Anda di halaman 1dari 12

SITI MULYATI-21010117120013

TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK


Resume Perilaku Geser Beton Prategang
Perilaku geser dalam perancangan menjadi permasalahan yang sangat kompleks dan tidak mudah
untuk diprediksi. Perilaku balok beton prategang pada saat mengalami kegagalan struktur akibat gaya
geser ataupun gabungan geser dan torsi sangat berbeda dengan perilaku balok yang diakibatkan oleh
kegagalan lentur. Ketika balok mengalami kegagalan akibat gaya geser, maka balok tersebut akan gagal
secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan sebelumnya yang memadai, dan retak diagonal yang terjadi
sangat jauh lebih besar dari pada retak akibat lentur. Sehingga dalam penerapannya kegagalan karena
pengaruh gaya geser sangat dihindari dalam dunia perancangan, Gaya geser dapat menimbulkan
tegangan tarik utama di penampang kritis yang dapat melebihi kuat tarik beton. Tegangan geser pada
balok biasa disebabkan oleh kombinasi momen dan beban eksternal, bukan akibat gaya geser secara
langsung ataupun torsi murni di komponen struktur tersebut.
Di daerah dengan momen lentur besar, retak terjadi dengan arah hampir tegak lurus terhadap
sumbu balok. Retak tersebut disebut retak lentur. Di daerah dengan geser besar akibat tarik diagonal,
retak miring terjadi sebagai kelanjutan dari retak lentur dan disebut retak geser lentur.

Gambar 1.1 Kategori retak


Meskipun geser eksternal maksimum terjadi di tumpuan, namun lokasi kritis tegangan utama
maksimum tarik tidak di lokasi tersebut. Di penampang tersebut tegangan utama sangat berkurang karena
adanya gaya tekan besar yang diberikan oleh tendon prategang, selain juga gaya tekan vertikal yang
berasal dari reaksi balok di tumpuan. Inilah alasan mengapa retak diagonal yang stabil terjadi di lokasi
yang lebih jauh masuk ke arah bentang, dengan nilai rata-rata sekitar seperempat bentang di balok
prategang bersayap. Dengan demikian, kegagalan tarik diagonal merupakan akibat dari kombinasi antara
tegangan lentur dan tegangan geser, dengan memperhitungkan kontribusi penyeimbang dari komponen
vertikal gaya prategang dan ditandai dengan adanya kombinasi retak diagonal dan retak lentur. Hal ini
lebih tepat disebut geser lentur dalam balok prategang, dan lebih umum diperhitungkan dibandingkan
dengan geser web (badan).
Secara umum, perilaku geser beton prategang dibedakan menjadi dua kondisi, yaitu :
1. Perilaku Balok Homogen yang Mengalami Geser

(a) (b)
Gambar 1.2 Distribusi Tegangan untuk Balok Persegi Panjang Homogen Tipikal
Tinjaulah dua elemen yang sangat kecil A1 dan A2 dari balok persegi panjang dalam Gambar
1.2(a) yang terbuat dari material homogen, isotropis, dan elastis linear. Gambar 1.2(b) menunjukkan
distribusi tegangan lentur dan tegangan geser di seluruh tinggi penampang. Tegangan normal tarik ft
dan tegangan geser v adalah nilai-nilai di elemen A1 pada bidang a1-a1 pada jarak y dari sumbu netral.
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
Dari prinsip mekanika klasik, tegangan normal f dan tegangan geser v untuk elemen A1 dapat ditulis
dengan persamaan :
𝑀𝑦 𝑉𝐴𝑦̅ 𝑉𝑄
f= (1) v= = 𝐼𝑏 (2)
𝐼 𝐼𝑏

dimana :
M dan V = momen lentur dan gaya geser pada potongan a1-a1
A = luas bagian penampang di bidang yang melalui pusat berat elemen A1
y = jarak dari elemen yang ditinjau ke sumbu netral
𝑦̅ = jarak titik dari titik pusat A ke sumbu netral
I = momen inersia penampang
Q = momen statis bagian penampang diatas atau dibawah level yang ditinjau ke sumbu netral
b = lebar balok

