Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkerasan jalan yang baik adalah perkerasan jalan yang mampu menahan
beban lalu lintas. Perkerasan jalan yang digunakan di Indonesia terdiri dari
beberapa jenis. Perkerasan jalan yang paling banyak digunakan di Indonesia
adalah lapisan aspal beton atau Laston (AC/Asphalt Concrete). Lapisan aspal
beton banyak digunakan karena jenis perkerasan ini memiliki nilai stabilitas dan
fleksibilitas yang baik.
Aspal merupakan bahan utama dalam perkerasan jalan. Aspal memiliki
beberapa jenis, yaitu aspal alam, aspal keras, aspal cair, dan aspal modifikasi.
Aspal memiliki sifat viskoelastis yaitu sifat untuk mencair pada suhu tinggi dan
memadat pada suhu rendah. Sifat yang dimiliki aspal tersebut merupakan hal
utama yang menjadikan aspal sebagai bahan utama dalam perkerasan jalan karena
dapat mengikat bahan-bahan pencampurperkerasan jalan.
Agregat kasar, agregat halus, agregat sedang, bahan pengisi (filler),dan
aspal merupakan bahan-bahan pencampur lapisan aspal beton. Bahan-bahan
pencampur ini harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan persyaratan yang
sudah ada agar perkerasan jalan aspal beton memiliki stabilitas dan fleksibilitas
yang baik. Bahan pengisi (filler) dalam campuran aspal beton adalah bahan yang
lolos saringan No.200 (0,075 mm). Macam bahan pengisi yang dapat digunakan
ialah abu batu, kapur padam, portland cement (PC), debu dolomite, abu terbang,
debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya.
Untuk mendapatkan komposisi campuran aspal yang cocok, awet, kuat,
dan mampu menahan beban yang bekerja, maka perlu adanya pengujian aspal
dilaboratorium untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari aspal itu sendiri,
sehingga ketika pelaksanaan dan pengoperasian tidak terjadi kerusakan yang
fatal.

Laporan Praktikum Jalan Raya 1


1.2 Tahap Penelitian
Tahap pengujian yang dilakukan seperti pada bagan dibawah ini :

Mulai

Pengujian Pengujian Pengujian


Campuran Bahan Agregat Bahan Aspal
Aspal

1. Analisa Saringan
Agregat Halus dan
1. Pengujian Penetrasi Bahan
Kasar
Bitumen
2. Pemeriksaan Berat Jenis
2. Pemeriksaan Titik Nyala
Pengujian Dengan dan Penyerapan
3. Pemeriksaan Daktilitas
Marshall Test Agregat Kasar
4. Pemeriksaan Berat Jenis
3. Pemeriksaan Berat Jenis
Bitumen
dan Penyerapan Agregat
Halus

Pengolahan Data

Laporan Hasil Pengujian

1.3 Aspal
A. Definisi Aspal
Aspal menurut pengertian ASTM D-8-31 adalah bahan berwarna
hitam/coklat tua, bersifat perekat, terutama terdiri dari bituman, di dapat dari alam
atau dari proses pembuatan minyak bumi.Sedangkan menurut The Asphalt
Institue aspal adalah suatu campuran hidrokarbon alami atau dari suatu proses

Laporan Praktikum Jalan Raya 2


pemanasan minyak bumi atau dari keduana bersifat non-logam, dapat berbentuk
gas, cairan atau bahan setengah padat, dapat larut dalam karbondisulfida (CS2).
Aspal berasal dari hasil proses penyulingan minyak bumi dengan destilasi
bertingkat pada suhu ±290oC dimana sisa residulah yang dijadikan bahan aspal.
Sisa residu minyak bumi ini dijadikan beberapa jenis aspal, yaitu :
a. Blow aspal
b. Aspal keras/aspal semen/aspal panas
c. Aspal cair
d. Aspal emulsi
Sifat-sifat aspal dapat ditinjau dari :
1. Sifat kimia adalah menurut unsur-unsur yang terkandung dalam aspal.
2. Sifat physis adalah kepekatan/konsistensi, ketahanan terhadap pengaruh
air.
Menurut Bambang Irianto (1988) dan Silvia Sukirman (1999), aspal beton
adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran antara batuan (agregat kasar dan
agregat halus) dengan bahan ikat aspal yang mempunyai persyaratan tertentu,
dimana kedua material sebelum dicampur secara homogen, harus dipanaskan
terlebih dahulu. Karena dicampur dalam keadaan panas, maka sering disebut
sebagai hot mix. Semua pekerjaan pencampuran hot mix dilakukan di pabrik
pencampur yang disebut sebagai AsphaltMixing Plant (AMP).
Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain: Subgrade, Sub
Base Course, Base Course, dan Surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk
lapisperkerasan jalan juga terdiri dari beberapa jenis, yaitu: lapis pondasi, lapis
aus satu, danlapis aus dua.Untuk mendapatkan mutu aspal beton yang baik, dalam
proses perencanaancampuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal
beton, yang meliputi:
1. Stabilitas
Stabilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu mendukung
beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk. Stabilitas campuran
diperoleh dari bgaya gesekan antar partikel (internal friction), gaya penguncian
(interlocking), dan gaya adhesi yang baik antara batuan dan aspal. Gaya-gaya

Laporan Praktikum Jalan Raya 3


tersebut dipengaruhi oleh kekerasan permukaan batuan, ukuran gradasi, bentuk
butiran, kadar aspal, dan tingkat kepadatan campuran.
2. Durabilitas
Aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan
terhadap cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang
mendukungdurabilitas meliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang rapat, dan
tingkat kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu
menanggulangi lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa
mengalami perubahan bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan
menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan penambahan kadar aspal tertentu
sehingga dapat menambah ketahanan terhadap pembebanan.

B. Klasifikasi Aspal
Menurut RSNI S-01-2003 Spesifikasi aspal keras berdasarkan penetrasi
dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1 Spesifikasi Aspal Keras Berdasarkan Penetrasi
Persyaratan
Jenis Pengujian Satuan Metode
Pen 40 Pen 60 Pen 80
Penetrasi , 25oC, 100 0,01
SNI 06-2456-1991 40-59 60-79 80-99
gr, 6 detik mm
o
Titik Lembek C SNI 06-2434-1991 51-53 51-53 (46-54)
o
Titik Nyala C SNI 06-2433-1991 Min. 200 Min. 200 Min 225

Daktilitas, 25oC Cm SNI 06-2432-1991 Min. 100 Min. 100 Min 100

Kelarutan dalam
%berat SNI 06-2456-1991 Min 99 Min 99 Min 99
Trichlor Ethylen

Penurunan Berat
%berat SNI 06-2441-1991 Maks 0,8 Maks 0,8 Maks 1,0
(dengan TFOT)

Persyaratan
Jenis Pengujian Satuan Metode
Pen 40 Pen 60 Pen 80
Daktilitas setelah
Cm SNI 06-2432-1991 - Min 50 Min 75
penurunan berat

Laporan Praktikum Jalan Raya 4


Berat Jenis SNI 06-2456-1991 Min 1,0 Min 1,0 Min 1,0

Uji bintik
1. Standar Noptha
- AASHTOT. 102 Negatif
2. Naptha Xylene
3. Hechtane Xylene

Penetrasi , 25oC, 100 0,01


SNI 06-2456-1991 120-150
gr, 6 detik mm
o
Titik Lembek C SNI 06-2434-1991 120-150

o
Titik Nyala C SNI 06-2433-1991 218

Daktilitas, 25oC Cm SNI 06-2432-1991 Min 100


Kelarutan dalam
%berat SNI 06-2456-1991 Min 99
Trichlor Ethylen
Penurunan Berat
%berat SNI 06-2441-1991 Maks 1,3
(dengan TFOT)
Penetrasi setelah
%asli SNI 06-2456-1991 Min 46
penurunan berat
Daktilitas setelah
Cm SNI 06-2432-1991 Min 100
penurunan berat

Berat Jenis SNI 06-2456-1991 -

Uji bintik
4. Standar Noptha
- AASHTOT-102 Negatif
5. Naptha Xylene
6. Hechtane Xylene

