Anda di halaman 1dari 18

BAB III

UJI BATU PECAH

3.1. ANALISA GRADASI BUTIR BATU PECAH (ASTM C 136-93)

A. Tujuan Pengujian :

Untuk mengetahui gradasi butiran dan modulus kehalusan batu pecah/kerikil

B. Peralatan :

Timbangan

Alat penggetar listrik

Ayakan ASTM disusun berurutan dari atas ke bawah dengan ukuran :

Nomor Ayakan
1
3/4
3/8
3/16
Pan

C. Bahan :

Batu pecah dalam keadaan kering oven

D. Prosedur pengujian :

Timbang batu pecah ukuran 1 sebanyak 8 Kg, ukuran 1 2 sebanyak


12 kg, ukuran 2 3 sebanyak 16 kg.

Masukkan batu pecah dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas, dan digetarkan dengan mesin penggetar selama 1
menit

Batu pecah yang tertinggal pada masing-masing ayakan ditimbang. Perlu


diperiksa berat kerikil keseluruhan adalah 36 kg. Faktor kehilangan maksimum
1%
E. Perhitungan :

Menentukan persentase (%) batu pecah yang tertinggal pada saringan (Rn)

berat Batu Pecah yg tertinggal disaringan


Rn = Berat Batu Pecahtotal x 100%

9860
Rn3/4 = 36000 x 100% = 27,4%

10735
Rn3/8 = 36000 x 100% = 29,8%

7350
RnNo.4 = 36000 x 100% = 20,4%

6580
Rnpan = 36000 x 100% = 18,3%

Menentukan persentase (%) kumulatif kerikil yang tertinggal di saringan ( Rn)%

3/4 = 27,4 %

3/8 = 27,4% + 29,8% = 57,2%

No. 4 = 27,4% + 29,8% + 20,4% = 77,6%

No. 8 = 27,4% + 29,8% + 20,4% + 18,3% = 95,9%

No. 16 = 27,4% + 29,8% + 20,4% + 18,3% + 0% = 95,9%

No. 30 = 27,4% + 29,8% + 20,4% + 18,3% +0% = 95,9%

No. 50 = 27,4% + 29,8% + 20,4% + 18,3% +0% = 95,9%

No. 100 = 27,4% + 29,8% + 20,4% + 18,3% +0% = 95,9%


Menentukan persentase (%) kumulatif kerikil yang lolos saringan (100 - Rn)%

3/4 = 100% - 27,4% = 72,6%

3/8 = 100% - 57,2% = 42,8%

No. 4 = 100% - 77,6% = 22,4%

No. 8 = 100% - 95,9% = 4,1%

No. 16 = 100% - 95,9% = 4,1%

No. 30 = 100% - 95,9% = 4,1%

No. 50 = 100% - 95,9% = 4,1%

No. 100 = 100% - 95,9% = 4,1%

Menentukan jumlah persentase kumulatif yg tertinggal (%)

Jumlah = 27,4 + 57,2 + 77,6 + 95,9 + 95,9 + 95,9 + 95,9 + 95,9 = 641,7%

Menentukan modulus kehalusan (FM)

kumulatif Tertinggal 641,7


FM = 100 = 100 = 6,417

F. Tabel :

Saringan Tertinggal di saringan % kumulatif


No mm gram % Tinggal Lolos
2" 76,2 0 0 0 100
1 1/2" 38,1 0 0 0 100
3/4" 19,1 9860 27,4 27,4 72,6
3/8" 9,5 10735 29,8 57,2 42,8
1 4,76 7350 20,4 77,6 22,4
1/2 2,38 6580 18,3 95,9 4,1
16 1,19 - 0 95,9 4,1
30 0,59 - 0 95,9 4,1
50 1,279 - 0 95,9 4,1
100 0,149 - 0 95,9 4,1
Pan 1475 4,1 - -
Jumlah 36000 100% 641,7 358,3
Modulus Kehalusan 6,417
G. Grafik :

100 1 00 100 1 00 100 0


95 98
95
90 90 10
85
80 20

70 30
70

60 40
55
50 50
50
45
40 40 60
35
30 30 70
25
20 80
15
10 10 90
10
5
0 3/16" 3 /8" 3 /4 " 1 /2 " 100
11/ 2" 2 1/2" 3

= Grad ing Zone 1


= Grad ing Zone 2
= Grad ing Zone 3

H. Kesimpulan :

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa lengkung ayakan berada pada grading
zone ... dengan nilai modulus kehalusan sebesar 6,417 .

I.Dokumentasi Pengujian

mesin penggetar agregat kasar


3.2. UJI KELEMBABAN BATU PECAH (ASTM C 556-71)

A. Tujuan Pengujian :

Menentukan kelembaban batu pecah / kerikil denga cara kering

B. Peralatan :

Timbangan

Oven

Pan

C. Bahan :

Batu pecah keadaan asli

D. Prosedur pengujian :

Timbang batu pecah keadaan aali sebanyak 500 g (A)

Masukkan batu pecah ke oven selama 24 jam dengan temperatur 110oC + 5oC

Keluarkan batu pecah dari oven, tunggu dingin lalu timbang beratnya (B)

E. Perhitungan :

Kelembapan Batu Pecah = x 100%

Berat batu pecah asli (A) = 500 g (ditimbang)

Berat batu pecah kering oven (B) = 480 g (pengujian dan ditimbang)

Kelembapan Batu Pecah = ( A B ) : (A) X (100%)

= (500 - 480) : (500) x (100%)

= 4%

F. Tabel :

Pengujian Nomor 1
Berat Batu Pecah Asli (A) 500 g
Berat Batu Pecah Kering Oven (B) 480 g
Kelembapan Batu Pecah 4%
G. Kesimpulan :

Untuk standart kelembapan batu pecah diharapkan tidak lebih dari 7,5 %.
Berdasarkan data dan perhitungan diatas, diperoleh besarnya kelembapan batu
pecah sebesar 4% < 7,5%. Jadi dapat disimpulakn bahwa batu pecah yang
digunakan dalam praktikum memenuhi standart yag telah ditentukan dan layak
digunakan sebagai agregat campuran beton.
3.3. UJI BERAT JENIS BATU PECAH (ASTM C 127-88)

A. Tujuan Pengujian :

Menentukan berat jenis batu pecah kondisi SSD

B. Peralatan :

Timbangan air

Kipas angin / hairdryer

Oven dilengkapi pengatur suhu

C. Bahan :

Batu pecah kondisi SSD

D. Prosedur pengujian :

Rendam batu pecah selama 24 jam

Kemudian angkat dan bersihkan / lap permukaan batu pecah sehingga


didapat kondisi SSD

Timbang batu pecah sebanyak 3000 g (A), kemudian timbang dalam air (B)

E. Perhitungan :

Berat BP keadaan SSD


Berat jenis batu pecah = Berat BP keadaan SSDBerat BP dalam Air

Berat batu pecah SSD di udara (A) = 3000 g (ditentukan & ditimbang)

Berat batu pecah di air (B) = 1710 g (pengujian)

A 3000
= =2,32
Berat jenis batu pecah = AB 30001710

F. Tabel :

Pengujian Nomor 1
Berat Batu pecah SSD di udara (A) 3000 g
Berat Batu pecah di air (B) 1710 g
Berat jenis batu pecah 2,32
G. Kesimpulan :

Standart berat jenis batu pecah adalah < 3,5. Berdasarkan data
perhitungan dan tabel di atas diperoleh nilai berat jenis batu pecah sebesar 2,32 <
3,5. Percobaan dilakukan sebanyak satu kali. (Berat jenis batu pecah ini
selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan mix design untuk menentukan
berat jenis relatif agregat).

H. Keterangan tambahan

Berat jenis batu pecah :Berat batu pecah saat berada di udara terbuka
dibandingkan dengan berat batu pecah saat dimasukkan
kedalam air dimana pori-pori batu pecah tersebut telah
terisi oleh air.
3.4. UJI BERAT VOLUME BATU PECAH (ASTM C 29-78)

A. Tujuan Pengujian :

Menentukan berat volume batu pecah / kerikil dalam keadaan lepas dan
keadaan padat

B. Peralatan :

Timbangan

Takaran berbentuk silinder dengan volume 10 liter

Alat rojok dari besi dengan panjang 60 cm

C. Bahan :

Batu pecah keadaan kering

D. Prosedur pengujian :

Tanpa rojokan

Timbang silinder dalam keadaan kering (A)

Silinder diisi batu pecah sampai batas kapasitas dan ratakan permukaannya,
kemudian timbang beratnya (B)

Dengan rojokan

Silinder ditimbang beratnya (A)

Isi silinder dengan pasir 1/3 bagian, kemudian rojok sebanyak 25 kali. Isi lagi
1/3 bagian silinder rojok 25 kali, lakukan lagi dengan cara sama hingga
silinder penuh.