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 1.3 Kondisi Tegangan pada Elemen A1 dan A2. (a) Kondisi Tegangan di Elemen A1. (b)
Representasi Lingkaran Mohr, elemen A1. (c) Kondisi Tegangan di Elemen A2. (d) Representasi
Lingkaran Mohr, elemen A2.
Gambar 1.3 menunjukkan tegangan internal yang bekerja di elemen kecil A1 dan A2. Dengan
menggunakan lingkaran Mohr dalam Gambar 1.3(b), tegangan utama untuk elemen A1 di zona tarik
dibawah sumbu netral adalah :
𝑓𝑡 𝑓
ft(maks) = + √( 2𝑡)2 + 𝑣 2 tarik utama (3a)
2

𝑓𝑡 𝑓
fc(maks) = - √( 2𝑡)2 + 𝑣 2 tekan utama (3b)
2

𝑣
tan 2𝜃𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑓 /2 (3c)
𝑡
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK

Gambar 1.4 Balok yang ditumpu sederhana sebelum mengalami retak tarik diagonal akibat geser
lentur (tahap pembebanan 11). (Pengujian oleh Nawy dkk.)
2. Perilaku Balok Beton sebagai Penampang Nonhomogen
Tegangan tekan fc di elemen A2 dalam Gambar 1.3(b) diatas sumbu netral mencegah retak,
karena tegangan utama maksimum di elemen tersebut berupa tegangan tekan. Untuk elemen A1 yang
terletak dibawah sumbu netral, tegangan utama maksimum adalah tarik sehingga retak dapat terjadi.

Gambar 1.5 Retak tarik diagonal utama pada saat kegagalan terjadi di balok dalam foto 1.4 (tahap
pembebanan 12). (Pengujian oleh Nawy dkk.)

Gambar 1.6 Trajektori tegangan utama pada balok isotropik homogen. Garis solid adalah
trajektori tarik, garis putus adalah trajektori tekan
Untuk penampang yang semakin mendekati tumpuan, momen lentur dan tegangan ft berkurang,
yang diikuti dengan bertambahnya tegangan geser. Tegangan utama ft(maks) tarik bekerja pada bidang
sekitar 45o terhadap normal penampang di dekat tumpuan seperti terlihat pada Gambar 1.6. Karena
kuat tarik beton rendah, maka retak diagonal timbul di bidang yang tegak lurus dengan bidang
tegangan tarik utama, itu sebabnya retak tersebut disebut retak tarik diagonal. Untuk mencegah
terbukanya retak tersebut, penulangan tarik diagonal khusus harus digunakan.
Jika ft di dekat tumpuan dalam Gambar 1.6 diasumsikan sama dengan nol, maka elemennya
akan mendekati keadaan geser murni, dan tegangan tarik utama, dengan menggunakan persamaan
3b, akan sama dengan tegangan geser v di bidang 45o. Tegangan tarik diagonal inilah yang
menimbulkan retak miring.
a. Menentukan Kekuatan Geser Lentur (Vci)
Untuk mendesain suatu struktur agar aman terhadap geser, perlu ditentukan apakah geser lentur
atau geser badan menentukan pemilihan kuat geser beton Vc. Retak miring yang stabil pada jarak d/2
dari retak lentur yang terjadi pada taraf beban retak pertama secara geser lentur ditunjukkan pada
Gambar 1.7. Dalam SNI 2847:2019 Vci merupakan kekuatan geser nominal yang disediakan beton
retak diagonal dihasikan dari kombinasi geser dan momen.
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK

Gambar 1.7 Pertumbuhan retak geser lentur (a) Jenis pola retak. (b) Diagram geser akibat beban
eksternal dengan ordinat gaya geser friksi Vcr di potongan 2. (c) Diagram momen dengan ordinat
momen retak pertama Mcr di potongan 2.
Jika tinggi efektif adalah dp, maka tinggi dari serat tekan ke pusat berat baja prategang longitudinal,
maka perubahan momen antara potongan 2 dan 3 adalah
𝑉𝑑𝑝 𝑀
𝑐𝑟
M-𝑀𝑐𝑟 = (4) atau V = 𝑀/𝑉−𝑑 (5)
2 𝑝 /2

