Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN TULANGAN GESER DENGAN VARIASI END BLOCK PADA BETON

PRATEGANG

Asafin Napitupulu1 dan Besman Surbakti2


1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU)
Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA
E-mail: asafna70@gmail.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU)
Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA
E-mail: besmansurbakti@yahoo.com

ABSTRAK

Daerah end block atau Anchorage zone memiliki konsentrasi tegangan yang sangat tinggi dan sangat
berpotensi terjadinya bahaya retak. Diperluakan analisa khusus pada penulangan ujung balok untuk
memikul gaya pencar (bursting), belah dan pecah (spalling) yang timbul akibat pengangkuran tendon.
Tendon yang ditinjau merupakan tendon lurus dan tendon melengkung (drapped). Untuk mengukur
tegangan-tegangan yang cukup rumit, metode analisis linear yang diberikan oleh Guyon, Magnel, dan
Zeilensky dan Roe cukup dapat digunakan untuk memahami tingkat tegangan yang terjadi pada end
block. Namun, metode-metode seperti diberikan T.Y Lin dan SNI dapat memberikan desain yang lebih
aktual. Penulangan pada landasan ujung berdasarkan PCI girder turut memperkuat perencanaan
tulangan geser pada variasi ujung solid maupun dapped. Pada pengaplikasiannya T.Y Lin dapat
memberikan jumlah tulangan geser yang lebih efisien dibandingkan metode SNI (strut and tie),
Penulangan pada landasan berujung Dapped juga memerlukan tulangan yang lebih rumit dibandingkan
ujung solid. Penulangan geser pada landasan ini merupakan penjumlahan gaya lintang akibat
pembebanan total ditambah gaya proyeksi kabel prategang terhadap arah sumbu Y vertical.

Kata Kunci : endblock, Tulangan geser, Tendon melengkung, Tendon lurus, ujung solid, dapped end,
Magnel, Guyon, Zielinsky and Rowe, Strut and Tie, T.Y lin, PCI girder

ABSTRACT

The end-block area or the Anchorage zone has very high stress concentrations and is highly potential
for cracking hazards. Special analysis is required on the end of the beam to bear the bursting, split and
spalling arising from tendon burrows. The tendon being reviewed is a straight tendon and a curved
tendon (drapped). To measure complex voltages, linear analysis methods provided by Guyon, Magnel,
and Zeilensky and Roe can be used to understand the degree of stress that occurs in the end block.
However, such methods given T.Y Lin and SNI can provide more actual designs. Reinforcement on the
end foundation based on PCI girder also strengthens the shear reinforcement design on the variation of
both solid and dapped ends. In its application T.Y Lin can provide a more efficient amount of shear
reinforcement than the SNI (strut and tie) method, Repetition on a Dapped end finish also requires more
complicated reinforcement than a solid end. The shear reinforcement on this base is the sum of latitude
due to the total loading plus the projection force of the prestressed cable toward the vertical Y axis
direction..

Key Word: endblock, Shear reinforcement, Curved tendon, Straight tendon, Solid end, Dapped
end, Magnel, Guyon, Zielinsky and Rowe, Strut and Tie, T.Y lin, PCI girder
1. PENDAHULUAN 5. Bentuk geometri lintasan kabel

Daerah dengan konsentrasi tegangan yang


sangat tinggi dan sangat berpotensi 2.3 Sistem Perencanaan End block
terjadinya bahaya retak pada bagian ujung (Daerah Ujung balok)
balok posttension disebut dengan anchorage
Pembebanan pada Ujung Balok :
zone atau end zone. (Antoine E. Naaman:
1976)
1. Transfer Prategang pada Batang
Walaupun metode-metode ini cukup dapat Pratarik
digunakan untuk memahami tingkat 2. Sistem pascatarik daerah
tegangan yang terjadi pada end block, pengangkuran
namun metode ini tidak dapat memberikan 3. Profil Baja Prategang
kondisi aktual secara akuarat (Antonie E. 4. Distribusi Tegangan pada Beton
Naaman-1982). Kita akan membandingkan Pascatarik
dengan Model keseimbangan berdasarkan 5. Penulangan Daerah Ujung dan
teori plastisitas seperti model Strut and Tie Dapped-end
(model penunjang dan pengikat),
perhitungan tegangan hingga desain
perencanaan berdasarkan gaya geser yang 3. METODE PENULISAN
terjadi pada balok persegi, pada tugas akhir 3.1 Umum
ini kita akan melihat perencanaan pada
beberapa variasi endblock. Perhitungan dalam penelitian ini akan
menggunakan bantuan software sederhana
Microsoft excel 2013. Analisis struktur balok
2. TINJAUAN PUSTAKA diperoleh dari penelitian-penelitian
sebelumnya. Pada penelitian ditinjau
2.1 Umum perbedaan perhitungan penulangan pada end
block, antara girder I yang ujung-ujungnya
Beton prategang pada dasarnya adalah beton
dipadatkan dengan yang berbentuk dapped.
di mana tegangan-tegangan internal dengan
Ditinjau pula pengaruh tendon lurus dan
besar serta distribusi yang sesuai diberikan
tendon melengkung pada balok terhadap
sedemikinan rupa sehingga tegangan-
tulangan geser. Beton yang akan digunakan
tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban
sebagai bahan analisis adalah standar PT.
luar dilawan sampai suatu tingkat yang
Wijaya Karya Beton sedangkan kabel
diinginkan.
prestress menggunakan produk VSL.
2.2 Sistem Beton Prategang
Gaya geser ultimit yang digunakan :
Ada beberapa macam sistem beton prategang
𝑉𝑢 = 𝑉𝑎 + 𝑃𝑖 𝑠𝑖𝑛Ɵ
ditinjau dari beberapa segi:
Untuk tendon melengkung digunaksn
1. Keadaan Distribusi tegangan pada
proyeksi gaya yang tegak lurus kearah sumbu
Beton x dan arah sumbu y, pada gambar diatas
2. Cara Penarikan Baja Prategang
dijelaskan bahwa gaya tendon kearah y
3. Posisi penempatan Kabel
vertical yang kita gunakan melawan gaya aksi
4. Lekatan Kabel
yang diberikan tendon, seperti yang Dimana :
diterangkan pada gambar 1.1.
M = momen lentur
Maka, Gaya geser ultimit yang digunakan H = gaya langsung(vertikal)
dalam perencanaan tulangan pada ujung balok V = gaya geser (horizontal)
berujung penuh maupun dapped-end fv = tegangan vertical
merupakan penjumlahan gaya lintang akibat fh = tegangan langsung
pembebanan total ditambah gaya proyeksi γ = tegangan geser
kabel prategang terhadap arah sumbu Y
vertical. Jarak dari 𝐾1 𝐾2 𝐾3
ujung jauh
x/h
0 20.00 -2.000 0.000
0.10 9.720 0.000 1.458
0.20 2.560 1.280 2.048
0.30 -1.960 1.960 2.058
0.40 -4.320 2.160 1.728
0.50 -5.000 2.000 1.250
0.60 -4.480 1.600 1.768
0.70 -3.240 1.080 0.378
0.80 -1.760 0.560 0.128
0.90 -0.520 0.160 0.018
1.00 0 0 0
Tabel 1.1 Koefisien untuk Tegangan pada
Balok Ujung (Magnel)

Tegangaan-tegangan utama yang bekerja


Gambar 1.1 Gaya geser ultimit yang pada titik tersebut dihitung dengan
digunakan untuk perhitungan tulangan persamaan-persamaan umum :
geser
𝑓𝑚𝑎𝑘𝑠 + 𝑓𝑚𝑖𝑛

𝑓𝑣 +𝑓ℎ 1
3.2 Metode SNI 2012 =( ) ± √(𝑓𝑣 + 𝑓ℎ )2 + 4𝜏 2
2 2

3.2.1 Analisis Tegangan Linear 2𝜏


𝑡𝑎𝑛 2𝜃 = (𝑓 −𝑓 )
𝑣 ℎ

a. `Metode Magnel
b. `Metode Guyon
Distribusi tegangan pada penampang dapat
1. Gaya terbagi rata
diperkirakan dengan persamaan-persamaan
𝐹𝑏𝑠𝑡 = 0.3 𝑃 [(1 − 𝑦𝑝𝑜/ 𝑦𝑜 )0.58 ]
berikut:
Dimana:
𝑓𝑉 = 𝐾1 (𝑀/𝑏ℎ 2 ) + 𝐾2 (𝐻/𝑏ℎ ) 𝑃 = gaya angkur
𝑦𝑝𝑜 / 𝑦𝑜 = perbandingan distribusi
𝜏 = 𝐾3 (𝑉/𝑏ℎ )
2𝑦𝑝𝑜 = tinggi pelat angkur
𝑓ℎ = 𝑃/𝑏ℎ(1 + 12𝑒 ′2 /ℎ ′2 )
2𝑦𝑜 = tunggi prisma ekivalen

2
2. Gaya tidak terbagi merata 𝑓𝑏 ≤ 0.7ϕ 𝑓′𝑐𝑖 √𝐴1 /𝐴2

c. Metode Zielinski dan Rowe 𝑓𝑏 ≤ 0.25 ϕ 𝑓′𝑐𝑖


Persamaan-persamaan yang direkomendasikan Di mana
adalah 𝑓′𝑐𝑖 = kuat tekan beton pada saat diberi
tegangan
𝑓𝑣(𝑚𝑎𝑘𝑠) = 𝑓𝑐 [0.98 − 0.825 (𝑦𝑝𝑜 / 𝑦𝑜 )]
𝐴1 = luas maksimum pada bagian dari
Berlaku untuk perbndingan-perbandingan permukaan pendukung yang
𝑦𝑝𝑜 / 𝑦𝑜 = 0,3 sampai 0,7 secara geometris sama dengan luas
yang dibebani dan konsentris
𝐹𝑏𝑠𝑡 = 𝑃𝑘 [0.48 − 0.4 (𝑦𝑝𝑜 / 𝑦𝑜 )] dengannya
𝐴2 = luas bruto plat tumpu
Kalau tegangan tarik yang diambil oleh 𝐴𝑏 = luas netto efektif plat tumpu yang
beton diperhitungkan, maka nilai yang dihitung sebagai luas 𝐴𝑔 dikurangi
dikoreksi dari tarikan memecah ditentukan dengan luas lubang-lubang di plat
dengan tumpu
𝐹𝑏𝑠𝑡(𝑑𝑖𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖) = 𝐹𝑏𝑠𝑡 [1
− (𝑓𝑡 /𝑓𝑣(𝑚𝑎𝑘𝑠) )2
3.3 Metode T.Y Lin
Di mana,
𝑓𝑡 = kekuatan tarik beton yang Beberapa ketentuan dan formulasi berikut
diperkenankan ini dapat digunakan dalam desain
dan analisis daerah angker.

3.2.2 Model Strut and Tie 1. Bantalan (Bearing) untuk Angkur


𝑎 Perhitungan tegangan tumpuan rata-rata di
𝑇𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟 = 0.25 ∑ 𝑃𝑆𝑈 (1 − )
ℎ beton (fcp) :
𝑑𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟 = 0.5 (ℎ − 2𝑒)
 Pada beban kerja :
Dimana : fcp = 0.6f′c √A′b /Ab
∑ 𝑃𝑆𝑈 :Jumlah dari beban tendon terfaktor
Tatapi tidak lebih besar dari f′c
𝑑𝑏𝑢𝑟𝑠𝑡 :tinggi alat angker atau sekelompok
:untuk alat yang berjara dekat  Pada beban peralihan :
𝑒 :eksentrisitas alat angker atau
A′ b
sekelompok alat yang berjarak dekat fcp = 0.8f′c √ − 0.2
Ab
diukur dari pusat berat penampang Tetapi tidak lebih besar dari 1.25
balok f′ci
ℎ :tinggi penampang
fcp Tegangan beton kompresif ijin
Tegangan tumpu ijin maksimum di dudukan
fp Tegangan beton
alat angker tidak boleh melebihi yang
f′ci Tegangan beton kompresif mula-
terkecil di Antara dua nilai yang diperoleh
mula
dari persamaan berikut:

3
A′ b luas maksimum pada bagian dari 𝑌𝑡 = 𝐻 − 𝑌𝑏
permukaan pendukung yang secara
geometris sama dengan luas yang 2. Cari Nilai modulus penampasng
dibebani dan konsentris dengannya serat atas dan bawah (𝑊𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝑊𝑡 )
𝐼𝑥 𝐼𝑥
Ab luas bruto plat tumpu 𝑊𝑏 = 𝑑𝑎𝑛 𝑊𝑡 =
Dianggap A′b /Ab ˃ 1.0 𝑌𝑏 𝑌𝑡
di mana momen Inersia 𝐼𝑥 =
2
2. Tegangan tarik transversal pada balok 𝛴 (𝐴. 𝑦 ) + 𝛴𝐼0
ujung 3. Cari jarak pusat ke serat atas kern
𝐾𝑡 dan serat bawah kern 𝐾𝑏
Tegangan tekan langsung rata-rata (f) : 𝑊𝑡 𝑊𝑏
𝐾𝑏 = 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑡 =
𝐴𝑐 𝐴𝑐
f = F/A Di mana : A c = luas penampang
Dimana :
F = gaya prategang aksial total pada
ujung balok 3.4.2 Daerah limit kern
A = luas penampang balok
Daerah-batas ditentukan oleh empat
3. Daerah Pengangkuran persamaan yang diperoleh dengan
Desain sengkang untuk mengontrol mengkombinasikan pertidaksamaan
retak horizontal pada ujung gelagar I tegangan.
girder yang diberikan pada gaya pratarik
𝑇 ℎ
At = 0.021 .
fs lt

Dimana ∶

A t Luas penampang daerah tulangan


geser yang terdistribusi secara merata
1/5 panjangnya dari tinggi girder.
T Tegangan efektif total
fs tegangan ijin penulangan geser
lt panjang daerah transfer diasumsikam
3.4.3 Daerah aman kabel
50 kali diameter strand
Dari persamaan di atas dapat diperoleh:

𝑀𝑚𝑎𝑥
𝑒0 − ≥ 𝐾′𝑡
3.4 Baja Prategang 𝑃
3.4.1 Tata Letak Tendon Prategang 𝑀𝑚𝑖𝑛
SNI 2847 2013 pasal 20.4.2.3 tegangan tarik 𝑒0 − ≤ 𝐾′𝑏
𝑃𝑖
serat terluar akibat beban layan ≤ 1/2√𝑓𝑐 ′ .
Maka nilai 𝑒0 berada pada
1. Cari nilai eksentrisitas (c.g.s)
𝑀𝑚𝑎𝑥 𝑀𝑚𝑖𝑛
𝐾′𝑡 + ≤ 𝐾′𝑏 +
𝑌𝑏 = 𝛴 (𝐴. 𝑦) + 𝛴𝐴 𝑃 𝑃𝑖

4
Daerah mana batas (𝑒0𝑎 ) dan bawah (𝑒0𝑏 ) 𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 (sin 𝛼 + cos 𝛼). 𝑑
𝑉𝑠 =
didefenisikan sebagai berikut: 𝑠

𝑀𝑚𝑎𝑥 Di mana 𝛼 menyatakan sudut Antara


𝑒0𝑎 = 𝐾′𝑡 + sengkang miring dan sumbu longitudinal
𝑃
komponen struktur, dan 𝑑 adalah jarak dari
𝑀𝑚𝑖𝑛 serat tekan terluar terhadap titik berat
𝑒0𝑏 = 𝐾 ′ 𝑏 +
𝑃𝑖 tulangan tarik longitudinal, tapi tidak perlu
diambil kurang dari 0.8ℎ.

Dalam segala hal 𝑉𝑠 tidak boleh melebihi


3.6. Perencanaan Tulangan Geser pada
End Block (2√𝑓𝑐 ′/3) 𝑏𝑣 . 𝑑.

Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan geser rencana harus diambil


Kekuatan Terfaktor (PBKT). sebesar 𝜙𝑉𝑛 , di mana kuat geser batas 𝑉𝑛 ,
dan 𝜙 adalah factor reduksi kekuatan.
1. Luas penulangan tumpuan
𝜙𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
Luas penulangan yang secara nominal tegak Luas tulangan geser minimum adalah
lurus terhadap bidang retak yang
diasumsikan dapat diperoleh dari 𝑏𝑣 . 𝑠
𝐴𝑣 = ( )
3𝑓𝑦
𝑉𝑢𝑝
𝐴𝑣𝑓 =
𝜙𝜇𝑒 𝑓𝑦 Bila gaya prategang efektif tidak kurang dari
40% kekuatan tarik tulangan, tulangan geser
Di mana shear-friction : minimum dapat dihitung dengan persamaan
1000𝜆𝑏ℎ𝜇
di atas atau persamaan berikut :
𝜇𝑒 = 𝑉𝑢
≤ nilai pada tabel 3.3.
𝐴𝑝𝑠 . 𝑓𝑝𝑢 . 𝑠 𝑑
Penulangan vertical 𝐴𝑠ℎ yang melintasi 𝐴𝑣 = √
80. 𝑓𝑦 . 𝑑 𝑏𝑤
retak-retak horizontal potensial dapat
ditentukan dari

(𝐴𝑣𝑓 + 𝐴𝑛 )𝑓𝑦
𝐴𝑠ℎ = 3.7 Perencanaan Tulangan geser Dapped
𝜇𝑒 𝑓𝑦𝑠 End
𝑁𝑢
Di mana : 𝐴𝑛 = Perencanaan Dapped end beam ini
𝜙𝑓𝑦 th
menggunakan PCI 6 edition sebagai
2. Tulangan Geser referensi.
Sumbangan tulangan geser tegak dan miring
1. Lentur dan aksial tarik pada ujung
terhadap kekuatan geser batas, 𝑉𝑠 , ditentukan
yang diperpanjang
dengan persamaan berikut:
a) Untuk tulangan geser tegak lurus
𝐴𝑠 = 𝐴𝑓 + 𝐴𝑛
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑
𝑉𝑠 = 1 𝑎 ℎ
𝑠 = [𝑉𝑢 ( ) + 𝑁𝑢 ( )]
b) Untuk tulangan geser miring 𝜙𝑓𝑦 𝑑 𝑑

5
Dimana :
𝑎 Panjang geser,diukur dari pusat Pada Balok Girder I ataupun bentuk
perletakan ke tengah Ash lainnya, End Block atau ujung-ujung
d Jarak dari atas ke pusat As beam dibuat balok solid diujung yaitu
𝑓𝑦 0.2𝑥𝑉𝑢 jika tidak diberikan nilai daerah terganggu / daerah pengangkuran
yang pasti global sepanjang tinggi balok
𝑁𝑢 0.2𝑥𝑉𝑢 jika tidak diberikan nilai
yang pasti 4.1.1 Analisis End block berdasarkan
Metode SNI
2. Geser Langsung
Perbandingan Tulangan bursting metode
Retak vertical ditahan oleh 𝐴𝑠 dan 𝐴ℎ .
Magne,Guyon,Zielinsky and rowe
Perkuatan ini dapat dihitung dengan :
2𝑉𝑢
𝐴𝑠 = + 𝐴𝑛
3𝜙𝑓𝑦 𝜇𝑒
𝑁𝑢 a. Magnel’s
𝐴𝑛 =
𝜙𝑓𝑦 Gaya Tarik:299.95 Kn
𝐴ℎ = 0.5 (𝐴𝑠 + 𝐴𝑛 ) Tulangan 5D16

3. Tarik Diagonal Sudut

Retak diagonal pada sudut dapat


dihitung dengan menggunakan rumus
:

𝑉𝑢
𝐴𝑠ℎ =
𝜙𝑓𝑦 b. Guyon’s

Gaya Ta rik:514.110 Kn
4. Tarik Diagonal pada Ujung yang
Tulangan 9D16
Diperpajang

Perkuatan tambahan untuk retak jenis


4 dapat dihitung dengan rumus

𝜙𝑉𝑛 = 𝜙(𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 + 𝐴ℎ . 𝑓𝑦 + 2𝑏𝑑𝜆√𝑓𝑐 ′)

Luasan tulangan minimum perlu


sebagai berikut c. Zeilinski and Rowe
1 𝑉𝑢 Gaya Tarik:361.802 kN
𝐴𝑣 = ( − 2𝑏𝑑𝜆√𝑓𝑐 ′)
2𝑓𝑦 𝜙 Tulangan 7D16

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis End block berdasarkan


Metode SNI dan T.Y Lin

6
Tulangan spalling diambil menggambar Perencanaan SNI lebih detail karena dalam
model tekan-dan-tarik dengan perencanaan tulangannya juga menganalisis
menggunakan gambar berikut : distribusi tegangan berdasarkan metode
Magnel, Guyon dan Zielinski and Rowe.
Analisis ini bermanfaat untuk mendapatkan
distribusi tegangan tarik melintang atau
tulangan bursting pada balok angkur
(endblock).

4.2 Penulangan Geser pada


beberapa Variasi penampang
End block

Gambar 1.2 Model Tekan dan tarik


Ujung Solid
Pada jarak 0.2H= 320mm dari tepi maka Tendon tendon
gunakan 8D16- 40 mm melengkun Lurus
g
Penuklangan 4D28 3D28
Horizontal 𝐴𝑠
Penulangan 7D12 7D12
Vertikal 𝐴𝑠ℎ
Dapped-End

Tendon Variasi
melengkun tendon Lurus
g
Gambar 1.3 Penulangan angker ujung (a) Tulangan 7D32 4D32
zona angker. (b) Penampang balok tarik dan
aksial 𝐴𝑠
4.1.2 Analisis End block berdasarkan Direct Shear 4D28 3D28
Metode T.Y Lin 𝐴ℎ
Tark 6D32 8D22
Gunakan sengkang tertutup D16 dengan
diagonal
jarak 320mm dari ujung balok 5D16-65
sudut 𝐴𝑠ℎ
Tarik 7D28 4D32
diagonal
Sudut 𝐴′𝑠ℎ
Tarik 5 D19 7 D12
diagonal 𝐴𝑣
Tabel 1.2. Perbandingan variasi End
Block

Gambar 1.4 Penulangan geser pada


perencanaan T.Y Lin

7
4.2.1 Pada Dapped End dengan tendon 4.2.3 Pada ujung balok konvensional
melengkung. dengan tendon melengkung

Perhitungan dilakukan dengan


menggunakan data-data perecanaan yang
diambil dari data-data yang sudah ada
sebelumnya, dari data tersebut penampang
tidak kuat (preliminary) karena daerah aman
kabel tidak terpenuhi, maka pada kasus ini
digunakan penampang Dappped end.

Perencanaan tulangan geser pada ujung


balok banyak dipengaruhi bentuk lintasan
Gambar 1.7 Detail penulangan End Block
tendon, lintasan lengkung mereduksi lebih Solid tendon melengkung
banyak gaya geser yang yang terjadi
dibandingkan lintasan lurus.

4.2.4 Pada ujung balok konvensional


dengan tendon lurus.

Gambar 1.5 Detail penulangan dapped-end

4.2.2 Pada Dapped End dengan tendon


lurus.
Gambar 1.8 Detail penulangan End
Block Solid tendon lurus

Gambar 1.6 Detail penulangan dapped-end

8
4.3 Penulangan Geser pada beberapa 4.3.2 Tendon Lengkung 20o
variasi Lengkung Tendon

Analisis Perbandingan :

00 200 300 450


𝑉𝑢
(kN) 992,8 2830,8 3679,8 4792,8

Tulangan
tarik dan 4D32 13D32 10D32 22D32
aksial 𝐴𝑠 Gambar 1.10 Gambar peulangan Dapped-
Direct End lengkung 20o
Shear 𝐴ℎ 3D28 8D32 16D28 13D32

Tark
diagonal 8D22 14D28 13D32 16D28 4.3.3 Tendon Lengkung 30o
sudut 𝐴𝑠ℎ

Tarik
diagonal 4D32 11D32 13D32 13D22
Sudut 𝐴′𝑠ℎ

Tarik
diagonal 7D12 10D22 13D22 17D22
𝐴𝑣

Tabel 4.15 Perbandingan beberapa variasi


tendon

Gambar 1.11 Gambar peulangan Dapped-End


lengkung 30o
4.3.1 Tendon Lengkung 0o

4.3.4 Tendon Lengkung 45o

Gambar 1.9 Detail penulangan dapped-end

Gambar 1.12 Detail penulangan Dapped-End


lengkung 45o

9
5. KESIMPULAN 1. Dalam penggambaran strut and tie
untuk memperoleh model yang
Tujuan dari studi tugas akhir ini adalah proporsional pada rangka batang gaya
untuk menganalisis dan mendesain tulangan harus menggunakan skala, karena
endblock balok prategang dengan meneliti ketepatan gambar diperlukan untuk
tendon dan dimensi perhitungan selanjutnya.
1. Dari analisis yang telah dilakukan ,
metode SNI 2012 menghasilkan jumlah 2. Banyak metode yang dapat digunakan
tulangan yang digunakan 8D16 untu mnentukan penulangan ujung
sedangkan pada metode T.Y Lin balok, hendaknya perencana memilih
Jumlah tulangan yang digunakan 5D16. metode yang paling efektif dan efisien
dalam pengaplikasiannya,
Maka metode T.Y lin menghasilkan
desain yang lebh efisien dengan
3. Perlu penelitian khusus untuk mengkaji
mereduksi tulangan yang digunakan
sampai 37.50%. pengaruh gaya-gaya terhadap pola retak
pada balok dengan menganalisis
defleksi yang terjadi.
2. Pada variasi sudut tendon,semakin
besar elevasi sudut tendon maka jarak
tulangan geser semakin rapat dengan
selisih sebesar 36.27% . 7. DAFTAR PUSTAKA
Karena gaya prategang aksial yan
Abeles, P.W. & Bardhan-Roy, B. K., 1981.
diberikan cukup besar maka tendon
Prestressed Concrete Designer’s Handbook
dengan sudut 30° dan 45° tidak
Third Edition. H.Charlesworth & Co. Ltd.
memenuhi batas kuat geser yang
diperlukan. Budiadi, Andri.2008. Desain Praktis Beton
Prategang. Yogyakarta : CV Andi Offset
3. Pada perbandingan penampang
berbentuk solid dan dapped end dengan Departemen Pekerjaan Umum. 2012. SNI
gaya prategang dan tinggi penampang 7833:2012 Tata Cara Perancangan beton
yang sama, penulangan berujung solid pracetak dan beton prategang untuk
lebih efektif dan efisien digunakan bangunan Gedung. Dept. PU, Bandung.
dengan presentasi selisih 28.76%
Departemen Pekerjaan Umum. 2013. SNI
4. Tulangan bursting Magnel merupakan 2847:2012 Tata Cara Perhitungan Struktur
Bangunan Gedung. Dept. PU, Bandung.
yang paling efisien dibanding metode
Guyon dan Zeilinski and Rowe dengan
Fauzia, Irfani. Analisis dan Desain End
presentasi selisih 33.33%
Block balok beton prategang dengan model
penunjang dan pengikat (Strut and Tie
Model) (Tugas Akhir). Bandung:
6. SARAN Universitas Kristen Maranatha
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan
Febrian K, Erik and Herawan. 2006.
studi analisis dan desain tulangan geser
Evaluasi distribusi tegangan pada endblock
dengan beberapa variasi end block pada
beton prategang beton prategang pascatarik (Undergraduate
Thesis). Semarang: Universitas Dipenegoro

10
Nawy, Edward G. 2001. Prestressed Fundamental. USA :McGraw-Hill Book
Concrete: a Fundamental Approach, 3th company.
Edition. Jakarta: Erlangga.
Raju, N Krishna. 2009. Beton Prategang
Lin,T. Y. & Ned H. Burns. 1981. Design of Second Edition. Jakarta: Erlangga.
Prestresssed Concrete Structure Third
Edition. USA: John Wiley & Sons Siregar, Adriansyah Pami Rahman. 2014.
Redesain Prestress (Post-Tension) Beton
Naaman, Antoine E. 1982. Prestressed Pracetak I Girde Antara Pier 4 dan Pier 5,
Concrete Analysis and Design Ramp 3 Junction Kualanamu (Tugas Akhir).
Medan: Universitas Sumatra Utara

11

Anda mungkin juga menyukai