Sedangkan menurut Bina Marga 2010 spesifikasi aspal keras yaitu:


Tabel 1.2 Spesifikasi Aspal Berdasarkan Penetrasi
Tipe II Aspal yang Dimodifikasi
Tipe I A B C
Jenis Metoda
Aspal Elastomer
Pengujian Pengujian Asbuton yg Elastomer
Pen. 60-70 Alam
diproses Sintetis
(Latex)
SNI-06-2441-
Berat Jenis >1,0 >1,0 >1,0 >1,0
1991

Laporan Praktikum Jalan Raya 5


C. Standar Pengujian Aspal
Dalam pengujian aspal terdapat beberapa macam standar yang digunakan
untuk masing-masing proses pengujian. Standar-standar pengujian seperti terlihat
pada Tabel 1.3
Tabel 1.3 Spesifikasi Agregat Untuk Beton aspal Secara Umum
No Pengujian AASTHO ASTM SK.SNI PA
1 Uji penetrasi T-49-68 D-571 M-08-1989-F
2 Uji Titik lembek aspal T-53-74 D-36-70
Uji titik nyala dan titik
3 T-54-74 D-113-69 M-08-1989-F
bakar
4 Uji daktilitas T-54-74 D-113-69 M-08-1989-F
Uji kelarutan aspal dengan
5 T-44-70 D-165-42
CCL4
6 Uji berat jenis aspal T-228-68 D-70-72
7 Uji kehilangan berat T-47-74 D-6-69 0304-76
Uji kelekatan agregat
8 T-82-84
terhadap aspal
9 Uji viskositas T-22-68 D-7-72 03011-76
Uji pemulihan aspal dengan
10 T-70-90 M-21-1995-03
alat penguap putar
Uji kehilangan berat minyak
11 T-79-88 SNI-06-2440-1991
dan aspal dengan cara A
Uji aspal cair dengan
12 M-81-90 S-03-1995
penguap cepat
No Pengujian AASTHO ASTM SK.SNI PA
Uji aspal cair dengan
13 M-82-75 S-02-1995
penguap sedang
14 Uji aspal emulsi kationik M-208-87 S-01-1995

1.4 Agregat
Selain aspal material lain yang memiliki peran yang sangat penting adalah
agregat. Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi 90-95%
terhadap berat campuran sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor
penentu dari kinerja campuran tersebut untuk tujuan ini, sifat agregat yang harus
diperiksa antara lain :
1. Ukuran Butir
Laporan Praktikum Jalan Raya 6
Ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang
berukuran besar sampai yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat
yang dipakai semakin banayak variasi ukurannya dalam campuran tersebut.
2. Gradasi
Gradasi agregat ditentukan oleh analisis saringan, dimana contoh agregat
harus memenuhi satu set saringan. Gradasi agregat dapat dibedakan atas beberapa
jenis, di antaranya :
a) Gradasi seragam (uniform graded) atau gradasi terbuka (open graded)
adalah gradasi agregat dengan ukuran hampir sama. Gradasi seragam
disebut juga gradasi terbuka atau open graded karena hanya
mengandung sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak
rongga/ruang kosong antar agregat. Campuran beraspal yag dibuat
dengan gradasi ini bersifat porous atau memiliki permeabilitas yang
tinggi, stabilitas rendah, dan memiliki berat isi yang kecil.
b) Gradasi rapat (dense graded) adalah gradasi agregat di mana terdapat
butiran dari agregat kasar sampai halus sehingga sering juga disebut
gradasi menerus, atau gradasi baik (well graded). Campuran dengan
gradasi ini memiliki stabilitas yang tinggi, agak kedap air, dan
memiliki berat isi yang besar.
c) Gradasi senjang (gap graded) adalah gradasi agregat di mana ukuran
agregat yang ada tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada
atau jumlahnya sedikit sekali. Campuran agregat dengan gradasi ini
memiliki kualitas peralihan dari kedua gradasi yang disebutkan diatas.

Laporan Praktikum Jalan Raya 7


Tabel 1.4 Spesifikasi Agregat Berdasarkan Ukuran Saringan
Ukuran Saringan Spesifikasi
mm Inch Bawah Atas
25,400 1" 100 100
19,100 3/4" 100 100
12,700 1/2" 75 100
9,500 3/8" 60 85
4,760 No.4 38 55
2,380 No.8 27 40
1,190 No.16 - -
0,590 No.30 14 24
0,279 No.50 9 18
0,149 No.100 5 12
0,074 No.200 2 8
Pan 2 8

Dengan adanya spesifikasi, maka untuk gradasi agregat yang dihasilkan


yang baik harus masuk dalam batas atas dan batas bawah dari spesifikasi tersebut
sehingga mendapakan campuran yan baik pula.
3. Kebersihan Agregat
Dalam spesifikasi biasanya memasukkan syarat kebersihan agregat, yaitu
dengan memberikan suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak
diinginkan (seperti tanaman, partikel lunak, lumpur dan lain sebagainya) yang
berada dalam atau melekat pada agregat. Agregat yang kotor akan memberikan
pengaruh yang jelek pada kinerja perkerasan, seperti berkurangnya ikatan antara
aspal dengan agregat yang disebabkan karena banyaknya kandungan empung pada
agregat tersebut.
4. Kekerasan
Semua agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan
degradasi selama proses produksi dan operasionalnya di lapangan. Agregat yang
akan digunakan sebagai lapis permukaan perkerasan harus lebih keras (lebih
tahan) dari pada agregat yang digunakan untuk lapis bawahnya. Hal tersebut
disebabkan karena lapisan permukaan perkerasan akan menerima dan menahan
tekanan dan benturan akibat beban lalu lintas paing besar. Oleh karena itu,

Laporan Praktikum Jalan Raya 8


kekuataan agregat terhadap beban merupakan suatu persyaratan yang mutlak
harus dipenuhi oleh agregat yang akan digunakan sebagai bahan jalan.
5. Bentuk Butir Agregat
Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat
(agregat interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan (displacement)
agregat yang mungkin terjadi. Agregat yang bersudut tajam, berbentuk kubikal
dan agregat yang memiliki lebih dari 1 bidang pecah akan menghasilkan ikatan
antar agregat yang paling baik. Dalam campuran beraspal, penggunaan agregat
yang bersudut saja atau bulat saja tidak akan menghasilkan campuran beraspal
yang baik. Kombinasi pengunaan kedua bentuk partikel agregat ini sangatlah
dibutuhkan untuk menjamin kekuatan pada struktur perkerasan dan workability
yang baik dari campuran tersebut.
6. Tekstur Permukaan Agregat
Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada campuran
beraspal karena kekerasan permukaan agregat dapat menahan agregat tersebut dari
pergeseran atau perpindahan. Kekasaran permukaan agregat juga akan
memberikan tahanan geser yang kuat pada roda kendaraan sehingga akan
meningkatkan keamanan kendaraan terhadap slip. Selain itu, film aspal lebih
mudah merekat pada permukaan yang kasar sehingga akan menghasilkan ikatan
yang baik antara aspal dan agregat dan pada akhirnya akan menghasilkan
campuran beraspal kuat.

7. Daya Serap Agregat


Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus menyerap
aspal baik pada saat maupun setelah proses pencampuran agregat dengan aspal di
unit pencampur aspal (AMP). Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada pada
permukaan agregat yang berguna untuk mengikat partikel agregat menjadi lebih
sedikit sehingga akan menghasilkan film aspal yang tipis. Oleh karena itu, agar
campuran yang dihasilkan tetap baik agregat yang porus memerlukan aspal yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kurang porus.