dimana V adalah geser di penampang yang ditinjau. Banyak hasil pengujian yang menunjukkan
bahwa tambahan gaya geser vertikal sebesar 0,6 bwdp √𝑓𝑐′ dibutuhkan untuk secara penuh
menimbulkan retak miring di dalam Gambar 1.7 . Jadi, geser vertikal total yang bekerja di bidang 2
dalam Gambar 1.7 adalah :
𝑐𝑟𝑀
Vci = 𝑀/𝑉−𝑑 + 0,6 bwdp √𝑓𝑐′ + Vd (6)
𝑝 /2

dimana Vd adalah geser vertikal akibat berat sendiri. Komponen vertikal Vp dari gaya prategang
karena kecilnya diabaikan dalam Persamaan 6 di sepanjang bentang dimana tendon prategang tidak
terlalu curam.
Menurut SNI 2847:2019 nilai kekuatan lentur-geser Vci harus diambil yang terbesar dari
persaamaan berikut :
𝑉𝑖
Vci = 0,05𝜆 √𝑓𝑐′bwdp + Vd + 𝑀 (𝑀𝑐𝑟 ) (7)
𝑚𝑎𝑘𝑠

Vci = 0,14𝜆 √𝑓𝑐′bwdp (8)


dimana :
𝜆 = 1,0 untuk beton berbobot normal
= 0,85 untuk beton berbobot ringan pasir
= 0,75 untuk beton berbobot ringan
Vd = gaya geser di penampang akibat beban mati tak terfaktor
Vci = kuat geser nominal yang diberikan oleh beton pada saat terjadi retak tarik diagonal akibat
gabungan gaya geser vertikal dan momen
Vi = gaya geser terfaktor di penampang akibat beban eksternal yang terjadi secara simultan
dengan Mmaks
Persamaan untuk Mcr yaitu momen yang menyebabkan retak lentur akibat beban eksternal
dinyatakan dengan :
𝐼
𝑀𝑐𝑟 = 𝑦𝑐 (6√𝑓𝑐′ + fce – fd) (9)
𝑡

Di dalam standar ACI, fce dinyatakan dengan fpe


dimana :
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
fce = tegangan tekan beton akibat tekanan efektif sesudah terjadinya kehilangan di serat
ekstrim penampang dimana tegangan tarik ditimbulkan oleh beban eksternal, dalam
satuan psi. Di pusat berat fce = 𝑓𝑐̅
fd = tegangan akibat beban mati tak terfaktor di serat ekstrim penampang yang ditimbulkan
oleh berat sendiri saja dimana tegangan tarik diakibatkan oleh beban eksternal, psi.
yt = jarak dari sumbu berat ke serat tarik ekstrim
Mcr = bagian dari momen akibat beban hidup yang bekerja yang menimbulkan retak.

b. Kuat Geser Badan (Vcw)


Retak geser badan pada balok prategang disebabkan oleh tegangan tak tertentu yang dapat
dengan baik dievaluasi dengan menghitung tegangan tarik utama di bidang kritis. Tegangan geser vc
dapat didefinisikan sebagai tegangan geser badan vcw dan mencapai maksimum di dekat pusat berat
penampang cgc dimana retak diagonal aktual terbentuk. Dalam SNI 2847:2019 Vcw merupakan
kekuatan geser nominal yang disediakan oleh beton bila retak diagonal yang dihasilkan dari tegangan
tarik utama yang tinggi terjadi dalam badan beton.
Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung kuat geser nominal Vcw yang diberikan
oleh beton apabila terjadi retak diagonal yang diakibatkan tegangan tarik utama di badan adalah :
fpc
Vcw = 0,3√𝑓𝑐′ (√1 + ) bwdp + Vp (10)
0,33√𝑓𝑐′

dimana :
fpc = tegangan tekan pada beton (setelah memperhitungkan semua kehilangan prategang) pada
titik berat penampang yang menahan beban luar atau pada pertemuan antara badan dan
flens, jika titik berat terletak pada flens.
Vp = komponen vertikal dari prategang efektif di penampang yang berkontribusi dalam
menambahkan kekuatan lentur.
dp = jarak dari serat tekan ekstrim ke pusat berat baja prategang, atau 0,8 h, manapun yang
terkecil.

Sumber :
G.Nawy, Edward. 2001. Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar, ed. ke-3. Terjemahan :
Bambang Suryatmono. Erlangga, Jakarta. 413 hal.
Ria Catur Yulianti ST.MT, Perencanaan Geser Beton Prategang, Internet.
SNI 2847-2019. 2019. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung. Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional.
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
SOAL 2

a. Bagian dari komponen struktur prategang yang mengelilingi angkur tendon seringkali disebut
dengan blok akhir (end block). Pada seluruh panjang blok akhir, gaya prategang dialihkan dari luas
yang kurang lebih terpusat dan didistribusikan ke seluruh penampang beton. Daerah end zone
memiliki konsentrasi tegangan yang sangat tinggi dan sangat berpotensi terjadi bahaya retak. Daerah
end block ini biasa disebut dengan daerah angker (sistem post tension prestressed). Pada bagian end
block biasanya terdapat 3 perilaku kehancuran yang terjadi, yaitu :

Gambar 2.1 Perilaku tegangan pada daerah angker


1. Splitting crack
Jika tegangan akibat beban luar secara bertahap ditransmisikan ke beton melalui tegangan tendon
lebih dari kekuatan tarik yang dapat dipikul beton, maka retak belah akan terjadi yang disebut
dengan splitting crack.
2. Bursting crack
Retakan yang disebabkan di bursting zone memiliki ukuran retakan yang relatif kecil (biasanya
panjang retak hingga 10 cm). Retak ini disebabkan oleh slip pada saat pengangkuran .
3. Spalling crack
Tegangan tarik tinggi yang terdapat pada permukaan ujung end block. Tegangan tinggi ini dapat
menyebabkan balok mengalami retak (horizontal crack) yang disebut dengan spelling crack
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK

b. Tulangan non prategang secara praktis tetap diperlukan untuk suatu penampang beton prategang.
Jika tendon difungsikan untuk menahan bagian utama beban, mengurangi defleksi, maka tulangan
non-prategang berfungsi untuk menahan terjadinya retak, menambah kekuatan ultimate, serta
menambah kekuatan terhadap beban yang tidak diharapkan.
Tulangan non-prategang dapat diletakkan di berbagai posisi untuk berbagai tujuan dan untuk
membantu menahan beban dalam berbagai kondisi pembebanan. Penggunaan tulangan non-
prategang diantaranya adalah :
1. Untuk menahan tegangan tarik di serat atas pada tengah bentang

Gambar 2.3 Tulangan non-prategang di tengah bentang


2. Untuk menahan tegangan tarik di sera tatas pada tepi bentang

Gambar 2.4 Tulangan non-prategang di tepi bentang


3. Untuk menahan tegangan tarik di dekat tendon jika dimensi beton tidak cukup kuat

Gambar 2.5 Tulangan non-prategang penahan tekan


4. Untuk menahan beban lentur selama balok dipindahkan sebelum dilakukan stressing
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK

Gambar 2.6 Tulangan non-prategang penahan lentur


5. Untuk menahan retak dan menambah kekuatan penampang setelah retak

Gambar 2.7 Tulangan non-prategang penahan retak

c. Defleksi balok adalah lendutan balok dari posisi awal tanpa pembebanan. Defleksi (lendutan) diukur
dari permukaan netral awal ke permukaan netral setelah balok mengalami deformasi. Penurunan
(defleksi) pada balok prategang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Beban eksternal/ beban luar
Lendutan akibat beban eksternal disini merupakan lendutan yang diakibatkan oleh beban luar
yang berupa beban hidup. Beban eksternal atau beban luar besarnya berubah-ubah sehingga perlu
dianalisis besarnya lendutan yang dapat terjadi. Tabel berikut menjelaskan mengenai defleksi
yang terjadi akibat beban sesuai dengan kondisi pembebanan yang diberikan.
Tabel 2.1 Defleksi akibat beban

Kondisi Pembebanan dan Profil Tendon pada Balok Defleksi di Tengah bentang
Sederhana dengan Bentang l 

Beban Merata 5 wl 4
=
384 EI

1 Pl 3
Beban Terpusat (1) =
48 EI

Beban Terpusat (2) =


(
1 Pb 3l 2 − 4b 2 )
24 EI
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
2. Perubahan temperatur
Deformasi batang prategang dapat berubah menurut temperatur sebagai akibat dari perubahan
waktu. Perubahan temperatur ini akan menyebabkan susut pada beton prategang. Sedangkan
akibat dari bertambahnya waktu, beton prategang akan mengalami rangkak. Susut dan rangkak
menyebabkan perubahan secara berkala pada tegangan beton prategang. Perubahan ini melambat
dan akhirnya berhenti setelah beberapa tahun. Perubahan dari tegangan akan berakibat pada
perubahan gaya beton prategang dan dapat dikalkulasi efek waktunya terhadap perubahan bentuk
seperti pemendekan dan defleksi pada beton. Deformasi akibat susut dan rangkak ini masuk ke
dalam kategori lendutan jangka panjang yang besarnya dapat ditentukan dengan persamaan
(Andri, 2008) :

