Gambar 5.1 Batang ulir penggerak Gambar 5.2 Mesin pres manual
Gambar 5.3 Batang dan mur ulir penggerak Gambar 5.4 Screw pump
Gambar 5.5 Ulir penggerak pada mesin bubut
Tipe ini adalah tipe yang pertama kali dari ulir penggerak, yang dibuat dengan mesin
perkakas, tipe ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Untuk penggunaan secara umum (general purpose)
2. Untuk ulir yang memusat (sentralising threads), tipe ini mempunyai
toleransi tertentu antara diameter mayor ulir pada batang dengan ulir
pada mur-nya.
Tipe ini termasuk ulir penggerak yang hanya mampu menahan beban satu arah saja,
lebih kuat dari tipe-tipe lainnya,
Sebelum memasuki pembahasan lebih lanjut, perlu diketahui beberapa istilah atau
definisi yang ada pada ulir penggerak.
1. Pitch ( p ) :
Jarak aksial antara satu elemen ulir dengan elemen ulir berikutnya.
2. Lead ( L ) :
Jarak aksial antara satu elemen ulir dengan elemen ulir berikutnya setelah elemen
ulir tersebut berputar 360o atau satu putaran.
Bila ulirnya tunggal, maka lead sama dengan pitch
Bila ulirnya ganda, maka lead sama dengan 2 pitch, dan seterusnya.
Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bila ingin mengetahui kekuatan ulir penggerak maka perlu diadakan analisa
terlebih dahulu terhadap macam-macam tegangan yang timbul pada ulir penggerak.
Tegangan utama yang terjadi pada ulir penggerak adalah :
Tegangan ini timbul antara permukaan ulir penggerak dengan permukaan ulir
murnya, yang saling berhubungan. Besarnya tegangan bearng ini dapat dirumuskan :
W
σB = (5-1)
π.d m h.n
Beban W dianggap merata dan bekerja pada diameter rata-rata (d m), yang berjarak
0,5 h dari kaki ulir. Sehingga dapat dianggap bagian yang diarsir pada gambar sebagai
suatu batang sentilever yang pendek.
Darim persamaan (5-2) dan (5-3) besarnya tegangan bending maksimum yang terjadi
adalah :
M .c M W .0,5h
σB = = =
I I / c ( π .dm.n ) b 2 / 6
3.W .h
σB = (5-4)
(π.dm.n )b 2
5.4.3. Tegangan Geser (Transverse Shearing Stress)
Pada bab….
1,5.W
τmax = ( untuk z = nol) (5-5)
A
3.W 3.W
τmax = = (5-6a)
2. A 2.π.dr.n.b
3.W 3.W
τmax = = (5-6b)
2. A 2.π.do.n.b
Akibat beban W power screw juga mengalami tegangan tarik atau tegangan
kompresi. Luas bidang yang mengalami tagangan pada ulir penggerak ini lebih besar
dari pada luasan dari bidang kaki ulir, dan diameternya adalah diameter rata-rata dari
pitch dan diameter kaki (root). Luas bidang yang mengalami tegangan ini disebut
“tensile stress area”. Jika ulirnya sendiri dianggap kuat, maka luasan bidang yang
akan mengalami tegangan tarik atau kompresi ini didasarkan pada diameter kaki ulir,
atau diameter batang yang tidak berulir (bagian dalam). Besarnya tegangan tarik atau
tegangan kompresi yang timbul dapat dirumuskan :
W
τt =
A
Dimana : A = Luas bidang yang terkena tarik atau kompresi
2
π dr + dp
A= (5-7)
4 2
Dimana : dr = diameter kaki (root diameter), in
dp = diameter pitch, in
Bila ulirnya dianggap kuat, dan yang dihitung adalah kemampuan batangnya,
maka yang dimaksud dengan luas permukaan tarik atau geser adalah
π
A= dr 2
4
Bila batang ulir dianggap pendek, maka lenturan yang terjadi diabaikan, sehingga
ulir penggerak secara murni hanya menerima beban kompresi saja. Bila ditinjau pada
diameter kaki ulir, maka pada luasan itu akan terjadi tegangan kombinasi antara
kompresi dan geser yang ditimbulkan oleh torsi pada saat memutar ulir tersebut.
W 4.W
σc = = (5-8a)
A π .dr 2
T ( dr / 2) T ( dr / 2 ) 16.T
τ= = =
J dr 4 π .dr 3 (5-8b)
π .
32
Tegangan geser maksimum yang terjadi dapat dihitung dengan metode Lingkaran
Mohr.
2
σ
= c + (τ )
2
τ max
2
2 2
4.W 16.T
τ max = 2
+ 3
2.π .dr π .dr
2 2
2.W 16.T
τ max = 2
+ 3
(5-9)
π .dr π .dr
Bila ulir penggerak sudah bekerja , berarti ulirnya sudah keluar (misalnya pada
dongkrak / jack). Misal panjang yang keluar L dan diameter kaki ulir dr, maka bila L /
dr lebih kecil dari 8 dianggap tidak terjadi tegangan tekuk, tetapi sebaliknya bila L/dr
lebih besar dari 8, maka tegangan tekuk harus diperhitungkan. Formula yang dipakai
untuk menghitung tegangan tersebut adalah dengan persaman Ritter berikut ini.
P σ yp
2
L
σc = 1 + . 2 (5-10)
A
k π .K . E
I
k= , in
A
Persamaan 5-10 tersebut dipakai, bila beban yang bekerja adalah beban aksial murni,
artinya garis kerja beban tersebut berimpit dengan sumbu batang ulir. Bila beban yang
bekerja adalah beban eksentris dengan jarak “ e “ dari sumbu batang ulir, maka beban
ini akan member tambahan momen bending dan memberikan tegangan tambahan
akibat momen bending tersebut.
Mb Mb
σb = =
Wb T / c
Diamana : c = jarak dari sumbu batang ulir ke posisi paling luar dari kolom
I = k2. A
P L
2
σ yp P c.e
σcomb = 1 + + (5-11a)
k π .K .E
2 2
A Ak
P L σ yp c.e
2
σcomb = 1 + 2 + 2 (5-11b)
A k π .K .E k
Besaran L/k disebut Slendeness ratio (rasio untuk batang ramping). Rumus-rumus
tersebut dipergunakan bila L/k sampai dengan 100. Bila lebih besar dari pada 100
maka dipergunakan rumus Euler untuk tekukan pada batang y6ang panjang.
Persamaan Euler dalam hal ini adalah :
K .π. A.E
Pcr = (5-12)
(L / k )2
Pcr adalah beban kritis tekukan, beban ini merupakan beban maksimum untuk tidak
terjadinya tekukan. Di atas beban kritis ini akan terjadi tekukan pada kolom / batang
ulirnya.
Berikut ini adalah contoh ulir penggerak untuk dongkrak (screw jack). Plat
form bagian atas penyangga beban sebesar W. Plat form ini dibagian pinggirnya
terdapat roller yang menghubungkan dengan dinding sampingnya. Karena menahan
beban, plat form dan batang ulirnya tidak dapat berotasi pada sumbunya, tetapi dapat
bergeser naik dan turun tanpa gesekan karena ada roller
Gambar…
Gambar
Untuk menaikkan dan menurunkan plat form dan batang ulir penggerak dilaksanakan
dengan memutar mur / nut yang bergeser di atas “ collar thrust “ (penyangga),
disamping itu antar ulir batang dan nut juga terjadi gesekan.
Bila gaya yang dipergunakan untuk memutar nut adalah f yang bekerja pada “ mean
dismeter ‘ ( rm ) untuk melawan beban W tersebut, maka besarnya torsi yang
diperlukan adalah :
TR = F .rm
Dimana : F = Ff Cos α + Fn Cos θn Sin α
W
Fn =
Cosθn .Cosα − f s . sin α
Jadi
TR = rm (Ff Cos α + Fn Cos θn Sin α)
Dimana : Ff = fs . Fn
TR = rm (fs.Fn.Cos α + Fn Cos θn Sin α) (5-13)
Torsi tersebut adalah torsi yang dibutuhkan untuk memutar mur melawan
gesekan antar ulirnya sendiri, sedangkan pada mur juga terjadi gesekan dengan “
collar thrust”. Bila koefisien gesekan adalah fc, jari-jari rata-rata collar adalah r mc,
maka gaya gesek pada mur dan collar yang ditimbulkan oleh beban W adalah fc.W ,
sehingga torsi yang yang dibutuhkan untuk melawan ini adalah : rmc. fc. W
Sehingga total torsi yang diperlukan adalah :
Dalam apalikasi, α relative kecil sehingga Cos α ≈ 1 , dan tan θ n = tan θ, dengan
demukian maka dapat dianggap θn = θ , sehingga :
p = pitch
Bila dalam aplikasi, dimana pada collar dipergunakan : ball atau roller thrust
bearing, maka koefisien gesek fc dapat dianggap sama dengan nol, sehingga dmc. Fc
w/2 menjadi nol, dengan demikian suku dapat dihapus dari persamaan tersebut,
sehingga torsi yang dibutuhkan menjadi lebih kecil atau ringan. Besarnya koefisien
gesek fs dan fc dapat dilihat pada Tabel 4444444
Catatan :
1. Pada saat start, koefisien gesek yang diambil 1,33 kali dari fs dan fc yang ada
dalam table.
2. Koefisien gesek yang rendah, disarankan diambil untuk operator yang
kemampuanny (skill) tinggi dan angka yang beasar, untuk operator skill
rendah.