. Ir. Djoko Sulistyo (djokosulistyo@ugm.ac.id)
1
CONTOH 1: BALOK TINGGI

BALOK TINGGI DENGAN BEBAN DI ATAS

Trayektori tegangan Distribusi tegangan


utama pada kondisi sx dan sy Model Strut & Tie
elastik 2
CONTOH 1: BALOK TINGGI

BALOK TINGGI DENGAN BEBAN DI BAWAH

Trayektori tegangan Distribusi tegangan


utama pada kondisi sx dan sy Model Strut & Tie
elastik 3
CONTOH 1: BALOK TINGGI

Sebuah balok tinggi menerima beban terpusat sbb.:


P P
2000 mm 2000 mm 2000 mm

2000 mm

A
6000 mm
500 mm
400 mm
400 mm Semua bearing plate 450 mm x 500 mm Potongan A-A

Beban: PDL = 800 kN PLL = 400 kN


Bahan: Beton f`c = 25 MPa Baja tulangan fy = 420 MPa
4
CONTOH 1: BALOK TINGGI

Digunakan Model Strut & Tie sederhana sbb.:

P P
2000 mm 2000 mm 2000 mm

B C

2000 mm

A D

A
6000 mm
500 mm

400 mm
400 mm Potongan A-A

Batang tekan (STRUT) : AB, BC dan CD


Batang tarik (TIE) : AD
Node : A & D (CCT Node), B & C (CCC Node)
5
CONTOH 1: BALOK TINGGI

1. Dihitung beban terfaktor:


Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL = 1,2 . 800 + 1,6 . 400 = 1600 kN
Reaksi Tumpuan Ru = Pu = 1600 kN

2. Dihitung Bearing Capacity pada landasan (bearing plate) beban dan tumpuan:
Di bawah beban P:
Bearing strength = f . 0,85 . f`c . bn . Ac
(CCC Node) = 0,75 . 0,85 . 25 . 1,0 . (450.500)
= 3.586.000N = 3.586kN > Pu = 1600kN OK!
Pada tumpuan:
Bearing strength = f . 0,85 . f`c . bn . Ac
(CCT Node) = 0,75 . 0,85 . 25 . 0,8 . (450.500)
= 2.868.000N = 2.868kN > Ru = 1600kN OK!

6
CONTOH 1: BALOK TINGGI

3. Ditentukan daerah-daerah D; dan dihitung gaya dan dimensi batang-batang:


Seluruh wilayah balok tersebut adalah `disturbed region` → seluruhnya daerah D.
Karena bentuk & beban simetrik, cukup ditinjau setengah bentang (mis. sebelah kiri) saja.

7
CONTOH 1: BALOK TINGGI

Posisi horisontal dari titik Nodal A dan B mudah untuk ditentukan, yaitu tepat di atas
pusat tumpuan dan tepat di bawah pusat beban. Sedang posisi vertikalnya harus
diperkirakan atau dihitung.

Kuat rencana Strut BC harus lebih besar atau sama dengan gaya batang BC (akibat
beban terfaktor Pu):
f Fns,BC = f f`ce . Ac = f . (0,85.bs.f`c) . (b.ws)  Fu,BC
dengan bs = 1,0 (prismatic strut)

bs =1,0
ws
(prismatic strut)

wt

8
CONTOH 1: BALOK TINGGI

Analog untuk Tie AD:


f Fnt,AD = f fy . Ast  Fu,AD

Selain itu, batang tarik ini harus dijangkar dg cukup di titik nodal A:
f Fnn,AD = f f`cu . Ac = f . (0,85.bn.f`c) . (b.wt)  Fu,AD wt FAD

dengan bn = 0,8 (titik nodal dengan satu batang tarik, CCT)

ws

wt

9
CONTOH 1: BALOK TINGGI

Dengan menetapkan bahwa kuat rencana = kuat perlu, dan karena gaya-gaya dari momen kopel
harus sama (FBC = - FAD, beda di nilai b) ,
f . (0,85.bs.f`c) . (b.ws) = f . (0,85.bn.f`c) . (b.wt) → f . (0,85.1,0.f`c) . (b.ws) = f . (0,85.0,8.f`c) . (b.wt)
maka wt = 1,25 ws .
Sehingga lengan momen menjadi: jd = 2000 – ws/2 – wt/2
= 2000 – 1,125 ws

SMA = 1600.2000 = 32.105 kN.mm


Juga berlaku: SMA = FBC . jd
ws
Dengan nilai jd di atas dan FBC di muka:
f . (0,85.bn.f`c) . (b.1,25ws) = 2000 – 1,125. ws
diperoleh: ws = 231 mm,
sehingga: wt = 1,25 . ws = 288 mm
wt

Ini adalah nilai-nilai batas (minimum),


agar lebih aman diambil: ws = 240 mm dan wt = 300 mm
Sehingga: jd = 2000 – 240/2 – 300/2 = 1730 mm 10
CONTOH 1: BALOK TINGGI

Didapat Model Strut & Tie dengan bentuk dan dimensi sbb:

ws=240mm

1730mm
wt=300mm

11
CONTOH 1: BALOK TINGGI

Sehingga dapat dihitung: Fu,BC = Fu,AD = 1600 . 2000 / 1730 = 1850 kN


Kontrol kapasitas Strut BC:
f Fns,BC = f . (0,85.bs.f`c) . (b.ws)
= 0,75 . (0,85 . 1,0 . 25/1000) . (500 . 240)
= 1912 kN > 1850 kN OK.

4. Hitungan kebutuhan tulangan:


Syarat : f Fnt,AD = f f`y . Ast  Fu,AD = 1850 kN
Jadi : Ast  (1850.1000) / (0,75.420) = 5873 mm2
Dipasang 2 lapis tulangan, masing-masing 6 buah tulangan diam.25mm (total 12D25)
= 12 x 490,625 mm2 = 5887.5 mm2 > 5873 mm2 , OK.
Kapasitas batang tarik AD: f Fnt,AD = f f`y . Ast = 0,75 . 420/1000 .5887,5
= 1854,5 kN > 1850 kN OK.
Pusat berat tulangan harus berada di wt/2 = 150 mm dari sisi bawah
(tulg.lapis bawah berada di 100 mm dari tepi bawah, jarak antar lapis 100mm).
12
CONTOH 1: BALOK TINGGI

5. Dihitung gaya pada Strut diagonal AB dan diperiksa kapasitasnya:


tan q = 1730/2000 → q = 40,9°
Jadi gaya pada Strut AB FAB = 1600 / sin q = 2447,5 kN
Lebar strut bag. atas: wst = 450.sin q + 240.cos q = 476 mm
Lebar strut bag. bawah: wsb = 450.sin q + 300.cos q = 521 mm
Digunakan lebar strut ws,AB = 476 mm (yg terkecil)
Gaya pada Strut AB:
Fu,AB = 1850 / Cos 40,9 = 2447,5 kN
Dianggap digunakan cukup tulangan
(melintang) untuk mencegah retak,
sehingga dapat digunakan: bs = 0,75
Kapasitas Strut AB:
f Fns,AB = f f`cu . Ac = f . (0,85.bs.f`c) . (b.ws)

= 0,75. (0,85.0,75.25/1000).(500.476)
= 2885 kN > 2447,5 kN OK! 13
CONTOH 1: BALOK TINGGI

6. Tulangan minimum dan tulangan untuk bottle-shaped-strut:


Pada arah horisontal dan vertikal dipasang tulangan dia.12 mm jarak 200 mm pkp pada masing-
masing permukaan:
rv = rh = 2 . 113 / (500.200) = 0,00226
Sr.sin g = 0,00226. sin 40,9 + 0,00226. sin 49,1 = 0,0032 > 0,003 OK!

14
CONTOH 1: BALOK TINGGI

7. Gambar penulangan:

P P
2000 mm 2000 mm 2000 mm

dia.12 - 200

dia.12 - 200
400 mm

2 x 6 dia. 25

10

10

6000 mm 500 mm

400 mm 400 mm

15
CONTOH 1: BALOK TINGGI

Perbandingan hasil dengan cara konvensional (Park & Paulay, 1975):


Momen lentur max = 1600 x 3 – 1600 x 1 = 3200 kNm
l/h = 6000/2000 = 3 > 2 (di luar batas deep beam menurut Park & Paulay)
Lengan momen = 0,2*(6000+2*2000) = 2000mm = 2m
Gaya tarik (T) = 3200/2 = 1600 kN
Kebutuhan tulangan = 1600000/420 = 3809,5 mm2 → digunakan 8D25

Pendekatan sebagai balok biasa:


Lengan momen internal jd = 1754,6 mm2
Kebutuhan tulangan =4824,75mm2 → digunakan 10D25

16
CONTOH 2: KORBEL
100 mm

Vu = 250 kN A single corbel projecting from a 350 mm x


Hu = 50 kN 350 mm column is to be designed to support
precast beam reaction forces at 100 mm
225 mm
450 mm from the face of the column. The factored
225 mm vertical load to be carried is 250 kN and
horizontal load is 50 kN
225 mm
Column
350 x 350 The concrete strength is 35 MPa (normal
350 mm
density), and the yield strength of
Bearing reinforcement is taken as 420 MPa.
350 mm

Plate

17
CONTOH 2: KORBEL

Tahapan penyelesaian:
1. Menentukan dimensi bearing plate
2. Memilih dan menetapkan strut-and-tie-model (STM)
3. Menghitung gaya-gaya batang pada STM
4. Kontrol tegangan pada titik2 nodal dan batang2 desak
5. Hitungan kebutuhan baja tulangan
6. Cek persyaratan tulangan minimum
7. Gambar penulangan

18
CONTOH 2: KORBEL

1. Menentukan dimensi bearing plate


Titik nodal di bawah bearing plate adalah jenis CCT → bn = 0,8.
Kuat desak efektif yang diijinkan adalah: f fce = 0,75.(0,85 . bn . fc‘ )
= 0,75.(0,85 . 0,80 . 35)
= 17,8 MPa
Dipilih bearing plate ukuran 300 mm x 150 x 13 mm,
luas plat Abp = 45.000 mm2

Tegangan yg terjadi di bawah bearing plate:


fc = 250.000/(45.000) = 5,56 MPa < f fce =17,8 MPa
Jadi dimensi bearing plate cukup dan dapat digunakan.

19
CONTOH 2: KORBEL

2. Memilih dan menetapkan STM


Dipilih STM seperti pada gambar berikut ini.

C
B

D A

D‘ 20
CONTOH 2: KORBEL

Untuk memperhitungkan eksentrisitas tak terduga dan toleransi pelaksanaan, posisi Vu


digeser 25 mm ke arah luar, sehingga jarak dari muka kolom menjadi 125 mm.
Batang tarik CB diasumsikan terdiri 1 lapis tulangan dengan lindungan beton setebal
40 mm, dan ditetapkan terletak 50 mm dr sisi atas konsol pendek.

10 mm
125 300
50 Batang tarik AD diletakkan tepat pada garis
Grs kerja resultan
horisontal melalui titik akhir kemiringan sisi bawah
50 mm B
C konsol.
Posisi batang desak DD‘ ditentukan dengan
d = 400 mm
menghitung lebarnya (ws), dengan cara menghitung
A momen dg titik putar pada titik nodal A
D

D‘
21
300 50
CONTOH 2: KORBEL

Momen thd titik A


= 250.000(300+125+10) + 50.000 (400)
= 128.750.000 Nmm 10 mm
Nilai ini sama dengan (Fu,DD‘ . (350 – 50 – ws/2)), 125mm
300
50

250kN
Grs kerja resultan
jadi:
Fu,DD‘ . (300 – ws/2) = 128.750.000 50 mm
50kN
B
(f . fce . b . ws) . (300 – ws/2) = 128.750.000 C

Titik nodal D adalah tipe CCT → bn = 0,8 d = 400 mm

Jadi:
A
(0,75 . (0,85 . 0,8 . 35) . 350 . ws) . (300 – ws/2) D
= 128.750.000
D‘
Didapat ws = 79 mm
300 50