Dimana :

𝛿𝑖 = defleksi awal akibat beban luar

∆𝑓 = total kehilangan (losses)

Pi = gaya prategang ideal

𝜑 = koefisien rangkak

a = camber akibat prategang

(dalam persamaan ini, tanda negatif menunjukkan lendutan ke arah atas (camber).

3. Penurunan perletakan
Penurunan perletakan atau penurunan pondasi pada struktur dapat mengakibatkan penurunan
pada kolom. Penurunan kolom ini yang akan menyebabkan penurunan (defleksi) pada balok yang
ditopang. Sehingga defleksi yang terjadi umumnya berada pada daerah tumpuan.
4. Gaya prategang
Gaya prategang yang bekerja akan mengakibatkan lendutan keatas (camber). Gaya prategang ini
akan membentuk eksentrisitas (e) terhadap garis normal penampang, yang dengan eksentrisitas
ini akan menimbulkan momen sebesar Pi.e. Berikut merupakan tabel defleksi yang terjadi akibat
gaya prategang.
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
Tabel 2.2 Defleksi akibat gaya prategang
Kondisi Pembebanan dan Profil Tendon pada Balok Defleksi di Tengah bentang
Sederhana dengan Bentang l 

1 Pel 2
Eksentrisitas Konstan =
8 EI

2ec + ee Pl 2
Titik Harping Tunggal =
24 EI

 ec  2  Pl 2
Titik Harping Ganda = − (ec − ee )
8 6  EI

  Pl
2
 = ec + (ec − ee )
5
Profil Parabola
 6  8EI

5. Profil Tendon
Didalam hampir semua kasus balok prategang, tendon ditempatkan dengan eksentrisitas (e)
mengarah ke tepi bawah balok untuk melawan momen lentur yang melengkungkan balok akibat
beban transversal. Sebagai akibatnya, balok beton akan melengkung keatas (camber) pada waktu
pemberian atau transfer prategang. Oleh karena momen lentur pada setiap penampang
merupakan hasil perkalian gaya prategang dan eksentrisitas, maka profil tendon sendiri akan
menunjukkan bentuk DML (Diagram Momen Lentur). Berikut merupakan nilai defleksi yang
dapat terjadi untuk beberapa profil tendon.
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK

d. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan sistem tumpuan elastomer bearing


1. Sistem pemasangan yang tidak sesuai.
Untuk mengantisipasi kerusakan yang timbul akibat pemasangan elastomer bearing, perlu
dilakukan pengecekan posisi sebelum dan sesudah pemasangan.
2. Beban yang melebihi batas kemampuan tumpuan elastomer bearing
Apabila beban yang diterima oleh tumpuan melebihi batas yang diijinkan, maka elastomer
bearing akan mengalami kegagalan, sehingga dapat membahayakan elemen struktur yang
ditopangnya.
3. Faktor usia elastomer bearing pad
Faktor usia menjadi hal yang sangat penting, karena semakin lama usia suatu elemen struktur
maka kemampuan untuk menahan beban yang ada juga akan semakin berkurang. Sebagai upaya
untuk mencegah kegagalan akibat faktor usia pada elastomer bearing pad perlu dilakukan
perawatan dan pemantauan secara berkala.
4. Pemilihan jenis elastomer bearing pad yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan
Pada elastomer bearing pad dapat terjadi pergerakan yang diakibatkan oleh pemuaian dan
penyusutan yang disebabkan oleh perubahan temperature, pergerakan tanah, gaya sentrifugal dan
longitudinal dari kendaraan yang melintas, lendutan akibat beban, maupun kombinasi dari semua
gaya tersebut. Kemungkinan kerusakan tersebut harus diantisipasi dengan tebal dan jenis
pemilihan elastomer bearing pad yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai