EVALUASI SEISMIK DAN RETROFIT

STRUKTURAL BANGUNAN EKSISTING

ASCE 41-17

Erwin Lim
30 Maret 2022
 Outline
• Pendahuluan

• Analisis Tier 1

• Prosedur Analisis ASCE 41

• Analisis Tier 2

• Analisis Tier 3

• Konsep Retrofit
2
PENDAHULUAN

3
 Metode Evaluasi Seismik

4
FEMA 154 – Rapid visual screening of buildings for potential seismic hazards
Referensi

5
Target Kinerja: Gedung Baru
Level Kegempaan :
• BSE-1N  2/3 MCER
• BSE-2N  2% in 50 years (Tr 2475 thn)

6
Target Kinerja: Gedung Eksisting

Level Kegempaan :
• BSE-1E  20% in 50 years (Tr 225 thn)
• BSE-2E  5% in 50 years (Tr 975 thn)

7
 Target Kinerja Struktural
Damage control

EQ intensity EQ intensity
New Build. Exst. Build.

BSE 1N BSE 1E
(2/3MCER) (Tr = 225 th)

BSE 2N BSE 2N
(MCER) (Tr = 975 th)

8
 Target Kinerja: Ilustrasi
(Kategori Risiko: I dan II)

DC

LS CP

Gd. Baru BSE 1N (2/3MCER) Gd. Baru BSE 2N (MCER )

Gd. Eksisting BSE 1E (Tr = 225 th) Gd. Eksisting BSE 2E (Tr = 975 th)

9
Target Kinerja: visual

10
 Demand Gempa BSE-1E/2E
1. Diperoleh melalui analisis PSHA  peta gempa dengan
periode ulang tertentu

Tr = 225 th

Tr = 975 th

11
 Demand Gempa BSE-1E/2E
2. Diambil sebesar suatu persentase tertentu dari BSE-1N dan BSE-2N
 ICC/IEBC (2012) mengambil angka pereduksi 75%

3. Mengacu pada EN 1998-2:2005+A2, dimana:

12
 Tingkat Seismisitas

Ctt: Ss dan S1 berdasarkan BSE-2N (MCER)

13
 Deficiency Based vs Systematic
Deficiency based = hanya evaluasi defisiensi
tertentu  Tier 1 dan Tier 2
• Berdasarkan observasi kegagalan gempa lampau
• Potensi defisiensi: konfigurasi struktur, material
konstruksi, tahun dibangun, sistem struktur
• Perhitungan hanya untuk isu yang berpotensi
defisiensi, isu lainnya diabaikan
• Ada limitasi pengaplikasian T1 dan T2

Systematic = mengevaluasi keseluruhan  Tier 3

• Perhitungan intensif
• Defisiensi diputuskan dari hasil analisis
14
Batasan Penggunaan Deficiency-Based Procedure

• Tidak digunakan untuk gedung baru

• Hanya untuk tipe bangunan yang sudah ditentukan
 Batasan
Penggunaan
Deficiency-Based
Procedure

• Terdapat batasan
ketinggian

• Sistem struktur tidak

digabung (dengan
pengecualian – Ps.
3.4.1)*
Batasan Penggunaan Deficiency-Based Procedure

• Sistem struktur tidak digabung (dengan pengecualian –

Ps. 3.4.1)*
ANALISIS TIER 1

18
 Prinsip Tier 1

• Melakukan checklist dan mengidentifikasi

potential deficiency

• Tidak dapat berdiri sendiri  perlu dibarengi

dengan T2 atau (bahkan) T3

• Bersifat konservatif
Flowchart Tier 1
Flowchart Tier 1
 Daftar Chekclist Tier 1

• Compliant

• Noncompliant

• Not Applicable

• Unknown
 Chekclist Tier 1
• Checklist terhadap
• konfigurasi dasar bangunan
• Struktural
• Non-struktural

• Dikembangkan berdasarkan pengalaman gempa masa

lampau
• Dikembangkan untuk tipe struktur bangunan umum, tingkat
kinerja, dan tingkat seismisitas tertentu
• Checklist lebih bersifat kualitatif
• Mungkin dibutuhkan perhitungan sederhana
Tier 1 Screening : Required Checklists
Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Load Path: The structure contains a complete, well-defined load path,
including structural elements and connections, that serves
to transfer the inertial forces associated with the mass of all
elements of the building to the foundation.
Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Adjacent Building
 Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Soft Story: The sum of the shear strengths of the seismic-force-resisting
system in any story in each direction is not less than 80% of
the strength in the adjacent story above.
Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Soft Story:
Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Weak Story: The sum of the shear strengths of the seismic-force-
resisting system in any story in each direction is not less
than 80% of the strength in the adjacent story above.

Vn = 2Mn / h
 Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Vertical All vertical elements in the seismic-force resisting system
Irregularities: are continuous to the foundation.
Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Geometric There are no changes in the net horizontal dimension of
the seismic-force-resisting system of more than 30% in a
Irregularities: story relative to adjacent stories, excluding one-story
penthouses and mezzanines.
Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Heavy Floor: There is no change in effective mass of more than 50%
from one story to the next. Light roofs, penthouses, and
mezzanines need not be considered.
Checklist: Konfigurasi Dasar Bangunan
Torsion: The estimated distance between the story center of mass and
the story center of rigidity is less than 20% of the building width in
either plan dimension.

COR COM
Checklist: Struktural (C1)

36
Checklist: Struktural (C1)

37
Tier 1 Checklist Struktural : Base Shear

SX1 = Design spectral response acceleration

at 1 s for the Seismic Hazard Level BSE-1E
(Tr =225 yrs) and BSE-2E (Tr = 975 yrs)
 Tier 1 Checklist Struktural : Converting to Tr,target

Eurocode 8:
 Tier 1 Checklist Struktural :
Converting MCER (Tr 2500) to BSE 1E (Tr 225)
Sa 4
B1 
5.6 ln 100  
S xs / B1
S x1
S x1 / B1 B1T

0.4S xs

T0 Ts 1.0 TL T
S xs  Fa  S sTr 225  0.649 g
S x1  Fv  S1Tr 225  0.432 g

0.4
 225 
SS S1 SsTr 225    Ss
 2500 
0.4
 225 
S1Tr 225    S1
 2500 
Tier 1 Checklist Struktural :
Fundamental Period

Period
Ct 0.018
hn 65.617 ft
β 0.9
T 0.7773 s
Checklist Struktural : Story Shear Force

`
Fx Vj
Checklist Struktural : Shear stress in Columns

nc  32
nf  8

IO  M s  1.0;
V j ,Tr  225 yrs
Checklist Struktural : Shear stress in Columns
(Tr =225 yrs)

0.17 fc

X Dir
2 avg
Lantai nc nf Ms Ac (mm ) Vj (N) vj (MPa) CHECK
5 32 4 1 8000000 7518959.483 1.07414 NC
4 32 4 1 8000000 13670365.423 1.95291 NC
3 32 4 1 15680000 18419011.038 1.34249 NC
2 32 4 1 15680000 21411715.718 1.56062 NC
1 32 4 1 15680000 22770957.662 1.65969 NC
Y Dir
2 avg
Lantai nc nf Ms Ac (mm ) Vj (N) vj (MPa) CHECK
5 32 8 1 8000000 7518959.483 1.25316 NC
4 32 8 1 8000000 13670365.423 2.27839 NC
3 32 8 1 15680000 18419011.038 1.56624 NC
2 32 8 1 15680000 21411715.718 1.82072 NC
1 32 8 1 15680000 22770957.662 1.93631 NC
Tier 1 Checklist Struktural :Column axial stress due
to OTM

hn

L
1 2 Vhn
Ms 3 nf

1 V
Ms nf

2
hn
3

L `

pot  Acol pot  Acol

Tier 1 Checklist Struktural : Column Axial
Stress
(Tr =225 yrs)

X Dir
nf 4
Ms 1
hn 65.6168 ft
L 149.2782 ft
2
Ac 490000 mm
pot 3.4045 MPa
CHECK C
Y Dir
nf 8
Ms 1
hn 65.6168 ft
L 65.6168 ft
2
Ac 490000 mm
pot 3.8726 MPa
CHECK C
Tier 1 Checklist Struktural :IO Checklists
Strong Column Weak Beam

No Shear Failure
ANALISIS PROSEDUR
BAB 7

(digunakan T2 dan T3)

48
 ASCE 7 vs ASCE 41
ASCE 7
• Komponen struktur didesain
dengan detailing ketat  nilai R
konsisten untuk semua
komponen
• Level gempa demand direduksi
dengan faktor R
FEMA P 2006: Example Application Guide for ASCE/SEI 41
ASCE 41
• Kondisi “given” mungkin tidak memenuhi
persyaratan detailing tahan gempa 
perilaku inelastik tiap komponen mungkin
tidak sama ( nilai R tidak tunggal)
• Level gempa demand tidak direduksi,
namun kapasitas komponen diperbesar
dengan faktor-m
49
 Komponen Primer vs Sekunder
Komponen Primer
• Sistem penahan gaya lateral utama
• Harus diikutsertakan dalam analisis
• Dapat berupa elemen eksisting atau elemen baru
• Diharapkan dapat menahan deformasi inelastik

Komponen Sekunder
• Menahan gaya gravitasi
• Tidak berkontribusi signifikan terhadap tahanan/kekakuan
lateral
• Dapat dipisahkan dari model utama
• Harus mengakomodasi deformasi struktur
• Harus dimodelkan dalam model nonlinear
50
 Komponen Primer vs Sekunder

“If the total initial lateral stiffness of secondary

components in a building exceeds 25% of the total
initial lateral stiffness of primary components, some
secondary components shall be reclassified as
primary to reduce the total stiffness of secondary
components to less than 25% of the primary
components”

51
Sect 7.2.3.3
 Non struktural vs Struktural

Elemen non struktural harus dianggap sebagai

elemen struktural apabila kekakuannya melebihi
10% kekakuan total dari sistem primer dari lantai
tersebut

52
Sect 7.2.3.3
 Deformation vs Force Controlled
• Tentukan terlebih
dahulu, mana aksi
terkontrol
deformasi dan
terkontrol gaya

• Lihat tabel dengan

“m-factor”

53
 Prosedur Analisis ASCE 41

• Linear Static Procesure (LSP) – statik ekivalen

• Linear Dynamic Procedure (LDP)

• Modal Response Spectrum
• Linear response history analysis

• Nonlinear Static Pushover (NSP) – pushover

• Nonlinear Dynamic Procedure (NDP) – NLTHA

54
Sect. 7.2.1
 Pembebanan Gravitasi
Prosedur Linear
• Jika efek beban gravitasi saling menambahkan
dengan efek beban gempa:
QG  1.1 QD  QL  QS 
• Jika efek beban gravitasi mengurangi efek
beban gempa:
QG  0.9QD
Prosedur NonLinear
QG  1.0  QD  QL  QS 
55
Sect. 7.2.2
 Pembebanan Gravitasi
Prosedur Linear

QG  1.1 QD  QL  QS 
QG  0.9QD

Beban mati, QD  sesuai SNI 1727

Beban hidup, QL = 25% dari unreduced live load SNI 1727

56
Sect. 7.2.2
Linear Static Procedure

V  C1C2Cm SaW

57
 Linear Analysis Procedure
 
V  C1C2Cm SaW  k 
Fx   n x x V
w h
 

 wi hi
 i 1
k



Displacement amplification factor

(berdasarkan nilai m terbesar dari
seluruh primary component)

58
 Demand : Kombinasi Beban
• Deformation controlled action

QUD  QG  QE
• Force controlled action
 QE
QUF  QG 
C1C2 J
 = 1.3 utk LS atau IO ; 1.0 utk CP
J = 2 utk high; 1.5 utk moderate; dan 1.0 untuk low
seismicity (nilai baku ; ada cara lain)

59
 Demand : Ctt utk LDP
• Tidak ada batasan periode struktur (seperti pada
SNI 1726)
• Faktor C1 dan C2 tetap harus dipertimbangkan

60
Sect. 7.4.2
 Kapasitas: Kriteria penerimaan
Utk Analisis Linear (LSP atau LDP)
• Deformation controlled action

m QCE  QUD
m = faktor modifikasi kapasitas komponen
 = faktor keyakinan (knowledge factor)
QCE = Kekuatan yang diharapkan (expected strength)

• Force controlled action

 QCL  QUF
61
 Kapasitas: Properti material

• Nilai expected  berdasarkan nilai rata-rata hasil test

• Nilai lower bound  nilai rata-rata dikurangi satu kali
standar deviasi
62
Faktor Keyakinan (knowledge factor)
Untuk mengakomodasi ketidakpastian informasi
yang terkumpul

 = 0.75 di Tier 2 dan menggunakan angka baku

(default values)

 = 0.9 untuk koleksi data minimum dengan

properties material sesuai dokumen desain

 = 1.0 jika ada test material

63
Faktor Keyakinan (knowledge factor)

64
 Jumlah minimum sample test
Usual Data Collection

• Jika mutu spesikasi beton diketahui  satu core untuk tiap

sample kuat beton yang berbeda; minimum 3 untuk seluruh
bangunan
• Jika mutu spesifikasi beton tidak diketahui  satu core
untuk tiap tipe elemen penahan gaya gempa; minimum 6
untuk seluruh bangunan
• Jika mutu spesifikasi tulangan diketahui  bisa
menggunakan langsung tanpa testing
• Jika mutu spesifikasi tulangan tidak diketahui  2 coupon
test diambil dari bangunan

65
Sect. 10.2.2.4.1
 Jumlah minimum sample test
Comprehensive Data Collection
• Perlu 3 sample untuk tiap test atau sedemikian sehingga
CoV < 20%. Jika CoV masih > 20%, gunakan  =0.75
• Jika mutu spesifikasi beton diketahui dan tidak ada
dokumentasi hasil test  3 sampel per lantai/per 300m3/ per
930 m2.
• Jika mutu spesifikasi beton tidak diketahui  6 sampel per
lantai/per 300m3/ per 930 m2.
• Jika spesifikasi tulangan diketahui atau tahun pembangunan
diketahui (dan mutu yang umum digunakan cukup yakin) 
3 test coupon dari sembarang lokasi
• Jika tidak pasti  6 test coupon untuk tiap 3 lantai
Ctt: Mutu beton tidak bisa ditentukan dari NDT tests
66
Sect. 10.2.2.4.2
Faktor m – contoh untuk balok beton

67
 Limitasi Prosedur Linear

• Tidak diizinkan apabila:

• T > 3.5 Ts
• Perubahan tiba-tiba pada dimensi sistem lateral
• Soft story
• Terdapat iregularitas kekakuan torsi
• Sistem lateral tidak orthogonal

68
 Nonlinear Analysis Procedure

Nonlinear Static Procedure

• “dorong” struktur hingga mencapai perpindahan atap
maksmimum
• Kelelehan dan redistribusi gaya diizinkan
• Evaluasi terhadap deformasi nonlinear

Nonlinear Dynamic Procedure

• Menggunakan rekaman gempa aktual/simulasi
• Mensimulasikan respons struktur terhadap gempa
• Evaluasi terhadap deformasi nonlinear

69
 Pembebanan Gravitasi
Prosedur Linear

QG  1.1 QD  QL  QS 
QG  0.9QD

Prosedur Non Linear

QG  1.0  QD  QL  QS 

70
Sect. 7.2.2
 Prosedur Nonlinear

• Pemodelan backbone curve untuk deformation

controlled action

• Pengecekan kapasitas untuk force controlled action

71
Kapasitas: Properti material

72
Evaluasi Tier 2

73
 Evaluasi Tier 2
• Mengevaluasi potential deficiency yang diidentifikasi di
Tier 1

• Mungkin memerlukan analisis gedung secara

keseluruhan

• Memerlukan judgement sejauh apa evaluasi-nya

74
Flowchart Tier 2

75
Flowchart Tier 2

76
Flowchart Tier 2

77
Flowchart Tier 2

78
 Analisis Tier 2
• Hanya analisis linear (LSP atau LDP)

• Analisis linear bisa digunakan walaupun weak story dan

ketidakberaturan torsi

• Limitasi penggunaan LSP tetap berlaku

• Faktor keyakinan (knowledge factor)  = 0.75, kecuali

ada uji material

79
Faktor m Kolom

10.4.2.3.1 Columns.

80
Faktor m Balok

81
Evaluasi Tier 3

82
 Evaluasi Tier 3
• Evaluasi dilakukan untuk seluruh komponen
struktur (systematic procedure)
• Bisa menggunakan

• Prosedur linear  faktor - m

• Prosedur nonlinear  NSP atau NLTHA

83
 Acceptance Criteria: Structural level
For Frame Buildings

Fig. : ACI 374-2R

Acceptance Criteria: Member level
Kriteria Penerimaan Elemen Struktur
Hubungan Momen-Rotasi

Berdasarkan ASCE 41-17 pasal 7.6.3 (7):

• Deformasi di titik IO diambil sebesar
0.67 kali deformasi di titik LS.
• Deformasi di titik LS diambil sebesar
0.75 kali deformasi di titik C.
• Deformasi di titik CP diambil sebesar titik
Kriteria Penerimaan C tetapi tidak lebih dari 0.75 kali
(sumber: ASCE 41-17)
deformasi di titik E.
Parameter pemodelan dan acceptance criteria
Hasil Analisis Pushover (Tr =225 yrs)
Hasil Analisis Pushover (Tr =975 yrs)
RETROFIT

89
Referensi

90
Target Retrofit

91
Defisiensi Seismik vs Teknik Retrofit:
Moment Frame

92
Defisiensi Seismik vs Teknik Retrofit:
Moment Frame

93
Defisiensi Seismik vs Teknik Retrofit:
Moment Frame

94
Contoh Kasus

1. Didesain: SRPMM (2009)

2. Fungsi: rumah sakit
3. KDS : D (SNI 1726:2019)
4. Bangunan mangkrak s.d. Lt
ke- 5 (total 7 lantai)

Owner: konstruksi hendak

dilanjutkan dan diminta evaluasi
sebagai “bangunan baru”

95
 Contoh Kasus

- Sistem struktur tidak comply SNI

1726:2019
- Global strength issue
- Elemen struktur tidak kuat
- Fondasi tidak kuat

96
 Contoh Kasus

- Sistem struktur tidak comply SNI

1726:2019 - Global strength issue
- Elemen struktur tidak kuat

- Ubah sistem struktur

- Reduksi demand  menurunkan
jumlah lantai

97
Usulan Retrofit 1

1. Acuan : SNI 1726:2019

2. Sistem struktur: moment frame
dengan bresing konsentrik khusus
(zipper frame)
3. Jumlah lantai: 5

98
 Usulan Retrofit 2

Isu usulan 1: perkuatan masif, fondasi belum kuat,

arsitektural, cost

Usulan 2:
1. Acuan : SNI 1726:2019
2. Sistem struktur: SRPMM
(tidak fully comply)
3. Jumlah lantai: 3

Usulan 2: cost efficient, tidak perlu perkuatan fondasi, arsitektural

tidak terganggu, fungsi ruangan berubah, perlu PBD
99
 Usulan Retrofit 2

Level: DBE Level: MCE

Design Earthquake – Level IO Maximum Considered Earthquake– Level LS

Step Monitored Displ (mm) Base Force (kN) A-IO IO-LS LS-CP >CP Total
0 0 0 1114 0 0 0 1114
1 27.9 9935.741 1114 0 0 0 1114
2 34.696 12355.7781 1114 0 0 0 1114
3 63.062 21875.292 1114 0 0 0 1114
4 89.748 28220.0915 1111 0 0 3 1114
5 121.376 32013.9748 1062 43 0 9 1114
6 150.853 35331.291 1026 79 0 9 1114
7 179.365 38356.1539 1009 96 0 9 1114
8 207.125 40821.5875 990 115 0 9 1114

Kinerja Lokal saat PP

Level kinerja global bangunan  memenuhi persyaratan

100
 Kesimpulan

• Evaluasi dengan ASCE 41 dengan BPOE dapat

diaplikasikan untuk bangunan eksisting  risiko lbh
besar, namun masih dapat diterima

• Tier 1 berupa checklist  perlu ditindaklanjuti dengan

Tier 2 dan (bahkan) Tier 3

• Tier 2 : deficiency based; Tier 3: systematic

• Prosedur linear dapat digunakan dengan bbrp batasan

 faktor m

• Prosedur nonlinear dapat digunakan  acceptance

criteria berdasarkan deformasi
101
TERIMA KASIH

102