• Lampiran A • Pasal 23
• Standar • Standar dan Penjelasan
• Istilah “Model Strut dan Tie”
• Istilah “Metode Strat dan
pengikat” • Pasal ini digunakan untuk
desain komponen struktur
• Diizinkan untuk mendesain bila beban atau
komponen struktur beton, diskontinuitas geometri
menyebabkan distribusi
atau daerah D dengan nonlinear pada regangan
memodelkan sebagai truss longitudinal
• Kekuatan nominal: Fn • Kekuatan nominal: Fns, Fnt,
Fnn
Standar yang mencantumkan Metode Strut
and Tie a.l.:
CEB Model Code (1990)
CSA A23.3 – 1994
AASHTO LRFD Spec. – 1994
Eurocode 2 – 2001
DIN 1045 – 2001
AS3600-2009
ACI 318 – 2002 (Appendix A)
SNI 2847: 2013 (Appendiks A)
SNI 2847: 2019, Pasal 23
Aplikasi Model Strut dan Tie
Terlalu pendek
NA
e+
h h
Daerah B Prinsip
Bagian ini dapat direncanakan St. Venant
dengan cara ´Standar´
Daerah D
Distribusi Regangan → Non-Linier
Bagian ini tidak dapat direncanakan
dengan model Strut dan Tie
3. Prosedur Perancangan Metode Strut and Tie
3a. Pemodelan Strut and Tie
21
2. Trayektori tegangan dari analisis linier elastik
Balok Tinggi
22
(2) trayektori tegangan dari analisis linier elastik
23
(2) trayektori tegangan dari analisis linier elastik
24
(2) trayektori tegangan dari analisis linier elastik
25
(2) trayektori tegangan dari analisis linier elastik
26
3.b. Kekuatan Strut, Tie dan Nodal
Setelah dilakukan pemilihan model Strut and Tie yang
sesuai (langkah 1-3), dilanjutkan dengan:
Dengan:
Fu : gaya pada strut (s) atau tie (t), atau gaya pada
permukaan (n)
ttk nodal, akibat beban terfaktor.
Fn : kuat nominal dari strut (s), tie (t) atau zona nodal (n)
f : faktor reduksi kekuatan (f = 0,75)
3.b. Kekuatan Strut, Tie dan Nodal
3.b.1. Kekuatan tekan nominal Strut Fns:
Acs : luas penampang lintang pada salah satu ujung strut. Sebagai lebar
batang strut ws untuk menghitung Acs, diambil nilai terkecil tegak lurus
pada batang tekan tsb.
fce : kuat tekan efektif pada strut atau pada titik nodal
Lebar manfaat Ac
(a) (b)
29
C2
C1
C1 wnt T wt
C3
C2
(i) Geometri
(ii) Gaya tarik terjangkar oleh pelat
lanc, lihat
R23.8.2 C1
Penampang kritis
untuk penyaluran
C2 tulangan ikat
Nodal hidrostatik
lb
Wt cos θ Wt cos θ
C lb sin θ
lb sin θ
Perpanjangan Wt T
zona nodal
Wt = 2Cb T Zona
nod al
Cb Zona nodal θ θ
l Penampang kritis
lb b untuk penyaluran
C tulangan ikat
C lanc, lihat R23.8.2 lanc , lihat R23.8.2
(i) Satu lapis (ii) Distribusi tulangan
rangkap
tulangan
W cos θ
Zona
C
nodal yang
t
dibentangkan menunjukkan
efek
l sin θ
distribusi gaya
b
3.b. Kekuatan Strut, Tie dan Nodal
Kuat tekan efektif fce:
Penguatan strut
Gemetri dan lokasi strut βs Keterangan
silang
(a) Strut prismatik, blok
Struts dengan penampang seragam NA 1.0
persegi di daerah tekan
(b) Dengan tulangan
Memenuhi 23.5 0,75
Struts yang berlokasi di daerah sebuah komponen pengontrol retak
dimana lebar dari beton yang tertekan pada bagian
tengah bentang struts dapat bergerak kea rah Tidak memenuhi (c) Tanpa tulangan
0,60λ
lateral (struts dengan bentuk botol) 23.5 transversal
32
Tulangan yang
melintang/melewati strut harus
memenuhi:
Sumbu
Batas
topangan Topangan
dengan:
Ast : luas penampang baja tulangan
Atp : luas penampang baja prategang
(fse + Dfp) tidak boleh melebihi fpy
34
Sumbu
Sumbu
topangan
Strut
T
Ikatan
Tie
Zona Perpanjangan
nodal zona nodal
Tie
Ikatan Wt
l anc T
l anc
Fnn = fceAnz
dengan:
fce : kekuatan tekan efektif beton di daerah zona nodal
Anz : luas penampang pada zona nodal, diambil tegak
lurus pada garis kerja Fu
C T
C1 wnt T wt
C3
C C
C2
(i) Geometri (i) Nodal C-C-C (ii) Nodal C-C-T (iii)
(ii) Gaya tarik terjangkar oleh pelat
C C
lanc, lihat T
C
R23.8.2 C1
C T
T
T
C C
Penampang kritis
untuk penyaluran C-C-C
(i) Nodal (ii) Nodal C-C-T (iii) Nodal C-T-T
C2 tulangan ikat
Simpul hidrostatik
Terima kasih
CONTOH PERANCANGAN BALOK TINGGI DAN KORBEL
MENGGUNAKAN MODEL STRUT AND TIE
MENURUT SNI 2847:2019 Pasal 23
Oleh:
Dr.-Ing. Ir. Andrea Triwiyono (andreas.triwiyono@ugm.ac.id)
Dr.-Ing. Ir. Djoko Sulistyo (djokosulistyo@ugm.ac.id)
1
CONTOH 1: BALOK TINGGI
2000 mm
A
6000 mm
500 mm
400 mm
400 mm Semua bearing plate 450 mm x 500 mm Potongan A-A
P P
2000 mm 2000 mm 2000 mm
B C
2000 mm
A D
A
6000 mm
500 mm
400 mm
400 mm Potongan A-A
2. Dihitung Bearing Capacity pada landasan (bearing plate) beban dan tumpuan:
Di bawah beban P:
Bearing strength = f . 0,85 . f`c . bn . Ac
(CCC Node) = 0,75 . 0,85 . 25 . 1,0 . (450.500)
= 3.586.000N = 3.586kN > Pu = 1600kN OK!
Pada tumpuan:
Bearing strength = f . 0,85 . f`c . bn . Ac
(CCT Node) = 0,75 . 0,85 . 25 . 0,8 . (450.500)
= 2.868.000N = 2.868kN > Ru = 1600kN OK!
6
CONTOH 1: BALOK TINGGI
7
CONTOH 1: BALOK TINGGI
Posisi horisontal dari titik Nodal A dan B mudah untuk ditentukan, yaitu tepat di atas
pusat tumpuan dan tepat di bawah pusat beban. Sedang posisi vertikalnya harus
diperkirakan atau dihitung.
Kuat rencana Strut BC harus lebih besar atau sama dengan gaya batang BC (akibat
beban terfaktor Pu):
f Fns,BC = f f`ce . Ac = f . (0,85.bs.f`c) . (b.ws) Fu,BC
dengan bs = 1,0 (prismatic strut)
bs =1,0
ws
(prismatic strut)
wt
8
CONTOH 1: BALOK TINGGI
Selain itu, batang tarik ini harus dijangkar dg cukup di titik nodal A:
f Fnn,AD = f f`cu . Ac = f . (0,85.bn.f`c) . (b.wt) Fu,AD wt FAD
ws
wt
9
CONTOH 1: BALOK TINGGI
Dengan menetapkan bahwa kuat rencana = kuat perlu, dan karena gaya-gaya dari momen kopel
harus sama (FBC = - FAD, beda di nilai b) ,
f . (0,85.bs.f`c) . (b.ws) = f . (0,85.bn.f`c) . (b.wt) → f . (0,85.1,0.f`c) . (b.ws) = f . (0,85.0,8.f`c) . (b.wt)
maka wt = 1,25 ws .
Sehingga lengan momen menjadi: jd = 2000 – ws/2 – wt/2
= 2000 – 1,125 ws
Didapat Model Strut & Tie dengan bentuk dan dimensi sbb:
ws=240mm
1730mm
wt=300mm
11
CONTOH 1: BALOK TINGGI
= 0,75. (0,85.0,75.25/1000).(500.476)
= 2885 kN > 2447,5 kN OK! 13
CONTOH 1: BALOK TINGGI
14
CONTOH 1: BALOK TINGGI
7. Gambar penulangan:
P P
2000 mm 2000 mm 2000 mm
dia.12 - 200
dia.12 - 200
400 mm
2 x 6 dia. 25
10
10
6000 mm 500 mm
400 mm 400 mm
15
CONTOH 1: BALOK TINGGI
16
CONTOH 2: KORBEL
100 mm
Plate
17
CONTOH 2: KORBEL
Tahapan penyelesaian:
1. Menentukan dimensi bearing plate
2. Memilih dan menetapkan strut-and-tie-model (STM)
3. Menghitung gaya-gaya batang pada STM
4. Kontrol tegangan pada titik2 nodal dan batang2 desak
5. Hitungan kebutuhan baja tulangan
6. Cek persyaratan tulangan minimum
7. Gambar penulangan
18
CONTOH 2: KORBEL
19
CONTOH 2: KORBEL
C
B
D A
D‘ 20
CONTOH 2: KORBEL
10 mm
125 300
50 Batang tarik AD diletakkan tepat pada garis
Grs kerja resultan
horisontal melalui titik akhir kemiringan sisi bawah
50 mm B
C konsol.
Posisi batang desak DD‘ ditentukan dengan
d = 400 mm
menghitung lebarnya (ws), dengan cara menghitung
A momen dg titik putar pada titik nodal A
D
D‘
21
300 50
CONTOH 2: KORBEL
250kN
Grs kerja resultan
jadi:
Fu,DD‘ . (300 – ws/2) = 128.750.000 50 mm
50kN
B
(f . fce . b . ws) . (300 – ws/2) = 128.750.000 C
Jadi:
A
(0,75 . (0,85 . 0,8 . 35) . 350 . ws) . (300 – ws/2) D
= 128.750.000
D‘
Didapat ws = 79 mm
300 50
22
CONTOH 2: KORBEL
Batang tarik CB diankur pada titik nodal tsb, shg harus dipenuhi syarat:
Fu,CB = f . fce . b . wt = f . (0,85 . bn . f‘c ). b . wt
159.000 = 0,75 . 0,85 . 0,8 . 35 . 350 . wt → wt = 25 mm
23
CONTOH 2: KORBEL
24
CONTOH 2: KORBEL
25
CONTOH 2: KORBEL
28
CONTOH 2: KORBEL
7. Gambar Penulangan :
29
CONTOH 2: KORBEL
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT
30