Anda di halaman 1dari 49

Kelompok 2

STRUKTUR BAJA
Bangunan baja (structural stell)disebut karbon steel, terutama terdiri dari unsur besi (Fe)
dengan sedikit campuran bahan lain,terutama carbon (C). Banyaknya bahan carbon dalam baja
tidak tetap, dan umumnya tidak lebih dari 0,5 % dari berat seluruhnya.

Sifat dari baja dapat terlihat dengan jelas pada “stress strain curve”. Yang didapat dari
suatu percobaan tarik.

𝑷
Tegangan (stress) 𝝈=
𝑭
𝚫𝐋
Regangan (strain) ∑ =
𝑳

dimana :

P = Gaya axial tarik yangconcentris


F = Luas penampang batang
L = Panjang batang semua
ΔL = Perpanjangan batang

Hubungan antara tegangan dan regangan ini disebut sress-strain curve mempunyai bentuk
umum, sbb :

σ OA = Daerah elastis
AB = Daerah flastis

σu C BCD = Daerahpengerasan
A B σy = Tegangan leleh(yeld stress)
D σu = Ultimate stress
σy

1
Kelompok 2

Apabila tegangan yang terjadi telah mencapai yield point (A) maka akan terjadi
perpanjangan yang besar. Meskipun perpanjangan ini belum menimbulkan putusnya batang
tersebut. Tapi dalam prakteknya akan mempengaruhi bagian-bagian konstruksi lain yang
berhubungan dengan batang itu. Oleh sebab itu perlu dijaga tegangan yang terjadi pada setiap
bagian konstruksi tidak melebihi tegangan leleh berhubungan dengan hal tersebut. Tegangan
yang diizinkan ( 𝜎̅ ) pada suatu barang tarik ditentukan sebagai berikut :

Dimana :

𝝈𝒚 f = Faktor keamanan
̅=
𝝈 𝒇 𝜎y = Tegangan leleh
𝜎̅ = Tegangan yang diizinkan

untuk bangunan gedung biasanya f = 1,67 dan angka ini disebut juga “Basic Safety Faktor”.

 PENAMPANG BATANG TARIK

Batang tarik adalah suatu bagian dari konstruksi yang mangalami gaya axial tarik
susunan bahan yang membentuk penampang suatu batang tarik tidak begitu penting bentuknya
boleh bermacam-macam, asalkan luasnya cukup kuat untuk memikul gaya yang bekerja pada
batang tersebut. Bentuk – bentuk penampang suatu batang tarik yang biasa dipakai adalah
sebagai berikut :

Baja bulat ( ROD ) : bentuk ini sering dipakai sebagai pengacu ( bracing )
padabangunan gedung – gedung.

Kabel ( ROPE ) : terdiri dari sejumlah kawat yang dijalin menjadi satu bentuk ini
dapat dipakai mulai dari pemikul beban yang kecil sampai
beban yang besar ( pada jembatan gantung )

2
Kelompok 2

Baja siku ( angel ) :


- Baja siku tunggal – untuk beban kecil seperti rangka atap,
menara – menara transmisi.
Sambungan biasanya dilakukan pada satu sisi saja.
Sehingga terjadi occentricity gaya menimbulkan tegangan-
tegangan sekunder.
- Baja siku rangkap ( double angles) – untuk beban yang
besar seperti rangka atap,gedung bertingkat,dan jembatan.
Dengan menempatkan plat pertemuan antara kedua baja
tersebut. Occentricity gaya menjadi kecil sehingga dapat
diabaikan.

Baja siku rangkap (double angel ) untuk beban yang besar seperti rangka atap
gedung bertingkat, jembatan dengan plat pertemuan antara kedua baja tersebut.
Bentuk ini biasanya dipilih untuk bangunan tepi atas dan bawah dari suatu
rangka atap apabila sambungannya dilakukan dengan las, karena batang dinding
(vertikal dan diagonal) dapat langsung di sambung pada bagian vertikal cari
profil tanpa memerlukan plat pertemuan.

Bentuk-bentuk terakhir ini dipakai sebagai batang tarik terutama pada jembatan
rangka (Dale Olane Truss)

3
Kelompok 2

 KELANGSINGAN BATANG

Faktor lain yang harus diperhatikan pada perencanaan batang tarik adalah
kekakuannya kalau menghindari maka kelangsingannya didefinisikan sebagai perbandingan
antara panjang dengan jari-jari (radius gyrtion) tidak boleh melebihi :

𝑳
Konstruksi utama : λ max =𝒊 𝒎𝒊𝒏= 240

𝑳
Konstruksi sekunder : λ max =
𝒊 𝒎𝒊𝒏
= 300

Pembatasan ini tidak berlaku apabila batang tarik itu terdiri dari baja bulat , untuk ini
diameter batang yang dipakai setidaknya 1/500 x panjangnya,

𝐋
dmin =
𝟓𝟎𝟎

 DESIGN

Pada prinsipnya, perhitungan kekuatan dari suatu batang tarik hanya berdasarkan rumus

𝐏
𝝈′ = ̅ ∶ tegangan yang timbul harus lebih kecil atau sama dengan teganganyang
𝝈′ ≤ 𝝈
𝐅
diizinkan. Dengan demikian, luas penampang yang diperlukan :

𝐏
F=
𝝈′

problem yang harus diperhatikan hanyalah luas penampang efektif pada sambungan-
sambungan serta pemilihan profil yang tepat sehubungan dengan kekakuan dan mudah tidaknya
disambungkan pada bagian-bagian kost. Yang lain.

Pengaruh sambungan terhadap luas penampang suatu batang tarik dapat dibagi :

- Pengaruh Lobang Rivet (BOLT)


- Pengaruh ulir ( thread)
- Pembagian tegangan yang tidak merata serta beban yang tidak sentris

4
Kelompok 2

 PENGARUH LUBANG RIVET / BOLT

Kalau pada suatu potongan terdapat lubang, maka luas penampang efektif adalah sama
dengan luas penampang seluruhnya dikurangi dengan luas lubang yang terdapat pada potongan
tersebut:

Fef = F – n.∆F
..........................( 3 )

Dimana :

n = Jumlah lubang

∆F = Luas tiap lubang

Apabila garis potongan itu tidak lurus (zig zag) maka lebar efektif menurut Cochrane
dengan Smith yang kemudian dicantumkan dalam American Specification.

........................( 4 )

Dimana :

L = Lebar pada pot yang vertical


n1 = Jumlah lubang pada garis potong
n2 = Jumlah garis potong miring antara dua lubang
ℊ2 = Jarak lobang dalam arah gaya ( longitudinal spacing )
d = Diameter lobang

Contoh :

Lebar efektif menurut potongan :


𝓰𝟐
Lcf = L –1 –n31.d
- 5 : n2 : Lef = L – 3d
𝐀.𝐠
ℊ²
1–2–3–4-5 : Lef= L – 5d + 4 4 𝑔
ℊ²
1–2–4–5 :Lef = L – Ad + Ag
Luas efektif adalah sama dengan efektif yang kecil
5
dikalikan dengan tebalnya.
Kelompok 2

 BAJA SIKU TUNGGAL

Baja siku tanggal yang disambungkan pada plat pertemuannya pada sisi saja akan
mengalami momen karena tidak sentrisnya gaya pada sambungan tersebut berhubungan dengan
hal tersebut maka sebagai luas penampang efektif ambil luas bersih kaki yang disambungkan
ditambahkan dengan setengah luas kaki yang tidak disambungkan.

