STRUKTUR BAJA
Bangunan baja (structural stell)disebut karbon steel, terutama terdiri dari unsur besi (Fe)
dengan sedikit campuran bahan lain,terutama carbon (C). Banyaknya bahan carbon dalam baja
tidak tetap, dan umumnya tidak lebih dari 0,5 % dari berat seluruhnya.
Sifat dari baja dapat terlihat dengan jelas pada “stress strain curve”. Yang didapat dari
suatu percobaan tarik.
𝑷
Tegangan (stress) 𝝈=
𝑭
𝚫𝐋
Regangan (strain) ∑ =
𝑳
dimana :
Hubungan antara tegangan dan regangan ini disebut sress-strain curve mempunyai bentuk
umum, sbb :
σ OA = Daerah elastis
AB = Daerah flastis
σu C BCD = Daerahpengerasan
A B σy = Tegangan leleh(yeld stress)
D σu = Ultimate stress
σy
1
Kelompok 2
Apabila tegangan yang terjadi telah mencapai yield point (A) maka akan terjadi
perpanjangan yang besar. Meskipun perpanjangan ini belum menimbulkan putusnya batang
tersebut. Tapi dalam prakteknya akan mempengaruhi bagian-bagian konstruksi lain yang
berhubungan dengan batang itu. Oleh sebab itu perlu dijaga tegangan yang terjadi pada setiap
bagian konstruksi tidak melebihi tegangan leleh berhubungan dengan hal tersebut. Tegangan
yang diizinkan ( 𝜎̅ ) pada suatu barang tarik ditentukan sebagai berikut :
Dimana :
𝝈𝒚 f = Faktor keamanan
̅=
𝝈 𝒇 𝜎y = Tegangan leleh
𝜎̅ = Tegangan yang diizinkan
untuk bangunan gedung biasanya f = 1,67 dan angka ini disebut juga “Basic Safety Faktor”.
Batang tarik adalah suatu bagian dari konstruksi yang mangalami gaya axial tarik
susunan bahan yang membentuk penampang suatu batang tarik tidak begitu penting bentuknya
boleh bermacam-macam, asalkan luasnya cukup kuat untuk memikul gaya yang bekerja pada
batang tersebut. Bentuk – bentuk penampang suatu batang tarik yang biasa dipakai adalah
sebagai berikut :
Baja bulat ( ROD ) : bentuk ini sering dipakai sebagai pengacu ( bracing )
padabangunan gedung – gedung.
Kabel ( ROPE ) : terdiri dari sejumlah kawat yang dijalin menjadi satu bentuk ini
dapat dipakai mulai dari pemikul beban yang kecil sampai
beban yang besar ( pada jembatan gantung )
2
Kelompok 2
Baja siku rangkap (double angel ) untuk beban yang besar seperti rangka atap
gedung bertingkat, jembatan dengan plat pertemuan antara kedua baja tersebut.
Bentuk ini biasanya dipilih untuk bangunan tepi atas dan bawah dari suatu
rangka atap apabila sambungannya dilakukan dengan las, karena batang dinding
(vertikal dan diagonal) dapat langsung di sambung pada bagian vertikal cari
profil tanpa memerlukan plat pertemuan.
Bentuk-bentuk terakhir ini dipakai sebagai batang tarik terutama pada jembatan
rangka (Dale Olane Truss)
3
Kelompok 2
KELANGSINGAN BATANG
Faktor lain yang harus diperhatikan pada perencanaan batang tarik adalah
kekakuannya kalau menghindari maka kelangsingannya didefinisikan sebagai perbandingan
antara panjang dengan jari-jari (radius gyrtion) tidak boleh melebihi :
𝑳
Konstruksi utama : λ max =𝒊 𝒎𝒊𝒏= 240
𝑳
Konstruksi sekunder : λ max =
𝒊 𝒎𝒊𝒏
= 300
Pembatasan ini tidak berlaku apabila batang tarik itu terdiri dari baja bulat , untuk ini
diameter batang yang dipakai setidaknya 1/500 x panjangnya,
𝐋
dmin =
𝟓𝟎𝟎
DESIGN
Pada prinsipnya, perhitungan kekuatan dari suatu batang tarik hanya berdasarkan rumus
𝐏
𝝈′ = ̅ ∶ tegangan yang timbul harus lebih kecil atau sama dengan teganganyang
𝝈′ ≤ 𝝈
𝐅
diizinkan. Dengan demikian, luas penampang yang diperlukan :
𝐏
F=
𝝈′
problem yang harus diperhatikan hanyalah luas penampang efektif pada sambungan-
sambungan serta pemilihan profil yang tepat sehubungan dengan kekakuan dan mudah tidaknya
disambungkan pada bagian-bagian kost. Yang lain.
Pengaruh sambungan terhadap luas penampang suatu batang tarik dapat dibagi :
4
Kelompok 2
Kalau pada suatu potongan terdapat lubang, maka luas penampang efektif adalah sama
dengan luas penampang seluruhnya dikurangi dengan luas lubang yang terdapat pada potongan
tersebut:
Fef = F – n.∆F
..........................( 3 )
Dimana :
n = Jumlah lubang
Apabila garis potongan itu tidak lurus (zig zag) maka lebar efektif menurut Cochrane
dengan Smith yang kemudian dicantumkan dalam American Specification.
