Anda di halaman 1dari 58

2nd – 5th September 2019

SESI 05–
PERENCANAAN
STUKTUR BETON
BERDASARKAN AASHTO LRFD BRIDGE
DESIGN SPECIFICATIONS 8th EDITION

Dr. Ruddy Kurniawan, ST, MT


- UNIVERSITAS ANDALAS
Materi Pembelajaran

1. Komponen-komponen struktur jembatan beton


2. Spesifikasi material jembatan beton prategang
3. Metoda Desain
4. Prosedur Perencanaan struktur atas
• Perencanaan pelat dek (lentur dan geser)
• Perencanaan PCI girder (lentur, geser dan torsi)
1
5. Prosedur Perencanaan struktur bawah
• Perencanaan pilar
• Kepala pilar (balok dan korbel)
• Pier leg
• Perencanaan abutment
• Perencanaan pile cap
• Perencanaan fondasi bore piled
Pemuktahiran BMS
Garis besar Pemutakhiran BMS 92 ke AASHTO 2017
1) Ruang lingkup
• Penambahan aturan untuk jembatan beton pracetak, jembatan yang dikonstruksi secara
segmental serta analisis strut and tie.
• Umur rencana jembatan diganti dari 50 tahun menjadi 75 tahun.
• Benda uji standar untuk uji tekan beton berupa silinder dengan kuat tekan beton
maksimal ditingkatkan dari 50 MPa ke 70 MPa.
2) Persyaratan perencanaan
Penggunaan metode tegangan kerja untuk beton bertulang diganti dengan Metode LRFD
3) Formulasi desain lentur, geser, aksial dan torsi direvisi dengan mengadopsi hasil-hasil studi
yang terbaru.
Komponen Struktur PCI Girder

1. Pelat dek Bridge deck / Pavement


Joint Main carrying Guard rail
2. Girder element
Guard
Railing

3. Kepala pilar
4. Pier leg
Abutment bearing
5. Abutment Pier
6. Pile cap
7. Fondasi
Potongan Memanjang Jembatan
Potongan Melintang Jembatan
Abutmen Jembatan
Pilar Jembatan
Penampang PC I Girder
Detail Angkur Diafragma
Kepala Pilar Jembatan
Pile Cap dan Bore Pile
Material Struktur Jembatan Beton Prategang

Material yang digunakan pada jembatan beton prategang adalah:


1. Beton
2. Baja tulangan
3. Baja prategang
Spesifikasi material yang digunakan harus sesuai dengan SNI Perencanaan Struktur Beton
untuk Jembatan.
Material Struktur Jembatan Beton Prategang:
Beton
Persyaratan kuat tekan beton:
• Untuk beton bertulang: 20 – 70 MPa
• Kekuatan tekan beton desain diatas 70 MPa untuk beton berat normal
boleh digunakan hanya bila diizinkan oleh pasal khusus atau bila
dilakukan uji fisik untuk menetapkan hubungan antara kekuatan beton
dan propertis lainnya

• Untuk struktur beton prategang, tidak boleh kurang dari 30 MPa.


Material Struktur Jembatan Beton Prategang:
Beton

• Modulus elastisitas beton, Ec , untuk beton normal dengan fc’ ≤ 60 MPa,


atau beton ringan dengan berat jenis ≥ 2000 kg/m3 dan fc’ ≤ 40 MPa,
nilai Ec bisa diambil sebagai:

wc = berat jenis beton (kg/m3), fc’ = kuat tekan beton ( MPa), dan Ec
(MPa).

Untuk beton normal dengan massa jenis sekitar 2400 kg/m3, Ec boleh
diambil sebesar 4700√fc’, dinyatakan dalam MPa.
Material Struktur Jembatan Beton Prategang:
Baja Tulangan Non Prategang

Persyaratan baja tulangan:


• Kuat tarik leleh, fy, ≤ 700 MPa

• Modulus elastisitas baja tulangan, Es, = 200.000 MPa untuk


tegangan < kuat leleh fy
Material Struktur Jembatan Beton Prategang:
Baja Prategang

Persyaratan baja prategang:


• Kuat tarik baja prategang, fpu diambil sebesar mutu baja yang disebutkan oleh
fabrikator berdasarkan sertifikat fabrikasi yang resmi.
• Kuat leleh baja prategang, fpy, harus ditentukan dari hasil pengujian atau dianggap
sebagai berikut:
- untuk strand : 0,90 fpu.
- untuk bar polos : 0,85 fpu.
- untuk bar sirip/ulir : 0,80 fpu.
• Modulus elastisitas baja prategang, Ep, bisa diambil sebesar:
• untuk strand : 195 000 MPa;
• untuk bar : 207 000 MPa.
Metoda Desain
Untuk persyaratan batas kekuatan, komponen struktur beton harus
dicirikan oleh perilakunya sebagai:
• Daerah B (daerah balok atau daerah Bernoulli atau daerah tidak
terganggu)
• Daerah D (daerah terganggu atau daerah diskontinuitas)

Sumber: Gambar 5.5.1.2.1-1 AASHTO LRFD 2017


Metoda Desain - Daerah B
Pada daerah B berlaku:
• Hipotesis Bernoulli tentang garis lurus profil regangan dari teori balok
konvensional
• Metoda desain penampang untuk desain lentur dan geser
b
0,003 0,85fc '
a/2
a Cc
c
garis
netral d d
h jd

As s
fs Ts

PENAMPANG REGANGAN TEGANGAN GAYA

Model desain penampang untuk lentur


Metoda Desain - Daerah B
Model desain penampang untuk geser

Sumber: Wight 2016


Metoda Desain - Daerah D
• Profil regangan berupa garis lurus dari teori balok konvensional,
diasumsikan tidak berlaku di daerah D
• Metoda strut and tie digunakan untuk seluruh jenis desain dari
Daerah-D pada struktur beton.

Sumber: Wight 2016


Metoda Desain - Daerah D
Analisis Strut and Tie terdiri dari 3 bagian:
• Komponen STRUTS tekan beton
• Komponen TIES tarik tulangan
• Komponen JOINT yang dinyatakan sebagai NODAL ZONE

Sumber: Wight 2016


Metoda Desain - Daerah D
Daerah D terdapat pada:
• Diskontinuitas geometri
Perubahan bentuk geometri secara mendadak, seperti
lubang, perubahan penampang, dsb

• Diskontinuitas statikal (diskontinuitas pembebanan)


Daerah yang terdapat gaya terpusat, baik reaksi ataupun
beban terpusat
Metoda Desain - Daerah D
Diskontinuitas statikal (diskontinuitas pembebanan)

Sumber: Wight 2016


Metoda Desain - Daerah D
Diskontinuitas geometri

Sumber: Wight 2016


Faktor Reduksi Desain ()* (pasal 5.5.4.2 AASHTO-LRFD 2017)
 Penampang beton bertulang terkendali tarik …………………. 0.9
 Penampang beton prategang terkendali tarik ………….……. 1.00
 Geser dan Torsi:
Beton normal ……………….. 0.90
Beton ringan ……………… 0.80
 Penampang terkendali tekan untuk sengkang tertutup atau spiral …………… 0.75
 Tumpuan pada beton ……………… 0.70
 Tekan pada Model Strat dan Pengikat (Strut and Tie) ……………… 0.70
 Tekan di daerah angkur
Beton normal ……………… 0.80
Beton ringan ……………… 0.65
 Tarik dalam baja di daerah angkur ……………… 1.00
 Tahanan selama pemancangan tiang ……………… 1.00

* Masih memerlukan konsensus bersama


Faktor Tahanan Lentur
1,2

1,1  = 0,583 + 0,25 d t - 1


c
1,0 Prategang
b
0,003
Non Prategang
Faktor Reduksi 

0,9
c
0,8 garis
netral d
h
0,7  = 0,65 + 0,15 d t - 1
c As s
0,6 Terkontrol Transisi Terkontrol
Tekan Tarik
PENAMPANG REGANGAN
0,5

0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007

Regangan baja tarik terluar  t

Sumber: Gbr C5.5.4.2-1 AASHTO –LRFD 2017


Prosedur Perencanaan Pelat Lantai Terhadap Lentur

Deck beton (lantai kendaraan) bertulang didesain dan dibangun sebagai pelat menerus yang
bertumpu di atas girder.

Bentang pelat deck tegak lurus terhadap girder penumpu, sehingga arah tulangan utama
dipasang pada arah transversal jembatan,

Karena menerus, pelat deck mengalami momen positif di tengah bentang dan momen
negatif di tumpuan.

Arah bentang pelat deck


()
(+)
Prosedur Perencanaan Pelat Lantai Terhadap Lentur
Mulai

Karakteristik penampang: tebal pelat (t), spasi girder (CTC)


tinggi efektif (d), luas tulangan tarik (At)  d c
Karakteristik material: mutu beton ( f c' ), mutu tulangan ( f y ) s   c
Nilai momen terfaktor ( u)  c 

f c'  30 maka 1  0.85


 s  0.005
 s   cl  cl   s   tl
1  0.85  0.008  f  30 
Gunakan niali 1
f  30 maka
c
'
c
'
berdasarkan mutu
beton   t   cl 
Syarat :1  0.65   0, 75  0,15  
  tl   cl 
5.6.2.2 AASHTO 2017
M r  0.75M n M r  0.9 M n Mr   Mn
Mu Luas tulangan
As  req 
0.9 f y  0.9d  yang dibutuhkan Ig
M cr   3 1 f r
Yt
f r  0.63 f c'
As f y Tinggi blok
a
0.85 f c'b tekan ekivalen

M r  1.33M u
a M r  M cr
M n  As f y (d  ) Momen
2 nominal
5.6.3.2.2 AASHTO 2017

D
Prosedur Perencanaan Pelat Lantai Terhadap Geser

 0.33 
Vn   0.17  '
 f c bo d o
 c 

Bidang kontak roda truk dengan pelat deck,


menyebabkan terjadinya gaya geser pada pelat
Vu  Vn
deck.
Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Lentur dan Geser

Girder beton prategang pada jembatan mengalami momen


lentur dan geser.

Pada jembatan beton prategang kekuatan lentur disediakan


oleh tendon.

Kekuatan geser girder berasal dari kuat geser beton dan kuat
geser tulangan.
Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Lentur
Mulai
A

 Karakteristik penampang : lebar (b),


tinggi efektif (d), Inersia penampang (Ig), Hitung gaya
inersia komposit (Ic), ) titik berat (y) prategang
 Karakteristik material : mutu beton (fc’), yang
mutu tulangan (fy) dibutuhkan
 Nilai gaya-gaya dalam terfaktor : Momen kondisi layan
(Mu), Geser (Vu)
Asumsikan
kehilangan
25% s/d 30% prategang
Hitung jangka
tegangan panjang
girder kondisi
layan
Hitung gaya
Gaya prategang akhir = Luas strand prategang
Hitung . 0.75 fpu . (1-%kehilangan) akhir untuk
tegangan izin setiap strand
tarik beton panjang
5.9.2.93 AASHTO 2017 izin kondisi
layan
B
Asumsikan
eksentrisitas
tendon di
tengah
bentang

A
Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Lentur (Sambungan)
C
B

Hitung gaya prategang


Hitung jumlah
kondisi akhir
strand yang
diperlukan

 Kondisi stressing

Perhitungan
tegangan
 Kondisi pelakasanaan penampang
Hitung
kehilangan
yang terjadi
AASHTO 2017 5.9.3.1
 Kondisi layan
Hitung gaya
prategang
kondisi awal

Hitung gaya
prategang Tegangan yang
kondisi awal terjadi < Dari
tegangan izin

C Ya

Kapasitas lentur
penampang

D
Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Lentur (Sambungan)
D

Kapasitas
lentur
penampang

5.6.3.2.2 AASHTO 2017

Kapasitas retak penampang

5.6.3.2.1 AASHTO 2017

Mr ≥ 1.33Mu
Mr ≥ Mcr Perbesar penampang :
Tidak
5.6.3.3 AASHTO kembali ke input
2017

Ya

Selesai
Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Geser

Mulai A

Karakteristik penampang: lebar (bv ), tinnggi efektif (d v), luas


tulangan geser (Av ) Vn  Vc  Vs  V p
'
Karakteristik material: mutu beton ( f c), mutu tulangan ( f y ) Geser nominal
Nilai gaya geser terfaktor ( Vu) nilai terbesar dari Vn  0.25 f c'bv dv
persamaan berikut Syarat : Vn  Vu
5.7.3.3 AASHTO
2017
Vc  0.083 f c 'bv d v Nilai geser
Ya
beton
5.7.3.3 AASHTO 2017
Vu
vu  Tegangan
 bv d v geser
5.7.2.8 AASHTO 2017

Tidak
Vu  0.5Vc Periksa nilai
Periksa jarak
geser beton
5.7.2.3 AASHTO tulangan geser
2017
vu  0.125 f c'
Ya
bs smax  0.8dv  600mm
Tulangan Geser Av  0.083 f c ' v Av f y d v (cot   cot  )sin 
Minimum fy Nilai geser vu  0.125 f c'
Vs 
5.7.2.5 AASHTO 2017 s tulangan smax  0.4d v  300mm
5.7.3.3 AASHTO 2017
5.7.2.6 AASHTO
2017
Kembali
A ke awal
Ya

Selesai
Definisi bv dan dv

Sumber: AASHTO –LRFD 2017


 = faktor yang mengindikasikan kemampuan beton retak diagonal untuk menyalurkan
tarik dan geser

 = sudut kemiringan tegangan tekan diagonal (sudut kemiringan retak diagonal)

 = sudut kemiringan tulangan geser terhadap sumbu longitudinal

Sumber: AASHTO –LRFD 2017


Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Geser

Untuk pondasi beton yang mana jarak dari titik geser nol ke muka kolom,
pier atau dinding kurang dari 3dv dengan atau tanpa tulangan
transversal, dan
Untuk penampang beton nonprategang yang tidak mengalami tarik
aksial dan mempunyai paling tidak sejumlah tulangan transversal
minimum, atau yang mempunyai tinggi keseluruhan kurang dari 400
mm, maka dapat digunakan:
 = 2,0
 = 450
Nilai  dan  dapat ditentukan dari Tabel B.5.2. AASHTO LRFD 2017
Untuk tulangan geser > tulangan geser minimum
Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Torsi

b
Ao
Acp
Pc s
'
At
f c
fy
Tu D

Acp 2 f pc
Tcr  0.328 f c' 1
Pc 0.328 f c'

Tu  0.25Tcr

2 Ao At f y cot 
Tn 
s

Tn  Tu
  0, 9
Prosedur Perencanaan Kolom dan Dinding Kombinasi Aksial dan Lentur

Kolom dan pilar tipe dinding merupakan komponen struktur jembatan yang
memikul gaya aksial, lentur, dan geser sehingga kedua komponen struktur ini
harus didesain dengan mempertimbangkan efek interaksi momen dan aksial
yang bekerja padanya.

Kolom dan pilar tipe dinding juga berfungsi untuk menahan beban lateral
(beban gempa) sehingga harus didesain dengan tulangan geser dan
confinement yang memadai.

Pilar tipe dinding dapat dianalisis sebagai kolom dalam arah sumbu lemah
Prosedur Perencanaan Kolom dan Dinding Kombinasi Aksial dan Lentur

Mulai

 Karakteristik penampang: lebar (b), tnggi (h), tinggi efektif


(d), luas tulangan (As), Inersa penampang (Ig)
 Karakteristik material: mutu beton (fc’), mutu tulangan (fy)
 Nilai gaya dalam (Mu, Ms, M1b, M2b, M2s) M c   b M 2b   s M 2 s
Cm
b   1.0
Pu
1
Kategori struktur
k Pe
bergoyang atau tidak
1  EI
bergoyang s  ; Pe 
Tidak bergoyang Bergoyang P  Ku 
2
1 u
k Pe
M 1b
Cm  0.6  0.4
M 2b

5.6.4.3 AASHTO 5.6.4.3 AASHTO


2017 2017

Ya Ya

Tidak A Tidak
Prosedur Perencanaan Kolom dan Dinding Kombinasi Aksial dan Lentur (Sambungan)

Po  0.85 f c'  Ag  As   As f y
Pr   0.85Po
Pr   0.80 Po

 a A f Mr
 M n  Ast f y  d   ; a  st y ' 1
2
 0.85bf
 c
Mu

 a
 M b  [0.85 f c'bab  d  d ''  
 2 
 As f  d  d  d   As f y d '' ]
'
s
' ' ''

 Pb    0.85 f c'bab  As' f s'  As f y 


Prosedur Perencanaan Kolom Terhadap Geser
Mulai A

Karakteristik penampang: lebar (bv ), tinnggi efektif (d v), luas


tulangan geser (Av ) Vn  Vc  Vs
'
Karakteristik material: mutu beton ( f c), mutu tulangan (f y ) Geser nominal
Nilai gaya geser terfaktor ( Vu) nilai terbesar dari Vn  0.25 f c'bv d v
persamaan berikut Syarat : Vn  Vu
5.7.3.3 AASHTO
2017
Vc  0.083 f c 'bv d v Nilai geser
Ya
beton
5.7.3.3 AASHTO 2017
Vu
vu  Tegangan
 bv d v geser
5.7.2.8 AASHTO 2017

Tidak
Vu  0.5Vc Periksa nilai
Periksa jarak
geser beton
5.7.2.3 AASHTO tulangan geser
2017
vu  0.125 f c'
Ya
bs smax  0.8d v  600mm
Tulangan Geser Av  0.083 f c ' v Av f y d v (cot   cot  ) sin 
Minimum fy Nilai geser vu  0.125 f c'
Vs 
5.7.2.5 AASHTO 2017 s tulangan smax  0.4dv  300mm
5.7.3.3 AASHTO 2017
5.7.2.6 AASHTO
2017
Kembali
A ke awal
Ya

Selesai
Prosedur Perencanaan Confinement Kolom

Mulai

 Karakteristik penampang: lebar (b), tinnggi efektif (d), luas


tulangan geser (Av)
 Karakteristik material: mutu beton (fc), mutu tulangan (fy)
 Nilai gaya geser terfaktor (Vu)

 Kolom bundar

Kolom persegi Luas tulangan


confinement

Selesai
Prosedur Perencanaan Dinding Terhadap Geser

b d
f c'
Vu

Vr  0.66 f c' bd
Vr  Vn
Vn   0.165 f c'  h f y  bd
 
 h  0.0025

Vr  Vn
Prosedur Perencanaan Lentur pada Korbel

Kepala pilar bisa berfungsi sebagai korbel untuk meneruskan beban struktur atas ke pilar,
dalam perencanaannya, korbel didesain terhadap lentur, geser, dan aksial.
Prosedur Perencanaan Lentur pada Korbel

b h
dc av av d  1
'
fc fy
Vu 
b Acv

M u  Vu av  N uc (h  d )
N uc  0.2Vu

0.05 Acv
Avf 
fy
Acv  db

N uc
An 
 fy
2 Avf
As   An Desain balok terhadap gaya lentur dan
3
Ah  0.5(As  An ) gaya tarik horizontal pada korbel

Mn  Mu
Prosedur Perencanaan Geser pada Korbel

Mulai

 Karakteristik penampang: lebar (d), tinnggi efektif (de)


 Karakteristik material : mutu beton (fc), mutu tulangan (fy)
 Nilai geser terfaktor (Vu)

Nilai Vn adalah terkecil dari :


Nilai kuat geser
nominal beton

Tidak

Vn ≥ Vu Cek nilai geser

Ya Bidang keruntuhan geser pada korbel


akibat beban Vu.
Selesai
Prosedur Perencanaan Punching Shear pada Korbel
Mulai

Karakteristik material: mutu beton ( f c ) mutu tulangan ( f y ),


'

diameter tumpuan pad bundar(D).


Geser ultimit (Vu ), faktor tahanan ( )
Jarak dari tepi atas ke tulangan logitudinal bawah ( d f ), lebar a)
pad ( W ), panjang pad ( L ), faktor modifikkasi kepadatan beton
(  ), jarak dari tengah tumpuan ke ujung balok tepi ( c )

b)
1)
bo  W  2 L  2d f
2) bo  0, 5W  L  d f  c  W  2 L  2d f Keliling penampang kritis ( bo ),jika:
 1) Pada pad persegi interior
3) bo 
2
D  d   D
f
2) Pada pad persegi eksterior
3) Pada pad bundar interior
 D 
4) bo  D  d   2  c  2 D  d   D 4) Pada pad bundar eksterior
c)
f f
4
AASHTO 2017 pasal 5.8.4.3.4
Tidak

Vn  0,125 f c' bo d f
a) Kegagalan permukaan (punching shear),
b)Penampang kritis untuk bearing pad persegi,
Vn  Vu
c) Penampang kritis untuk bearing pad bundar.

Ya

Selesai
Prosedur Perencanaan Tulangan hanger pada Korbel
mulai

'
Mutu beton ( f c ), mutu baja ( f y ), Lebar pad ( W ), jarak dari
tepi atas ke tulangan logitudinal bawah ( d f ), Gaya geser
terfaktor (Vu ), Torsi terfaktor ( Tu ), luas penampang ( Ao), luas
yang tertutup aliran geser (Acp ), faktor panjang efektif ( K ),
lebar penampang (bv ), tinggi efektif (d v),faktor modifikkasi
kepadatan beton ( ), faktor kemampuan beton untuk
menyebarkan tarik dan geser (  ), faktor tahanan (  ),
perimeter tulangan torsi (ph), sudut inklinasi (  )

Ambil nilai
minimum
diantara
keduanya

Ahr Vu   0.063 f c' b f d f Acp 2


1)  Tcr  0,126 K  fc'
s f y (W  2d f ) Vc  0.083 f c 'bv d v
pc
Ahr Vu  AASHTO 2017 pasal AASHTO 2017 pasal
2)
s

fyS 5.7.2.1 5.7.3.3 Gunakan
Tulangan
Penempatan tulangan hanger (Ahr)
AASHTO 2017 pasal 5.8.4.3.5 minimum

Tu  0, 25Tcr Vu  0.5Vc bv s
Tu  0, 25Tcr Av  0.083 f c '
tidak perlu Tidak fy
AASHTO 2017 AASHTO 2017 pasal
Ahr tulangan AASHTO 2017 pasal
pasal 5.7.2.1
Tidak 0 torsi 5.8.4.3.5 5.7.2.5
s

(2) (3)
Ya Ya
(1) Perlu tulangan torsi
Ya Perlu tulangan geser Lanjut ke (a)

c
Prosedur Perencanaan Tulangan hanger pada Korbel

At Tu Vu
 Vs   Vc
Ahr s 2 Ao f y cot  
0
s

 A   f yt 
Av 
Vs s
A   t  ph   cot  f y d cot 
 s   f y 

At Ahr

s s

At  Ahr
 (s)
s

At  Ahr ( At  Ahr )  Av

At  Ahr  Av
Prosedur Perencanaan Lentur Pile Cap

Pile cap berfungsi untuk meneruskan gaya


dari pilar ke tiap-tiap pile pada suatu grup
pile di bawah struktur yang ditumpu. Pada Bidang kritis
Jarak bidang kritis
perencanaannya, pile cap harus di desain
ke pile C
terhadap lentur dan geser. Momen ultimit
terfaktor pada pile cap diperoleh dari
perkalian beban aksial terfaktor pada pile
dengan suatu jarak dari as pile ke
penampang kritis.
Prosedur Perencanaan Lentur Pile Cap
Mulai

Karakteristik penampang: tebal pile cap (t), tinggi efektif (d),


 d c 
luas tulangan tarik (At) s   c
Karakteristik material: mutu beton ( f c' ), mutu tulangan ( f y )  c 
Nilai momen terfaktor ( u)

1  0.85  s  0.005
f c'  30 maka  s   cl  cl   s   tl
f  30 maka 1  0.85  0.008  f  30 
' ' Gunakan niali 1
c c berdasarkan mutu   t   cl 
beton
  0, 75  0,15  
Syarat :1  0.65   tl   cl 

M r  0.75M n M r  0.9M n
5.6.2.2 AASHTO 2017 Mr   M n

Mu Luas tulangan Ig
As  req  M cr   3 1 f r
0.9 f y  0.9d  yang dibutuhkan
Yt
f r  0.63 f c'
As f y Tinggi blok
a
0.85 f c'b tekan ekivalen

M r  1.33M u
M r  M cr
a
M n  As f y (d  ) Momen
2 nominal
5.6.3.2.2 AASHTO 2017

D
Prosedur Perencanaan Punching Shear Pile Cap

Gaya geser pada abutmen disebabkan oleh


reaksi dari semua pile yang dianggap
sebagai beban terpusat yang bekerja di
pusat penampang pile.

 0.33 
Vn   0.17  '
 f c bo d o
  c 

Vu  Vn
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai