(a) (b)
Gambar 1.2 Distribusi Tegangan untuk Balok Persegi Panjang Homogen Tipikal
Tinjaulah dua elemen yang sangat kecil A1 dan A2 dari balok persegi panjang dalam Gambar
1.2(a) yang terbuat dari material homogen, isotropis, dan elastis linear. Gambar 1.2(b) menunjukkan
distribusi tegangan lentur dan tegangan geser di seluruh tinggi penampang. Tegangan normal tarik ft
dan tegangan geser v adalah nilai-nilai di elemen A1 pada bidang a1-a1 pada jarak y dari sumbu netral.
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
Dari prinsip mekanika klasik, tegangan normal f dan tegangan geser v untuk elemen A1 dapat ditulis
dengan persamaan :
𝑀𝑦 𝑉𝐴𝑦̅ 𝑉𝑄
f= (1) v= = 𝐼𝑏 (2)
𝐼 𝐼𝑏
dimana :
M dan V = momen lentur dan gaya geser pada potongan a1-a1
A = luas bagian penampang di bidang yang melalui pusat berat elemen A1
y = jarak dari elemen yang ditinjau ke sumbu netral
𝑦̅ = jarak titik dari titik pusat A ke sumbu netral
I = momen inersia penampang
Q = momen statis bagian penampang diatas atau dibawah level yang ditinjau ke sumbu netral
b = lebar balok
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1.3 Kondisi Tegangan pada Elemen A1 dan A2. (a) Kondisi Tegangan di Elemen A1. (b)
Representasi Lingkaran Mohr, elemen A1. (c) Kondisi Tegangan di Elemen A2. (d) Representasi
Lingkaran Mohr, elemen A2.
Gambar 1.3 menunjukkan tegangan internal yang bekerja di elemen kecil A1 dan A2. Dengan
menggunakan lingkaran Mohr dalam Gambar 1.3(b), tegangan utama untuk elemen A1 di zona tarik
dibawah sumbu netral adalah :
𝑓𝑡 𝑓
ft(maks) = + √( 2𝑡)2 + 𝑣 2 tarik utama (3a)
2
𝑓𝑡 𝑓
fc(maks) = - √( 2𝑡)2 + 𝑣 2 tekan utama (3b)
2
𝑣
tan 2𝜃𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑓 /2 (3c)
𝑡
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
Gambar 1.4 Balok yang ditumpu sederhana sebelum mengalami retak tarik diagonal akibat geser
lentur (tahap pembebanan 11). (Pengujian oleh Nawy dkk.)
2. Perilaku Balok Beton sebagai Penampang Nonhomogen
Tegangan tekan fc di elemen A2 dalam Gambar 1.3(b) diatas sumbu netral mencegah retak,
karena tegangan utama maksimum di elemen tersebut berupa tegangan tekan. Untuk elemen A1 yang
terletak dibawah sumbu netral, tegangan utama maksimum adalah tarik sehingga retak dapat terjadi.
Gambar 1.5 Retak tarik diagonal utama pada saat kegagalan terjadi di balok dalam foto 1.4 (tahap
pembebanan 12). (Pengujian oleh Nawy dkk.)
Gambar 1.6 Trajektori tegangan utama pada balok isotropik homogen. Garis solid adalah
trajektori tarik, garis putus adalah trajektori tekan
Untuk penampang yang semakin mendekati tumpuan, momen lentur dan tegangan ft berkurang,
yang diikuti dengan bertambahnya tegangan geser. Tegangan utama ft(maks) tarik bekerja pada bidang
sekitar 45o terhadap normal penampang di dekat tumpuan seperti terlihat pada Gambar 1.6. Karena
kuat tarik beton rendah, maka retak diagonal timbul di bidang yang tegak lurus dengan bidang
tegangan tarik utama, itu sebabnya retak tersebut disebut retak tarik diagonal. Untuk mencegah
terbukanya retak tersebut, penulangan tarik diagonal khusus harus digunakan.
