Anda di halaman 1dari 7

STRUT and TIE MODEL SEBAGAI ALTERNATIF PERANCANGAN

STRUKTUR BETON BERTULANG


Yuzuar Afrizal
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bengkulu
Jl. W. R. Supratman, Kandang Limun, Bengkulu 38371, Telp (0736)344087, Ext.337
E-mail: yuzuar_s2ts03@yahoo.com

Abstract
Design of concrete structures according to the applicable standard is to use the principle of the
planning section of the load moment based on the principles of Bernoulli and Navier. Considered linear strain
distribution and is considered still valid even though cross-section has been cracked and the planning section
of the burden of a separate shear forces with the principle of Vc + Vs. The number of cases for the structural
elements that have a fairly complicated shape will cause a problem in its design. This happens to the elements
- structural elements such as high beam, corbel, beams with fairly abrupt changes in the dimensions, etc. This
is evident from the occurrence of non-linear strain distribution so that it can no longer planned in a standard
way. Planning is done sometimes only be approach with the regulations - regulations to existing standards,
although sometimes there is a significant difference, one alternative approach to deal with is using Strut and
Tie Model approach.

Keywords : Bernoulli's principle and Navier, Strut and Tie Model, D-Region, Region B-

1 . P ENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA

Strut and Tie method (STM) Metoda perencanaan standard yang


merupakan sebuah metode yang sedang ada dan biasa digunakan dalam
berkembang akhir- akhir ini di dunia merencanakan suatu balok seperti di atas
teknik sipil. Dunia perencana mulai dari adalah dengan menggunakan perencanaan
praktisi hingga akademisi mulai melirik penampang terhadap beban moment
penggunaan dari metode ini, disamping berdasarkan prinsip-prinsip Bernoulli dan
karena teori yang mendasari STM ini sudah Navier, sedangkan perencanaan penampang
dikenal sejak lama yaitu metoda rangka terhadap beban gaya geser dengan prinsip
batang dan kepraktisan yang menjadi Vc + Vs.
pertimbangan faktor lainnya.
Strut-and tie model adalah sebuah
model struktur rangka dari suatu elemen
struktural atau dari sebuah D-Region dalam
elemen tersebut, yang terdiri dari batang-
batang desak dan batang-batang tarik yang
terhubung pada titik-titik nodal, dan yang
mampu meneruskan beban-beban terfaktor
ke titik- titik tumpuan atau ke B-Region di
dekatnya (ACI 318-02 App. A).
Dalam penyelesaian dari STM ini
tidak hanya berupa satu hasil akhir yang
selalu tetap bagi masing–masing perencana,
melainkan memberikan hasil yang unik
dimana berarti hasil desain yang diperoleh Gambar 1 Balok Sederhana dengan Beban
dapat saja berbeda antara perencana satu Merata
dengan perencana lainnya. Hanya saja yang Pada analisis struktur, biasanya
membedakan berupa tingkat keefisienan digunakan asumsi Bernaulli yang
rencana yang ada, baik dari segi menyatakan bahwa penampang tetap datar
perhitungan maupun segi material perkuatan
tambahan yang akan digunakan sebagai selama deformasi. Dalam kenyataannya,
desain dalam STM tersebut. pada daerah kerja beban terpusat, tumpuan
atau di mana terdapat konsentrasi tegangan
yang besar, asumsi kondisi penampang tetap

Jurnal Volume 3 No. 1 Oktober 2011 25


datar pada saat deformasi ini, umumnya dengan Lubang
tidak berlaku. Penampang struktur terbagi-
bagi atas 2 tipe daerah, yakni daerah D dan
daerah B.
Daerah yang “tidak lagi datar”,
disebut daerah D (Disturbed atau
Gambar 5. Daerah B dan D pada balok T
Discontinuity). Pada daerah D ini luas D
dengan Beban Titik
dapat ditentukan dengan St. Venant’s
Principle. Perencanaannya menggunakan
Model Strut and Tie (STM).Sedangkan 2.1. Konsep Dasar Perencanaan STM
daerah di mana berlaku hukum Bernaulli, Konsep dasar yang digunakan dalam
disebut daerah B (Bending atau Bernaulli). merencanakan struktur menggunakan Strut
Pada daerah B ini tegangan dapat dicari and Tie Model (STM) ini menggunakan
dengan menggunakan momen lentur. idealisasi bahwa tegangan yang terjadi akan
Perencanaannya dapat menggunakan model dikonsepkan kedalam sistem truss yang ada
rangka batang atau juga Modified dimana perancangan batang desak (strut),
Compression Field (MCF). batang tarik (tie) dan titik nodal (nodal
zone) dalam STM harus didasarkan pada
prinsip kuat batas:
h ΦFn≥Fu………………………….…..(1)