A. Jenis agregat

Laporan Praktikum Jalan Raya 9


Agregat terbagi menjadi agregat kasar,agregat halus,dan filler, berikut
adalah penjelasannya :
a. Agregat Kasar (tertahan No.8)
Persyaratan :
Untuk agregat kasar harus memenuhi syarat sebagai berikut : abrasi
maksimal 40 %, kelekatan terhadap aspal minimal 95 %, bagian yang
lunak maksimal 5 %, berat jenis semu minimal 2,5, penyerapan air
maksimal 3 %, kadar lempung maksimal 0,25 %, kadar debu maksimal 1
%, indeks kepecahan maksimal 25%, bidang pecah maksimal 50%, dan
gradasi lolos saringan ¾” serta tertahan no.4
Fungsi:
Memberikan stabilitas campuran dari kondisi saling mengunci
(interlocking) dari masing-masing agregat kasar dan dari tahanan gesek
terhadap suatu aksi perpindahan. Stabilitas ditentukan oleh bentuk dan
tekstur permukaan agregat kasar (kubus dan kasar).
Karakteristik :
1. Mempunyai kekuatan atau kekasaran (crusshing strenght).
2. Mempunyai bentuk yang relatif kotak atau kubus.
3. Mempunyai bidang permukaan yang relatif kasar.
Agregat kasar yang digunakan dalam pembuatan aspal beton adalah batu
pecah atau kerikil dalam keadaan kering dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Keausan agregat yang diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500
putaran harus mempunyai nilai maksimum 40%.
2. Kelekatan terhadap aspal harus lebih besar dari 95%.
3. Indeks kepipihan agregat maksimum 25%.
4. Penyerapan agregat terhadap air maksimum 3%.
5. Berat jenis semu agregat minimum 2,5%.
6. Gumpalan lempung agregat maksimum 0,25%.
7. Bagian-bagian batu yang lunak dari agregat harus kurang dari 5%.

b. Agregat halus (lolos No.8 dan tertahan No.200)


Persyaratan:

Laporan Praktikum Jalan Raya 10


Agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : berat jenis
semu minimal 2,5, peresapan agregat terhadap air minimal 3%, kadar debu
maksimal 8%, agregat lolos saringan no.4.
Fungsi:
Menambah stabilitas dari campuran dengan memperkokoh sifat saling
mengunci dari agregat kasar dan juga untuk mengurangi rongga udara
agregat kasar. Selain itu, semakin kasar tekstur permukaan agregat halus,
maka dapat menambah kekasaran permukaan. Agregat halus No.30 s/d
No.200 penting untuk menaikkan kadar aspal sehingga akan lebih awet.
Karakteristik :
1. Mempunyai kekuatan atau kekerasan (crusshing strenght)
2. Mempunyai bentuk yang relatif kubus.
3. Mempunyai bidang permukaan yang relatif kasar.
Agregat halus harus terdiri dari bahan-bahan berbidang kasar, bersudut
tajam, dan bersih dari kotoran-kotoran. Agregat halus terdiri dari pasir,
bahan-bahan halus, hasil pemecahan batu atau kombinasi bahan-bahan
tersebut dalam keadaan kering yang memenuhi syarat :
1. Nilai sand equivalent dari agregat minimum 50.
2. Berat jenis semu minimum 2,5.
3. Dari pemeriksaan Atterberg, agregat harus non-plastis.
4. Peresapan agregat terhadap air maksimum 3%.

c. Filler (lolos No.200)


Filler merupakan salah satu bahan pengisi rongga campuran aspal, sebagai
bahan pengisi rongga udara pada material sehingga dapat memperkaku
lapisan aspal.
Adapun karakternya:
1. Mengisi ruang kosong.
2. Membuat mix stiff / stable.

B. Standar Pengujian Agregat

Laporan Praktikum Jalan Raya 11


Dalam pengujian agregat terdapat beberapa macam standar yang digunakan
untuk masing-masing proses pengujian agregat ditunjukkan pada Tabel 1.5

Tabel 1.5 Standar Pengujian Agregat


PENGUJIAN AASHTO ASTM
Uji analisa saringan agregat halus dan kasar T-27-74 D-36-46
Uji berat jenis dan penyerapan agregat kasar T-85-74 C-127-68
Uji berat jenis dan penyerapan agregat halus T-84-74 D-128-68
Uji kelekatan agregat terhadap aspal T-182
Uji berat isi agregat T-19-74 C-29-71
C-131-55
Uji keausan agregat dengan mesin Los Angeles T-96-74
C-535
Uji jumlah bahan dalam agregat yang lolos dalam saringan T-11-90
Uji agregat halus/pasir yang mengandung bahan plastis
T-176-86
dengan cara setara pasir
Uji spesifikasi agregat halus untuk campuran perkerasan
M-29-91
aspal

