Baut dan mur adalah elemen mesin yang berfungsi untuk : penyambung / pengikat,
penekan, penggerak dan sebagainya. Oleh karena fungsi-fungsinya tersebut, maka pada
ulirnya akan mengalami tegangan-tegangan akibat beban yang bekerja padanya.
Pembahasan pada bab ini akan dibatasi pada baut dan mur untuk pengikat, sedang untuk
penggerak akan dibahas pada Elemen Mesin II.
5.1.1. Standarisasi
Ada beberapa variasi yang di pakai oleh beberapa negara sesuai dengan situasi dan
kondisi negera-negara tersebut, tetapi yang jelas adalah didasarkan atas dua standar yang
telah berlaku sebelumnya yaitu :
1.
Standar Metris dengan ciri-ciri utama : sudut tanjakan 60 0, dengan kode M, disertai
ukuran-ukuran lainnya dalam metris.
2.
Standar British yang biasa disebut “ whit worth” dengan ciri-ciri utama : susut tanjakan
550 dengan kode W, disertai ukuran-ukuran lainnya dalam inchi ( british dimension ).
Standar terakhir yang banyak dipakai sekarang dan kemungkinan dimasa depan akan
merupakan standar untuk seluruh dunia adalah yang dikaitkan dengan penggunaannya,
terperinci sebagai berikut :
32
3. UNEF ( Union National Extra Fine )
Termasuk juga ulir halus, digunakan untuk baut dan mur pada peralatan-peralatan
didalam pesawat dan juga yang menyangkut terjadinya getaran yang besar dan kejut. Seri
ulir biasanya dibuat dari “ high grade alloy steel “.
Model ulir dapat dibedakan menurut bentuk ulirnya, seperti : bentuk V, bentuk
trapesium, bentuk volut, dan sebagainya.
a. Ulir tipe V
- Sudut tanjakan / pendakian sebesar 60 0
- Ukuran-ukuran bisa dalam Metris atau British
- Standar ulir yang banyak dipakai saat ini
33
- Merupakan penyempurnaan ulir V
- Sudut pendakian 550
- Dibuat oleh British Standar
- Ukuran hanya dalam inchi
Gambar 5.3. Bentuk ulir With Worth
34
Gambar 5.4. Ukuran-ukuran dasar ulir
35
Keterangan Gambar 5.4
1. Pitch
Pitch adalah jarak axial antara dua puncak ulir yang berdekatan, atau jarak axial antara
dua sisi yang berdekatn dengan arah yang sama.
3.
Pembedaan antara ulir luar dan ulir dalam
Untuk ini dipergunakan huruf A untuk menyatakan “ ulir luar “ dan huruf B untuk
menyatakan “ ulir dalam “.
4. Suaian (fits)
Suaian ulir antara baut dan murnya dibedakan atas 3 kelas ( berlaku untuk ulir dalam dan
ulir luar )
a.
Class 1 fits : adalah kelas penyesuaian longgar, dan mempunyai toleransi yang
lebar. Dipergunakan untuk kebutuhan pemasangan dan pelepasan secara cepat.
b.
Class 2 fits : adalah kelas ulir yang luas penggunaannya dan disarankan untuk sebian
besar aplikasi , tidak dipakai untuk kondisi khusus, seperti pengikatan pada engine, alat-
alat ukur dan sebagainya.
c.
Class 3 fits : merupakan standar kelas yang terakhir ulir kelas ini mempunyai
kemampuaan pengerasan yang ketat dan pas dan dipergunakan untuk aplikasi yang
presisi.
5.
Arah ulir :
36
Arah dari ullirnya dapat dibedakan atas 2 arah yaitu huruf “Rh” dipergunakan untuk
menyatakan arah ulir kanan dan huruf “Lh” dipergunakan untuk menyatakan arah ullir
kiri.
Berikut ini akan ditunjukkan dimensi ulir standar, untuk ulir dasar , ulir halus dan ulir
extra halus.
Tabel 5.1. Dimensi dasar dari ulir standar ( Course Thread Series UNC & NC)
Tabel 5.2. Dimensi dasar dari ulir standar ( Fine Thread Series UNC & NF )
37
Tabel 5.3. Dimensi dasar dari ulir standar (Ex.Fine Thread Series UNEF & NEF)
38
5.2. Analisa Tegangan Pada Baut dan Mur
Di bawah ini akan dibahas tentang analisa tegangan pada baut dan mur, yang
digunakan untuk pengikat.
Sebuah sambungan mur-baut seperti gambar di bawah ini mendapat gaya tarik atau
tekan sebesar F. Akibat gaya tersebut maka pada baut terjadi tegangan tarik atau tekan.
Besarnya diameter dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
A=
F = (1,25 1,50 ) x Fe
Tegangan geser dan tegangan bearing yang terjadi pada ullir untuk mur ( nut ) dan baut
( screw ) dapat dinyatakan :
(5-1)
(5-2)
39
(5-3)
5.2.3. Baut menerima beban mula ( fre load dan momen torsi pengerasan )
Beban mula timbul akibat adanya momen torsi pengerasan pada mur-nya, torsi ini
dapat diketahui dari alat pengukur torsi. Beban ini terjadi sebelum adanya beban luar. Beban
ini memberikan beban kompresi dan gesekan pada port, yang mengakibatkan terjadinya
tegangan geser. Hubungan empiris antara torsi dengan adanya beban mula tersebut dapat
dinyatakan :
T atau Mt = c.d.Fi
Dimana : T = torsi ( lb . in )
D = diameeter nominal (in)
Fi = beban mula (lb)
c = koefisien torsi
a. secara pendekatan :
c = 0,2 ( untuk pengerasan kering )
c = 0,15 ( untuk pengerasan dengan pelumasan )
b. secara aksak
Harga c secara eksak dapat dicari denggan rumus :
40
Sebelum menghitung gaya total ( gaya luar ) baik pada baut maupun pada pelat ,
terlebih dahulu ditinjau : konstanta kekenyalan (Sfiffness Constant ), k
Selanjutnya dengan adanya beban mula maka pelat yang disambung dan baut akan
mengalami deformasi, lihat gambar 5-7
Selanjutnya gaya luar ( Fe ) bekerja, sehingga deformasi total yang terjadi pada baut dari
pelat :
……………(1)
……………..(2)
Seterusnya :
41
………..(3)
…………(4)
Persamaan (3) dan (4) terssebut adalah untuk gaya-gaya statis, dengan mengeetahui
gaya-gaya ini, maka akan dapat dihitung tegangan-tegangan yang timbul, baik tegangan
tarik, tegangan bearing (kompresi) maupun tegangan geser.
Kemudian dihitung beban rata-rata ( average ) dan batas beban ( range ) sebagai
berikut :
Gaya-gaya Fb(av) dan Fc® inilah yang dipergunakan untuk menghiitung tegangan-tegangan
yang timbul.
42