Anda di halaman 1dari 31

BABII

SAMBUNGAN

2.1. Pendahuluan
Sambungan berfungsi menyalurkan gaya-gaya dalam (momen, lintang /
geser, dan normal / aksial) antar komponen-komponen struktur yang
disambung, sesuai perilaku struktur yang direncanakan.

Berdasarkan perilaku struktural yang direncanakan, sambungan dapat


dibagi menjadi:
1. SambunganKaku: memiliki kekakuan yang cukup untuk
mempertahankan sudut-sudut diantara komponen-komponen
struktur yang disambung. Sambungan ini memikul momen yang
bekerja mempertahankan besarnya sudut-sudut tersebut.
2. Sambungan Semi Kaku: tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk
mempertahankan sudut-sudut diantara komponen struktur yang
disambung, tetapi memiliki kapasitas yang cukup untuk
memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap besarnya
perubahan sudutsudut tersebut.
3. SambunganSederhana:tidakmemilikikekakuanuntukmempertahank
an sudut-sudut diantara komponen sturktur yang disambung. Ujung
komponen struktur yang disambung dianggap tidak memikul
momen.

Sistem sambungan terdiri atas :


a. balok, kolom, batang tarik, batang tekan dsb.
b. Alat penyambung:
 pengencang fastener : baut biasa, baut mutu tinggi, paku
keling (rivet)
 las (welding) : las tumpul, las sudut, las pengisi
c. Elemen penyambung : pelat buhul, pelat pelat/profil

14
Perencanaan sambungan harus mempertahankan hal-hal berikut :
1. Sistem sambungan harus direncanakan Iebih kuat daripada
komponen struktur yang disambungnya.
2. Deformasi yang terjadi pada sambungan masih berada dalam
batas kemampuan daformasi sambungan.

2.2. Sambungan Paku Keling


Penyambungan dengan paku keling dilakukan dengan cara memasukkan
pasak logam yang daktail kelubang plat yang akan disambung, namun
sebelumnya pasak logam (paku keling) harus dipanasi dahulu sampai
merah membara untuk mempermudah pembentukan kepala paku keling
pada ujung yang satunya.

Gambar 2.2.1.Cara mengeling

Hasilpengelingan yang sudahjadikalausudahdinginakanmenjepitkuat


keduapelat yang dikeling. Methodeperencanaandenganpakukeling
sudahditinggalkankarenasudahadapenggantinya, yaitubautkekuatantinggi,

15
disamping itu sambungan dengan paku keling membutuhkan keahlian dan
peralatan khusus. (Cara perhitungan sama seperti baut )

2.3. Sambungan Baut


2.3.1. Pengantar
Sambungan elemen atau antara elemen-elemen harus diketahui dahulu
melalui mekanika rekayasa untuk mengetahui besar beban-beban dan
perilaku elemen. Dan hasil perhitungan tersebut bisa membantu
menerapkan bentuk sambungan yang sesuai.
Kelemahan sambungan bisa terjadi bisa terjadi baik pada bahan dasar
atau alat sambung, maka harus ada pembandingan berbagai tipe
sambungan. Dalam perhitungan kekuatan dipergunakan metode LRFD
atau PPBBG 2002. Mengingat baut sebagai penentu kekuatan
sambungan disamping bahan dasar,harus dicermati pamakaian jenis baut
dan kekuatannya. Untuk mendukung ini harus dikuasai tegangan-
tegangan baut dan kekuatannya.

2.3.2. Tegangan dan kekuatan baut.


Baut mutu tinggi
Identifikasi ASTM ditunjukkan pada gambar berikut tentang dimensi untuk
baut mutu A325 dan A490. Simbul pabrik dan mutu baut ditulis dipuncak
kepala baut.

16
Gambar 2.3.1.
penentuan
dimensi baut A 325 dan
A490

Tabel 2.3.1. Ukuran


baut
Ukuran Dimensi baut (inci) Dimensi mur (inci) -
baut Baut Struktural Segienam Mur Segienam
Nominal
Panjang
D (inci) F H W H
ulir
½ 7/8 5/16 1 7/8 31/64
5/8 1 1/16 25/64 1 1/4 1 1/16 39/64
¾ 1 1/4 15/32 1 3/8 1 1/4 47/64
7/8 1 7/16 35/64 1 1/2 1 7/16 55/64
1 1 5/8 39/64 1 3/4 1 5/8 63/64
1 1/8 1 13/16 11/16 2 1 13/16 1 7/64
1¼ 2 25/32 2 2 1 7/32
1 3/8 2 3/16 27/32 2 1/4 2 3/16 1 11/32
1½ 2 3/8 15/16 2 1/4 2 3/8 1 15/32

Tegangan dan kekuatan baut.


Bahan baut menunjukkan kelakuan tegengan-regangan (bebandeformasi)
yang tidak memiliki titik leleh yang jelas seperti pada gambar di bawah.
Sebagai pengganti tegangan leleh, istilah beban leleh (bebantarik awal /
proof load) akan digunakan untuk baut. Beban leleh adalah beban yang

17
diperoleh dari perkalian luas tegangan tarik dan tegangan leleh yang
ditentukan berdasarkan regangan tetap (offset strain) 0,2% atau
perpanjangan 0,5% akibat beban. Tegangan beban leleh untuk baut A325
dan A490 masing-masing minimal sekitar 70% dan 80% dari kekuatan
tarik maksimum. Besarnya pratarik yang sesuai dan diperlukan telah
banyak dikaji dan diteliti, untuk contoh-contoh soal biasa ditetapkan
tegangan tarik ultimate baut (fub) = 825 Mpa.

Gambar 2.3.2.Hubungantipikaluntukbebandanrotasimur.

2.3.3. Tipe-tipe sambungan dengan baut

A. SAMBUNGAN TIPE TUMPU

1. KUAT TARIK BAUT

18
Kuat tarik nominal (satu baut)
Rn = Tn = An * fub
fub = kuat tarik baut, Mpa
0,9743 2
(
An=π /4 d b −
n )(mm2 )=0,75 Ab

n = jumlah ulir per – mm


Ab = luas kotor baut (pada bagian tak berulir)
Tn = 0,75 * Ab * fub

Kuat tarik rencana


Td = f * Tn
Td = (0,75) * (0,75 * Ab * fub)
f = 0,75 = faktor reduksi kekuatan untuk faktur

2. KUAT GESER BAUT


Kuat geser baut ditentukan oleh jumlah bidang geser yang terjadi pada
batang baut (m) dan oleh ada tidaknya ulir baut pada bidang geser
tersebut.

Rd = m * Ab * ub * faktor reduksi


= m * Ab * (0,62 fub) * 0,75
Rd = 0,50 * m * Ab * fub tanpa ulir pada bidang geser
Rd = Vd = m * (0,75 Ab)* (0,62 fub) * 0,75
Rd = Vd= 0,40 * m * Ab * fub dengan ulir pada bidang geser

Kuat geser rencana


Vd = r1 * m * Ab * fub
r1 = 0,4 atau 0,5

3. KUAT TUMPU

19
Ditentukan oleh yang terlemah diantara baut atau komponen pelat
yang disambung.
Rn =2 t (L – db/2) up
= 1,24 * fup * db * t (L/db – 1/2)
up =0,62 fup
fup =tegangan putus pelat
Le
t =tebal pelat
Gambar 2.3.3.lokasi bautujung 2
untuk L / db = 2
3
Rn = 2,69 * fup * db * t
Untuk lebih dari dua buah baut dalam arah gaya :
Le 1,5 db Le = jarak tepi (pusat lubang ke sisi pelat)
s  3 db s = jarak antara lubang baut (pusat ke
pusat)

Maka kuat tumpu nominal dihitung sebagai :


Rn = 2,4 * db * t * fu  semua jenis lubang biasa
Rn = 2,0 * db * t * fu  lubang slot panjang  arah gaya
Rn = L e * t * f u  baut ujung / tepi

Kuat tumpu rencana :


Rd= f * Rn
Dimana f = 0,75
fu = tegangan tarik putus yang terkecil diantara baut ataupelat

4. KUAT KOMBINASI GESER TARIK

Baut yang memikul gaya dalam berupa kombinasi gaya geser (Vu) dan
gaya tarik (Tu), harus direncanakan mampu memikul kedua jenis gaya
tersebut dengan memenuhi kedua persyaratan berikut.