1.5 Campuran Aspal


A. Definisi
Rancangan campuran aspal adalah nama lain dari aspal beton yaitu
campuran yang terdiri dari komponen-komponen agregat yang merupakan agregat
komponen terbesar dalam campuran pencampurnya melalui proses pemanasan
untuk mendapatkan campuran aspal beton ynag baik perlu dilkukan perencanaan
campuran dimana dat-data yang diperlukan untik membuat aspal beton adalah :
1. Jenis agregat
2. Gradasi agregat
3. Mutu agregat
4. Jenis aspal keras
5. Jenis bahan pengisi
Beton aspal terdiri dari campuran agregat dari bagian diameter dan aspal.
Pencampuran dapat dilakukan secara panas. Untuk hot mix bahan dipanaskan
sampai 155˚C bagai agregat165˚C,serta akan menghasilkan campuran dengan
suhu 160˚C.

Laporan Praktikum Jalan Raya 12


Setelah merancang campuran aspal dan proses pembuatan benda uji maka
yang akan dilakukan selanjutnya adalah pemeriksaan benda uji atau yang biasa
disebut dengan marshall test.

B. Marshall Test
Marshall adalah merupakan alat penguji campuran beraspal yang
umumnya dilakukan untuk mengetahui kekuatan campuran beraspal yang
digunakan dalam perkerasan lentur jalan raya.
Rancangan campuran berdasarkan metode marshal di temukan oleh Bruce
marshall, prinsip dari metode ini adalah pemeriksaan stabilitas dan kelekatan
(flow)serta analisis ke padatan dan pori dan campuranpadat yang berbentuk
Alat marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring
(cincin penguji) berkapasitas 22.2 kns (5000 lbs) dan flow meter. Proving ring di
gunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan flow meter untuk mengukur
kelebihan plastis atau flow.
Prinsip dasar teori marshal adalah pemeriksaan stabilitas dan kelekatan
(flow), sert analisis kepadatan dan pori campuran padat yang terbentuk dan
rancangan campuranberdasarkan metoda marshalyang ditemukan oleh Burce
Marshal.Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima
beban sampai terjadi kelelehan, sedangkan plastisitas (flow) adalah keadaan
perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban runtuh
yang dinyatakan dalam mm atau 0,01.
Hubungan antara stabilitas dan flow adalah berbanding lurus, semakin
besar stabilitas maka semakin besar juga flownya begitu juga sebaliknya.
Pengujian Marshall untuk mendapatkan stabilitas dan flow mengikuti prosedur
SNI 06-2489-1991 atau AASHTO T-245,90. Metode Marshall dikembangkan
untuk rancangan campuran aspal beton. Menurut AASHTO menetapkan 3 buah
benda uji untuk setiap kadar aspal yang digunakan. Agregat didalam pada
temperatur 105˚C-110 ˚C. Secara garis besar pengujian Marshall meliputi :
1. Persiapan benda uji
2. Penentuan berat jenis bulk benda uji
3. Perhitungan sifat volumetric benda uji.

Laporan Praktikum Jalan Raya 13


Alat Marshall dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji)
berkapasitas 22,2Kn (5000lbs) dengan flow meter untuk mengukur kelelehan
plastis dan flow. Agregat yang di gunakan untuk membuat benda uji marshall
tidak boleh melebihi 25 mm. jika di gunakan agregat melebihi 25 mm–38mm
maka harus di lakukan modifikasi.

C. Standar Pengujian Campuran Aspal


Dalam pengujian pengujian campuran terdapat beberapa macam standar
yang digunakan untuk masing-masing proses pengujian, antara lain:
1. Marshall Test SK.SNI 06-2489-1991
2. Uji Kadar Bitumen dengan Cara Ekstraksi AASHTO T-164-74

Laporan Praktikum Jalan Raya 14

Anda mungkin juga menyukai