Anda di halaman 1dari 24

Mekanika Teknik II

BAB V
ANALISIS STRUKTUR RANGKA

A. Kompetensi Dasar dan Indikator


Kompetensi Dasar :
- Memahami konstruksi rangka batang
- Menghitung konstruksi rangka batang
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian konstruksi rangka batang dengan
benar
2. Menjelaskan macam-macam bentuk konstruksi rangka batang
dengan benar
3. Menghitung gaya batang pada rangka batang dengan metode
Cremona
4. Menghitung gaya batang pada rangka batang dengan metode
Cullman
5. Menghitung gaya batang pada rangka batang dengan metode
Titik buhul
6. Menghitung gaya batang pada rangka batang dengan metode
Ritter

B. Deskripsi Singkat
Bab ini berisi tentang pengertian rangka batang beserta syarat-syarat
kestabilan strukturnya. Kemudian dilanjutkan metode perhitungan gaya
pada rangka batang dengan empat metode yaitu Cremona dan Cullman
mewakili metode grafis, serta metode Titik buhul dan Ritter mewakili
metode analitis

67
Mekanika Teknik II

C. Materi
1. Pengertian rangka batang (Truss)
Struktur Rangka Batang (truss) adalah suatu struktur yang tersusun
atas batang-batang yang dihubungkan satu dengan lainnya untuk
menahan gaya luar secara bersama-sama. Konstruksi Rangka Batang ini
dapat berupa konstruksi satu bidang datar (Plane truss, 2D) dan atau dua
bidang datar (struktur ruang, Space truss, 3D). Dalam bahan ajar ini
hanya akan dibahas tentang Konstruksi Rangka Batang satu bidang datar
(2D).

Sumber: normanray.files.wordpress.com/2010/08/4-kuliah-rangka-
batang.pdf

Gambar 5.1. Struktur rangka 2D

68
Mekanika Teknik II

Sumber: normanray.files.wordpress.com/2010/08/4-kuliah-rangka-
batang.pdf

Gambar 5.2. Struktur rangka 3D

Bentuk struktur rangka batang dapat dibuat bermacam-macam sesuai


dengan peruntukannya, seperti untuk kuda-kuda, rangka jembatan,
menara, dan lain-lain. Material pembentuk struktur rangka juga dapat
dibuat dari berbagai material seperti baja, baja ringan, kayu, bahkan beton
bertulang.

Gambar 5.3. Berbagai bentuk rangka batang untuk atap

69
Mekanika Teknik II

Gambar 5.4. Berbagai bentuk rangka batang untuk jembatan

Bentuk struktur rangka batang (truss) dipilih karena mampu


menerima beban struktur relatif besar dan dapat memenuhi struktur yang
memerlukan bentang panjang. Bentuk struktur ini mampu menghindari
terjadinya lenturan pada batang struktur seperti yang terjadi pada balok.
Pada struktur rangka batang ini batang struktur dimaksudkan hanya
menerima gaya aksial (normal) baik tarik maupun tekan. Bentuk paling
sederhana dari struktur rangka ini adalah rangkaian batang yang dirangkai
membentuk bangun segitiga. Struktur rangka ini banyak dijumpai pada
rangka atap, menara, maupun jembatan.

Sumber: http://syont.wordpress.com/2009/04/01/jembatan-rangka-antara-
analisa-dan-aktual/
Gambar 5.5. Contoh aplikasi struktur rangka pada jembatan

70
Mekanika Teknik II

Sumber: http://tukangatapbajaringan.com

Gambar 5.6. Contoh aplikasi struktur rangka pada atap bangunan

Titik pertemuan antar batang penyusun rangka batang disebut


sebagai titik simpul/buhul atau joint. Struktur rangka statis umumnya
memiliki dua tumpuan yang prinsipnya sama dengan tumpuan pada
struktur balok sederhana, yakni tumpuan sendi dan tumpuan gelinding
atau tumpuan rol. Struktur rangka batang tersusun dari rangkaian bangun
segitiga yang merupakan bentuk dasar yang memiliki sifat paling stabil.
Kestabilan ini terjadi karena bentuk segitiga adalah bentuk yang paling
teguh dibanding dengan bentuk lain. Bentuk segi empat dan segi lebih
banyak lain merupakan struktur yang tidak stabil dan tidak kaku. Pada
gambar 3 diilustrasikan kondisi kestabilan antara segitiga, segi empat,
dan segi lima. Gambar 3a adalah struktur yang stabil. Gambar 3b stuktur
tidak stabil, dan akan menjadi stabil ketika ditambahkan satu batang di
posisi diagonalnya. Gambar 3c struktur tidak stabil, dan akan menjadi
stabil ketika ditambahkan dua batang diagonal.

a. b. c.

Gambar 5.7. Kestabilan rangka batang

71
Mekanika Teknik II

Pada bentuk segitiga, perubahan tempat akibat adanya gaya luar


lebih kecil daripada bentuk yang lain. Hal inilah yang menjadikan bentuk
segitiga menjadi lebih teguh dan karenanya bentuk segitiga dipakai
sebagai komponen pembentuk struktur rangka batang.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk kestabilan rangka batang
adalah mengikuti persamaan berikut:
n=2J–R
dengan
n : jumlah batang
J : jumlah joint/titik buhul
R : jumlah reaksi pada tumpuan
Sedangkan jika n > 2J – R struktur merupakan struktur tatis tak
tentu, dan jika n < 2J – R struktur merupakan struktur yang tidak
mantap/tidak kaku.
Contoh pada struktur rangka berikut ini:

e
20 40
Sumbu cm cm
netral
komposit Balok C
Baja Sumbu 30
50 Slab netral Sumbu
Plat Beton netral cm
Tid cm beton slab balok
ak beton baja T
terj 30 cm Slip Batang Slab
Plat Ba Batang
adiGari baja Beton baja
beton lo
slip
s
netr k Garis netral girder
al
plat Ba
ja
Gambar 5.8. Analisis kestabilan struktur rangka

Rangka batang tersebut terdiri dari 13 batang struktur (member) dan


8 titik buhul atau simpul (joint). Tumpuan A berupa tumpuan sendi
sehingga dapat menerima 2 reaksi, yaitu arah vertikal (RAV) dan arah
horizontal (RAH). Sedangkan tumpuan B berupa tumpuan rol sehingga
hanya dapat menerima reaksi arah verikal (RBV). Sehingga secara
keseluruhan, di tumpuan A dan B terdapat 3 komponen reaksi tumpuan.
Maka dari kondisi di atas diperoleh data:

72
Mekanika Teknik II

n = 13
J=8
R=3
Sehingga berdasarkan persyaratan kestabilan rangka batang:
n=2J–R
13 = 2 x 8 – 3
13 = 16 – 3 (ok)
Untuk dapat menentukan gaya dengan prinsip perhitungan gaya
sesuai hukum Newton, persyaratan kestabilan tersebut harus dipenuhi
lebih dahulu. Jika suatu struktur rangka tidak memenuhi persyaratan
kestabilan tersebut, struktur rangka tersebut disebut sebagai struktur
rangka statis tak tentu.
Perhitungan analisis struktur pada struktur rangka batang
dimaksudkan untuk menentukan besarnya gaya-gaya dalam yang terjadi
pada masing-masing batang penyusun rangka. Karena struktur rangka
batang didesain untuk hanya menahan gaya aksial baik tekan maupun
tarik, maka gaya dalam yang akan terjadi pada struktur rangka batang
juga hanya berupa gaya aksial baik tekan maupun tarik yang bekerja pada
tiap batang penyusun rangka tersebut.
Metode perhitungan gaya-gaya batang pada struktur rangka secara
manual dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah:
a. Metode Cremona (secara grafis)
b. Metode Culmann (secara gafis)
c. Metode kesetimbangan titik buhul (analitis)
d. Metode potongan/Ritter (secara analitis)
Kesemua metode perhitungan tersebut secara garis besar
mengikuti tahapan perhitungan sebagai berikut:
e. Memeriksa kestabilan struktur
f. Menghitung reaksi perletakan
g. Menghitung gaya-gaya batang

73
Mekanika Teknik II

2. Analisis Struktur rangka batang metode Cremona (secara


grafis)
Langkah-langkah penyelesaian rangka batang dengan metode
Cremona adalah sebagai berikut:
a. Periksa kestabilan struktur
b. Tentukan skala penggambaran, misal 1 : 100 (disarankan skala
jangan terlalu kecil karena ketelitian metode Cremona tergantung
pada skala yang digunakan)
c. Tentukan besarnya reaksi di masing-masing tumpuan dengan
menggunakan gambar polygon gaya dan lukisan kutub
d. Analisis gaya dimulai dari simpul yang maksimal mempunyai
Dua Batang yang belum diketahui gaya batangnya
e. Pada tiap simpul, penggambaran polygon gaya dimulai dari
batang yang sudah diketahui besar gayanya, kemudian
dilanjutkan dengan batang lain dengan urutan penggambaran
batang mengikuti arah putaran jarum jam
f. Setelah selesai satu simpul, penggambaran diagram dilanjutkan
ke simpul lain yang memiliki maksimal dua batang yang belum
diketahui besar gayanya.
g. Polygon gaya harus berbentuk polygon tertutup
h. Invetarisir besarnya gaya masing-masing batang dengan
mengalikan panjang garis batang dalam diagram Cremona
dengan skala yang digunakan
Untuk menentukan gaya batang yang terjadi apakah aksial tarik atau
tekan pada metode Cremona ini dengan melihat arah penggambaran
batang dalam diagram Cremona, dengan perjanjian sebagai berikut:
- Gaya yang menjauhi titik simpul merupakan gaya tarik (+)
- Gaya yang mendekati titik simpul merupakan gaya tekan (-)

74
Mekanika Teknik II

Contoh soal:
P4 = 30 KN

H
P3 = 20 KN P5 = 20 KN

4
M M
4
11
8

E I
9 10

P2 =20 KN 7 P6 = 20 KN

13 4
M M
4

G
12
4 5 F 14 16

C 15
J
6
P1 = 20 KN P7 = 20 KN
3 17
4
K
M M
1
4
D 19
18
2

A B

Gambar 5.9. Contoh Soal Rangka Batang

Sesuai dengan urutan langkah pengerjaan analisis gaya batang


struktur rangka dengan metode Cremona yang diuraikan di atas, maka
langkah-langkah penyelesaian soal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kestabilan struktur
Dari gambar struktur rangka di atas, diperoleh data:
n = 19
J = 11
R=3
Sehingga berdasarkan persyaratan kestabilan rangka batang:
n=2J–R
19 = 2 x 11 – 3
19 = 19 (ok)

75
Mekanika Teknik II

2. Langkah selanjutnya adalah mencari reaksi tumpuan. Pada metde


grafis, reaksi tumpuan dapat dicari dengan menggunakan polygon
gaya dan lukisan kutub. Namun, dalam contoh soal ini, karena beban
yang bekerja tipikal dan strukturnya simetris, maka besarnya reaksi
tumpuan adalah jumlah gaya dibagi dua tumpuan.

RA  RB 
 p  7  20  70kN
2 2
3. Berikutnya tentukan skala penggambaran, disini diambil 1 : 10 ( 1 cm
pada gambar mewakili 10 kN gaya )
4. Langkah selanjutnya, mulai perhitungan gaya batang pada simpul
yang hanya memiliki maksimal dua batang yang belum diketahui,
yaitu pada simpul A dan B. Disini akan dimulai dari simpul A.
5. Penggambaran diagram Cremona diawali dari batang yang sudah
diketahui gaya batangnya, dimana untuk simpul A adalah reaksi
tumpuan A (RA), kemudian dilanjutkan gaya batang lain dengan arah
putaran searah jarum jam. Sehingga urutan penggambaran gaya
batang pada simpul A adalah: RA–P–F1–F2, dengan F1 dan F2
berturut-turut adalah gaya batang 1 dan gaya batang 2.

P1=20 kN
F1
F2

RA = 70 kN

7 cm
RA = 70 kN

Titik awal penggambaran


simpul A. Batang terakhir
yang digambar (F2) harus
berakhir di titik ini

Gambar 5.10. Awal penggambaran diagram Cremona simpul A

76
Mekanika Teknik II

P1=20 kN

P1 = 20 Kn
=2 cm
F1
F2

RA = 70 kN

RA = 70 kN
Titik awal penggambaran
simpul A. Batang terakhir
yang digambar (F2) harus
berakhir di titik ini

Gambar 5.11. Langkah penggambaran gaya P1


dalam diagram Cremona simpul A

77
Mekanika Teknik II

P1=20
kN F
1 Jika dipilih gaya ke
F
2 arah atas, maka gaya

P1 = 20
selanjutnya (F2)

kN
tidak dapat
RA = 70 membentuk polygon
kN tertutup

Dua alternatif penggambaran

RA = 70 kN
gaya F1:
ke arah bawah atau ke arah
atas

Titik awal
penggambaran
simpul A. Batang
terakhir yang
digambar (F2) harus
berakhir di titik ini
agar terbentuk
polygon tertutup
Jika dipilih gaya ke arah bawah,
maka gaya selanjutnya (F2)
dapat membentuk polygon
tertutup dengan kembali ke titik
awal

Gambar 5.12. Langkah penggambaran gaya F1


dalam diagram Cremona simpul A

78
Mekanika Teknik II

P1=20 kN

P1 = 20 kN
F1
F2

RA = 70 kN

RA = 70 kN
F1

Titik awal penggambaran


F2 simpul A. Batang terakhir
yang digambar (F2) harus
berakhir di titik ini agar
terbentuk polygon
tertutup

Gambar 5.13. Langkah penggambaran gaya F2


dalam diagram Cremona simpul A

6. Selanjutnya adalah menentukan pada tiap batang apakah gaya yang


terjadi merupakan gaya tekan atau gaya tarik. Caranya dengan
memplotkan arah penggambaran masing-masing gaya (F1 dan F2)
dalam diagram cremona (gambar 14) ke dalam gambar simpul A.

79
Mekanika Teknik II

P1=20 kN
F1
F2

RA = 70 kN

Gambar 5.14. Penentuan gaya tekan atau gaya tarik simpul A

Dari gambar di atas tampak bahwa arah gaya batang 1 (F1)


mendekati titik simpul A, sehingga batang 1 merupakan batang tekan (-).
Sedangkan arah gaya batang 2 (F2) menjauhi titik simpul A, sehingga
batang 2 merupakan batang tarik (+).
7. Setelah semua batang pada simpul A diketahui gayanya, dilanjutkan
perhitungan pada simpul selanjutnya yang memiliki maksimal dua
batang yang belum diketahui gayanya. Pada contoh soal ini adalah
simpul C, dengan batang 3 dan batang 4 yang belum diketahui besar
gayanya.
Penggamparan diagram cremona diawali dari gaya yang sudah
diketahui gaya batangnya dengan arah putaran penggambaran searah
jarum jam, sehingga untuk simpul C urutan penggambaran adalah: F1-
P2-F4-F3.

80
Mekanika Teknik II

P2=20

P1 = 20 kN
kN
F4

P2 = 20 kN
F1 (-) F3

RA = 70 kN
F1

F4 F2

Titik awal penggambaran


simpul C. Batang terakhir
yang digambar (F3) harus
berakhir di titik ini agar
terbentuk polygon tertutup

F3

Gambar 5.15. Penggambaran diagram Cremona simpul C

81
Mekanika Teknik II

Untuk menentukan gaya yang terjadi merupakan gaya tekan atau


gaya tarik, plotkan arah penggambaran masing-masing gaya (F3 dan F4)
dalam diagram cremona (gambar 16) ke dalam gambar simpul C.

P2=20
kN
F4

F1 (-) F3

Gambar 5.16. Penentuan gaya tekan atau gaya tarik simpul C

Dari gambar di atas tampak bahwa arah gaya batang 3 (F3)


mendekati titik simpul C, sehingga batang 3 merupakan batang tekan (-).
Dan arah gaya batang 4 (F4) juga mendekati titik simpul C, sehingga
batang 4 juga merupakan batang tekan (-).
8. Perhitungan dilanjutkan pada simpul selanjutnya yang memiliki
maksimal dua batang yang belum diketahui gayanya. Pada contoh
soal ini adalah simpul D, dengan batang 5 dan batang 6 yang belum
diketahui besar gayanya. Penggamparan diagram cremona diawali
dari gaya yang sudah diketahui gaya batangnya dengan arah putaran
penggambaran searah jarum jam, sehingga untuk simpul D urutan
penggambaran adalah: F2-F3-F5-F6.

82
Mekanika Teknik II

P1 = 20 kN
F5

P2 = 20 kN
F6
F1
F2

RA = 70 kN
F1

F4 F2(+
)
Titik awal penggambaran
simpul D. Batang terakhir
F6 yang digambar (F6) harus
berakhir di titik ini agar
terbentuk polygon tertutup

F5

F3(-)

Gambar 5.17. Penggambaran diagram Cremona simpul D

83
Mekanika Teknik II

Untuk menentukan gaya yang terjadi merupakan gaya tekan atau


gaya tarik, plotkan arah penggambaran masing-masing gaya (F5 dan F6)
dalam diagram Cremona (gambar 18) ke dalam gambar simpul D.

F5

F6
F1
F2

Gambar 5.18. Penentuan gaya tekan atau gaya tarik simpul D

Dari gambar di atas tampak bahwa arah gaya batang 5 (F5) menjauhi
titik simpul D, sehingga batang 5 merupakan batang tarik (+). Dan arah
gaya batang 6 (F6) juga menjauhi titik simpul D, sehingga batang 6 juga
merupakan batang tarik (+).
9. Perhitungan dilanjutkan pada simpul selanjutnya yang memiliki
maksimal dua batang yang belum diketahui gayanya. Pada contoh
soal ini adalah simpul E, dengan batang 7 dan batang 8 yang belum
diketahui besar gayanya.
Penggamparan diagram cremona diawali dari gaya yang sudah
diketahui gaya batangnya dengan arah putaran penggambaran searah
jarum jam, sehingga untuk simpul E urutan penggambaran adalah: F5-
F4-P3-F8-F7.

84
Mekanika Teknik II

P2 = 20 kN P1 = 20 kN
P3=20
kN
F8

F4 (-) F7

RA = 70 kN
P3 = 20 kN
F5 (+)

F1(-)

Titik awal penggambaran


simpul E. Batang terakhir
yang digambar (F7) harus F4(-)
berakhir di titik ini agar
F2(+)
terbentuk polygon tertutup
F8
F6(+)

F5(+) F7

F3(-)

Gambar 5.19. Penggambaran diagram Cremona simpul E

Untuk menentukan gaya yang terjadi merupakan gaya tekan atau


gaya tarik, plotkan arah penggambaran masing-masing gaya (F7 dan F8)
dalam diagram Cremona (gambar 20) ke dalam gambar simpul E.

85
Mekanika Teknik II

P3=20
kN
F8

F4 (-) F7

F5 (+)

Gambar 5.20. Penentuan gaya tekan atau gaya tarik simpul E

Dari gambar di atas tampak bahwa arah gaya batang 7 (F7)


mendekati titik simpul E, sehingga batang 7 merupakan batang tekan (-).
Dan arah gaya batang 8 (F8) juga mendekati titik simpul E, sehingga
batang 8 juga merupakan batang tekan (-).
10. Perhitungan dilanjutkan pada simpul selanjutnya yang memiliki
maksimal dua batang yang belum diketahui gayanya. Pada contoh
soal ini adalah simpul F, dengan batang 9 dan batang 12 yang belum
diketahui besar gayanya.
Penggamparan diagram Cremona diawali dari gaya yang sudah
diketahui gaya batangnya dengan arah putaran penggambaran searah
jarum jam, sehingga untuk simpul F urutan penggambaran adalah: F6-
F7-F9-F12.

86
Mekanika Teknik II

P1 = 20 kN
F9
F7

P3 = 20 kN P2 = 20 kN

RA = 70 kN
F12

F6

F1(-)

F12

F4(-)
F2(+)
F9
F8(-) Titik awal
penggambaran
F6(+) simpul F. Batang
terakhir yang
digambar (F12)
harus berakhir di
titik ini agar
F7 (-) terbentuk polygon
F5(+) tertutup

F3(-)

Gambar 5.21. Penggambaran diagram Cremona simpul F

Untuk menentukan gaya yang terjadi merupakan gaya tekan atau


gaya tarik, plotkan arah penggambaran masing-masing gaya (F9 dan F12)
dalam diagram Cremona (gambar 22) ke dalam gambar simpul F.

87
Mekanika Teknik II

F7
F6

F4
(-)
F8

Gambar 5.22. Penentuan gaya tekan atau gaya tarik simpul F

Dari gambar di atas tampak bahwa arah gaya batang 9 (F9) menjauhi
titik simpul F, sehingga batang 9 merupakan batang tarik (+). Dan arah
gaya batang 12 (F12) juga menjauhi titik simpul F, sehingga batang 12
juga merupakan batang tarik (+).
11. Perhitungan dilanjutkan pada simpul selanjutnya yang memiliki
maksimal dua batang yang belum diketahui gayanya. Pada contoh
soal ini adalah simpul H, dengan batang 10 dan batang 11 yang
belum diketahui besar gayanya. Penggamparan diagram cremona
diawali dari gaya yang sudah diketahui gaya batangnya dengan arah
putaran penggambaran searah jarum jam, sehingga untuk simpul H
urutan penggambaran adalah: F9-F8-P4-F11-F10.

88
Mekanika Teknik II

P4

F11
F8
F9 F10

P3 = 20 kN P2 = 20 kN P1 = 20 kN

RA = 70 kN
F11

F10

F1(-)

P4 = 20 kN
Titik awal
penggambaran simpul F12(
H. Batang terakhir yang +)
digambar (F10) harus
F4(-)
berakhir di titik ini agar F2(+)
terbentuk polygon F9
tertutup (+) F8(-)
F6(+)

F5(+) F7 (-)

F3(-)

Gambar 5.23. Penggambaran diagram Cremona simpul H

89
Mekanika Teknik II

Untuk menentukan gaya yang terjadi merupakan gaya tekan atau


gaya tarik, plotkan arah penggambaran masing-masing gaya (F10 dan
F11) dalam diagram Cremona (gambar 23) ke dalam gambar simpul H.

P4

F11
F8
F9 F10

Gambar 5.24. Penentuan gaya tekan atau gaya tarik simpul H

Karena struktur rangka berbentuk simetris, begitu juga beban yang


bekerja tipikal, maka besarnya gaya-gaya batang di sisi kanan dan sisi
kiri akan sama. Dengan demikian, maka diagram Cremona cukup dibuat
satu sisi saja. Namun jika beban yang bekerja tidak tipikal, meskipun
strukturnya simetris, diagram Cremona tetap harus digambarkan secara
utuh, bukan hanya satu sisi saja.
12. Langkah terakhir, invetarisir besarnya gaya masing-masing batang
dengan mengalikan panjang garis batang dalam diagram Cremona
dengan skala yang digunakan. Data yang diperoleh ditampilkan
dalam bentuk tabel
No batang Panjang garis (CM) Besar Gaya (kN)
1
2
3
dst

3. Analisis Struktur rangka batang metode Cullman (secara grafis)


Metode Cullman disebut juga sebagai metode potongan secara
grafis. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui beberapa gaya
batang saja dari suatu struktur rangka secara langsung, tanpa harus
menghitungnya berurutan dari tepi seperti pada metode Cremona.

90

Anda mungkin juga menyukai