..................( 5 )

Contoh perhitungan :

Hitung besar P ( gaya tarik maks ) yang dapat dipukul oleh𝟏sebuah baja siku L 60.60.8 ,
F =F + F
sambungan dilakukan dilakukan pada salah satu sisinyacfdengan1 paku 2
𝟐 keelingring diameter (d) ¾
. yield stress = 2300 kg/cm2.
Penyelesaian :

6
Kelompok 2

Diameter lubang biasanya kita ambil 1/16’’ lebih besar dari pada diameter batang ini jadi
biasanya karena pinggiran lubang agak rusak padawaktu pemasangan rivet, Jadi diameter lubang
13/16” = 21 mm.( θ = rivet ¾’ ; τy = 2300 kg / cm² )

F total = 9 .03 cm 2 dari tabel baja hal 18.


F1 = ½ (9 . 03 ) – 2,1 ( 0,8 ) = 2,83
½ F2 = ½ ( ½ . 9 . 03 ) = 2,26
Fcf = 5,09 cm2

𝝈𝒚 𝟐𝟑𝟎𝟎
̅=
𝝈 = = 1377≈ 1400 kg/cm2
𝑭 𝟏,𝟔𝟕

̅ = 5,09 . 1400 = 7100 kg atau 7,1 ton.


P = Fef .𝝈

Pmaksyang dapat dipikul oleh baa siku adalah 7100 kg

 BATANG TEKAN ( COMPRESSION MEMBER )

Persyaratan batang tekan > batang tarik antara lain :

- Kekuatannya
- Luas penampangnya

Tergantung pula pada bentuk dan material batang tersebut karena disitu timbul bahaya
tekuk.Maka batang harus tekuk kaku untuk menahan tekuk ke segala arah, dalam perencanaan
suatu batang tekan, kelangsingan hendaklah dijaga agar tidak terlalu besar.sebagai harga terbesar
dapat diambil :

Konstruksi utama , λmax = 140


Konstruksi sekunder, λmax = 200

 TEKUK ( BUCKLING )

7
Kelompok 2

Timbulnya bahaya tekuk dapat diambil dari percobaan model kolom yang ada ideal :

𝑴
Misalkan :K = disebut spring konstan. Setelah gaya P bekerja pada suatu saat. Model
𝜽

Gaya
kolom akan suatu aksial
menekuk serta yang konsentris
terjadinya maxsebesar
lenturan ∆. Dalam
yang dapat dipikulkeadaan
oleh suatu
ini, spring tadi telah
batang tekan
mengalami rotasimenurut
sebesar“Buler “ adalahmomen
2 𝜽 sehingga : pada spring tadi adalah :

Ms = k . 2 𝜽 ρcr = 𝝅𝟐( 𝑲𝑳)²


.𝑬𝒕 .𝑰
....................... ( 7 )
I==Momen ∆ ∆
k .2 .𝟏 inersia
= terhadap
4k sumbu yang Mspada arah tekuk
= momen dalam
⁄𝟐 𝑳 𝑳
Et=Tangen modulus yang garis singgung pada “Stress Strrain
Curve”
Momen luar yang pada
bekerja adalah Mp = ρ . A
pembebanann kritis ini tegangan yang terjadi momen luar harus
Momen dalam,karena
adalah : sama dengan momen dalam
maka ρ . = 4 k 𝑳

KL = Panjang tekuk dari batang tersebut.
KL = panjang tekuk dari batang tersebut
dari persamaan diatas kita dapatkan harga keritis dari gaya ρ ρcr = 𝟒𝑳𝒌

8
Kelompok 2

𝝆𝒄𝒓
𝝈𝒄𝒓 =
 BEBAN 𝑭
KRITIS

𝝅𝟐. 𝑬𝒕 . 𝑰
=
( 𝒌𝑳 )𝟐 . 𝑭

𝝅𝟐. 𝑬𝒕
=
( 𝒌𝑳/𝑰 )𝟐

Dari rumus Buler diatas dapat dilihat bahwa ρ kritis itu tergantung pada B21 stress – strain
curva pada pembebanan konstan tegangan yang terjadi adalah :

𝝅𝟐 𝑬𝒕
𝝈𝒄𝒓 =
( 𝝀 )𝟐
........................( 8 )

9
Kelompok 2

Jika tegangan kritis yang terjadi itu lebih kecil dari pada proportional limit ( σpe) maka
harga Et konstan yaitu sama dengan Young’s Modulus, untuk keadaan ini ρkritis tadi dinamakan
Elastis Buckling Load dan besarnya adalah :

𝝅𝟐 𝑬𝑰
𝝆𝒄𝒆 =
( 𝒌𝑳)𝟐
............................. ( 9 )

𝝅𝟐 𝑬
𝝈𝒆 =
( 𝝀 )𝟐
............................ ( 10 )

berdasarkan asumsi American Research Council menyarankan pemakaian rumus :

𝝈𝒚 𝟐
𝝈𝒄𝒓 = 𝝈𝒚 − ( 𝝀 )𝟐
𝟒𝝅𝟐 𝑬

........................ ( 11 )

dengan anggapan bahwa Residul Stress Maximum adalah sebesar 50 % dari “Yield Stress”,
dengan demikian tegangan yang diizinkan untuk bagian tekan kita dapat dari tegangan kritis
dibagi dan faktor keamanan.
𝝈𝒄𝒓
̅=
𝝈
𝒇

σy
berdasarkan bahwa asumsi Proporsional Limit adalah setengah dari “Yield Stress”. Kalau
kelangsingan batang untuk keadaan ini disebut λcmaka :
σp
𝟐
( 𝝈𝒚 )
𝝈𝒄𝒓 = 𝟏⁄𝟐 𝝈𝒚 = 𝝈𝒚 . ( 𝝀 )𝟐
𝟒𝝅𝟐 𝑬

𝟐𝝅𝟐 𝑬
𝝀𝒄 = √
𝝈𝒚

10
Kelompok 2

................................ ( 12 )

𝝀 𝟐
𝝈𝒄𝒓 = 𝝈𝒚 [𝟏 − 𝟏⁄𝟐 ( ) ]
𝝀𝒄
.......................... ( 13 )

λc merupakan batas antara Elastis Buckling ( λ>λc) dan In Elastic Buckling (λ<λc)

 FAKTOR KEAMANAN ( f )

Ada 2 faktor yang menyebabkan kekuatan sebuah kolom kurang dari kekuatan teoritis
yang diperhitungkan
- Kurang tepatnya bentuk batang dan pembebanan
- Berbedanya tahanan kolom ( Coulomb Restrain )
Dari yang dianggap pada perhitungan sehingga berbeda pula panjang tekuknya dari yang
sebenarnya.
A I S C( AmericanInstitute of Steel Construction ) memakai rumus kolom yang menekuk
secara “In Elastic Buckling” (λ<λc)

𝝉𝒚𝟐
𝝉𝒄𝒓 = 𝝉𝒚 −𝟑 𝟐 ( 𝝀 )𝟐
𝟓 𝟑 𝝀 𝟏 𝝀 𝟒𝝅 𝑬
𝒇 = + ( )− ( )
𝟑 𝟖 𝝀𝒄 𝟖 𝝀𝒄
................................ ( 14 )

untuk kolom pendek harga f diambil 1,67 pada batas atasnya, untuk kelangsingan harga F
menjadi 1,92 yaitu :

11
Kelompok 2

faktor keamanan yang dipakai untuk daerah Elastic Buckling (λ>λc ), jadi untuk Elastic Buckling
f = 1,92 dan untuk InElastic Buckling f dihitung jadi persamaan ( 14 ).

Contoh Perhitungan :

Diketahui :

Suatu kolom terdiri dari profil Die – 20 dan kedua


ujungnya berupa sendi,
E = 2,1 x 106 kg / cm²
𝝈𝒚 =2300 kg/cm2
dihitung harga ρ terbesar yang dapat dipikul oleh kolom

Penyelesaian :

𝟐.𝝅𝟐 .𝑬 𝟐. 𝟑,𝟏𝟒𝟐 .𝟐,𝟏×𝟏𝟎𝟔


( 12 )...... 𝝀𝒄 = √ = √ = 𝟏𝟑𝟒
𝝈𝒚 𝟐𝟑𝟎𝟎

𝒌 .𝒍 𝟑𝟔𝟎
𝝀= = = 𝟕𝟑 < 𝜆𝑐 ( 𝐼𝑛 𝐸𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝐵𝑢𝑐𝑘𝑙𝑖𝑛𝑔 )
𝑰 𝒎𝒊𝒏 𝟒, 𝟗𝟔

𝟑
( 14 )........ 𝒇 = 𝟓⁄𝟑 + 𝟑⁄𝟖 (𝟕𝟑⁄𝟏𝟑𝟒) − 𝟏⁄𝟖 (𝟕𝟑⁄𝟏𝟑𝟒) = 𝟏, 𝟖𝟓

𝝀 𝟐
( 13 )........ 𝝈𝒄𝒓 = 𝝈𝒚 (𝟏 − 𝟏⁄𝟐 (𝝀𝒄) )

𝟕𝟑 𝟐
= 𝟐𝟑𝟎𝟎 (𝟏 − 𝟏⁄𝟐 (𝟏𝟑𝟒) ) =2300 1- 1/273/134^2

𝒌𝒈⁄
= 𝟏𝟗𝟓𝟎 𝒄𝒎 =1950 kg/cm

𝑭 . 𝝈𝒄𝒓 (𝟓𝟕). (𝟏𝟗𝟓𝟎)


𝝆𝒎𝒂𝒙 = = = 𝟔𝟎𝟎𝟖𝟏, 𝟎𝟖𝟏 𝒌𝒈
𝒇 𝟏, 𝟖𝟓
Jadi 𝝆𝒎𝒂𝒙 yang dapat dipikul adalah 60081,081 Kg.
 PANJANG TEKUK ( EFFEKTIF LENGTH )

12
Kelompok 2

Panjang tekuk ( KL ) suatu batang bergantung pada tahanan pada kedua ujungnya

Panjang tekuk kolom suatu bangunan bertingkat dengan “Rigid Connection” dapat
dihitung memakai “Nomogram”.

Apabila beam dan kolom yang bertemu pada satu titik tidak sama besar atau panjangnya,
maka Y1 dan Y2 harus dipakai rumus :

𝜮 (𝑰𝒄𝟏/𝑳𝒄𝟏) 𝜮 (𝑰𝒄𝟐/𝑳𝒄𝟐)
𝒀𝟏 = 𝒅𝒂𝒏 𝒀𝟐 =
𝜮 (𝑰𝒃𝟏/𝑳𝒃𝟏) 𝜮 (𝑰𝒃𝟐/𝑳𝒃𝟐)

Pada persamaan untuk Y diatasapabila uujung kolom berupa perletakan maka perletakan
sendi.

σcr(kg/cm²) untuk 𝛔v =2500 kg/cm²

𝑰/ 𝑳 𝑰/𝑳
𝒀𝟏 = 𝒅𝒂𝒏 𝒀𝟐 =
𝑰 𝟏 /𝑩 𝑰 𝟐 /𝑩

13
Kelompok 2

Safety Faktor ( 𝓕 ) untuk 𝝈y = 2300 kg/cm²

Note : Kelangsingan yang lebih persen dari λc = 134 mempunyai saftey factor yang sama

14
Kelompok 2

semuanya, yaitu 1,92.

Keadaan ideal ( True Fraction Lespinn ) maka :

∑ ( І b1 / І b2 ) = 0 sehingga Y1 =

keadaan ideal itu tidak pernah dijumpai sehingga ACRC ( kolomb Research Council )
menganjurkan pemakaian Y1 = 10.

Keadaan ideal ( Jepit Sempurna)

∑ ( І b1 / І b2 ) = sehingga Y1 = 0

keadaan praktis coloumb research council menganjurkan pemakaian Y1 = 1.

 GELAGAR / FLEXURAL MEMBER

Adalah suatu bagian dari konstruksi dari yang mendapat beban sejajar pada sumbu
memanjang , beban tersebut akan menimbulkan tegangan lentur ( bending stress ) dan tegangan
geser ( shear stress) pada gelagar.

apabila dibebani maka ia akan melentur seperti terlihat pada gambar memanjang setiap bidang

15
Kelompok 2

sumbu gelagar akan mempunyai jari – jari lentur f yang berbeda-beda.

Dari gelagar 𝟏itu dipisahkan, maka akan terlihat bahwa akibat dari lentur M, serat sebelah
𝑴 . .𝒉 𝑴
𝛔max
atas akan = dan
tertekan,
𝟐
І
= sebelah bawah (Strain ) ε yang terjadi ini adalah sebanding dengan
serat 𝑾
jaraknya dari tegangan netral z, besarnya tegangan yang terjadi yaitu :

M = Momen
Z = Garis netral
....................... ( 15 )
= Inersia
Besar akan terjadi apabila Z mencapai harga maximum

........................... ( 15a )

batang yang simetris, maka c = h , sehingga kita dapatkan :

........................... ( 15b )

dinamakan momen berlawanan tegangan lentur terjadinya harus lebih kecil dari tegangan leleh
(yield stress).

 Lentur tidak simetris ( UnsymetricalBinding)


𝑴 . 𝒁 yang di pakai mempunyai setidaknyasebuah batang simetris
Pada umumnya profil-profil
𝝈=
І
dimana beban luar bekerja tetapi kadang-kadang dalam prakteknya terdapat keadaan dimana
beban tersebut tidak bekerja dalam bidang simetris tadi, sehingga menyibabkan unsymetrical
bidang, yaitu :

1. gelagar mempunyai setidaknya


𝑴 .𝑪 satu bidang simetris tapi beban bekerja tidak dalam bidang
𝛔max =
tersebut. І

16
Kelompok 2

hal ini terjadi misalnya pada sebuah gelagar


yang di samping mendapat beban vertikal.
juga dibebani oeh gaya horizontal (misalnya
gaya angin) sekarang gaya resultan 'p' tidak
lagi berada dalam bidang simetris tadi.

2. Ada profil-profil yang tidak simetris tadi sering juga di pakai sebagai 'beam' (gelagar),
yaitu yang berbentuk.

Hal ini terjadi misalnya pada sebuah gelagar yang di samping mendapat beban
vertical juga dibebani oleh gaya horizontal (misalnya gaya angin) sekarang gaya resultan
'p' tidak lagi berada dalam bidang simetris tadi.

Tegangan dan lenturan yang𝑴𝒚terjadi 𝑴𝒚 .𝒁𝟏


.𝒁𝟐 akibat masing-masing gaya di hitung satu
𝝈= +
persatu dengan "simple superposition”𝑰𝒙 𝑰𝒚 miring di uraikan terhadap “principil
untuk beban
abxis” yaitu menjadi px;py. Tegangan total dapat di hitung dengan penjumlahan vektor,
jadi tegangan yang terjadi pada suatu titikdengan koordinat Z1 dan Z2.