20
a. Tegangan geser perlu per - baut akibat beban terfaktor:

Vu
f ub= ≤ Φr (0,5*fub*m) tanpa ulir pd. bid. geser
n∗Ab
Φr (0,4*fub*m) dengan ulir pd. bid. geser

b. Gaya tarik perlu perbaut akibat beban terfaktor :

Tu
≤ f*Ab*ft = Φ f* Tn
n
ft : Besar tegangan tarik yang diperbolehkan selama bekerjanya geser
ft ≤ f1 – r2*fuv ≤ f2
Baut mutu tinggi (A325)
f1 =875 Mpa , f2 = 621 Mpa
r2 = 1,9 untuk baut dengan ulir pada bidang geser
= 1,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
Baut mutu biasa (A307)
f1 = 410 Mpa ,f2= 310 Mpa
r2 = 1,9

5. KUAT SAMBUNGAN
Kuat rencana sambungan ditentukan sebagai yang terkecil dari nilai baut
rencana yang diberikan oleh baut, pelat sambung, maupun komponen
yang disambung; sesuai dengan kasus pembebanan dan gaya-gaya
dalam yang harus diperhitungkan.

21
Kuat rencana sambungan harus direncanakan lebih besar daripada kuat
komponen struktur yang disambungnya.

Konsep LRFD

ɸ Rn ≥ Ru = (∑ γi, Φi)
ɸ = faktor reduksi kekuatan
= 0,75 untuk sambungan tipe tarik, geser, tumpu

0,75 min (Rn1, Rn2, Rn3) ≥ maks. Ru = (∑ γi, Φi)


Kuat rencana Kuat perlu

Contoh 1
Sambungan memikul geser
Diketahui :sistimsambungansepertigambar di bawah
Pelat : (150 x 16 ) mm2 Baut : n = 4 buah
π
fy = 340 Mpa db = 22 mm, Ab = * 222 = 380
4
mm2
fuP = 440 Mpa fub = 825 Mpa
m = 1 , tanpa ulir pada bidang
geser

Gambar 2.3.4.Sambunganpelatbautsatugeser

22
Ditanyakan :KekuatanmaksimalPu

Jawab :
Kondisi batas :
1. Leleh pelat :
ɸRn = 0,90*fy*Ag
= 0,90*(340 Mpa)*(150*16 mm2) = 734,4 kN
2. Fraktur pelat :
ɸRn = 0,75*fuP *An
= 0,75 * 440 * (150 -2(22+1.5))16 = 543,8 kN
3. Geser baut :
ɸRn = 0,75*( 0,5 * fub ) * m * (Ab *4)
= 075 *( 0.5*825 ) * 1 *(380 * 4 ) = 470.2 kN
4. Tumpu pelat :
ɸ Rn = 0,75 * (2,4* fuP * db * t ) *4
= 0,75 * (2,4 * 44O * 22 * 16) * 4
= 1115,1 kN
Jadi kuat rencana sistem sambungan : 470,2 kN
Pu < 470,2 kN

B. SAMBUNGAN TIPE FRIKSI


Sambungan tipe ini menggunakan baut mutu tinggi (dengan tegangan
leleh tinggi), yang mengalami tarikan awal yang tinggi pada saat
pemasangan, untuk menimbulkan gaya friksi yang besar melalui gaya
aksi-reaksi yang besar antara pelat yang tersambung.
Digunakan pada sambungan yang memikul kejut, pembebanan berulang,
getaran atau yang tidak boleh mengalami slip.

Cara pemasangan yang biasa dilakukan :


1. dikencangkan dengan tangan dan alat manual snug tight
2. dengan alat khusus fully - tensioned

23
Contoh : Baut mutu A325 dikencangkan sampai ± 70 %, fub - 825 Mpa ,
db=22mm.
π
Dikencangkan sampai mencapai gy.trk = (0,75 * * 222)(0,70 x 825) =
4
164kN. Kuat rencana baut tipe friksi ditentukan oleh mekanisme tahanan
friksi yang direncanakan dikembangkan pada sambungan dalam memikul
jenis dan besar gaya dalam yang direncanakan, yaitu sebagai slip –
critical conection.

1. KUAT RENCANA GESER PADA BAUT


(tahanan friksi terhadap beban geser terfaktor)
Untuk satu baut : ɸVnb = ɸ((1,13) * μ * Tb*m) ≥ Vub
Untuk sistem baut : ɸVnb = ɸ ((1,13) * μ * Tb*m) n ≥ Vub

Dimana:
μ = Koef. Gesek = 0,35 (permukaan kontak dalam keadaan bersih)
Tb = gaya tarik minimurn pd. pemasangan baut=(0,70*F ub)(0,75*Ab)
M = jumlah bidang geser
ɸ = 1,0 lubang standar
= 0,85 lubang besar, slot Pendek
= 0,70 slot panjang -Larah gaya
n = jumlah baut

2. KUAT RENCANA TERHADAP KOMBINASI GESER TARIK.


Sistem baut :
Tu
(1- ) ɸ *Vn ≥ Vu
1,13∗T b∗n
ɸVn dihitung terhadap geser murni ( lihat penjelasan sebelumnya).

24
JARAK PEMBAUTAN
Jarak minimum.

Maksud :
2
S ≥ 2 db = 3 db - mencegah kegagalan
3
Le ≥1,5 db pada pelat
- memudahkan pemasangan

Gambar 2.3.5.Jarak pembautan

Jarak maksimum.

S ≤ 12 t ≤ 150 cm
Maksud :
- menghemat bahan yang disambung
- mencegah korosi
- mengurangi variasi tegangan diantara baut

POSISI SAMBUNGAN
Posisi sambungan di daerah gaya dalam terkecil sepanjang komponen
struktur akibat berbagai kombinasi beban.

Pada bid momen = 0

Gambar 2.3.6.Lokasi sambungan

25
2.3.4.Sambungan baut yang menerima tarik dan geser.

Sambungan yang memikul gaya tarik dan geser akibat


a:Beban ultimate (Pu) yang bekerja pada titik berat system sambungan
baut satu kotom.
b:Beban eksentris Pu terhadap sistem baut satu kolom.

Contoh 2
Sambungan memikul gaya tarik dan geser

Diketahui :
Baut A325 fub = 825Mpa, baut tanpa ulir pada bidang geser
db = 22mm
n = 2*3 = 6 buah
beban :
D = 200 kN
L = 100 kN

tampak samping tampak depan

Gambar 2.3.7.Kolom pendek menerima tarik dan geser

26
Ditanyakan : kekuatan sambungan

Jawab :

PU = 1,2D + 1,6 L = 1 ,2* 200 + 1,2* 100 = 400 kN (dipakai)


= 1,4 D = 280 kN
Vu = 4/5 * 400 = 320 kN
Tu = 3/5 * 400 = 240 kN
Proof stress = 0,70 * fub = 0,70 * 825 = 577,5 Mpa
Ab = 0,25 * π * db2 = 0,25 * π * 222 = 380,13 mm2

Pilih jenis sambungan


1. Sambungan Tipe Tumpu
Vu 320000
Geser : fuv = = = 140,35 Mpa (tiap baut menerima gaya
n∗Ab 6∗380
geser sama besar)
Tegangan geser rencana per baut :
ɸf*0,5*fub*m = 0,75 * 0,50 * 825 * 1 = 309,37 Mpa > F uv (ok)
Tarik : Kuat tarik rencana perbaut ɸ * Tn = ɸ * ft * Ab

ft =807 - 1,5 * fuv


= 807 - 1,5 * 140,35
= 596,47 Mpa < 621 Mpa gunakan 596,47 Mpa

ɸ*Tn = ɸ*ft*Ab
= 0,75 *596,47 * 380,13
= 170052,10 N = 170,05 kN
Asumsi : 6 baut tersebut juga menerima gaya tarik yang sama besar.
Tiap baut memikul gaya tarik sebesar = Tu / n = 240 / 6 = 40 kN
Jadi untuk sebuah baut; ɸ*Tn> Tu/n(ok!)

27
Sambungan di atas menyalurkan gaya dalam berupa : geser (V u) dan tarik
(Tu).
Baut - baut menyalurkan gaya dalam tersebut dalam bentuk : geser (f uv)
dantarik (ft).