Jika ft di dekat tumpuan dalam Gambar 1.6 diasumsikan sama dengan nol, maka elemennya
akan mendekati keadaan geser murni, dan tegangan tarik utama, dengan menggunakan persamaan
3b, akan sama dengan tegangan geser v di bidang 45o. Tegangan tarik diagonal inilah yang
menimbulkan retak miring.
a. Menentukan Kekuatan Geser Lentur (Vci)
Untuk mendesain suatu struktur agar aman terhadap geser, perlu ditentukan apakah geser lentur
atau geser badan menentukan pemilihan kuat geser beton Vc. Retak miring yang stabil pada jarak d/2
dari retak lentur yang terjadi pada taraf beban retak pertama secara geser lentur ditunjukkan pada
Gambar 1.7. Dalam SNI 2847:2019 Vci merupakan kekuatan geser nominal yang disediakan beton
retak diagonal dihasikan dari kombinasi geser dan momen.
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
Gambar 1.7 Pertumbuhan retak geser lentur (a) Jenis pola retak. (b) Diagram geser akibat beban
eksternal dengan ordinat gaya geser friksi Vcr di potongan 2. (c) Diagram momen dengan ordinat
momen retak pertama Mcr di potongan 2.
Jika tinggi efektif adalah dp, maka tinggi dari serat tekan ke pusat berat baja prategang longitudinal,
maka perubahan momen antara potongan 2 dan 3 adalah
𝑉𝑑𝑝 𝑀
𝑐𝑟
M-𝑀𝑐𝑟 = (4) atau V = 𝑀/𝑉−𝑑 (5)
2 𝑝 /2
dimana V adalah geser di penampang yang ditinjau. Banyak hasil pengujian yang menunjukkan
bahwa tambahan gaya geser vertikal sebesar 0,6 bwdp √𝑓𝑐′ dibutuhkan untuk secara penuh
menimbulkan retak miring di dalam Gambar 1.7 . Jadi, geser vertikal total yang bekerja di bidang 2
dalam Gambar 1.7 adalah :
𝑐𝑟𝑀
Vci = 𝑀/𝑉−𝑑 + 0,6 bwdp √𝑓𝑐′ + Vd (6)
𝑝 /2
dimana Vd adalah geser vertikal akibat berat sendiri. Komponen vertikal Vp dari gaya prategang
karena kecilnya diabaikan dalam Persamaan 6 di sepanjang bentang dimana tendon prategang tidak
terlalu curam.
Menurut SNI 2847:2019 nilai kekuatan lentur-geser Vci harus diambil yang terbesar dari
persaamaan berikut :
𝑉𝑖
Vci = 0,05𝜆 √𝑓𝑐′bwdp + Vd + 𝑀 (𝑀𝑐𝑟 ) (7)
𝑚𝑎𝑘𝑠
dimana :
fpc = tegangan tekan pada beton (setelah memperhitungkan semua kehilangan prategang) pada
titik berat penampang yang menahan beban luar atau pada pertemuan antara badan dan
flens, jika titik berat terletak pada flens.
Vp = komponen vertikal dari prategang efektif di penampang yang berkontribusi dalam
menambahkan kekuatan lentur.
dp = jarak dari serat tekan ekstrim ke pusat berat baja prategang, atau 0,8 h, manapun yang
terkecil.
Sumber :
G.Nawy, Edward. 2001. Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar, ed. ke-3. Terjemahan :
Bambang Suryatmono. Erlangga, Jakarta. 413 hal.
Ria Catur Yulianti ST.MT, Perencanaan Geser Beton Prategang, Internet.
SNI 2847-2019. 2019. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung. Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional.
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
SOAL 2
a. Bagian dari komponen struktur prategang yang mengelilingi angkur tendon seringkali disebut
dengan blok akhir (end block). Pada seluruh panjang blok akhir, gaya prategang dialihkan dari luas
yang kurang lebih terpusat dan didistribusikan ke seluruh penampang beton. Daerah end zone
memiliki konsentrasi tegangan yang sangat tinggi dan sangat berpotensi terjadi bahaya retak. Daerah
end block ini biasa disebut dengan daerah angker (sistem post tension prestressed). Pada bagian end
block biasanya terdapat 3 perilaku kehancuran yang terjadi, yaitu :
b. Tulangan non prategang secara praktis tetap diperlukan untuk suatu penampang beton prategang.
Jika tendon difungsikan untuk menahan bagian utama beban, mengurangi defleksi, maka tulangan
non-prategang berfungsi untuk menahan terjadinya retak, menambah kekuatan ultimate, serta
menambah kekuatan terhadap beban yang tidak diharapkan.
Tulangan non-prategang dapat diletakkan di berbagai posisi untuk berbagai tujuan dan untuk
membantu menahan beban dalam berbagai kondisi pembebanan. Penggunaan tulangan non-
prategang diantaranya adalah :
1. Untuk menahan tegangan tarik di serat atas pada tengah bentang
c. Defleksi balok adalah lendutan balok dari posisi awal tanpa pembebanan. Defleksi (lendutan) diukur
dari permukaan netral awal ke permukaan netral setelah balok mengalami deformasi. Penurunan
(defleksi) pada balok prategang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Beban eksternal/ beban luar
Lendutan akibat beban eksternal disini merupakan lendutan yang diakibatkan oleh beban luar
yang berupa beban hidup. Beban eksternal atau beban luar besarnya berubah-ubah sehingga perlu
dianalisis besarnya lendutan yang dapat terjadi. Tabel berikut menjelaskan mengenai defleksi
yang terjadi akibat beban sesuai dengan kondisi pembebanan yang diberikan.
Tabel 2.1 Defleksi akibat beban
Kondisi Pembebanan dan Profil Tendon pada Balok Defleksi di Tengah bentang
Sederhana dengan Bentang l
Beban Merata 5 wl 4
=
384 EI
1 Pl 3
Beban Terpusat (1) =
48 EI
Dimana :
𝜑 = koefisien rangkak
(dalam persamaan ini, tanda negatif menunjukkan lendutan ke arah atas (camber).
3. Penurunan perletakan
Penurunan perletakan atau penurunan pondasi pada struktur dapat mengakibatkan penurunan
pada kolom. Penurunan kolom ini yang akan menyebabkan penurunan (defleksi) pada balok yang
ditopang. Sehingga defleksi yang terjadi umumnya berada pada daerah tumpuan.
4. Gaya prategang
Gaya prategang yang bekerja akan mengakibatkan lendutan keatas (camber). Gaya prategang ini
akan membentuk eksentrisitas (e) terhadap garis normal penampang, yang dengan eksentrisitas
ini akan menimbulkan momen sebesar Pi.e. Berikut merupakan tabel defleksi yang terjadi akibat
gaya prategang.
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
Tabel 2.2 Defleksi akibat gaya prategang
Kondisi Pembebanan dan Profil Tendon pada Balok Defleksi di Tengah bentang
Sederhana dengan Bentang l
1 Pel 2
Eksentrisitas Konstan =
8 EI
2ec + ee Pl 2
Titik Harping Tunggal =
24 EI
ec 2 Pl 2
Titik Harping Ganda = − (ec − ee )
8 6 EI
Pl
2
= ec + (ec − ee )
5
Profil Parabola
6 8EI
5. Profil Tendon
Didalam hampir semua kasus balok prategang, tendon ditempatkan dengan eksentrisitas (e)
mengarah ke tepi bawah balok untuk melawan momen lentur yang melengkungkan balok akibat
beban transversal. Sebagai akibatnya, balok beton akan melengkung keatas (camber) pada waktu
pemberian atau transfer prategang. Oleh karena momen lentur pada setiap penampang
merupakan hasil perkalian gaya prategang dan eksentrisitas, maka profil tendon sendiri akan
menunjukkan bentuk DML (Diagram Momen Lentur). Berikut merupakan nilai defleksi yang
dapat terjadi untuk beberapa profil tendon.
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK
SITI MULYATI-21010117120013
TUGAS 2-BETON PRATEGANG & PRACETAK