........................... ( 20 )
𝑴𝒚 𝑴𝒙
𝝈= +
𝑾𝒙 𝑾𝒚total max. terjadi :
dengan memakai momen perlawanan, tegangan

17
Kelompok 2

................................ ( 20a )

Mx dan My adalah momen-momen yang disebabkan oleh ρx dan ρy lenturan total adalah:

𝑴𝒚 𝑰𝒙𝒚
𝝈= ( Z2 - . Z1)
𝑰𝒎𝒙 𝑰𝒚 ............................ ( 21 )

∆akibat
dimana ∆x dan ∆y adalah = √(∆𝐱)²
lenturan +
yang(∆𝐲)²
masing2 disebabkan oleh ρx:ρy.

Untuk bentuk2 profil dan L, Principal Centridal, abxisnya adalah miring


terhadap bagian2 utama (Web and Flange), sehingga harus ditetapkan dulu besaran nya
?lain terhadap sumbu itu sebelum cara “Superposisi” diatas dilakukan.
Dalam perhitungan ini akan lebih sederhana bila di pakai cara “Nodified Moment
of Inersia”, Imx dan Imy yang di defiisikan:

𝑰𝒙 .𝑰𝒚−𝑰𝟐 𝒙𝒚 𝑰𝒙 .𝑰𝒚−𝑰𝟐 𝒙𝒚
mx = dan my =
𝑰𝒚 𝑰𝒙

xy = ∫f . xydf

tegangan yang disebabkan oleh gaya ρy adalah.

............................. ( 22 )

dan apabia terdapat pula gaya tegak lurus pada sumbu y yaitu ρx.

........................... ( 22a )

18
Kelompok 2

Z1 dan Z2 adalah koordinat dari titik pada penampang, dimana tegangan2 tadi dihitung.

Kalau beban itu bekerja miring. maka ia harus di uraikan dulu sejajar sumbu x
dan y tegangan dan lenturan di hitung terpisah untuk masing-masing gaya kemudian di
jumlahkan (tegangan secara aljabar dan lenturan secara vektoristegangan secara aljabar
dan lenturan secara vektoris).

LENTUR DAN GAYA AXIAL


 Ineteraction Equation:
Pada suatu bangunan banyak di jumpai suatu batangan tertentu mengalami lenturan gaya
axial yang bersamaan ,biasanya batang tepi atas rangka atap antara gording letaknya tidak pada
titik pertemuan. Misalkan gaya p & m adalah gaya axial & dinding momen yang bekerja pada
penampang pada suatu batang dimana suatu titik pada jarak Z dari arah garis netral .tegangan
adalah :

𝑷 𝑴. 𝒁
𝝈= .±
𝑭 𝑰

𝑷 𝑴
Tegangan max, terdapat jauh dari garis netral yaitu pada tepi atap,sebesar 𝑭 + untuk
𝑾

tegangan leleh :

19
Kelompok 2

𝑷 𝑴 𝑷 𝑴
+ = 𝝈y atau + =𝟏
𝑭 𝑾 𝑭 . 𝝈𝒚 𝑾 . 𝝈𝒚

 Beam Kolom .
Khusus Gaya axial yang bekerja itu merupakan gaya tekan dari kolom gelagar itu kita
dapatkan interaction equation dalam bentuk :

M𝑷b+( 𝑴𝟏 )
𝑷= 𝟏
𝐏𝟎 𝟏−
𝑴𝟎 𝑷𝟎

P0 adalah gaya kolom max yang dapat dipikul oleh batang apabila tidak ada BENDING
MOMEN,jadi gaya dengan :

𝝈𝒄𝒓
.𝑭
𝒇

M0 adalah gaya yang dapat dipikul oleh batang apabila tidak ada gaya axial,jadi gama
dengan

𝝈𝒚
.𝑾 f = 1,67
𝒇

M adalah Momen max yang terjadi pada batang. Kolom Mb adalah momen batang pada
awalnya, maka dengan adanya gaya tekan P, maka momen batang tadi akan bertambah menjadi

Pada bangunan-bangunan gedung akan kita temui momen yang tidak sama besarnya
dikeujung batang. Tandanya berbeda.

Untuk hal ini menurut “MASSONET” momen awal tersebu t pada rumus-rumus di atas

𝑴𝒆𝒒 = √𝟎, 𝟑 𝑴𝟏 𝟐 + 𝟎, 𝟑 𝑴𝟐 𝟐 + 𝟎, 𝟒 . 𝑴𝟏 . 𝑴𝟐
20
Kelompok 2

dapat diganti dengan suatu M equevalent yang besarnya :

M1 dan M2 adalah moment ujung yang tandanya sama apabila lentur kearah yang sama, dan
berbeda tanda apabila menyebabkan lentur kearah berlawanan.

Contoh perhitungan :

Dari frame analysis suatu portal bertingkat didapat gaya axial dan momen seperti
gambar, Portal ini tidak dapat bergoyang ( No Side away ) dan tidak ada lateral support titik-titik
pertemuan, periksa apakah kolom atas cukup kuat atau tidak.

21
Kelompok 2

Penyelesaian :

𝒌.𝑳 𝟒𝟓𝟎
 = = 𝟕𝟑, 𝟐𝟒 < 𝝀𝒄 ( 𝑰𝒏𝑬𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒄𝒆𝑩𝒖𝒄𝒌𝒍𝒊𝒏𝒈 )
𝑰𝒎𝒊𝒏 𝟔,𝟏

Catatan : Untuk tekuk terhadap sumbu ini, harga k dapat diambil = 1

5 3 73 1 73 3
 𝝆= + ( ) − 8 (134) = 1,85
3 8 134

1 𝜆 2
𝑘𝑔⁄ 2 1 43 2
 𝝈𝒄𝒓 = 𝜎𝑦 (1 − ( ) ) = 2300 (1 − ( ) ) = 1960 𝑐𝑚
2 𝜆𝑐 2 134
𝜎𝑐𝑟 . 𝐹 ( 1,96 ).(111)
 𝝆𝟎 = = = 118 𝑡𝑜𝑛
𝑓 1,85

 𝑴𝒄𝒒 = √0,3 𝑀1 12 + 0,3 𝑀2 2 + 0,4 . 𝑀1 . 𝑀2

= √0,3 ( 8,8 )2 + 0,3 ( 8 )2 + 0,4 ( 8,8 )(8 )

= 0,4 𝑡𝑚
𝐼𝑐1⁄𝐿𝑐1 11690⁄4,5
 𝒀𝟏 = = = 0,29
𝐼𝑏1⁄𝐿𝑏1 67120⁄7,5

2 .(11690⁄4,5)
 𝒀𝟐 = = 0,58
67120⁄7,5

𝜋 2 .𝐸 .𝐼 3,142 .2,1×106 .11690


 𝝆𝒄 = (𝑘 .𝐿)2
= (0,67×450)2
= 2662.103 𝑘𝑔

Kalau menghitung menjauh lenturan terhadap Momen DIE arah tekuk kolom harus DIE
sesuaikan dengan arah Momen dalam hal ini (rumus) terhadap sumbu X-X

Mcq B.C
M = P = 10 = B.C tm – M1-B.B t.m
(1− ) (1− )
Pc 2660

𝑀𝑐𝑞 8,4 8,4


= 𝑃 = 70 = 0,974 = 8,6 𝑡𝑚
(1− ) (1− )
𝑃𝑐 2660

W 2300.2381,5
𝑴𝒐 = σy . = = 3280. 103 kg.cm = 32,8 t.m
𝑓 1,67

22
Kelompok 2

P 𝑀 70 8,8
+ 𝑀𝑜 = 118 + 32,8 = 0.863< 1 Jadi, kolom cukup kuat
Po

PERFORATED COVER PLANTES


 OPEN COULOUM:

Disini pengaruh geser terhadap garis gaya daya dukung kolom lebih besar open
couloumnya dengan Lacing ---untuk pengaruh geser maka K menjadi ( moolpiec)

λ
𝑲=K+
4000
Open couloum dengan batten plates 1 koepisien K untuk mendapatkan panjang Tarikmenjadi:

𝜋2 𝐿1/𝑖1
𝑲 = K√ ( )
12 𝐿/𝑖𝑦

L1 = Jarak antara batten plate


I1 = Jari-jari suatu profil terhadap SB.1
L = Panjang kolom seleruhnya
iy = Jari-jari dari profil rangkap terhadap SB.x

Pada kolom terdapat kemungkinan bahwa runtuhnya kolom itu disebabkan oleh
mengkuknya masing-masing batang terhadap SB.1
Tegangan kritis total dan Buckling masing-masing:

ƐI

Dari kedua persamaan diatas dapat dilihat tekuk setempat tidak akan selama

L1 (k bisa ambil = 1)

23
Kelompok 2

Jarak antara lacing atau Batten Plates tidak lebih besar dari :
L1 40 iI
L1

Pengaruh geser pada plat kopel,besarnya gaya geser Q adalah :

Lateral force Q =…

 TEKUK SETEMPAT (LOKAL BUCKLING)

Lateral Porce Q Menyebabkan Terjadinya Gaya Geser T


Terhadap Plat Kopel yang bekerja ditengah – tengah

𝐐 𝓵
𝐗 𝐋𝟏 = 𝐭 .
𝟐 𝟐

𝐐 . 𝐋𝟏
𝐓=
𝓵

T
Untuk Tiap Plat Kopel T1 =
2

L1 = Jarak Plat Kopel


= Jarak Garis Berat Masing-Masing Profil

CONTOH PERHITUNGAN :

Tentukan profil yang diperlukan untuk kolom yang terdiri dari sepasang baja konal
dihubungkan satu sama lain dengan plat kopel ( BATTEN PLATS ). Gaya yang harus di
pikul adalah 55 t .inggi kolam 7.5 m dan kedua luangnya sendi.

24
Kelompok 2

Penyelesaian :

Di cari C-20 seperti gambar


F = (2) . 62,2 = 64.4 cm² ( Lihat tabel )
Ix = (2) . (1910) = 6820 cm4
L 750
𝜆x =𝑖𝑥 = 7.7 = 97
Iy = (2).[148 + (32.2).(9.49)²]= 6096 cm4
√Iy √6096
Iy = = = 9.93 cm
F 64.4
L 750
𝜆y = iy = 9.73 = 77
𝜋2 LI/il
K' = k .√1 + 12 ( L/Iy)
3.14² 21
= k .√1 + ( 77)
12
= 1.03
K′L (1.03).(750)
𝜆= = = 80 < 97
Iy 9.73
Jadi 𝜆x =97 Menentukan, f = 1.89
σcr = 1700 kg/cm²

DAYA DUKUNG KOLOM :

σcr .F 1900 . 64.14


P= = = 58000 kg 58 ton > 55 t
f 1.89

LATERAL PORCE :

1 100 80
𝜑 = 100 [ 80+10 +100 ] . P = 0.02 .P
= 0.02 . 55 = 1.1 ton

BALOK TUNGGAL :

55
P= = 27.5 ton
2

25
Kelompok 2

𝜑 1.1 LI 45.0
Mmax = . 18.5 = . 18.5 10.2 ton . cm denganF I = 21 ny = 7.14 ∽ 21
2 2
2.27
P0 = 1.72 . ( 32.2 ) = 42.7 ton , f = 1.72 ; 𝜏cr = 2290 kg/cm²
2.300
M = .
1.67
P M 27.5 10.2
+ M = 42.7 + 57.2 - 0.644 + 0.271 = 0.948 < 1
p0 0

 Gaya geser pada COVER PLATE

𝑄. 𝐿𝑖 1.1. (450)
𝑇= = = 2.6 𝑇𝑜𝑛
𝜄 189.8

𝑇 2,6
Tiap plat kopel : 𝑇1 = 2 = = 1,3 𝑇𝑜𝑛
2

15
𝑀 = (1,3) ( 2 ) = 9.75 𝑡. 𝑐𝑚

1
W = 6 . (0,6)(16)2 = 25,6 𝑐𝑚3

9750
σ𝑚𝑎𝑥 = = 361 Kg/Cm2< 1400 Kg/Cm2
356

3 𝑇1 3 1300
T𝑚𝑎𝑥 = 2 × − 2 × (0,6×16) = 203 Kg/Cm2 < 0,6 x 1400 Kg/Cm2 OK
𝐹

SAMBUNGAN DENGAN PAKU KELING

 Macam-macam sambungan
1. Lap Joint : Bentuk yang paling sederhana adalah Lap Joint, dimana plate yang akan
disambungkan overlapping satu sama lain.

26
Kelompok 2

Gambar 1a Gambar 1b

2. Butt Joint : Disini kedua plat yang akan disambungkan terletak dalam satu bidang,
sambungan dilakukan dengan sebuah atau dua buah plat penyambung

Gambar 2b
Gambar 2a

Paku keling (Rivet) yang terdapat pada sambungan-sambungan seperti gambar 1a, 1b, 2a dan
mempunyai satu bidang geser dinamai Single Shear.Sedang yang terdapat pada gambar 2b
mempunyai dua bidang geser dinamakan Double Shear.
 ASUMSI
Dalam perhitungan sambungan dengan rivet ini asumsi yang dipakai adalah :
- Sebuah gaya yang bekerja melalui titik berat susunan rivet tersebut yang
dipikul sama besar oleh masing-masing rivet
- Tegangan geser pada penampang sebuah rivet dianggap terbagi rata
- Setelah dipasang, rivet mengisi sepenuhnya lobang rivet

 RIVET YANG MENAHAN GESER


Apabila sebuah rivet mendapat arah merata pada sumbu rivet, maka akan terjadi 2 macam
tegangan :

27
Kelompok 2

1. Tegangan geser, terjadi pada bidang geser rivet itu dan besarnya adalah :

𝑷
Dimana :
𝝉𝒔 =
𝑭𝒔 P = gaya yang bekerja pada tiap rivet
Fs = luas penampang rivet
2. Tegangan tumpu, terjadi antara rivet dengan plat besarnya adalah

𝑷 Dimana :
𝛔b =
𝑭𝒃
Fb = luas bidang tumpu

Note : Single shear : 𝝅 .𝒅𝟐


Fs = ; Fb = d .t
𝟒

Dimana : d = diameter lobang


t = tebal plat yang terkecil
Double shear : 𝝅 .𝒅𝟐
Fs = 2 . ; Fb = 2.d .t
𝟒

dimana : t = harga yang terkecil antara plat yang disambung dengan plat
penyambung

 TEGANGAN YANG DIIZINKAN, KEKUATAN RIVET DAN EFISIENSI


Tegangan yang diizinkan :
- Tegangan geser yang diizinkan untuk sebuah rivet adalah :

̅ = 0,8 x 1400 = 1120 kg/cm2


𝛕̅ = 0,8. 𝝈

- Tegangan tumpu yang diizinkan untuk sebuah rivet adalah :

𝛔 ̅ = 2 x 1400 = 2800 kg/cm2


̅b = 2 .𝝈

 KEKUATAN RIVET :
Berhubung dengan adanya 2 macam tegangan yang terjadi maka kekuatan sebuah rivet
juga 2 macam :
1. Shear strength : kekuatan terhadap geser, yaitu luas bidang geser dikali tegangan geseryang

28
Kelompok 2

diizinkan

Ps = Fs x 𝛕̅

2. Bearing strength :kekuatan terhadap tumpu yaitu luas bidang tumpu dikali tegangan tumpu
yang diizinkan.

Pb = Fb x 𝛔
̅b

Kekuatan sebuah rivet adalah harga yang terkecil antara shear dan bearing strength.

 EFISIENSI :
Efisiensi suatu sambungan adalah perbandingan antara gaya max yang dapat dipikul oleh
sambungan itu dengan kekuatan max dari batang apabila tidak ada sambungan .

𝑷𝒎𝒂𝒙
Efisiency = μ = 𝑷𝒃

Hitung Gaya P Max yang dapat di pikul oleh sambungan seperti gambar diameter rivet
19 mm.

Jawab : Diameter lobang = 19+1=20 mm

29
Kelompok 2

𝜋.(2)2
Rivet = Ps = 2. . 1120 = 7034 kg
4
Pb = 2. 1,6 . 2800 = 8960 kg
Kekuatan 6 buah rivet = 6 x 7034 = 42204 kg

Flat utama (yang di sambung):

Setiap rivet dianggap mengendalikan gaya sama besar dari plat utama ke plat
penyambung kalau gaya dalam plat semula P. Maka pada masing-masing potongan
1.2.3 gaya dalam menjadi P,

Potongan 1 : Fn = (18)(1.6) – (2). (1.6) (1)= 25.6


P = (25.6).(1400)=35840 kg menentukan

Potongan 2: Fn = (18)(1.6) – (2). (1.6) (2)= 22.4


5
p= (22.4).(1400)
6

P = 37632 kg
Potongan 3: Fn = (18)(1.6) – (2). (1.6) (3)= 19.2
3
p= (19.2).(1400)
6

P = 53760 kg
Kekuatan plat utama = 35840 kg

Plat penyambung : gaya max pada plat penyambung , terdapat pada potongan 3
Fn = 2 [(18 .1) - (2.1.3)= 24.0 𝑐𝑚2
Kekuatan plat penyambung : (24.0). (1400) = 33600 kg 𝟓 𝟑
𝐩 , 𝐝𝐚𝐧 𝐩.
Dari ke 3 kekuatan di atas (rivet , plat utama , plat 𝟔
penyambung). 𝟔

Yang menentukan adalah yang terkecil .jadi , P max yang boleh bekerja adalah : 33600 kg.
𝟑𝟑𝟔𝟎𝟎
Effeciency :μ =(𝟏𝟖).(𝟏.𝟓).𝟏𝟒𝟎𝟎. 100% = 83 %

 MERENCANAKAN SAMBUNGAN

30
Kelompok 2

Jumlah rivet yang dipakai pada suatu sambungan harus cukup kuat untuk memikul gaya
yang bekerja. Jumlah rivet ini didapatdengan membagi gaya yang bekerja dengan kekuatan
sebuah rivet.

𝒈𝒂𝒚𝒂
ᴨ=
𝒌𝒆𝒌𝒖𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒓𝒊𝒗𝒆𝒕

Kalau tebal plat yang di sambung adalah t maka diameter rivet yang di gunakan adalah:

d = 6 √t

SAMBUNGAN YG MEMIKUL MOMEN DALAM BIDANG

Adanya beban yang bekerja pada suatu


sambungan tidak bekerja melalui titik berat
susunan rivet tersbut maka pada sambungan itu
timbul momen sebesar

M = P.l

Dimana e adalah jarak gaya . P dari titik


bersusunan rivet tersebut

Akibat M gaya pada setiap rivet adalah sebanding dengan jarak rivet ke titik berat (jari-
jari) dan arah nya pada jari-jari itu. Jadi besarnya gaya pada setiap rivet dengan jari-jari r adalah

K = K .r (K = faktor sebanding )
Momen total dari gaya-gaya yg bekerja pada rivet , di sebut juga momen dalam menjadi :

M = Σ .k . r = Σ . k .r = k . Σ . r2
𝑴 𝑴 .𝒓
K=
𝚺.𝐫𝟐
jadi K =
𝚺.𝐫𝟐 31
Kelompok 2

Gaya K itu dapat pula di uraikan atas komponen – komponen

Kx = K sin 𝜶

Ky = K cos 𝜶

Kalau absis dan kordinat dari suatu rivet di sebut X dan Y maka :

X = r cos
Y = r sin
r2= X2 + Y2
dari persamaan ini kita dapatkan :

𝐌.𝐫 𝐬𝐢𝐧 𝜶 𝑴. 𝒀
Kx = =
𝚺𝒓𝟐 𝚺𝒙𝟐 + 𝚺𝒚𝟐

𝑴 .𝒓 𝐜𝐨𝐬 𝜶 𝑴. 𝑿
Ky = =
𝚺𝒓𝟐 𝚺𝒙𝟐 + 𝚺𝒚𝟐

contoh perhitungan :

32
Kelompok 2

diket : P = 5 ton
t1 =15 mm
t2 = 12 mm
ditanya : hitung diameter rivet yang diperlukan
jawab :
akibat D : setiap rivet akan mendarat gaya vertikal
kebawah sebesar :
𝑷 𝟓
Ky = = = 1,0 ton
𝒏 𝟓

Akibat momen : M = 5 . 30 = 150 T cm


∑x2 = (6)2 . (4) = 144
∑y2 = (8)2 . (4) = 256 +
∑x2 + ∑y2 = 400

Gaya total terbesar akan tetapi terjadi pada rivet – rivet 1 dan 2 karena komponen Ky
akibat P Ky akibat M mempunya arah yang sama . jadi saling menjumlahkan

𝑀 .𝑦 150 .8
KX = 𝑍𝑥2+𝐸𝑦2 = = 3.0 ton
400
𝑀. 𝑥 150 .6
Ky = Σ𝑥2+Σ𝑦2 = = 2.25 ton
400

KX total = 3.0 ton


Ky total = 1.0 + 2.25 = 3.25 ton
Gaya resultan :
R = √(3.0)2 + (3.25)2 = 4.42 ton

33
Kelompok 2

Kekuatan rivet :
𝜋 .𝑑2
Ps = x 1120 = 880 d2 kg
4

880 d2 = 4420

d = 2.24 cm ( menentukan)

Pb =( d ) (1,2) (2800) = 3360 d kg

3360 d = 4420

4420
d = 3360 = 1.32 cm < 2.24

jadi diameter rivet yang diperlukan :

d = 22,4 – 1 = 21,4 mm 22 mm

SAMBUNGAN YANG MEMIKUL MOMEN TEGAK LURUS PADA


BIDANGNYA

34
Kelompok 2

Rivet a
M=P.L
= 15 . 0,15
= 225 ton
∑X2 = 0
∑Y2= 2 (4)2 + (12)2 + (20)2

Yang dimaksud disini adalah rivet yang menghubungkan bracket dengan flange kolom
arah momen bekerjanya tegak lurus pada bidang sambungan, bracket akibat momen itu akan
berputar terhadap garis netral.

Kalau jarak antara rivet adalah S maka luas dari rivet-rivet digaris netral dinyatakan
dengan suatu luas pengganti, berupa sebuah persegi panjang dengan lebar :

𝜋 .𝑑 2 1
a= x
4 𝑠

Menentukan garis netral


ℎ−𝑥 𝑥
a(h–x)( ) = b . x .2
2

( b – a ) x2 + 2.a.h.x – a h2 = 0
Dari persamaan kuadrat ini didapat harga x, yaitu letak garis netral,
tegangan max akibat momen yang terjadi pada rivet ( yaitu rivet
paling atas ) = tegangan max yang terjadi pada luas pengganti ini.

35
Kelompok 2

Momen inersia :

TEGANGAN TARIK

𝟏 𝟏
Momen Inersia : 𝑰 = . a . (h – x)3 + . b
𝟑 𝟑
3
.x
Karena disini terdapat 2 baris rivet, maka tegangan tarik maximum yang terjadi pada rivet
adalah:
𝑴 (𝒉 − 𝒙)
𝝈𝒕 =
𝟐𝑰

 Tegangan Tarik

Karena disini terdapat 2 baris rivet, maka tegangan tarik maksimum yang terjadi pada
rivet adalah
𝑴 ( 𝒉−𝒙)
𝝈𝒕 = =
𝟐𝑰

 Tegangan geser

Disamping tegangan tarik rivet juga mendapat gaya geser, Apabila jumlah berbaris rivet
adalah n, maka tiap-tiap rivet mendapat gaya sebesar p/2n

 Tegangan geser rata-rata yang terjadi pada tiap rivet adalah

𝒑 𝒑
⁄𝟐𝒏 ⁄
𝝈= = 𝟏 𝟐𝒏 𝟐
𝑭𝒔 ⁄𝟒𝝅𝒅

 Tegangan kombinasi

Karena momen dan gaya geser bekerja pada saat yang sama, maka setiap rivet akan
mendapat kombinasi tegangan axial dan tegangan geser,maka harus dipenuhi syarat :

36
Kelompok 2

𝝈 𝝈
( 𝒕 )𝟐 +( )𝟐
𝝈𝒕 ′ 𝝈′

Dimana : 𝜎𝑡 =tegangan axial tarik yang terjadi

𝜎𝑡 ′ =tegangan axial tarik yang diizinkan

𝜎 =tegangan geser yang terjadi

𝜎′ =tegangan geser yang diizinkan

Untuk tegangan axial tarik yang diizinkan pada rivet dapat diambil

̅ = 0,8 x 1400 = 1120 kg/cm2


𝝈t = 0,8𝝈

Setelah gaya axial tarik maksimum ini didapat maka tegangan axial tarik yang terjadi
dapat dihitung sebagai berikut :

Contoh Perhitungan :

1 Diket : Seperti gambar dengan p=15 ton, diameter rivet=16 mm

Tanya : Periksa apakah rivet yang menghubungkan bracket (plat


penyambung)dengan baja siku (disebut rivet 2)dan rivet yang
menghubungkan baja siku dengan kolom (disebut rivet b) cukup kuat atau
tidak.

𝝉
𝝈t = 𝟏
𝝅 .𝒅𝟐
𝟒

37
Kelompok 2

Jawab : Rivet a

M=p.

M = (15) . (15) = 225 ton

x2 = 0

y2 = 2[(4)2 + (12)2 (20)2] = 1120

𝑀 .𝑌 ( 225)(20)
Akibat M : Kx = 𝛴𝑌² = = 4,02 ton
1120(1)

𝑀 .𝑋 ( 225)(0)
Ky = 𝛴𝑌² = = 0 ton
1120

Akibat P : Kx = 0
𝑃 15
Ky =𝑛 = = 2,50 ton
6

Gaya resultan R = √(4,02)2 + (2,50)2 = 4,73 ton

Diameter lubang d = 16 + 1 = 17 mm

2𝜋𝑑2 (2).(3,14).(1,7)2
Ps = . 1120 = . 1120 = 5084 kg > 4730 kg
4 4

Pb = (1,7)(1,2)(2800) = 5712 kg

Jadi rivet a cukup kuat

Rivet b :

Dengan transformed area method kita dapatkan :

38
Kelompok 2

𝜋(1,7)²
Akibat M : a= = 0,284 cm
4× 8

b = 9,0 cm

( b – a ) x2 + 2ahx ˗ ah2 = 0

(9,0 – 0,284) x2 +2(0,284)(48)x – (0,284)(48)2 = 0

x = 7,24 cm

1 1
І = 3 (9,0) (7,24)3 + 3 (0,284)(48-7,24)3 = 7549 cm4

M = (15000).(20) = 3000.000 kg/cm

(300.000).(40.76)
𝜎t = 𝑀 .(ℎ−𝑥)
2 .І
= 2.(7549)
= 810 kg/cm2

15000
Akibat P : gaya geser tiap rivet = = 1250 kg
12

1250
𝜎=1 = 550 kg/cm2
.3,14 .(1,7)2
4

𝜎 𝜎
( 𝑡 ) 2 +( )2 = (1120
810 2 550
) + (1120)2= 0,79 < 1
𝜎𝑡 ′ 𝜎′

Jadi rivet yang dipakai cukup kuat

CATATAN :

Untuk menentukan letak garis netral dari luas pengganti sebagai harga pendekatan dapat
dipakai

𝒉
X=
𝟕

Soal

Sebuah balok dari suatu crang ranway ditumpu oleh kolom dengan sambungan
seperti gambar di bawah ini , diameter rivetyang dipakai 19 mm.

39
Kelompok 2

ditanyakan:hitung gaya p maks yang dapat dipikul oleh sambunganini dan periksa plat
penyambung apakahcukup kuat.

50

100

PRAMED CONNECTION
Pramed connection adalah sambungan antara sebuah balok dengan kolom atau
balok yang lain pada sambungan ini tidak ada momen.

a. Sambungan balok pada kolom

Pada sambungan ini dipakai sepasang baja siku penyambung , rivet menghubungkan baja
siku pada plat badan dari balok harus memikul gaya reaksi dari balok. Baja siku penyambung
harus dipilih tebal sehingga kekuatan rivet terhadap tumpu (pb) harus lebih besar dari pada skgl
suzar (ps).

𝟏
d .t .𝝈𝒃 = 𝝅 𝒅3. Ʈ
𝟒
𝟏 𝟎,𝟖 𝝈
tmin = 𝝅 𝒅 . = 0,314 d
𝟒 𝝈

Dimana

40
Kelompok 2

t = tebal pada siku penyambung


d = Diameter lobang rivet

b. Sambungan balok pada balok yang lain

Balok yang lebih kecil disambungkan pada plat badan dari balok terutama dengan memakai
baja siku, penyambung pada sambungan ini tidak terkena momen.perhitungan rivet-rivet yang
dipakai adalah = perhitungan sambungan balok pada kolom dimuka.

Diket:
Reaksi dari balok : 20 ton
Diameter rivet : 19 mm
Tebal web Ipe : 11,1 mm
Tebal ruang Inp – 26 :14,1 ton
Rencanakan sambungan tersebut

Tanya : rencanakan sambungan tersebut

Jawab :
Diameter lubang : 19 + 1 = 20 mm
Tebal baja siku : 3,14 . 2,0 = 6,28 mm
Ambit : 8 mm

Sambungan baja siku pada balok :


(𝜋).(2.0).(2)
Ps = 2 . . 1120 = 7073 kg
4

41
Kelompok 2

Pb = (2) . (1,11) . (2300) = 6212 kg

20.000
Jumlah rivet yang di perlukan :n= = 3.2 (pakai 4 buah rivet)
6216

Sambungan baja siku pada kolom :


(𝜋).(2.0).(2)
= 4
. 1120 = 7037 𝑘𝑔

(2.0).(0.8).(2000)
= = 4480 𝑘𝑔
4

20.000
Jumlah rivet yang di perlukan :n= = 5.7(pakai 6 buah rivet, yaitu 2 x 3).
3518

Pemeriksaan bidang geser pada baja siku :

Bidang geser = 32 . 0,8 . 2 = 51,2 cm2

Dan geser maksimum


3 20.000
𝜎𝑚𝑎𝑥 2 𝑥 = 586 𝑘𝑔/𝑐𝑚2<𝜎 = 0,6 𝑥 1400 = 840 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
51,2

𝜎𝑚𝑎𝑥 < 𝜎 = 586 < 840

 STIFFENED SEAT CONNECTION :

Disini seat angle di perkuat dengan pengaku, sehingga sambungan itu dapat memikul
beban yang jauh lebih besar. Pengaku (stiffener) itu biasanya terdiri dari sepasang baja siku dan
harus di pasang rapat pada seat angle.

Tegangan tumpu (bearing stress) yang terjadi padaseat angle dan pengaku tidak boleh
melebihi yang di izinkan. Tegangan tumpu yang di izinkan dapat di ambil :

σb= 1,35 x 1400 = 1890 kg/cm

42
Kelompok 2

Diketahui :
Reaksi balok = 6 ton
Diameter rivet = 20mm
Seat angle = ∟ 120 .80 .14
Ditanyakan :
Periksa apakah rivet dan seat angle cukup kuat atau tidak
Jawab :
diameter lobang = 20 + 1 = 21mm
1
Ps = 4 𝜋 (2,1)2 . (1120) = 3879 kg

Pb = (2,1) (1,4) (2800) = 8237 kg


Daya dukung 3 buah rivet :
3 x 3879 = 11637 kg > 6000 𝑘𝑔

Tegangan lentur :

e = 40 – (14 + 10) = 16mm

43
Kelompok 2

M = (6000 ) (1,6) = 9600 kg


W = 1/6 (25 ) ( 1,4 )2 = 8,16 cm3
σ'=9600/8,16 = 1176 kg/cm2< 1400 kg
Tegangan geser :
F = (1,4) (25) = 35,0 cm2
3 6000
𝜎max= 2 𝑥 = 257 kg/cm2 < 840 𝑘𝑔
35,0
6000
σrata-rata = 35,0 = 171 kg/cm2

 Tegangan total ( Combined Stress )

𝟏𝟏𝟕𝟔 𝟐 𝟏𝟕𝟏 𝟐
( ) + ( ) = 𝟎, 𝟕𝟓 < 1 ( 𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑎𝑡 𝑎𝑛𝑔𝑙𝑒 )
𝟏𝟒𝟎𝟎 𝟖𝟒𝟎

 Momen connections
Momen connection adalah sambungan yang emikul momen disamping gaya
reaksi, ada beberapa bentuk macam bentuk sambungan dengan rivet yang dapat memikul
momen.
1). T- connections

44
Kelompok 2

Reaksi R : Harus dipikul oleh rivet-rivet yang ada pada baja siku penyambung yang dipasang
pada plat badan balok.

Momen M : Harus dipikul oleh rivet-rivet yang ada pada baja penyambung berbentuk T yang
dipasang pada flange dari balok .

Rivet-rivet yang menghubungkan flange balok pada baja T memikul gaya geser
horizontal sebesar

𝑴
P= diamana h adalah tinggi balok
𝒉

Rivet-rivet yang menghubungkan baja T pada kolom sebelah atas harus memikul gaya

45
Kelompok 2

axial tarik sebesar Ppula disebelah bawah , flange baja T langsung menekan pada kolom

Contoh :

Dikeahui : pada sambungan antara balok IPE – 50 dan kolom bekerja

Reaksi R = 17 ton

Momen M = 6 ton

Sambungan direncanakan sebuah t-connections (lihat gambar)

Dengan diameter rivet 19mm

IPE – 50 = tebal Web = 10,2 mm

Tebal flange =16,0 mm

Ditanyakan :

Rencanakan sambungan tersebut

Jawab :

Diameter lobang = 19 + 1 =20 mm

Reaksi R = untuk memikul gaya ini dipakai sepasang baja siku penyambung 90.90.10

Rivet pada web balok :

1
Ps = 2. 4 𝜋 (2,0)2 (1120) = 7037 kg

Pb = (2,0) (1,02) (2800) = 5712 kg

1700
𝜂 = 5712 = 3 dipakai 3 buah rivet

Ps = 3518 kg (single shear)

46
Kelompok 2

Pb = (2,0) (1,0) (2800) = 5600 kg

1700
𝜂 = 3518 = 4,8 dipakai 6 buah rivet (3x2)

Momen M : dipakai sebagai penyambung baja T seperti gabar

 Rivet pada flange balok

Gaya yang harus dipikul :

𝑀 6
P= = = 12 𝑡𝑜𝑛
ℎ 0,5

Ps = 3518 kg (single shear menentukan)

1200
𝜂 = 3518 = 3,4 dipakai 4 buah rivet (2 x 2)

 Rivet pada kolom

Gaya tarik pada baja T sebelah atas adalah P =12 ton.

Tiap baja dipasang 4 buah rivet , 2 buah pergaris.

𝑝
Gaya tarik tiap baris = T =2 = 6 ton

𝑇
Gaya tarik tiap rivet =2 = 3 ton .

3000
𝛔𝐭 = 1 𝜋 ( 2.0 )2= 955 kg/cm2 <𝜎𝑡 = 1120 kg/cm2
4

Tebal flange baja T

Momen maxsimum akan terjadi pada penampang 1 -1

47
Kelompok 2

M= ( 6000 ) ( 4.5 ) = 27000 kg cm

1 1
W= 6 . 𝑏. 𝑡2 = 6 .24 . 𝑡2 = 4t2

𝑀 27000 6750
𝜎= 𝑊 =
4t2 t2

6750
1400 = t = 2,195 cm2 ~ 2,2 cm2
4t2

Dipakai baja T dengan tebal flange 22 mm, diambil dari potongan


DIN = 32

Catatan : disini gaya tekan dari bagian ujung flange T pada kolom (prying force)
diabaikan. Apabila gaya tersebut tidak diabaikan maka perimbangan saya tarik yang bekerja
𝑷
pada rivet menjadi 𝜎= 𝟐 + C

Dimana 𝜎:gaya tarik pada sebaris rivet

P: gaya tarik pada baja T

C: prying Force

2 𝑃 𝑞
𝐶 .3 .𝑏 = 2 .2

𝑃 𝑃 𝑎
C= 2 . ( 2 . 𝑏 )

𝑃 3 𝑎
T = 2( 1 + 4 . 𝑏 )

1 1
Momen max pada flange baja T sekarang menjadi 2 P. 2 𝑎

Tapi untuk safety dari perhitungan, perlu diadakan pergeseran titik belok sehingga
𝑃
momen maximum itu menjadi : M = 2 . p (0,64) = 0 3p.a.

48
Kelompok 2

BRACKER CONNECTIONS

Reaksi R: Harus dipikul oleh rivet-rivet yang ada pada baja siku penyambung pada plat
badanbalok.

Momen M: Harus dipikul oleh rivet –rivet yang ada pada baja siku penyambung yang
dipasangpada bracket.

Rivet yang menhubungkan hanya balok pada bracket memikul gaya geser sebesar

𝑀
P= . gaya axial tarik pada masing-masing rivet yang menghubungkan bracket dengan kolom

akibat gaya P baru dianggap sebanding dengan jarak nya ke garis netral balok. (lihat gambar).

49

Anda mungkin juga menyukai