Dengan:
Fu adalah gaya pada strut atau tie,
h L- h atau gaya yang bekerja pada salah satu
2h permukaan titik nodal, yang diakibatkan
oleh beban-beban terfaktor.
Pada gambar diatas terlihat jelas
Fn adalah kuat nominal dari strut, tie
bahwa untuk daerah balok bentang h dengan
keringgian h merupakan daerah Disturb atau titik nodal
dimana terjadi distribusi tegangan yang tidak υ adalah faktor reduksi kekuatan
linier dan ini tidak dapat direncanakan (menurutACI 318-2002: φ = 0,75).
seperti perencanaan standar yang biasa
digunakan. Prinsip St. Venant menyatakan 2.2. Perancangan Batang Desak (Strut)
bahwa derah tidak linier tersebut sejauh Bentuk-bentuk batang desak (strut):
ketinggian balok (h) dari letak 1. Prismatic Strut
terjadinya gangguan. Sedangkan bentang 2. Fan Strut
sisahnya (L-2h) merupakan daerah Bernaulli, 3. Bottle-shaped Strut
dimana distribusi tegangan yang terjadi linier
dan dapat direncanakan sesuai cara standar
yang biasa dipakai.

Gambar 6. Bentuk Batang Desak

Gambar 3. Daerah B dan D


Kuat desak nominal dari batang
desak tanpa tulangan memanjang harus
diambil diantara nilai terkecil dari pada
kedua ujung struts:
Gambar 4. Daerah B dab D pada Balok

Jurnal Volume 3 No. 1 Oktober 2011 26


Fns=fcu.Ac.……….……..(2) Pada persamaan kuat desak efektif:

Dengan: fcu = 0,85. ßs . fc‟……………(5)


Ac adalah luas penampang
lintang pada salah satu ujung Faktor/koefisien 0,85 adalah untuk
strut.fcu adalah nilai terkecil dari mempertimbangkan pengaruh beban desak
kuat desak efektif pada strut atau jangka panjang (seperti yg digunakan pd
pada titik nodal. Kuat desak standard untuk menghitung kuat nominal
efektif pada batang desak: penampang).
Faktor ßs adalah faktor konversi blok
fcu = 0,85. ßs . fc‟……………....(3) tegangan empat persegi panjang, seperti
yang digunakan pada hitungan lentur untuk
Dengan: balok atau kolom. Jadi faktor2 yang
ßs = 1,0 untuk strut dengan luas mempengaruhi kuat desak efektif adalah:
penampang konstant (prismatik) Pengaruh beban desak jangka
ßs = 0,75 untuk bottle-shape strut panjang
dengan tulangan melintang terhadap Retak-retak pada batang desak
sumbu memanjangnya menurut (retak longitudinal atau diagonal)
ACI 318-2002 App.A. 3.3 Ikatan (confinement) oleh volume
ßs = 0,60 untuk bottle-shape strut beton di sekeliling batang desak
tanpa tulangan melintang terhadap
sumbu memanjangnya menurut 2.3. Perancangan Batang Tarik (Tie)
ACI 318-2002 App.A. 3.3l adalah Kuat tarik nominal batang
faktor untuk tarik (tie):
memperhatikan penggunaan beton
ringan Fnt = Ast.fy+ Aps . (fse + ∆fp)……..(6)
ßs = 0,40 untuk strut di dalam
batang2/daerah2 sayap tarik. Dengan:
ßs = 0,60 untuk kasus lainnya Ast adalah luas penampang baja
tulangan
Aps dalah luas penampang baja
Jika digunakan nilai ßs = 0,75
prategang
(dengan tulangan) maka harus dipasang baja
(fse + ∆fp) harus melampaui nilai
tulangan melintang strut untuk menahan
gaya tarik tranversal yang terjadi akibat fpy
penyebaran (dianggap menyebar dengan Sumbu memanjang baja tulangan
perbandingan 2 memanjang : 1 melintang) harus dipasang tepat pada sumbu
gaya desak pada strut. memanjang batang tarik. Ujung-ujung
Untuk meningkatkan kekuatan strut batang tarik ini harus dijangkar:
dalam menahan gaya desak, dapat
ditambahkan tulangan memanjang dalam Dengan panjang penjangkaran
strut tsb. Baja tulangan ini harus dijangkar yang cukup, atau dengan
dengan sempurna, dipasang sejajar Angker mekanik khusus atau
dengan sumbu memanjang strut, terletak di angker post tensioning,
dalam daerah strut, dan jika perlu di beri
sengkang/begel di sekeliling tulangan2 ini. 2.4. Perancangan Titik Nodal
Untuk kasus ini kuat desak strut Kuat desak nominal daerah titik nodal:
(bertulangan) adalah:
Fnn = An . fcu……………….(7)
Fns=fcu.Ac+As`.Fs’…………….. (4)
Sebagai lebar batang desak (strut) Dengan:
ws yang diperlukan untuk menghitung luas fcu adalah kuat desak efektif
penampang Ac, diambil nilai terkecil tegak beton di daerah titik nodal
lurus pada ujung2 sumbu memanjang An adalah luas penampang
batang desak ybs. pada titik nodal, tempat gaya Fu