Ratakan permukaan pasir, kemudian timbang beratnya (B)

E. Perhitungan :

Berat Silinder (A) = 8,075 Kg (ditimbang & ditentukan)


Tinggi Silinder = 27 cm (diukur)

Diameter = 25,5 cm ; r = 12,75 cm (diukur)

Tanpa Rojokan:

Berat Silinder + Batu Pecah (B) = 24,635 Kg (ditimbang)

Berat Batu Pecah (B-A) = 16,56 Kg

Volume Silinder (V) = .r2 .t = 3,14 x 12,752 x 27 = 13782,04 cm3 = 13,8 liter

Berat Volume = (B-A)/A = 16,56/13,8 = 1,2 kg/liter

Dengan Rojokan :

Berat Silinder + Batu Pecah (B) = 26,705 Kg (ditimbang)

Berat Batu Pecah (B-A) = 18,63 Kg

Volume Silinder (V) = .r2 .t = 3,14 x 12,752 x 27 = 13782,04 cm3 = 13,8 liter

Berat Volume = (B-A)/A = 18,63/13,8 = 1,35 kg/liter

F. Tabel :

Tanpa Dengan
Pengujian
Rojokan Rojokan
Berat Silinder (A) 8,075 Kg 8,075 Kg
Berat Silinder + Batu pecah (B) 24,635 Kg 26,705 Kg
Berat Batu Pecah (B-A) 16,56 Kg 18,63 Kg
Volume Silinder (V) 13,8 Liter 13,8 Liter
Berat Volume (B-A)/V 1,2 Kg/liter 1,35 Kg/liter
Berat Volume Rata-rata 1,275 Kg/liter

G. Kesimpulan :

Standart berat volume batu pecah adalah 1,2 1,8. Berdasarkan data
perhitungan dan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata berat volume batu pecah
sebesar 1,275 Kg/liter, (Berat volume batu pecah ini selanjutnya akan digunakan
dalam menentukan perbandingan volume agregat dalam kondisi asli).
3.5. UJI RESAPAN BATU PECAH (ASTM C 127-88)

A. Tujuan Pengujian :

Menentukan kadar air resapan batu pecah

B. Peralatan :

Timbangan

Oven lengkap dengan pengatur suhu

C. Bahan :

Batu pecah keadaan SSD

D. Prosedur pengujian :

Timbang batu pecah dalam keadaan SSD sebanyak 3000 g

Masukkan ke oven selama 24 jam

Keluarkan batu pecah dari oven, dinginkan kemudian timbang beratnya.

E. Perhitungan :

Berat BP keadaan SSDBerat BP setelah Oven


Kadar air resapan = Berat BP setelahOven x 100%

Berat batu pecah keadaan SSD = 3000 g (ditimbang & ditentukan)

Berat batu oven (A) = 2835 g (ditimbang)

30002835
Kadar air resapan = 2835 x 100% = 5,82 %

F. Tabel :

Pengujian
Berat batu pecah SSD 3000 g
Berat batu oven (A) 2835 g
Kadar air resapan (%) 5,82%

G. Kesimpulan :

Dari data perhitungan dan tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kadar air resapan batu pecah dalam praktikum sebesar 5,82%. (Air resapan batu
pecah ini selanjutnya akan digunakan untuk mencari perbandingan dari kondisi
SSD ke kondisi asli dalam mix design).
3.6. KEBERSIHAN BATU PECAH TERHADAP LUMPUR DENGAN CARA KERING
(ASTM C 117-76)

A. Tujuan Pengujian :

Mengetahui kadar lumpur batu pecah / kerikil


B. Peralatan :

Timbangan

Saringan 0,063 mm

Oven dilengkapi pengatur suhu

Pan

C. Bahan :

Batu pecah / kerikil kering oven

Air

D. Prosedur pengujian :

Timbang batu pecah kering oven sebanyak 500 g (B)

Kemudian cuci batu pecah tersebut hingga bersih

Batu pecah yang tertinggal di saringan dipindahkan ke pan dan di oven


dengan suhu 115oC

Keluarkan batu pecah bersih kering oven, tunggu dingin lalu timbang
beratnya (A)

E. Perhitungan :

Berat BP setelah OvenBerat BPbersih kering


Kadar lumpur = Berat BPbersih kering x 100%

Berat batu pecah kering oven (B) = 500 g (ditimbang & ditentukan)

Berat batu pecah bersih kering (A) = 480 g (ditimbang)

500480
Kadar lumpur = 480 x 100% = 4,17%

F. Tabel :

Pengujian
Berat batu pecah kering oven (B) 500 g
Berat batu pecah bersih kering (A) 480 g
Kadar lumpur 4,17%

G. Kesimpulan :

Dari data perhitungan dan tabel diatas, dapat diambil kesimpulan


bahwa kadar lumpur batu pecah dalam praktikum sebesar 4,17% (>1%). Karena
batu pecah harus memiliki kadar lumpur kurang dari 1% (dari ASTM C 117 95),
dapat ditarik kesimpulan bahwa batu pecah asli mengandung lumpur terlalu
banyak jadi apabila akan digunakan, harus dibilas terlebih dulu.
3.7. UJI KEAUSAN BATU PECAH (ASTM C 131-89)

A. Tujuan Pengujian :

Menentukan presentase keausan batu pecah dengan mesin los angeles

B. Peralatan :

Timbangan kapasitas 20 kg

Mesin abrasi LOS ANGELES

Bola baja 12 buah

Ayakan ASTM no. 12 ; 38,1 ; 25,4 ; 19 ; 12,7 ; 9,5

C. Bahan :

Batu pecah kering oven sebanyak 5000 g dengan gradasi sebagai berikut :

Lolos lubang (mm) Tertingal pada (mm) Jumlah (gr)


38,1 25,4 1250 25
25,4 19 1250 25
19 12,7 1250 10
12,7 9,5 1250 10

D. Prosedur pengujian :

Batu pecah diayak untuk mendapatkan gradasi seperti tersebut di atas


Kemudian timbang batu pecah dengan gradasi tersebut, masing-masing
1250 g. Jadikan satu batu pecah tersebut dan timbang kembali untuk kontrol
beratnya sesuai dengan berat total = 5000 g (A)

Masukkan batu pecah tersebut bersama dengan12 bola baja dan jalankan
mesin Los Angeles dengan kecepatan 30 s/d 33 rpm dan diputar 500 kali

Keluarkan batu pecah dari mesin los angeles dan ayak dengan ayakan no.
12

Yang tertinggal di ayakan dicuci sampai bersih, kemudian oven selama 24


jam dengan suhu 110oC + 5oC dengan faktor kehilangan pencucian sebesar
0,2 %

Keluarkan batu pecah dari oven dan setelah dingin timbang beratya (B)

E. Perhitungan :

Berat BP sebelum abrasiBerat BP setelah abrasi


Keausan = Berat BP sebelum abrasi x 100%

Berat batu pecah sebelum abrasi (A) = 5000 g (ditimbang & ditentukan)

Berat batu pecah setelah abrasi (B) = 4540 g (ditimbang)

50004540
Keausan = 5000 x 100% = 9,2%

F. Tabel :

Pengujian
Berat batu pecah sebelum abrasi (A) 5000 g
Berat batu pecah setelah abrasi (B) 4540 g
Keausan 9,2%

G. Kesimpulan :

Standart keausan batu pecah adalah tidak boleh melebihi 50%. Berdasarkan
data perhitungan dan tabel diatas diperoleh nilai sebesar 9,2%, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa batu pecah yang digunakan dalam praktikum memenuhi
standart yang telah ditentukan dan layak digunakan dalam campuran agregat beton.
H. Dokumentasi Pengujian

Mesin abrasi Los Angeles

Anda mungkin juga menyukai