........................( 4 )
Dimana :
Contoh :
Baja siku tanggal yang disambungkan pada plat pertemuannya pada sisi saja akan
mengalami momen karena tidak sentrisnya gaya pada sambungan tersebut berhubungan dengan
hal tersebut maka sebagai luas penampang efektif ambil luas bersih kaki yang disambungkan
ditambahkan dengan setengah luas kaki yang tidak disambungkan.
..................( 5 )
Contoh perhitungan :
Hitung besar P ( gaya tarik maks ) yang dapat dipukul oleh𝟏sebuah baja siku L 60.60.8 ,
F =F + F
sambungan dilakukan dilakukan pada salah satu sisinyacfdengan1 paku 2
𝟐 keelingring diameter (d) ¾
. yield stress = 2300 kg/cm2.
Penyelesaian :
6
Kelompok 2
Diameter lubang biasanya kita ambil 1/16’’ lebih besar dari pada diameter batang ini jadi
biasanya karena pinggiran lubang agak rusak padawaktu pemasangan rivet, Jadi diameter lubang
13/16” = 21 mm.( θ = rivet ¾’ ; τy = 2300 kg / cm² )
𝝈𝒚 𝟐𝟑𝟎𝟎
̅=
𝝈 = = 1377≈ 1400 kg/cm2
𝑭 𝟏,𝟔𝟕
- Kekuatannya
- Luas penampangnya
Tergantung pula pada bentuk dan material batang tersebut karena disitu timbul bahaya
tekuk.Maka batang harus tekuk kaku untuk menahan tekuk ke segala arah, dalam perencanaan
suatu batang tekan, kelangsingan hendaklah dijaga agar tidak terlalu besar.sebagai harga terbesar
dapat diambil :
TEKUK ( BUCKLING )
7
Kelompok 2
Timbulnya bahaya tekuk dapat diambil dari percobaan model kolom yang ada ideal :
𝑴
Misalkan :K = disebut spring konstan. Setelah gaya P bekerja pada suatu saat. Model
𝜽
Gaya
kolom akan suatu aksial
menekuk serta yang konsentris
terjadinya maxsebesar
lenturan ∆. Dalam
yang dapat dipikulkeadaan
oleh suatu
ini, spring tadi telah
batang tekan
mengalami rotasimenurut
sebesar“Buler “ adalahmomen
2 𝜽 sehingga : pada spring tadi adalah :
8
Kelompok 2
𝝆𝒄𝒓
𝝈𝒄𝒓 =
BEBAN 𝑭
KRITIS
𝝅𝟐. 𝑬𝒕 . 𝑰
=
( 𝒌𝑳 )𝟐 . 𝑭
𝝅𝟐. 𝑬𝒕
=
( 𝒌𝑳/𝑰 )𝟐
Dari rumus Buler diatas dapat dilihat bahwa ρ kritis itu tergantung pada B21 stress – strain
curva pada pembebanan konstan tegangan yang terjadi adalah :
𝝅𝟐 𝑬𝒕
𝝈𝒄𝒓 =
( 𝝀 )𝟐
........................( 8 )
9
Kelompok 2
Jika tegangan kritis yang terjadi itu lebih kecil dari pada proportional limit ( σpe) maka
harga Et konstan yaitu sama dengan Young’s Modulus, untuk keadaan ini ρkritis tadi dinamakan
Elastis Buckling Load dan besarnya adalah :
𝝅𝟐 𝑬𝑰
𝝆𝒄𝒆 =
( 𝒌𝑳)𝟐
............................. ( 9 )
𝝅𝟐 𝑬
𝝈𝒆 =
( 𝝀 )𝟐
............................ ( 10 )
𝝈𝒚 𝟐
𝝈𝒄𝒓 = 𝝈𝒚 − ( 𝝀 )𝟐
𝟒𝝅𝟐 𝑬
........................ ( 11 )
dengan anggapan bahwa Residul Stress Maximum adalah sebesar 50 % dari “Yield Stress”,
dengan demikian tegangan yang diizinkan untuk bagian tekan kita dapat dari tegangan kritis
dibagi dan faktor keamanan.
𝝈𝒄𝒓
̅=
𝝈
𝒇
σy
berdasarkan bahwa asumsi Proporsional Limit adalah setengah dari “Yield Stress”. Kalau
kelangsingan batang untuk keadaan ini disebut λcmaka :
σp
𝟐
( 𝝈𝒚 )
𝝈𝒄𝒓 = 𝟏⁄𝟐 𝝈𝒚 = 𝝈𝒚 . ( 𝝀 )𝟐
𝟒𝝅𝟐 𝑬
𝟐𝝅𝟐 𝑬
𝝀𝒄 = √
𝝈𝒚
10
Kelompok 2
................................ ( 12 )
𝝀 𝟐
𝝈𝒄𝒓 = 𝝈𝒚 [𝟏 − 𝟏⁄𝟐 ( ) ]
𝝀𝒄
.......................... ( 13 )
λc merupakan batas antara Elastis Buckling ( λ>λc) dan In Elastic Buckling (λ<λc)
FAKTOR KEAMANAN ( f )
Ada 2 faktor yang menyebabkan kekuatan sebuah kolom kurang dari kekuatan teoritis
yang diperhitungkan
- Kurang tepatnya bentuk batang dan pembebanan
- Berbedanya tahanan kolom ( Coulomb Restrain )
Dari yang dianggap pada perhitungan sehingga berbeda pula panjang tekuknya dari yang
sebenarnya.
A I S C( AmericanInstitute of Steel Construction ) memakai rumus kolom yang menekuk
secara “In Elastic Buckling” (λ<λc)
𝝉𝒚𝟐
𝝉𝒄𝒓 = 𝝉𝒚 −𝟑 𝟐 ( 𝝀 )𝟐
𝟓 𝟑 𝝀 𝟏 𝝀 𝟒𝝅 𝑬
𝒇 = + ( )− ( )
𝟑 𝟖 𝝀𝒄 𝟖 𝝀𝒄
................................ ( 14 )
untuk kolom pendek harga f diambil 1,67 pada batas atasnya, untuk kelangsingan harga F
menjadi 1,92 yaitu :
11
Kelompok 2
faktor keamanan yang dipakai untuk daerah Elastic Buckling (λ>λc ), jadi untuk Elastic Buckling
f = 1,92 dan untuk InElastic Buckling f dihitung jadi persamaan ( 14 ).
Contoh Perhitungan :
Diketahui :
Penyelesaian :
𝒌 .𝒍 𝟑𝟔𝟎
𝝀= = = 𝟕𝟑 < 𝜆𝑐 ( 𝐼𝑛 𝐸𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝐵𝑢𝑐𝑘𝑙𝑖𝑛𝑔 )
𝑰 𝒎𝒊𝒏 𝟒, 𝟗𝟔
𝟑
( 14 )........ 𝒇 = 𝟓⁄𝟑 + 𝟑⁄𝟖 (𝟕𝟑⁄𝟏𝟑𝟒) − 𝟏⁄𝟖 (𝟕𝟑⁄𝟏𝟑𝟒) = 𝟏, 𝟖𝟓
𝝀 𝟐
( 13 )........ 𝝈𝒄𝒓 = 𝝈𝒚 (𝟏 − 𝟏⁄𝟐 (𝝀𝒄) )
𝟕𝟑 𝟐
= 𝟐𝟑𝟎𝟎 (𝟏 − 𝟏⁄𝟐 (𝟏𝟑𝟒) ) =2300 1- 1/273/134^2
𝒌𝒈⁄
= 𝟏𝟗𝟓𝟎 𝒄𝒎 =1950 kg/cm
12
Kelompok 2
Panjang tekuk ( KL ) suatu batang bergantung pada tahanan pada kedua ujungnya
Panjang tekuk kolom suatu bangunan bertingkat dengan “Rigid Connection” dapat
dihitung memakai “Nomogram”.
Apabila beam dan kolom yang bertemu pada satu titik tidak sama besar atau panjangnya,
maka Y1 dan Y2 harus dipakai rumus :
𝜮 (𝑰𝒄𝟏/𝑳𝒄𝟏) 𝜮 (𝑰𝒄𝟐/𝑳𝒄𝟐)
𝒀𝟏 = 𝒅𝒂𝒏 𝒀𝟐 =
𝜮 (𝑰𝒃𝟏/𝑳𝒃𝟏) 𝜮 (𝑰𝒃𝟐/𝑳𝒃𝟐)
Pada persamaan untuk Y diatasapabila uujung kolom berupa perletakan maka perletakan
sendi.
𝑰/ 𝑳 𝑰/𝑳
𝒀𝟏 = 𝒅𝒂𝒏 𝒀𝟐 =
𝑰 𝟏 /𝑩 𝑰 𝟐 /𝑩
13
Kelompok 2
Note : Kelangsingan yang lebih persen dari λc = 134 mempunyai saftey factor yang sama
14
Kelompok 2
∑ ( І b1 / І b2 ) = 0 sehingga Y1 =
keadaan ideal itu tidak pernah dijumpai sehingga ACRC ( kolomb Research Council )
menganjurkan pemakaian Y1 = 10.
∑ ( І b1 / І b2 ) = sehingga Y1 = 0
Adalah suatu bagian dari konstruksi dari yang mendapat beban sejajar pada sumbu
memanjang , beban tersebut akan menimbulkan tegangan lentur ( bending stress ) dan tegangan
geser ( shear stress) pada gelagar.
apabila dibebani maka ia akan melentur seperti terlihat pada gambar memanjang setiap bidang
15
Kelompok 2
Dari gelagar 𝟏itu dipisahkan, maka akan terlihat bahwa akibat dari lentur M, serat sebelah
𝑴 . .𝒉 𝑴
𝛔max
atas akan = dan
tertekan,
𝟐
І
= sebelah bawah (Strain ) ε yang terjadi ini adalah sebanding dengan
serat 𝑾
jaraknya dari tegangan netral z, besarnya tegangan yang terjadi yaitu :
M = Momen
Z = Garis netral
....................... ( 15 )
= Inersia
Besar akan terjadi apabila Z mencapai harga maximum
........................... ( 15a )
........................... ( 15b )
dinamakan momen berlawanan tegangan lentur terjadinya harus lebih kecil dari tegangan leleh
(yield stress).
16
Kelompok 2
2. Ada profil-profil yang tidak simetris tadi sering juga di pakai sebagai 'beam' (gelagar),
yaitu yang berbentuk.
Hal ini terjadi misalnya pada sebuah gelagar yang di samping mendapat beban
vertical juga dibebani oleh gaya horizontal (misalnya gaya angin) sekarang gaya resultan
'p' tidak lagi berada dalam bidang simetris tadi.