2. Sambungan Tipe Friksi

0.50 * Ab * fub kuat tarik baut

Tb = 0,75*Ab* 577,5
= 0,75 * 380,13 * 577,5
= 164643,80 N = 164,64 kN gaya reaksi pada pelat akibat
baut yang dikencangkan awal dengan penarikan 70 % f ub
Vn =1,13*π*Tb*m
= 1,13 * 0,35 * 164,64* 1
= 65,11 kN
Kuat rencana satu baut terhadap gaser friksi (saja)
ɸ* Vn = (1,0) * 65,11 (lubang standard)
= 65,11 kN

Kuat perlu satu baut terhadap geser (saja)


Vu/n = 320/6 = 53kN
Kuat rencana satu baut terhadap tarik dan geser friksi :
Tn

( 1−
n
1,13∗Tb ) (
ɸ*Vn = 1−
40
1,13∗164,64 )
1∗¿65,11 = 51,11 kN < 53kN

Jadi :
Berarti, kekuatan yang dimobilisasikan hanya oleh mekanisme tahanan
friksi tidak mampu memikul beban terfaktor yang direncanakan.

Catatan : Bila mekanisme tahanan friksi mampu memikul beban rencana,


penyaluran gaya dalam melalui baut akan berupa : geser friksi dan tarik.

28
2.3.5. Sambungan memikul momen dan geser
Sambungan yang memikul momen dan geser ini bisa diakibatkan beban
ultimatePu yang bekerja eksentris terhadap sistem baut satu kolom dan
baut-bautnyamenerima geser dan tarik.

Kondisi awal super posisi


Gambar 2.3.8.Mensuperposisikan daribebanawal

Contoh 3
Diketahui : gambar bawah

Gambar 2.3.9.Pengaturan baut setelah superposisi

29
Gaya dalam : Vu = 130 kN ; Mu = 105 kNm
Baut : db = 16 mm (tanpa ulir pada bidang geser)

f ub = 825 Mpa
n = ni*nj =2*4=8
Pelat : Dianggap KAKU
Ditanyakan: Periksa kekuatan sambungan pada gambar diatas
Jawab : proof stress = 0,7 *825 Mpa = 577,5 Mpa
Ab = 0,25*π*db2= 0,25*π*162= 201,06 mm2
 Geser
Tegangan geser rencana baut :
fnv = 0,50*ɸ*fub*m Mpa (0,50 karena tanpa ulir pd bid geser)
= 0,50 * 0,75* 825 * 1=309,37 Mpa
Tegangan geser perlu :
fuv = Vu/(n*Ab) N/mm2
= 130000 / (8* 201,062)
= 80,83 Mpa < fnv (ok!)
 Tarik
ft = 807 - 1,5 * fuv= 807 - 1,5 * 80,83
= 685,76 Mpa > 621 Mpa
Diambil : ft = 621 Mpa (gaya tarik rencana)

Gambar 2.3.10.Gaya-gaya pada baut dan pelat

30
a = tinggi daerah pelat yang tertekan (dan dianggap leleh)
Keseimbangan gaya: ∑ Fn = 0
a*fy*b - nj *(ni*Ab*ft)= 0
4∗(249710)
a =(nj*(ni*Ab*ft))/(fy*b)= = 20,81 mm
240∗200
Keseimbangan momen diserat bawah :
a
ɸ* Mn= ɸr* (ni*Ab * ft) *(40 + 150 + 260 +370) –(ɸy * a * b * fy) *
2
20,81
= 0,75 * (249710) * (820) -(0,90 * 20,81 * 2OO* 240)*
2
= 144217638,2 N mm
= 144,22 kN m > Mu (= 105 kN) (ok!)

Sambungan di atas menyalurkan gaya dalam berupa : geser (V u) dan


momen (Mu)
Baut-baut menyalurkan gaya dalarn tersebut dalam bentuk : geser (F uv)
dan tarik (ft)

2.3.6. Sambungan baut yang dibebani eksentris


Sambungan memikul geser eksentris,
Baut hanya menerima geser.

Kondisi awal super posisi

Gambar 2.3.11. Mensuperposisikan dari kondisi awal

31
Sambungan memikul gaya geser eksentris, bila garis kerja resultan gaya
bekerja dalam bidang sistem baut tetapi tidak tepat melalui titik berat (c.g)
sistem baut.
Sistem baut akan rnemikul gaya geser sebesar P u dan momen sebesar Mu

= e * Pu , dimana e adalah jarak antara titik berat sistem baut ke garis

kerja resultan gaya Pu.


Analisa sistem baut dapat dilakukan dengan dua cara, dengan asumsi
yang berbeda
l. Analisa elastis
 Pelat dianggap kaku, tidak berdeformasi namun dapat berotasi
sebagai benda kaku
 Letak pusat sistem baut tidak berubah
 Baut tetap elastis, tidak mencapai leleh
 Sistem babas friksi
2. Analisa plastis(tidak dibahas)
 Pelat tidak kaku, berdeformasi
 Titik pusat sistem baut dapat berubah posisi pusat sesaat
 Leleh dimulai dari baut yang letaknya paling jauh dari titik berat
sistem baut.
cara elastis

Gambar 2.3.12.Setiap baut menerima gaya setelah superposisi

32
Selanjutnya xi = dxi dan yi = dyi adalah jarak baut terhadap pusat

sistim pemasangan baut


n = jumlah baut
Mu = Pu*e
n n
=∑ ( Ri∗d i) = ∑ (R xi . y i + R yi . x i)
i=1 i=1

= Rx1.y1 + Rx2.y2 + ... + Rxm.yn+ Ry1 x1 + Ry2.x2 + ... + Ryn.xn


yj y2
Asumsi Rxj = *Rxi Rx2 = * Rx1
yi y1
xj x2
Anolag Ryj = *R Ry2 = * Ry1
y i yi x1

Mu =Rx1.y1 + Rx2.y2+ …… + Rxn.yn + Ry1.x1+ Ry2.x2 + …… + Ryn.xn


Jadi

Mu=Rx1*y1 + Rx1 ( yy 12 )y + …. + R ( yny )y + R


2 x1 n y1*x1 + Ry1 ( xx 21 ) x2 + …. + Ry1

( xnx )xn

x1
Mengingat Rx1 = Ry1
y1
Ry 1
Mu = [(y12 + y22 + …… +yn2)+( x12 + x22 + …… +xn2)]
x1
Baut no : 1 akan memikul gaya-gaya :
Akibat Mu :
Mu∗x 1 Mu∗xi
Ry1 = 2 2 2 2 2 2 =
( y 1 + y 2 +… …+ y n )+( x 1 + x 2 +… …+ x n ) ∑ d 2i

Mu∗y 1 M u∗y 1
Rx1 = 2 2 2 2 2 2 =
( y 1 + y 2 +… …+ y n )+( x 1 + x 2 +… …+ x n ) ∑ d 2i
Akibat Pu

33
Pu
Rv = (baut diangap memikul gaya yang sama akibat P u
n
bekerja dititik pusat sistem baut)
Jadi, baut no: 1 akan memikul gaya geser total berupa resultan gaya
sebesar
2

R1 total = ( R y 1+ Rv ) + R x 12
Gaya geser total yang dipikul baut lainnya dapat dihitung dengan cara
yang sama(sepertibautno : 1), dengan mengganti subscript-i. Baut yang
memikul gaya geser terbesar adalah yang terletak paling jauh dari titik
pusat sistem baut.

Contoh 4
Diketahui: sistem baut yang dibebani Pu eksentris terhadap c.g

75 mm
Pu = 800 kN
Pu = 800 kN

111
75 mm 75 mm

75 mm 6 75 mm

100 mm

Kolom I-WF

Tampak samping Tampak depan


Gambar 2.3.13.kolom konsul

Baut menggunakan mutu tinggi (fub = 825 Mpa)

Ditanyakan: Rencana db dari sistem pembautan gambar di atas dengan


a. Tipe tumpu
b. Tipe friksi

34
Jawab:
Analisa gaya yang dipikul baut
∑xi2= 502* 6 = 15000 mm2
∑yi2 = 752 * 4= 22500 mm2
∑di2 = ∑(xi2+yi2) = 37500mm2
Mu = Pu * e = (400) * (125) = 50000 kN mm
Baut yang memikul gaya terbesar adalah baut no :6

Gambar 2.3.14.Gaya-gaya padabaut

Baut 6:
M u∗x 6 50000∗50
6
= =¿
Ry6 = 37500 66,67 kN
∑ di2
1

M u∗y 6 50000∗75
6
= =¿
Rx6 = 37500 100 kN
∑ d i2
1

400
Rv =
6
= 66,67 kN
2 2
R6u =√ (66,67+ 66,67) +100 = 167,2 kN

a) Perencanaan baut tipe tumpu

35
R6u = 167,2 ≤ Ø R6 = Ø (0,5 * fub * Ab *m)

167,2 ≤ 0,75 (0,5 * 825 * Ab *1)


167200
Ab ≥ ≥ 269,9 mm2
0 ,75∗0,5∗825∗1
269,9
d≥ (
√ 0,25∗π
) = 18,557 dibulatkan keatas = 19 mm

b) Perencanaan baut tipe friksi → lubang baut standar

R6u = 167,2 kN (per baut, dalam hal ini baut no 6)


b
ɸRn ≤ Ø∗1,13 µ(0,75∗A b∗0,70 f u ∗m)

167200 ≤ 1 * 1,13 * 0,35 (0,75 * Ab * 0,70 * 825 * 1)


167200 2
Ab ≥ 1∗1,13∗0,35∗0,75∗0,70∗825∗1 = 487,446 mm

d≥ (√ 487,446
0,25∗π )
= 24,91 = 25 mm

2.3.6. Menaksir jumlah baut yang diperlukan (dengan pendekatan)


6∗M
n=
√ R∗p
dimana n = jurnlah baut,
M = momen yang bekerja pada 1 kolom baut
R = kekuatan geser satu baut
P = jarak antara baut yang berdekatan

36
Sambungan Pada Balok yang Menerima Lentur.
Salah satu contoh adalah sambungan pada gelagar balok yang menerima
momen (M) dan gaya lintang ( D)

Gambar 2.3.15.Gaya dalamakibatbebanmerata


Tipe Sambungan

Gambar 2.3.15.Potongan pada titik C

Dc, diterima badan profil, dan


Mc diterima diterima badan profil dan sayap

 Menentukan M badan dan M savap

I badan
Mbadan = * Mc(M profil)
I profil
Msayap= Mc(Mprofil) – Mbadan

Iprofil → dalam tabel


Gambar 2.3.16.Gelagardigunakan

37
1
Ibadan = tw(h-2tf)3
12

 Merencanakan Pelat Penyambug dan n baut

Gambar 2.3.17.Gaya pada daerah sambungan

 Syarat pelat penyambung badan

I pelat penyambung ≥ Ibadan


1 1
2* ( t1 *h13) ≥ * tw * ho3
12 12
12∗I b adan
t1 ≥ ; ukuran pelat (h1*t1) mm
2∗h31
 Kekuatan baut → terkecil

geser ɸ* Rn = 0,75 * (0,5 * m * Ab * fub) non ullir


tumpu ɸ * Rn = 0,75* (2,4* fuP * db *t1) pelat
 Jarak antar baut vertikal
p=s
3 db ≤ p ≤ 12 t atau150 mm
 Taksir jumlah baut

38
6∗M
n=
√ R∗p
untuk 1 kolom baut

39
40
1
Ibadan = ∗t ( h−2 t f )3
12 w

41
Kekuatan baut
Tumpu  Ø * Rn = 0,75 * (2,4 * fup * db * tw )
= 0,75 * ( 2,4 * 370 * 22 * 14 ) → jenis baja BJ-37
= 205,128 kN
Geser → Ø * Rn = 0,75 * ( 0,5 * m * Ab * fub )
= 0,75 * ( 0,5 * 2 * 380,13 * 825 )
= 235205,44 N = 235,20 kN
e =85

M = Mbd + Dc * e
M = 17838,08 + 92,5 * 85
M = 25700,58 kN mm

6∗M 6∗25700 , 58/2


n1 =
√ R∗P
=
√205 , 12∗75
= 2,387 buah untuk M saja dalam satu kolom

92 ,5
n2= = 0,226 buah untuk Dc yang dipisahkan ke cg
2∗205 , 12
n = √ n21 +n22 = 2,4 baut = 3 garis baut

42
Periksa system baut 2 kolom 3 baris dengan metode elastis

Karena dipasang dua baris sama besar maka n = 6 buah

43
GAMBAR HASIL PERHITUNGAN

40 40

80 80 80 80

44

Anda mungkin juga menyukai