Jurnal Volume 3 No. 1 Oktober 2011 27


bekerja, diambil tegak lurus pada (4) T T T-Node:
garis kerja Fu.
Kuat desak efektif beton: T2
fcu = 0,85. ßn . fc‟…….(8)

Dengan
ßn = 1,0 untuk titik nodal yg T3 T1
dikelilingi
strut dan bearing area
ßn = 0,8 untuk titik nodal 3. METODOLOGI PENELITIAN
yang mempunyai satu batang tarik
ßn = 0,6 untuk titik nodal Analisis balok dengan elemen
yang mempunyai dua atau lebih solid Finite Element (analisis linear
batang tarik statistik):
Idealisasi gaya yang terjadi pada nodal: Tentukan arah tegangan utama Buat
(1) CCC-Node: Model STM mengikuti pola
penyebaran tegangan
C Integrasikan tegangan yang bekerja
2 pada tiap batang
Disain penampang menurut gaya
hasil integrasi tadi
C
1 3.1. Metoda Aliran Beban (Load Path)
C
3 Metode ini lebih sederhana jika
Dengan ßn = 1,0
dibandingkan dengan cara sebelumnya.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
(2) CCT-Node: 1. Cari gaya reaksi
2. Bagi beban yang bekerja pada daerah D
C ke dalam beberapa segmen sebagai
1 berikut:
a. Gantikan tegangan dengan
resultan gaya
T b. Untuk beban tidak simetrik
gunakan resultan gaya
3. Sediakan strut dan tie untuk
C membelokkan arah beban antara beban
2 dan reaksi
Dengan ßn = 0,8 4. Lokasi batang tarik harus
memperhitungkan selimut beton dan
(3) CTT-Node: jarak antar tulangan
5. Bila ada beberapa alternatif pola
T2
aliran beban, gunakan pola aliran beban
C
yang paling sederhana

T1 3.2 Model STM yang Sudah ada

Dengan ßn = 0,6 Pada suatu struktur, umumnya hanya


terdapat beberapa bentuk standar. Karena itu
dapat dibuat analisis yang mendetail untuk
menentukan model standar yang dapat
diterapkan pada bentuk yang sama dengan
ukuran yang berbeda. Standarisasi ini dapat
memudahkan pekerjaan seorang perencana
dan menghindari variasi penggunaan model
oleh perencana yang berbeda.

Jurnal Volume 3 No. 1 Oktober 2011 28


4. HASIL DAN PEMBAHASAN Luas plat Ac = 500 x 600 = 300000
mm2
Di sini akan dicontohkan satu Tegangan yg terjadi di bawah bearing
uraian perhitungan pada Deep Beam plate :
dengan beban terpusat seperti dibawah ini: fc= 1840000/(300000)= 6,13
MPa < υ fcu
Jadi dimensi bearing plate cukup
3000m 3000m dan dapat
m m digunakan.

3. Cek Bearing Capacity pada landasan


300 beban dan reaksi tumpuan:
0 Bearing strength
= υ . 0,85 . f`c . βn . Ac
600mm = 0,75.0,85.40/1000.1,0.(500.600)
6000m
= 7650 kN > Pu = 1840 kN OK!
400 m Bearing Plate 400m Pada tumpuan:
mm m Bearing strength
Diketahui : = υ . 0,85 . f`c . βn . Ac
PDL = 1000 kN ; PLL = 400 kN ; = 0,75.0,85.40/1000.0,8.(500.600)
f`c = 40 Mpa ; fy = 400 Mpa = 6120 kN > Ru = 920 kNOK!
Hitung kebutuhan tulangan yang diperlukan 4. Memilih dan menetapkan STM:
dengan menggunakan metode STM
300 300
Jawab : 0
Tahapan penyelesaian:
0

1. Menghitung beban terfaktor


Fab Fbc
2. Menentukan dimensi bearing plate
3. Cek bearing capacity pada landasan
beban dan reaksi tumpuan
600
4. Memilih dan menetapkan strut-
and-tie-model (STM) 920k 0 920k
5. Menentukan daerah D, perkiraan N N
Semua bearing plate 500 mm x 600
gaya-gaya, dan dimensi batang mm
6. Hitungan kebutuhan baja tulangan
7. Cek persyaratan tulangan minimum 5. Menentukan daerah D, perkiraan
8. Gambar penulangan gaya-gaya dan dimensi batang :
Uraian tahapan penyelesaian di atas a. Seluruh wilayah balok
tersebut adalah „disturbed
bila diuraikan akan seperti tahapan di bawah
region‟ (daerah D), karena
ini: simetris cukup ditinjau setengah
1. Menghitung beban terfaktor: bentang.
Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL b. Posisi horizontal dari titik nodal
= 1,2 . 1000 + 1,6 . 400 = 1840 A dan B mudah untuk
Reaksi Tumpuan Ru = Pu = 1840 kN ditentukan, yaitu tepat di atas
2. Menentukan dimensi bearing plate pusat tumpuan dan tepat di
Titik nodal di bawah bearing plate bawah pusat beban. Sedangkan
adalah jenis CCC Æ βn = 1,0. posisi vertikalnya harus
Kuat desak efektif yang diijinkan diperkirakan atau dihitung.
adalah: Misal diperkirakan titik-titik
υ fcu = 0,75.(0,85 . βn . fc„ ) nodal terletak 250 mm dari tepi
= 0,75.(0,85 . 1,0 balok.
. 40) c. Mencari gaya-gaya batang :
= 25,5 Keseimbangan di titik A
MPa
Dipilih bearing plate ukuran 500 mm
x 600 x 500 mm

Jurnal Volume 3 No. 1 Oktober 2011 29


7. Tulangan minimum dan tulangan
FAB Sin FAB
FAb untuk bottle shaped strut :
Pada arah horizontal dan vertikal
FAB Cos FAC
dipasang tulangan diameter 14 mm
jarak 200 mm pada masing-masing
permukaan.
ρv = ρh = 2 ⋅ 153 /(600 ⋅ 200) =
Ru
0,0026
V=0 Σρ sin= 0,0026 sin 39,806 + 0,0026 sin
50,194
0,0037 ≥ 0,003 ….Ok
8. Gambar Penulangan
H=0

d. Kontrol batang desak :


Tegangan desak efektif :
υ fcu = υ.(0,85.βs.fc‟)
= 0,75.(0,85.0,6.40)
= 15,3 Mpa
e. Lebar batang desak/strut:

5. KESIMPULAN

Dipakai Ws = 150mm Berdasarkan hasil pembahasan


dalam paper ini, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan antara
6. Menghitung kebutuhan baja tulangan: lain:
a. Analisis yang didasarkan pada
model Strut and Tie merupakan
metode yang rasional dan akan
Digunakan tulangan 6 D 30 = 6 x 706,9 = memberikan penulangan yang
424,1
efisien
Kapasitas batang tarik AC
b. Untuk mendapatkan perancangan
penulangan pada daerah Distrurb
perlu dibuat pemodelan yang
Batang tarik harus dijangkarkan cukup kuat
di titik nodal A bervariasi untuk mendapatkan
penulangan yang paling efisien,
ataupun menggunakan bentuk-
bentuk standar yang telah ada.

Wt=90,195mm
Dipakai Wt = 100mm, dimana pusat berat
tulangan berada pada Wt/2 = 50mm dari
sisi bawah

Jurnal Volume 3 No. 1 Oktober 2011 30


6. DAFTAR PUSTAKA

[1] ACI 318 – 2002 , “Building Code


Requirements for Structural Concrete”, ,
ACI, Farmington Hills Mi., 2002
[2] Hardjasaputra, H. dan Tumilar, S.,
“Model Penunjang dan Pengikat
Pada Perancangan Struktur Beton”,
Univ. Pelita Harapan Press, 2002
[3] Sulistyo.D., “Strut-And-Tie Model
Pada Perancangan Struktur Beton”,
Bahan Kuliah Topik Spesial, Struktur,
Pasca Sarjana, Gadjah Mada, 2004
[4] Konstruksi, No. 297- Februari-Maret
2001, “MegaKonstruksi.com”, updated
20 April 2001
[5] Tjen Tjhin, “Strut-and-TieResource
Web Site”, University of Illinois at
Urbana-Champaign Last update:30, May
2002
[6] C. C. Fu, “The Strut-And-Tie Model
of Concrete Structures”, Presented to
The Maryland State Highway
Administration , The BEST Center
University of Maryland, August
21, 2001.

Jurnal Volume 3 No. 1 Oktober 2011 31

Anda mungkin juga menyukai