........................... ( 20 )
𝑴𝒚 𝑴𝒙
𝝈= +
𝑾𝒙 𝑾𝒚total max. terjadi :
dengan memakai momen perlawanan, tegangan
17
Kelompok 2
................................ ( 20a )
Mx dan My adalah momen-momen yang disebabkan oleh ρx dan ρy lenturan total adalah:
𝑴𝒚 𝑰𝒙𝒚
𝝈= ( Z2 - . Z1)
𝑰𝒎𝒙 𝑰𝒚 ............................ ( 21 )
∆akibat
dimana ∆x dan ∆y adalah = √(∆𝐱)²
lenturan +
yang(∆𝐲)²
masing2 disebabkan oleh ρx:ρy.
𝑰𝒙 .𝑰𝒚−𝑰𝟐 𝒙𝒚 𝑰𝒙 .𝑰𝒚−𝑰𝟐 𝒙𝒚
mx = dan my =
𝑰𝒚 𝑰𝒙
xy = ∫f . xydf
............................. ( 22 )
dan apabia terdapat pula gaya tegak lurus pada sumbu y yaitu ρx.
........................... ( 22a )
18
Kelompok 2
Z1 dan Z2 adalah koordinat dari titik pada penampang, dimana tegangan2 tadi dihitung.
Kalau beban itu bekerja miring. maka ia harus di uraikan dulu sejajar sumbu x
dan y tegangan dan lenturan di hitung terpisah untuk masing-masing gaya kemudian di
jumlahkan (tegangan secara aljabar dan lenturan secara vektoristegangan secara aljabar
dan lenturan secara vektoris).
𝑷 𝑴. 𝒁
𝝈= .±
𝑭 𝑰
𝑷 𝑴
Tegangan max, terdapat jauh dari garis netral yaitu pada tepi atap,sebesar 𝑭 + untuk
𝑾
tegangan leleh :
19
Kelompok 2
𝑷 𝑴 𝑷 𝑴
+ = 𝝈y atau + =𝟏
𝑭 𝑾 𝑭 . 𝝈𝒚 𝑾 . 𝝈𝒚
Beam Kolom .
Khusus Gaya axial yang bekerja itu merupakan gaya tekan dari kolom gelagar itu kita
dapatkan interaction equation dalam bentuk :
M𝑷b+( 𝑴𝟏 )
𝑷= 𝟏
𝐏𝟎 𝟏−
𝑴𝟎 𝑷𝟎
P0 adalah gaya kolom max yang dapat dipikul oleh batang apabila tidak ada BENDING
MOMEN,jadi gaya dengan :
𝝈𝒄𝒓
.𝑭
𝒇
M0 adalah gaya yang dapat dipikul oleh batang apabila tidak ada gaya axial,jadi gama
dengan
𝝈𝒚
.𝑾 f = 1,67
𝒇
M adalah Momen max yang terjadi pada batang. Kolom Mb adalah momen batang pada
awalnya, maka dengan adanya gaya tekan P, maka momen batang tadi akan bertambah menjadi
Pada bangunan-bangunan gedung akan kita temui momen yang tidak sama besarnya
dikeujung batang. Tandanya berbeda.
Untuk hal ini menurut “MASSONET” momen awal tersebu t pada rumus-rumus di atas
𝑴𝒆𝒒 = √𝟎, 𝟑 𝑴𝟏 𝟐 + 𝟎, 𝟑 𝑴𝟐 𝟐 + 𝟎, 𝟒 . 𝑴𝟏 . 𝑴𝟐
20
Kelompok 2
M1 dan M2 adalah moment ujung yang tandanya sama apabila lentur kearah yang sama, dan
berbeda tanda apabila menyebabkan lentur kearah berlawanan.
Contoh perhitungan :
Dari frame analysis suatu portal bertingkat didapat gaya axial dan momen seperti
gambar, Portal ini tidak dapat bergoyang ( No Side away ) dan tidak ada lateral support titik-titik
pertemuan, periksa apakah kolom atas cukup kuat atau tidak.
21
Kelompok 2
Penyelesaian :
𝒌.𝑳 𝟒𝟓𝟎
= = 𝟕𝟑, 𝟐𝟒 < 𝝀𝒄 ( 𝑰𝒏𝑬𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒄𝒆𝑩𝒖𝒄𝒌𝒍𝒊𝒏𝒈 )
𝑰𝒎𝒊𝒏 𝟔,𝟏
5 3 73 1 73 3
𝝆= + ( ) − 8 (134) = 1,85
3 8 134
1 𝜆 2
𝑘𝑔⁄ 2 1 43 2
𝝈𝒄𝒓 = 𝜎𝑦 (1 − ( ) ) = 2300 (1 − ( ) ) = 1960 𝑐𝑚
2 𝜆𝑐 2 134
𝜎𝑐𝑟 . 𝐹 ( 1,96 ).(111)
𝝆𝟎 = = = 118 𝑡𝑜𝑛
𝑓 1,85
= 0,4 𝑡𝑚
𝐼𝑐1⁄𝐿𝑐1 11690⁄4,5
𝒀𝟏 = = = 0,29
𝐼𝑏1⁄𝐿𝑏1 67120⁄7,5
2 .(11690⁄4,5)
𝒀𝟐 = = 0,58
67120⁄7,5
Kalau menghitung menjauh lenturan terhadap Momen DIE arah tekuk kolom harus DIE
sesuaikan dengan arah Momen dalam hal ini (rumus) terhadap sumbu X-X
Mcq B.C
M = P = 10 = B.C tm – M1-B.B t.m
(1− ) (1− )
Pc 2660
W 2300.2381,5
𝑴𝒐 = σy . = = 3280. 103 kg.cm = 32,8 t.m
𝑓 1,67
22
Kelompok 2
P 𝑀 70 8,8
+ 𝑀𝑜 = 118 + 32,8 = 0.863< 1 Jadi, kolom cukup kuat
Po
Disini pengaruh geser terhadap garis gaya daya dukung kolom lebih besar open
couloumnya dengan Lacing ---untuk pengaruh geser maka K menjadi ( moolpiec)
λ
𝑲=K+
4000
Open couloum dengan batten plates 1 koepisien K untuk mendapatkan panjang Tarikmenjadi:
𝜋2 𝐿1/𝑖1
𝑲 = K√ ( )
12 𝐿/𝑖𝑦
Pada kolom terdapat kemungkinan bahwa runtuhnya kolom itu disebabkan oleh
mengkuknya masing-masing batang terhadap SB.1
Tegangan kritis total dan Buckling masing-masing:
ƐI
Dari kedua persamaan diatas dapat dilihat tekuk setempat tidak akan selama
23
Kelompok 2
Jarak antara lacing atau Batten Plates tidak lebih besar dari :
L1 40 iI
L1
Lateral force Q =…
𝐐 𝓵
𝐗 𝐋𝟏 = 𝐭 .
𝟐 𝟐
𝐐 . 𝐋𝟏
𝐓=
𝓵
T
Untuk Tiap Plat Kopel T1 =
2
CONTOH PERHITUNGAN :
Tentukan profil yang diperlukan untuk kolom yang terdiri dari sepasang baja konal
dihubungkan satu sama lain dengan plat kopel ( BATTEN PLATS ). Gaya yang harus di
pikul adalah 55 t .inggi kolam 7.5 m dan kedua luangnya sendi.
24
Kelompok 2
Penyelesaian :
LATERAL PORCE :
1 100 80
𝜑 = 100 [ 80+10 +100 ] . P = 0.02 .P
= 0.02 . 55 = 1.1 ton
BALOK TUNGGAL :
55
P= = 27.5 ton
2
25
Kelompok 2
𝜑 1.1 LI 45.0
Mmax = . 18.5 = . 18.5 10.2 ton . cm denganF I = 21 ny = 7.14 ∽ 21
2 2
2.27
P0 = 1.72 . ( 32.2 ) = 42.7 ton , f = 1.72 ; 𝜏cr = 2290 kg/cm²
2.300
M = .
1.67
P M 27.5 10.2
+ M = 42.7 + 57.2 - 0.644 + 0.271 = 0.948 < 1
p0 0
𝑄. 𝐿𝑖 1.1. (450)
𝑇= = = 2.6 𝑇𝑜𝑛
𝜄 189.8
𝑇 2,6
Tiap plat kopel : 𝑇1 = 2 = = 1,3 𝑇𝑜𝑛
2
15
𝑀 = (1,3) ( 2 ) = 9.75 𝑡. 𝑐𝑚
1
W = 6 . (0,6)(16)2 = 25,6 𝑐𝑚3
9750
σ𝑚𝑎𝑥 = = 361 Kg/Cm2< 1400 Kg/Cm2
356
3 𝑇1 3 1300
T𝑚𝑎𝑥 = 2 × − 2 × (0,6×16) = 203 Kg/Cm2 < 0,6 x 1400 Kg/Cm2 OK
𝐹
Macam-macam sambungan
1. Lap Joint : Bentuk yang paling sederhana adalah Lap Joint, dimana plate yang akan
disambungkan overlapping satu sama lain.
26
Kelompok 2
Gambar 1a Gambar 1b
2. Butt Joint : Disini kedua plat yang akan disambungkan terletak dalam satu bidang,
sambungan dilakukan dengan sebuah atau dua buah plat penyambung
Gambar 2b
Gambar 2a
Paku keling (Rivet) yang terdapat pada sambungan-sambungan seperti gambar 1a, 1b, 2a dan
mempunyai satu bidang geser dinamai Single Shear.Sedang yang terdapat pada gambar 2b
mempunyai dua bidang geser dinamakan Double Shear.
ASUMSI
Dalam perhitungan sambungan dengan rivet ini asumsi yang dipakai adalah :
- Sebuah gaya yang bekerja melalui titik berat susunan rivet tersebut yang
dipikul sama besar oleh masing-masing rivet
- Tegangan geser pada penampang sebuah rivet dianggap terbagi rata
- Setelah dipasang, rivet mengisi sepenuhnya lobang rivet
27
Kelompok 2
1. Tegangan geser, terjadi pada bidang geser rivet itu dan besarnya adalah :
𝑷
Dimana :
𝝉𝒔 =
𝑭𝒔 P = gaya yang bekerja pada tiap rivet
Fs = luas penampang rivet
2. Tegangan tumpu, terjadi antara rivet dengan plat besarnya adalah
𝑷 Dimana :
𝛔b =
𝑭𝒃
Fb = luas bidang tumpu
dimana : t = harga yang terkecil antara plat yang disambung dengan plat
penyambung
KEKUATAN RIVET :
Berhubung dengan adanya 2 macam tegangan yang terjadi maka kekuatan sebuah rivet
juga 2 macam :
1. Shear strength : kekuatan terhadap geser, yaitu luas bidang geser dikali tegangan geseryang
28
Kelompok 2
diizinkan
Ps = Fs x 𝛕̅
2. Bearing strength :kekuatan terhadap tumpu yaitu luas bidang tumpu dikali tegangan tumpu
yang diizinkan.
Pb = Fb x 𝛔
̅b
Kekuatan sebuah rivet adalah harga yang terkecil antara shear dan bearing strength.
EFISIENSI :
Efisiensi suatu sambungan adalah perbandingan antara gaya max yang dapat dipikul oleh
sambungan itu dengan kekuatan max dari batang apabila tidak ada sambungan .
𝑷𝒎𝒂𝒙
Efisiency = μ = 𝑷𝒃
Hitung Gaya P Max yang dapat di pikul oleh sambungan seperti gambar diameter rivet
19 mm.
29
Kelompok 2
𝜋.(2)2
Rivet = Ps = 2. . 1120 = 7034 kg
4
Pb = 2. 1,6 . 2800 = 8960 kg
Kekuatan 6 buah rivet = 6 x 7034 = 42204 kg
Setiap rivet dianggap mengendalikan gaya sama besar dari plat utama ke plat
penyambung kalau gaya dalam plat semula P. Maka pada masing-masing potongan
1.2.3 gaya dalam menjadi P,
P = 37632 kg
Potongan 3: Fn = (18)(1.6) – (2). (1.6) (3)= 19.2
3
p= (19.2).(1400)
6
P = 53760 kg
Kekuatan plat utama = 35840 kg
Plat penyambung : gaya max pada plat penyambung , terdapat pada potongan 3
Fn = 2 [(18 .1) - (2.1.3)= 24.0 𝑐𝑚2
Kekuatan plat penyambung : (24.0). (1400) = 33600 kg 𝟓 𝟑
𝐩 , 𝐝𝐚𝐧 𝐩.
Dari ke 3 kekuatan di atas (rivet , plat utama , plat 𝟔
penyambung). 𝟔
Yang menentukan adalah yang terkecil .jadi , P max yang boleh bekerja adalah : 33600 kg.
𝟑𝟑𝟔𝟎𝟎
Effeciency :μ =(𝟏𝟖).(𝟏.𝟓).𝟏𝟒𝟎𝟎. 100% = 83 %
MERENCANAKAN SAMBUNGAN
30
Kelompok 2
Jumlah rivet yang dipakai pada suatu sambungan harus cukup kuat untuk memikul gaya
yang bekerja. Jumlah rivet ini didapatdengan membagi gaya yang bekerja dengan kekuatan
sebuah rivet.
𝒈𝒂𝒚𝒂
ᴨ=
𝒌𝒆𝒌𝒖𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒓𝒊𝒗𝒆𝒕
Kalau tebal plat yang di sambung adalah t maka diameter rivet yang di gunakan adalah:
d = 6 √t
M = P.l
Akibat M gaya pada setiap rivet adalah sebanding dengan jarak rivet ke titik berat (jari-
jari) dan arah nya pada jari-jari itu. Jadi besarnya gaya pada setiap rivet dengan jari-jari r adalah
K = K .r (K = faktor sebanding )
Momen total dari gaya-gaya yg bekerja pada rivet , di sebut juga momen dalam menjadi :
M = Σ .k . r = Σ . k .r = k . Σ . r2
𝑴 𝑴 .𝒓
K=
𝚺.𝐫𝟐
jadi K =
𝚺.𝐫𝟐 31
Kelompok 2
Kx = K sin 𝜶
Ky = K cos 𝜶
Kalau absis dan kordinat dari suatu rivet di sebut X dan Y maka :
X = r cos
Y = r sin
r2= X2 + Y2
dari persamaan ini kita dapatkan :
𝐌.𝐫 𝐬𝐢𝐧 𝜶 𝑴. 𝒀
Kx = =
𝚺𝒓𝟐 𝚺𝒙𝟐 + 𝚺𝒚𝟐
𝑴 .𝒓 𝐜𝐨𝐬 𝜶 𝑴. 𝑿
Ky = =
𝚺𝒓𝟐 𝚺𝒙𝟐 + 𝚺𝒚𝟐
contoh perhitungan :
32
Kelompok 2
diket : P = 5 ton
t1 =15 mm
t2 = 12 mm
ditanya : hitung diameter rivet yang diperlukan
jawab :
akibat D : setiap rivet akan mendarat gaya vertikal
kebawah sebesar :
𝑷 𝟓
Ky = = = 1,0 ton
𝒏 𝟓
Gaya total terbesar akan tetapi terjadi pada rivet – rivet 1 dan 2 karena komponen Ky
akibat P Ky akibat M mempunya arah yang sama . jadi saling menjumlahkan
𝑀 .𝑦 150 .8
KX = 𝑍𝑥2+𝐸𝑦2 = = 3.0 ton
400
𝑀. 𝑥 150 .6
Ky = Σ𝑥2+Σ𝑦2 = = 2.25 ton
400
33
Kelompok 2
Kekuatan rivet :
𝜋 .𝑑2
Ps = x 1120 = 880 d2 kg
4
880 d2 = 4420
d = 2.24 cm ( menentukan)
3360 d = 4420
4420
d = 3360 = 1.32 cm < 2.24
d = 22,4 – 1 = 21,4 mm 22 mm
34
Kelompok 2
Rivet a
M=P.L
= 15 . 0,15
= 225 ton
∑X2 = 0
∑Y2= 2 (4)2 + (12)2 + (20)2
Yang dimaksud disini adalah rivet yang menghubungkan bracket dengan flange kolom
arah momen bekerjanya tegak lurus pada bidang sambungan, bracket akibat momen itu akan
berputar terhadap garis netral.
Kalau jarak antara rivet adalah S maka luas dari rivet-rivet digaris netral dinyatakan
dengan suatu luas pengganti, berupa sebuah persegi panjang dengan lebar :
𝜋 .𝑑 2 1
a= x
4 𝑠
( b – a ) x2 + 2.a.h.x – a h2 = 0
Dari persamaan kuadrat ini didapat harga x, yaitu letak garis netral,
tegangan max akibat momen yang terjadi pada rivet ( yaitu rivet
paling atas ) = tegangan max yang terjadi pada luas pengganti ini.
35
Kelompok 2
Momen inersia :
TEGANGAN TARIK
𝟏 𝟏
Momen Inersia : 𝑰 = . a . (h – x)3 + . b
𝟑 𝟑
3
.x
Karena disini terdapat 2 baris rivet, maka tegangan tarik maximum yang terjadi pada rivet
adalah:
𝑴 (𝒉 − 𝒙)
𝝈𝒕 =
𝟐𝑰
Tegangan Tarik
Karena disini terdapat 2 baris rivet, maka tegangan tarik maksimum yang terjadi pada
rivet adalah
𝑴 ( 𝒉−𝒙)
𝝈𝒕 = =
𝟐𝑰
Tegangan geser
Disamping tegangan tarik rivet juga mendapat gaya geser, Apabila jumlah berbaris rivet
adalah n, maka tiap-tiap rivet mendapat gaya sebesar p/2n
𝒑 𝒑
⁄𝟐𝒏 ⁄
𝝈= = 𝟏 𝟐𝒏 𝟐
𝑭𝒔 ⁄𝟒𝝅𝒅
Tegangan kombinasi
Karena momen dan gaya geser bekerja pada saat yang sama, maka setiap rivet akan
mendapat kombinasi tegangan axial dan tegangan geser,maka harus dipenuhi syarat :
36
Kelompok 2
𝝈 𝝈
( 𝒕 )𝟐 +( )𝟐
𝝈𝒕 ′ 𝝈′
Untuk tegangan axial tarik yang diizinkan pada rivet dapat diambil
Setelah gaya axial tarik maksimum ini didapat maka tegangan axial tarik yang terjadi
dapat dihitung sebagai berikut :
Contoh Perhitungan :
𝝉
𝝈t = 𝟏
𝝅 .𝒅𝟐
𝟒
37
Kelompok 2
Jawab : Rivet a
M=p.
x2 = 0
𝑀 .𝑌 ( 225)(20)
Akibat M : Kx = 𝛴𝑌² = = 4,02 ton
1120(1)
𝑀 .𝑋 ( 225)(0)
Ky = 𝛴𝑌² = = 0 ton
1120
Akibat P : Kx = 0
𝑃 15
Ky =𝑛 = = 2,50 ton
6
Diameter lubang d = 16 + 1 = 17 mm
2𝜋𝑑2 (2).(3,14).(1,7)2
Ps = . 1120 = . 1120 = 5084 kg > 4730 kg
4 4
Pb = (1,7)(1,2)(2800) = 5712 kg
Rivet b :
38
Kelompok 2
𝜋(1,7)²
Akibat M : a= = 0,284 cm
4× 8
b = 9,0 cm
( b – a ) x2 + 2ahx ˗ ah2 = 0
x = 7,24 cm
1 1
І = 3 (9,0) (7,24)3 + 3 (0,284)(48-7,24)3 = 7549 cm4
(300.000).(40.76)
𝜎t = 𝑀 .(ℎ−𝑥)
2 .І
= 2.(7549)
= 810 kg/cm2
15000
Akibat P : gaya geser tiap rivet = = 1250 kg
12
1250
𝜎=1 = 550 kg/cm2
.3,14 .(1,7)2
4
𝜎 𝜎
( 𝑡 ) 2 +( )2 = (1120
810 2 550
) + (1120)2= 0,79 < 1
𝜎𝑡 ′ 𝜎′
CATATAN :
Untuk menentukan letak garis netral dari luas pengganti sebagai harga pendekatan dapat
dipakai
𝒉
X=
𝟕
Soal
Sebuah balok dari suatu crang ranway ditumpu oleh kolom dengan sambungan
seperti gambar di bawah ini , diameter rivetyang dipakai 19 mm.
39
Kelompok 2
ditanyakan:hitung gaya p maks yang dapat dipikul oleh sambunganini dan periksa plat
penyambung apakahcukup kuat.
50
100
PRAMED CONNECTION
Pramed connection adalah sambungan antara sebuah balok dengan kolom atau
balok yang lain pada sambungan ini tidak ada momen.
Pada sambungan ini dipakai sepasang baja siku penyambung , rivet menghubungkan baja
siku pada plat badan dari balok harus memikul gaya reaksi dari balok. Baja siku penyambung
harus dipilih tebal sehingga kekuatan rivet terhadap tumpu (pb) harus lebih besar dari pada skgl
suzar (ps).
𝟏
d .t .𝝈𝒃 = 𝝅 𝒅3. Ʈ
𝟒
𝟏 𝟎,𝟖 𝝈
tmin = 𝝅 𝒅 . = 0,314 d
𝟒 𝝈
Dimana
40
Kelompok 2
Balok yang lebih kecil disambungkan pada plat badan dari balok terutama dengan memakai
baja siku, penyambung pada sambungan ini tidak terkena momen.perhitungan rivet-rivet yang
dipakai adalah = perhitungan sambungan balok pada kolom dimuka.
Diket:
Reaksi dari balok : 20 ton
Diameter rivet : 19 mm
Tebal web Ipe : 11,1 mm
Tebal ruang Inp – 26 :14,1 ton
Rencanakan sambungan tersebut
Jawab :
Diameter lubang : 19 + 1 = 20 mm
Tebal baja siku : 3,14 . 2,0 = 6,28 mm
Ambit : 8 mm
41
Kelompok 2
20.000
Jumlah rivet yang di perlukan :n= = 3.2 (pakai 4 buah rivet)
6216
(2.0).(0.8).(2000)
= = 4480 𝑘𝑔
4
20.000
Jumlah rivet yang di perlukan :n= = 5.7(pakai 6 buah rivet, yaitu 2 x 3).
3518
Disini seat angle di perkuat dengan pengaku, sehingga sambungan itu dapat memikul
beban yang jauh lebih besar. Pengaku (stiffener) itu biasanya terdiri dari sepasang baja siku dan
harus di pasang rapat pada seat angle.
Tegangan tumpu (bearing stress) yang terjadi padaseat angle dan pengaku tidak boleh
melebihi yang di izinkan. Tegangan tumpu yang di izinkan dapat di ambil :
42
Kelompok 2
Diketahui :
Reaksi balok = 6 ton
Diameter rivet = 20mm
Seat angle = ∟ 120 .80 .14
Ditanyakan :
Periksa apakah rivet dan seat angle cukup kuat atau tidak
Jawab :
diameter lobang = 20 + 1 = 21mm
1
Ps = 4 𝜋 (2,1)2 . (1120) = 3879 kg
Tegangan lentur :
43
Kelompok 2
𝟏𝟏𝟕𝟔 𝟐 𝟏𝟕𝟏 𝟐
( ) + ( ) = 𝟎, 𝟕𝟓 < 1 ( 𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑎𝑡 𝑎𝑛𝑔𝑙𝑒 )
𝟏𝟒𝟎𝟎 𝟖𝟒𝟎
Momen connections
Momen connection adalah sambungan yang emikul momen disamping gaya
reaksi, ada beberapa bentuk macam bentuk sambungan dengan rivet yang dapat memikul
momen.
1). T- connections
44
Kelompok 2
Reaksi R : Harus dipikul oleh rivet-rivet yang ada pada baja siku penyambung yang dipasang
pada plat badan balok.
Momen M : Harus dipikul oleh rivet-rivet yang ada pada baja penyambung berbentuk T yang
dipasang pada flange dari balok .
Rivet-rivet yang menghubungkan flange balok pada baja T memikul gaya geser
horizontal sebesar
𝑴
P= diamana h adalah tinggi balok
𝒉
Rivet-rivet yang menghubungkan baja T pada kolom sebelah atas harus memikul gaya
45
Kelompok 2
axial tarik sebesar Ppula disebelah bawah , flange baja T langsung menekan pada kolom
Contoh :
Reaksi R = 17 ton
Momen M = 6 ton
Ditanyakan :
Jawab :
Reaksi R = untuk memikul gaya ini dipakai sepasang baja siku penyambung 90.90.10
1
Ps = 2. 4 𝜋 (2,0)2 (1120) = 7037 kg
1700
𝜂 = 5712 = 3 dipakai 3 buah rivet
46
Kelompok 2
1700
𝜂 = 3518 = 4,8 dipakai 6 buah rivet (3x2)
𝑀 6
P= = = 12 𝑡𝑜𝑛
ℎ 0,5
1200
𝜂 = 3518 = 3,4 dipakai 4 buah rivet (2 x 2)
𝑝
Gaya tarik tiap baris = T =2 = 6 ton
𝑇
Gaya tarik tiap rivet =2 = 3 ton .
3000
𝛔𝐭 = 1 𝜋 ( 2.0 )2= 955 kg/cm2 <𝜎𝑡 = 1120 kg/cm2
4
47
Kelompok 2
1 1
W= 6 . 𝑏. 𝑡2 = 6 .24 . 𝑡2 = 4t2
𝑀 27000 6750
𝜎= 𝑊 =
4t2 t2
6750
1400 = t = 2,195 cm2 ~ 2,2 cm2
4t2
Catatan : disini gaya tekan dari bagian ujung flange T pada kolom (prying force)
diabaikan. Apabila gaya tersebut tidak diabaikan maka perimbangan saya tarik yang bekerja
𝑷
pada rivet menjadi 𝜎= 𝟐 + C
C: prying Force
2 𝑃 𝑞
𝐶 .3 .𝑏 = 2 .2
𝑃 𝑃 𝑎
C= 2 . ( 2 . 𝑏 )
𝑃 3 𝑎
T = 2( 1 + 4 . 𝑏 )
1 1
Momen max pada flange baja T sekarang menjadi 2 P. 2 𝑎
Tapi untuk safety dari perhitungan, perlu diadakan pergeseran titik belok sehingga
𝑃
momen maximum itu menjadi : M = 2 . p (0,64) = 0 3p.a.
48
Kelompok 2
BRACKER CONNECTIONS
Reaksi R: Harus dipikul oleh rivet-rivet yang ada pada baja siku penyambung pada plat
badanbalok.
Momen M: Harus dipikul oleh rivet –rivet yang ada pada baja siku penyambung yang
dipasangpada bracket.
Rivet yang menhubungkan hanya balok pada bracket memikul gaya geser sebesar
𝑀
P= . gaya axial tarik pada masing-masing rivet yang menghubungkan bracket dengan kolom
ℎ
akibat gaya P baru dianggap sebanding dengan jarak nya ke garis netral balok. (lihat gambar).
49