Anda di halaman 1dari 94

Pendahuluan Batang tarik

Apa saja yang perlu diketahui pada pembahasan


batang tarik ini.......?
Pokok bahasan

Tujuan Pembelajaran :
 Mengetahui perilaku keruntuhan batang tarik
Melakukan proses desain penampang suatu komponen struktur tarik

Pokok Pokok Pembahasan

1. Pendahuluan
2. Tahanan Nominal
3. Luas Netto
4. Efek lubang berselang–seling pada luas netto
5. Luas netto efektif
6. Geser block
8. Transfer gaya pada sambungan
Pendahuluan

Tau nggak kalian apa yang dimaksud dengan


batang tarik...?!
Menurutku
sih,...batang
tarik itu, ya
Batang tarik... Apa ya..? batang yang
apa batang
ditarik ....
kelapa bu.... ?
Pendahuluan
Pendahuluan

Batang tarik adalah batang-batang struktur yang mendukung gaya tarik

Struktur tarik terdapat pada bagian bangunan


Struktur utama : - jembatan rangka
- Jembatan gantung
- Rangka kuda-kuda atap
- Rangka menara

Struktur sekunder : - Ikatan angin atap /jembatan


- Ikatan rem pada jembatan
- Ikatan penggantung gording
Pendahuluan
Profil batang tarik Batang tarik yang umum
digunakan

 Di jumpai pada banyak


struktur : Jembatan,
Rangka atap, Menara,
Ikatan angin, dll.
 Efektif dalam memikul
beban
 Dapat terdiri atas profil
tunggal, atau profil
tersusun
Pendahuluan

Rangka jembatan
Pendahuluan

Ikatan angin jembatan


Pendahuluan

Rangka menara
Pendahuluan

Pada struktur atap dengan rangka batang


banyak dijumpai batang tarik, bisa berupa Pada struktur jembatan banyak dijumpai
profil siku atau profil T batang tarik, bisa WF, Profil buatan dll.
Pendahuluan

Apakah suatu batang tarik perlu


dibatasi panjangnya ?
Kalau iya , mengapa ? Ku tau ji saya
Kalau tidak, mengapa? jawabannya, tp
malaska
??? menjawab bla
Sotta
e....
Pendahuluan

 Batang tarik perlu dibatasi panjangnyanya untuk menjaga agar


batang jangan terlalu fleksibel

 Batang tarik yang panjang mempunyai lendutan besar sekali


diakibatkan oleh berat batang tarik itu sendiri.

 Batang tarik akan bergetar bila menahan gaya-gaya angin


rangka terbuka atau harus menahan alat-alat yang bergetar
seperti compressors
Pendahuluan

Apa yang harus dilakukan agar


hal di atas tidak terjadi ?
Pendahuluan
 Untuk menaggulangi persoalan-persoalan di atas maka perlu
diadakan kriteria kekakuan. Kriteria ini didasarkan atas angka
kelangsingan (slenderness atio) L/r dari batang.
Dimana L = panjang batang
r = jari-jari kelembaman
I I = momen inersia
 Mencari jari-jari kelembaman (r) : r 
A A = luas penampang
 Maximum slenderness rasio L/r menurut :
AISC AASHO SNI
Untuk batang utama : 240 200 240
Untuk bracing dan batang-batang sekunder: 300 240 300

AISC : American Institute of Steel Contruction


AASHO : American Association of State Highway Officials
Tahanan Nominal

Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1. dinyatakan bahwa semua komponen


struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar Nu, maka harus
memenuhi,
N u  N n
Nu = gaya tarik axial terfaktor
Nn = tahanan nominal (kuat tarik) dari penampang yang ditentukan

berdasarkan tiga macam kondisi keruntuhan batang tarik
N n = faktor reduksi
= Kuat tarik rencana
Tahanan Nominal

Metode LRFD
Nu  φ Nn γ i Q i  φRn φRn  γ1 .Q i
Menyatakan menyatakan
tahanan atau beban yang
kekuatan dari harus dipikul
sebuah struktur
Ada kah kaitan dengan konsepLRFD penampang tersebut.

Nu γ i Qi
Nn = tahanan nominal (kuat tarik)
Nu = gaya tarik axial terfaktor φ Nn φRn
Kuat tarik rencana

Nn Nn = tahanan nominal (kuat tarik)

 Nn  N n = kuat tarik rencana

 = faktor reduksi
Kuat tarik rencana

Kuat tarik rencana


Dalam menentukan kuat tarik rencana (ФNn) suatu batang tarik, harus diperiksa
terhadap 3 macam kondisi keruntuhan yang mungkin dialami pada kondisi
batas , dengan mengambil nilai terkecil diantara nilai kuat tarik rencana pada
kondisi leleh dan fraktur, yaitu:
1. Leleh dari luas penampang kotor, di daerah yang jauh dari sambungan (las)
2. Fraktur pada penampang efektif netto pada lubang–lubang baut di
sambungan.
3. Keruntuhan blok geser pada lubang-lubang baut di sambungan
 Tahanan nominal suatu struktur tarik ditentukan oleh tiga macam tipe
keruntuhan yakni leleh dari penampang brutto, fraktur dari penampang
efektif dan geser blok pada sambungan.
1. Kegagalan Leleh •
2. Kegagalan Fraktur •
3. Kegagalan Geser Blok

 Sedapat mungkin dalam mendisain suatu komponen struktur tarik,


keruntuhan yang terjadi adalah leleh dari penampang bruttonya, agar
diperoleh tipe keruntuhan yang daktail.
Kuat tarik rencana

1. Kondisi leleh dari luas penampang kotor

Bila kondisi leleh yang menentukan, maka tahanan nominal, Nn dari batang
tarik memenuhi persamaan

фNn = 0,90 Ag fy

dimana : Ag = luas penampang kotor (bruto), mm2


fy = kuat leleh material, MPa
Nn = tahanan nominal (Kuat tarik)
 = faktor reduksi , 0,90 untuk kondisi leleh
Kuat tarik rencana
2. Fraktur dari luas penampang efektif pada daerah sambungan.

ф Nn = 0,75 Ae fu

Dengan : Ae = luas penampang efektif = U. An


An = luas netto penampang, mm2
U = Koefisien reduksi
fu = tegangan tarik putus, Mpa

Dengan  adalah faktor tahanan, yang besarnya adalah :


 = 0,9 untuk kondisi leleh, dan
 = 0,75 untuk kondisi fraktur
 Luas penampang bruto dari sebuah batang Ag didefinisikan sebagai hasil
perkalian antara tebal dan lebar bruto batang.
 Luas penampang netto didefinisikan sebagai perkalian antara tebal batang
dan lebar nettonya.Lebar netto didapat dengan mengurangi lebar bruto
dengan lebar dari lubang tempat sambungan yang terdapat pada suatu
penampang
Kuat tarik rencana

3. Keruntuhan blok geser pada lubang-lubang baut di sambungan


 Keruntuhan geser blok dapat dihitung dengan menjumlahkan tarik leleh
( atau tarik fraktur) pada sisi irisan dengan tahanan geser fraktur ( atau
geser leleh ) pada bidang lainnya yang saling tegak lurus
Nn = 0,6 fy Agv (leleh) + fu Ant (fraktur)
Nn = 0,6 fu Anv (fraktur) + fy Agt (leleh)

Agt = Luas broto yang mengalami tarik


Agv = Luas bruto yang mengalami geser
Ant = luas neto yang mengalami tarik
Anv = luas neto yang mengalami geser
ɸ = 0,75
Fracture

фNn = 0,90 Ag fy ф Nn = 0,75 Ae fu

Kondisi leleh dari luas . Fraktur dari luas


penampang kotor penampang efektif
pada daerah
sambungan
Fracture
Bagaimana bisa terjadi fraktur akibat adanya lubang
pada batang tarik?
Fracture
Pada perhitungan-perhitungan dengan luas efektif
netto perlu diberikan koefisien reduksi untuk batang
tarik. Hal ini bertujuan untuk mengatasi bahaya yang
timbul akibat terjadinya Shear lag. Tegangan geser
yang terjadi pada baut penyarnbung akan
terkonsentrasi pada titik sambungannya. Efek dari
Shear lag ini akan berkurang apabila alat penyambung
yang digunakan banyak jumlahnya.
Geser blok
Suatu kerutuhan dimana mekanisme keruntuhannya merupakan kombinasi
geser dan tarik dan terjadi melewai lubang–lubang baut pada komponen
sturktur tarik disebut keruntuhan geser blok (shear lag)

Keruntuhan jenis ini sering terjadi pada sambungan dengan baut terhadap pelat
badan yang tipis pada komponen struktur tarik
Juga umum dijumpai pada sambungan pendek , yaitu sambungan yang
menggunakan dua baut atau kurang pada garis searah dengan bekerjanya gaya
Sebelum menggunakan rumus untuk 3 keruntuhan yang
dapat terjadi , terlebih dahulu harus menghitung luas netto
terlebih dahulu, lalu cek persyaratannya.
Luas Netto ( An)
Luas netto An
Untuk batang tarik yang mempunyai lubang (untuk penempatan
sambungan), maka luas penampangnya tereduksi di sebut luas Netto
(An),

 Lubang yang dibuat pada sambungan untuk menempatkan alat


pengencang seperti baut atau paku keling, mengurangi luas penampang
sehingga mengurangi pula tahanan penampang

 lubang yang dibuat harus 2 mm lebih besar dari baut / paku keling
dengan ukuran baut 24 mm,

 lubang yang dibuat harus 3 mm lebih besar dari baut / paku keling
dengan ukuran baut lebih besar dari 24 mm
Luas Netto (lanjut)

Luas netto (Luas bersih) An


An = Ag - n D t
An = luas netto ( luas bersih)
Ag = luas penampang kotor (luas bruto)
n = banyaknya lubang dalam satu garis potongan
D= diameter lubang (diameter baut + spasi)
t = tebal penampang pelat yang disambungkan

Luas netto penampang batang tarik tidak boleh diambil lebih besar dari
85% luas bruto, An  0,85 Ag
Luas Netto (lanjut)

(a)
(b)
Efek Lubang Berselang Seling
Efek Lubang Berselang Seling Pada Luas Netto

Menurut kalian, garis mana


B yang mempunyai luas
T U bersih yang minimum..?
C
Garis ABE kah atau garis
D E ABCD..?
S1 S2

Atau kata lainnya, garis


mana yang mempunyai
potensi kegagalan yang U T
terbesar...?

Garis I-I kah atau garis 2 1


I-2..?
Efek Lubang Berselang Seling
Efek Lubang Berselang Seling Pada Luas Netto
A
Menurut kalian, garis mana
B yang mempunyai luas
T U bersih yang minimum..?
C
Garis ABE kah atau garis
D E ABCD..?
S1 S2
1
Atau kata lainnya, garis
mana yang mempunyai
potensi kegagalan yang U T
terbesar...?

Garis I-I kah atau garis 2 1


I-2..?
Efek Lubang Berselang Seling
Sekilas luas minimum akan diberikan oleh jalur ABCD dibanding ABE, akan
tetapi hal itu belum tentu demikian, karena pada jalur diaogonal BC akan ada
koreksi sebesar

2
s
4u
S = jarak horizontal antara sumbu lubang pada sejajar sumbu komponen
struktur (arah pembebanan)
U = jarak antara sumbu lubang pada arah tegak lurus sumbu komponen
struktur (arah pembebanan)
Lubang baut berselang seling

Efek Lubang Berselang Seling Pada Luas Netto

U T

2 1
Dari Potongan 1 – 1 diperoleh : An = Ag – n. d. t
Dari Potongan 1 – 2 diperoleh :
An  Ag  n.d .t  
 S .t 
2

(4u )
Luas netto dengan Lubang baut Ilustrasi profil (WF)
berselang seling
Luas netto dengan Lubang Ilustrasi profil (Canal)
baut berselang seling
Luas netto dengan Lubang baut
Menentukan Nilai u profil siku
berselang seling
Luas netto dengan Lubang baut
Menentukan Nilai u profil canal
berselang seling
Luas netto dengan Lubang baut
Menentukan Nilai u profil WF
berselang seling
Luas netto dengan Lubang baut Menentukan Nilai u profil 1/2WF
berselang seling dan WF
Luas netto dengan Lubang baut Menentukan Nilai u pada
berselang seling profil baja
Luas netto dengan Lubang baut
Menghitung nilai u profil canal
berselang seling
Luas Netto

Soal 1.
Hitung luas netto (An) dari batang tarik berikut ini, baut yang digunakan berdiameter 19 mm,
lubang dibuat dengan metode punching

Lubang baut  19 mm

T T
Pelat 6 x 100 mm
Luas kotor, Ag = 6 x 100 = 600 mm2
Lebar lubang = 19 + 2 = 21 mm
An = Ag - n D t Syarat , An  0,85 Ag
= 600 – 1 * 21*6 = 474 mm2 474 ≤ 0,85 * 600
474 mm2 ≤ 510 mm2 ...........ok bro
Luas Netto (lubang berselang-
seling)

Tentukan Anetto minimum dari batang tarik berikut ini,  baut = 19 mm, tebal pelat 6
mm

Luas kotor, Ag = 6 x ( 60 + 60 + 100 + 75 )


Ag = 1770 mm2
lebar lubang
= 19 + 2 = 21 mm

Potongan AD : An = Ag - n d t
An = 1770 – 2 (21)(6)
An = 1518 mm2
Luas Netto (lubang berselang-
seling)

An  Ag  n.d .t  
 S .t  2

Potongan ABD ( 4u )
2 2
(55 .6) (55 .6)
An  1770  3( 21)(6)  
4.60 4.100
An  1513 mm 2

An  Ag  n.d .t  
 S .t 
2

Potongan ABC
(4u )
2 2
(55 .6) (50 .6)
An  1770  3( 21)(6)  
4.60 4.100
An  1505,1 mm 2
Luas Netto (lubang berselang-
seling)

Potongan AD : garis terpendek Potongan AD : An = 1518 mm2


Potongan ABD : garis terpanjang Potongan ABD : An  1513 mm 2

Potongan ABC : garis terpanjang Potongan ABC : An  1505,1 mm 2

Periksa terhadap syarat An  0.85. Ag

An  0,85 Ag
Pilh luas netto yang paling minimum
1505,1  0,85.1770
1505,1  1504,5
1505  1505 .............. OK
Luas Netto (lubang berselang-
seling)
Untuk Dikerjakan

Hitung An minimum dari batang tarik berikut, yang terbuat


dari profil siku L100.150.10 dengan  lubang = 25 mm
Luas Netto (lubang berselang-seling)

Luas kotor Ag = 2420 mm2 ( tabel profil baja )


Lebar Lubang = 25+2 = 27 mm
Potongan AC : An= Ag.n.d.t
An = 2420 – 2(27)(10) = 1880 mm2
Potongan ABC :
An  Ag  n.d .t  
 
S 2 .t
( 4u )
An = 2420 – 3(27)(10) + 752x10/4x60 + 752x10/4x105 =1978,3 mm2
Periksa terhadap syarat : An  0,85 Ag
An  0,85. Ag.
1880  0,85 (2420)
1880 mm2  2057 mm2 .......OK
Jadi An minimum adalah 1880 mm2
Luas Netto (lubang berselang-seling)

Luas kotor Ag = 2420 mm2 ( tabel profil baja )


Lebar Lubang = 25+2 = 27 mm
Potongan AC : An= Ag.n.d.t
An = 2420 – 2(27)(10) = 1880 mm2
Potongan ABC :
An  Ag  n.d .t  
 
S 2 .t
( 4u )
An = 2420 – 3(27)(10) + 752x10/4x60 + 752x10/4x105 =1978,3 mm2
Periksa terhadap syarat : An  0,85 Ag
An  0,85. Ag.
1880  0,85 *2420
1880 mm2  2057 mm2 .......OK
Jadi An minimum adalah 1880 mm2
Luas Netto (lubang berselang-
seling)
Untuk dikerjakan
Hitunglah luas netto dari profil CNP 20 berikut ini, jika baut yang digunakan
berdiamater 16 mm ( Luas kotor : 3220 mm2, tw – 8,5 mm dan tf= 11,5 mm)
Luas Netto (lubang berselang-
seling) Nilai U

Hitunglah luas netto dari profil CNP 20 berikut ini, jika baut yang digunakan berdiamater 16
mm (Luas kotor : 3220 mm2
,
tw – 8,5 dan tf= 11,5)
Luas Netto (lubang berselang-
seling)

Ukuran lubang = 16 + 2 = 18 mm
Potongan 1 : An = Ag-n.d.t.
An = 3220 – 2(18)(11,5) – 8,5(18) = 2653 mm2
Potongan 2 :  S 2 .t 
An  Ag  n.d .t  
( 4u )
 11,5  8,5 
(50 2 ).  
 2  (50 2 ).  8,5
An  3220  2(18)(11,5)  2(18)(8,5)  
4. (71,5) 4.(100)

An = 2640,54 mm2 (dipilih An yang minimum)

Periksa terhadap syarat An  0,85 Ag


2640,54 mm2  0,85 x (3220)
2640,54 mm2  2737 mm2
Jadi An minimum adalah 2640,54 mm2
Luas Netto Efektif
Pendahuluan

Luas Netto Efektif


 Performa suatu batang tarik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, namun
yang paling penting di antaranya adalah masalah sambungan karena adanya
sambungan pada suatu batang tarik akan memperlemah batang tersebut.
 Efisiensi suatu sambungan merupakan fungsi dari daktilitas material, jarak
antar alat pengencang, konsentrasi tegangan pada lubang baut serta suatu
fenomena yang sering disebut dengan istilah shear lag
Geser Blok ( Block Shear ) • Pada sebuah elemen pelat tipis yang menerima beban
tarik, dan yang disambungkan dengan alat pengencang, tahanan dari komponen tarik
tersebut kadang ditentukan oleh kondisi batas sobek, atau sering disebut geser blok.
Pendahuluan

Elemen batang tarik, selain plat datar, yang disambung akan mengalami
tegangan tarik yang tidak merata seluas penampangnya pada daerah
sambungan. Hal ini disebabkan adanya perubahan letak titik tangkap gaya
P pada batang tarik tersebut. Pada posisi tengah bentang titik tangkap gaya
P berada pada titik berat penampang, sedangkan pada proses sambungan
titik tangkap gaya P akan bergeser ke arah sisi luar penampang berbaut
yang bersentuhan dengan elemen plat yang disambung. Kondisi ini
membuat luasan penampang yang bekerja menahan tarik tidak
menampakkan kekuatan aktualnya. Contoh kasus adalah penampang siku
yang disambungkan hanya pada satu kakinya saja,
Penampang Efektif, Ae
•Pada daerah sambungan terjadi perlemahan:
•Shear lagm: Luas harus di reduksi dengan
koefisien U
•Pelubangan : pengurangan luas sehingga
yang dipakai pada daerah ini adalah luas
Bersih An
Ae = An U
Pengertian Shear-Lag
Pengertian Shear-Lag
Gaya tarik P yang ditransfer melalui baut,
praktis hanya ditahan oleh pelat siku vertikal
dibandingkan dengan pelat siku horizontal
yang tidak disambungkan pada pelat buhul.
Hal ini berakibat pada ketidakseragaman
distribusi tegangan antara pelat vertikal dan
horizontal. Keadaan ini sering disebut shear-
lag. Pada jarak tertentu dari lokasi lubang
baut, barulah seluruh luas penampang dapat
dianggap memikul tegangan tarik secara
merata. Oleh karena itu daerah penampang
pelat siku vertikal mungkin dapat leleh ,
mengalami strain hardening bahkan
mencapai fraktur terlebih dahulu walaupun
beban tarik P belum mencapai harga kuat
lelehnya,Ag.fy
Shear-Lag pada sambungan
baut

Shear lag timbul jika suatu komponen sturktur tarik hanya disambung sebagian saja, profil siku
hanya disambung pada salah satu kaki saja sehingga bagian yang disambung mengalami
beban yang berlebihan sedangkan bagian lainnya tidak mengalami tegangan yang sama
besarnya.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka dalam analisa kondisi batas fraktur digunakan luas
penampang efektif Ae, yang harus dihitung sebgaia berikut :
Dengan Ae = Luas efektif penampang
An = Luas netto penampang
Jika gaya tarik P ditansfer melalui sambungan baut , maka koofisien U dihitung
berdasarkan persamaan berikut :

X U = koefisien reduksi akibat shear -lag


U 1  0,9
L x = exsentrisitas sambungan
L = panjang sambungan dalam arah gaya tarik
Luas Netto Effektif (Ae) Shear-Lag pada sambungan baut

Selain ketentuan diatas, koefisien reduksi U untuk beberapa


penampang menurut manual dari ASTM adalah :

1.Penampang I (WF) dgn b/h = 2/3 atau penampang T (1/2 WF)


yang dipotong dari penampang I (WF) dan sambungan pada pelat
sayap dengan jumlah baut lebih atau sama dengan 3 buah perbaris
U = 0,9
2.Untuk penampang yang lain dengan jumlah alat pengencang
minimal 3 buah per baris U = 0,85
3.Semua penampang dengan banyak baut = 2 buah U = 0,75
Luas Netto Effektif (Ae) Nilai eksentrisitas
sambungan berbagai profil
Luas Netto Effektif (Ae) Nilai eksentrisitas
sambungan berbagai profil
Luas Netto Effektif (Ae) Nilai eksentrisitas
sambungan berbagai profil
Nilai eksentrisitas
sambungan berbagai profil
Eksentrisitas sambungan
Eksentrisitas sambungan
Luas Netto Effektif (Ae)
Menghitung nilai
eksentrisitas sambungan
Profil WF 300. 300.10.15

 135 
300 *15 * 7,5  135 *10 *   15 
 2 
x
300 *15  135 *10
x  24,80 mm
x
U  1   0,9
L
24,80
U 1  0,9
100
U  0,75  0,9
Menghitung nilai
eksentrisitas sambungan

Profil WF 300 150 6,5 9

 141 
150 * 9 * 4,5  141* 6,5 *   9
 2 
x
150 * 9  141* 6,5
x  34,8 mm
Luas Netto Effektif (Ae)

 Kinerja batang tarik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi yang
penting di cermati adalah sambungan karena sambungan akan
memperlemah batang tersebut.
 Efisiensi sambungan merupakan fungsi dari daktilitas material, jarak antar
alat pengencang, konsentrasi tegangan pada lubang baut serta shear lag.
 Shear lag terjadi bila komponen batang tarik hanya disambung
sebagian saja.
 Salah satu mengatasi shear lag adalah dengan memperpanjang
sambungan,
Luas Netto Effektif (Ae) Shear lag pada sambung
las
Apabila gaya tarik disalurkan dengan menggunakan alat penyambung las, maka
akan ada 3 macam kondisi yang dijumpai yaitu :

1.Bila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan pelat
atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang, maka Ae = Ag
2.Bila gaya tarik disalurkan oleh las melintang saja , maka Ae = luas penampang
yang disambung las ( U = 1 )
3.Bila gaya tarik disalurkan ke elemen pelat oleh las memanjang sepanjang
kedua sisi bagian ujung elemen : Ae = U Ag

Dengan : U = 1 untuk L  2 w,
U = 0,87 untuk 2w > L  1,5 w,
U = 0,75 untuk 1,5w > L  w,
L = panjang las, w = jarak antar las memanjang (lebar pelat )
1. Bila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan pelat
atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang, maka Ae = Ag

Ae = Ag

a. Sambungan las memanjang (longitudinal) dan melintang (transversal)l


2. Bila gaya tarik disalurkan oleh las melintang saja , maka Ae = luas penampang
yang disambung las ( U = 1 )

b. Sambungan las melintang (transversal)l


3. Bila gaya tarik disalurkan ke elemen pelat oleh las memanjang
sepanjang kedua sisi bagian ujung elemen : Ae = U Ag

U = 1 untuk L  2 w,
U = 0,87 untuk 2w > L  1,5 w,
U = 0,75 untuk 1,5w > L  w,

c. Sambungan las memanjang (longitudinal) pada kedua sisi


Luas Netto Effektif (Ae) Alat sambung las
Contoh soal 4 Luas netto efektif (Ae) pada
sambungan las
Plat dengan ukuran 10 x 150 mm dihubungkan dengan pelat berukuran 10 x
250 mm menggunakan sambungan las seperti pada gambar. Hitunglah tahanan
tarik rencana dari struktur tersebut, jika mutu baja adalah BJ 41 ( fy = 250 MPa,
fu = 410 MPa )
Contoh soal 4 (Selesai) Luas netto efektif (Ae) pada
sambungan las
Kondisi leleh :  Tn =  Ag. fy
= 0,9 (10)(150)(250) = 33,75 ton
Kondisi fraktur : Ae = U. Ag (lihat ketentuan 3 kondisi yg dapat dijumpai)
Nilai U dicari dulu yang memenuhi:
Dicoba 1,5 w > L  w
1,5 .150 > 200≥ 150
250 > 200 ≥ 150.......... OK
sehingga U= 0,75
Ae = U. Ag = 0,75 (10)(150) = 1125 mm2
 Tn =  Ae fu = 0,75 (1125)(410) = 34,6 ton

Tahanan tarik rencana diambil dengan nilai yang terkecil dari 2 peninjauan , yaitu pada
kondisi leleh dan kondisi frakture

Jadi tahanan tarik rencana dari komponen struktur adalah = 33,75 ton
Contoh soal 5 Luas netto efektif (Ae) pada
sambungan lbaut
Tentukan luas efektif untuk profil WF 300.150.6,5.9 dan pelat PL 10.150. Pelat
dihubungkan dengan bagian sayap profil menggunakan 4 buah baut diameter 16 mm
berjarak masing –masing 60 mm.

X = 34,1

a. Profil WF 300. 150.6,5. 9 Ae= U.An


U =1-x/L
Ag = 46,78 cm2 = 4678 mm2 Ae = 0,81 * 4030
U = 1- 34,1/180
An = Ag.n d t Ae = 3264 mm2
U = 0,81
= 4678 . 4 .(16 +2). 9
= 4030 mm
Contoh soal 5 (Selesai) Luas netto efektif (Ae) pada
sambungan baut
b. Pelat 10.150
Seluruh penampang pelat dianggap meneruskan seluruh gaya tarik
yang bekerja, tidak ada pengauh sheag lag sehingga Ae = An (U=1)
An =Ag- n.d.t
An = 10*150 – 2 (16+2)*10
An = 1120 mm2 (untuk satu pelat)

Nilai An untuk pelat tidak perlu lebih besar dari 0,85 Ag

0,85 Ag = 0,85 *10*15


= 1275 mm2

Maka nilai Ae = 1120 mm2, untuk kedua pelat Ae = 2240 mm2


Contoh soal 6 Luas netto efektif (Ae) pada
sambungan baut
Tentukan luas efektif untuk profil WF 300.150.6,5.9 dan pelat PL 10.150. Pelat
dihubungkan dengan bagian sayap profil menggunakan 4 buah baut diameter 16 mm
berjarak masing –masing 60 mm. Dan tentukan pula gaya tarik Nu yang dapat dipikul
batang tarik tersebut. Keruntuhan blok geser diabaikan ( fy= 240 Mpa, fu = 370 Mpa

X = 34,1
Contoh soal 6 (Lanjut) Luas netto efektif (Ae) pada
sambungan baut
b. Pelat 10.150
Seluruh penampang pelat dianggap meneruskan seluruh gaya tarik
yang bekerja, tidak ada pengauh sheag lag sehingga Ae = An (U=1)
An =Ag- n.d.t
An = 10*150 – 2 (16+2)*10
An = 1120 mm2 (untuk satu pelat)

Nilai An untuk pelat tidak perlu lebih besar dari 0,85 Ag

0,85 Ag = 0,85 *10*15 An ≤ 0,85 Ag (tidak perlu mengikuti syarat ini jika
= 1275 mm2 untuk pelat)

Maka nilai Ae = 1120 mm2, untuk dua pelat Ae = 2240 mm2


Contoh soal 6 (lanjut) Luas netto efektif (Ae) pada sambungan
baut –Kuat tarik rencana

Kuat tarik rencana ɸ Nn ditentukan oleh kondisi leleh atau kondisi frakture

a.Tinjau kekuatan profil WF 300.150.6.5.9

Kondisi Leleh
ɸNn = 0.9 Fy Ag
= 0.9*240*4678
= 1010.45 kN

Kondisi Fraktur
ɸNn = 0.75 Fu Ae
= 0.75*370*3264
= 905.76 kN
Contoh soal 6 (Selesai) Luas netto efektif (Ae) pada sambungan
baut –Kuat tarik rencana

b. Tinjauan Kekuatan pelat PL 10.150


Kondisi Leleh
ɸNn = 0.9 fy Ag
= 0.9*240*(10*150*2) (ada 2 pelat)
= 648.00 kN

Kondisi Fraktur
ɸNn = 0.75 fu Ae
= 0.75*370*2240
= 621.60 kN ( Terkecil menentukan)

Kuat tarik rencana


ɸNn = 621.60 kN

Jadi , Gaya tarik yang dapat dipikul, Nu < 621.60 kN


Elemen plat tipis menerima beban tarik, dan disambungkan dengan alat pengencang, tahanan dari
komponen tarik tersebut kadang ditentukan oleh kondisi batas sobek atau sering disebut geser
block. Pada gambar dibawah profil siku yang mengalami sobek pada potongan a-b-c, bagian ini
sobek . Geser blok merupakan penjumlahan tarik leleh pada irisan dengan geser fraktur pada irisan
lainnya yang saling tegak lurus. Dan tahanan nominal tarik dalam keruntuhan geser blok pada
persamaan :
1. Geser leleh – tarik fraktur ( fu.Ant  0,6 fu Anv )
Tn = 0,6 fy. Agv + fu. Ant

2. Geser fraktur – Tarik Leleh ( fu. Ant < 0,6. fu. Anv )
Tn = 0,6 fu. Anv + fy. Agt

Dengan : Agv = luas kotor akibat geser


Agt = luas kotor akibat tarik
Anv = luas netto akibat geser
Ant = luas netto akibat tarik
fu = kuat tarik
fy = kuat leleh
Contoh :
Bila rasio beban hidup dengan beban mati adalah sama dengan 3, L/D = 3, hitunglah beban
kerja yang dapat dipikul olej profil L100.100.10, dengan baut berdiamater 16 mm yang
disusun seperti pada gambar dibawah ini. BJ baja 37 (fy = 240, fu = 370)

JAWAB :
Kondisi leleh : Tn =  Ag fy = 0,9(1920)240) = 41,472 ton
Kondisi Fraktur :
An1 = 1920 – 10(16+2) = 1740 mm2 ( 90,6%Ag)
An2 = 1920 – 2(10)(16+2) + (502x10) / 4x40= 1716,25 mm2 ( 89,4%Ag)
An menentukan = 85% Ag = 0,85 x 1920 = 1632 mm2
U = 1 – x/L = 1 – 28,2 / 4x50 = 0,86
Ae = u. An = 0,86 x 1632 = 1403,52 mm2
Tn =  Ae fu = 0,75 (1403,52)370 = 38,95 ton jadi tahanan rencana , Td=38,95 ton
Td > Tu = 1,2D+1,6L 38,95 = 1,2D + 1,6 (3D) = 6D diperoleh D=6,49 ton dan L = 19,47 ton. Beban kerja, D + L = 6,49 +
19,47 = 25,96 ton

Anda mungkin juga menyukai