22
CONTOH 2: KORBEL

3. Menghitung gaya-gaya batang pada STM


Gaya-gaya batang pada STM tersebut dapat dihitung dg metoda yang
lazim, misalnya dg cara keseimbangan gaya pada titik nodal atau
metoda potongan.
Diperoleh hasil sbb.:
Batang CD CB BD BA DA DD‘
Gaya (kN) -273 +159 -292 +245 +50 -495

4. Kontrol tegangan pada titik2 nodal ws = 79


Titik Nodal C (Type CCT): mm

Batang tarik CB diankur pada titik nodal tsb, shg harus dipenuhi syarat:
Fu,CB = f . fce . b . wt = f . (0,85 . bn . f‘c ). b . wt
159.000 = 0,75 . 0,85 . 0,8 . 35 . 350 . wt → wt = 25 mm

23
CONTOH 2: KORBEL

Titik Nodal D (CCT):


Lebar batang DD‘ (dg gaya desak terbesar), ws=79mm, sudah di hitung
berdasarkan tegangan desak effektif pada titik nodal D. Jadi titik nodal D sudah
terbukti mampu mendukung tegangan desak yg terjadi.

Batang Desak CD dan BD:


Batas tegangan pada batang2 desak tsb.:
f fcu = f . (0,85 . bs. fc‘) = 0,75 . (0,85 . 0,75 . 35) = 16,7 MPa
Lebar batang CD = Fu,CD /(f fce b) = 273.000 / (16,7.350) = 47 mm
Lebar batang BD = Fu,CD /(f fce b) = 292.000 / (16,7.350) = 50 mm
Ditetapkan lebar kedua batang desak 50 mm.

24
CONTOH 2: KORBEL

Dengan lebar batang-batang desak yg


ditetapkan, tampak pada gambar
disamping, bahwa lebar batang2 desak
tsb masih dapat diakomodasi di dalam
ukuran konsol yang ada.

25
CONTOH 2: KORBEL

5. Hitungan kebutuhan baja tulangan:

Batang tarik CB:


As,CB = Fu,CB / (f fy) = 159.000 / (0,75 . 420) = 505 mm2
Amin = 0,04 fc‘ / fy . b . d = 0,04 . 35/420 . 350 . 400 = 467 < 505 mm2 OK!
Digunakan tulangan: 4 dia. 13mm = 4 x 129 = 516 mm2

Batang tarik BA:


As,BA = Fu,BA / (f fy) = 245.000 / (0,75 . 420) = 778 mm2
4 dia 13 mm tsb di tekuk ke bawah dan dijangkar dg cukup,
ditambahkan tulangan 2 tulangan dia 13. Total 6 dia 13 = 774 mm2

Batang tarik DA:


As,DA = Fu,DA / (f fy) = 50.000 / (0,75 . 420) = 159 mm2.
Dipasang 2 dia 10mm 26
CONTOH 2: KORBEL

6. Cek persyaratan tulangan minimum :


According Appendix A, the minimum reinforcement provided must satisfy
Srvi sin gi  0,003 to be able to take bs as 0.75 for the diagonal struts, and the
minimum spacing for the vertical reinforcement is the smallest of 300 mm or
d/2.
In addition, the code requires closed stirrups or ties parallel to the
reinforcement required for tie CB to be uniformly distributed with 2/3 of the
effective depth adjacent to tie CB, i.e. 2/3 (400) = 267 mm; use 275 mm. The
area of these ties must exceed 0,5(As – An) , where An is the area of
reinforcement resisting the tensile force Nuc. Hence, the minimum area
required is

Try 3 No. 10 mm closed stirrups with average spacing of 275/3 = 92 mm.


27
CONTOH 2: KORBEL

Try 3 No. 10 mm closed stirrups with average spacing of 275/3 = 92 mm.

Since this amount of reinforcement satisfies both requirements, provide 3


No. 10 closed stirrups distributed over a depth of 275 mm from tie CB
with a concrete cover of 25 mm.

28
CONTOH 2: KORBEL

7. Gambar Penulangan :

29
CONTOH 2: KORBEL

TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

30

Anda mungkin juga menyukai