DIKTAT
ELEMEN MESIN
ELEMEN MESIN
(SambunganLas)
(Sambungan Las)
OLEH:
DR.-ING.IR. PUTU M. SANTIKA
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
JULI, 2007
DAFTAR ISI
1. UMUM
2. KEKUATAN DAN TEGANGAN IJIN
3. SAMBUNGAN
1. LAS
2. KELING
3. MUR- BAUT
4. PIN DAN PASAK
5. PEGAS
6. POROS
7. KOPLING
8. BANTALAN
9. RODA GIGI
10.RANTAI DAN SABUK
3. SAMBUNGAN LAS
3.1 PENDAHULUAN
Sambungan las adalah sambungan antara dua logam dengan cara
pemanasan, dengan atau tanpa logam pengisi. Sambungan terjadi
pada kondisi logam dalam keadaan plastis atau leleh.
Sambungan las banyak digunakan pada:
Konstruksi baja, Ketel uap dan tangki, Permesinan
Keunggulan dibandingkan dengan sambungan lainnya:
Lebih murah dan lebih ringan
Tidak ada pengurangan luas penampang
Permukaan sambungan bisa dibuat rata
Bahaya terhadap korosi kurang
Mudah perbersiahannya
Tampak lebih bagus
Kekurangan:
Hanya untuk logam sejenis
Terjadi perubahan struktur material pada daerah HAZ
Pengelasan dilapangan lebih sukar dari sambungan keling/baut
Sambungan Cendrung melengkung
3.2 BENTUK DAN JENIS SAMBUNGAN
BENTUK KAMPUH
LAS:
Bentuk kampuh las
sangat ditentukan dari
tebal pelat yang
disambung serta
besarnya beban yang
diterima sambungan.
Kampuh dibedakan
menjadi kampuh:
I, X, V, U serta Y,
seperti gambar
berikut:
JENIS SAMBUNGAN
SAMBUNGAN
TUMPUL
SAMBUNGAN
SIKU
SAMBUNGAN
KELILING
Kualitas Sambungan Las
Kualitas sambungan las ditentukan oleh:
1. Memanfaatkan mampu las dari material
2. Persiapan dan pelaksanaan dikontrol oleh personil yang
kompeten
3. Metoda pengelasan disesuaikan dengan karakteristik dan
tebal material serta beban
4. Kesesuain antara logam pengisi dengan logam induk
5. Tukang las yang bersetifikat dan terawasi
6. Kualitas las di cek dengan metoda NDT
Klasifikasi Kualitas
Sambungan kelas I
– Bila persyaratan 1 – 6 dipenuhi, dan pengelasan khusus untuk
kekuatan dan kualitas material yang tinggi
Sambungan kelas II
– Persyaratan 1-5 dipenuhi, prosedur pengelasan normal untuk
beban statis maupun dinamis
Sambungan kelas III
– Tidak ada persyaratan khusus dan sambungan tidak perlu di test
Dimensi:
– Sambungan tumpul:
Tinggi sambungan a = tebal pelat S (pelat yang disambung
sama tebalnya)
Bila pelat yang disambung tebalnya berbeda, maka tebal las a =
Smin.
Panjang las pada umumnya diambil sama dengan lebas pelat, l
(panjang las) = b (lebar pelat)
– Sambungan Siku:
Tinggi sambungan a = tinggi segitiga logam pengisi, lihat
gambar
Bila pelat yang disambung sama tebalnya, maka a 0,7.S
3mm
Bila pelat yang disambung tebalnya berbeda, maka tebal las
a 0,7.Smin. 3mm
Panjang las pada umumnya diambil sama dengan lebas pelat, l
(panjang las) = b (lebar pelat)
– Sambungan Keliling
Dimensi sambungan diambil sama dengan sambungan siku
3.3 PERHITUNGAN KEKUATAN
– Pembebanan Tarik, Tekan atau Geser
Tegangan yang terjadi pada sambungan
w = F/Aw (N/mm2)
w = F/Aw (N/mm2)
Sambungan kuat bila
w = F/Aw= F/ (a.l) wijin (N/mm2)
w = F/Aw = F/ (a.l) wijin (N/mm2)
Dimana:
F = beban yang diterima sambungan (N)
Aw = (a.l) = Luas sambungan las (mm)
a = tinggi las (mm) dan; l =panjang sambungan (mm)
wijin , wijin = tegangan ijin material sambungan (N/mm2)
– Pembebanan Lengkung
Tegangan lengkung wb yang terjadi pada sambungan
wb = Mb/Ww wbijin (N/mm2)
Mb = momen lengkung yang terjadi pada sambungan (Nmm)
Ww = momen tahanan luas sambungan las (mm3)
= 2.(1/6) a.h2 (untuk sambungan 2 sisi, gambar)
= (D4 – d4)/10.D (untuk sambungan poros )
Untuk sambungan gabungan, maka berlaku:
Ww = Iw/ y; Iw = Iw1 + Iw2 + Iw3 + …..
– Pembebanan Gabungan
Bila beberapa tegangan normal bekerja sekaligus pada
sambungan, maka tegangan normal maksimum adalah:
wmax = [wb + t ( c ) ] wijin (N/mm2)
Bila sekaligus bekerja tegangan normal dan geser, maka tegangan
equivalent yang terjadi pada sambungan, adalah:
wv = (w2 + w2) wijin (N/mm2)
Contoh Beban Gabungan
Pada Elemen Mesin
a) dan
b) Beban
lengkung dan
geser
c) Beban
lengkung dan
tekan
d) Arah tegangan
pada
sambungan
siku
CONTOH SAMBUNGAN LAS
PADA KONSTRUKSI BAJA
3.4 SAMBUNGAN LAS PADA KETEL UAP
DAN TANGKI
Pada ketel uap dengan diameter
dalam Di , tebalnya s dan
panjang l, yang tekanannya pa
(N/mm2), bekerja
Gaya longitudinal:
Fl = (/4)Di2.pa (N)
Gaya radial :
Fr = Di.l.pa (N).
Pada penampang A-B,
bekerja tegangan longitudinal
(tarik):
l = Fl / (.Di.s)
= (Di2..pa) / (4.Di..s)
= (Di.pa) / (4.s)
Pada penampang C-D bekerja
tegangan tangensial tarik
t = Fr / (2.l.s) = (Di.l.pa) / (2.l.s)
= (Di.pa) / (2.s)
3.5 SAMBUNGAN LAS KOMPONEN MESIN
Dimana:
wijin atau (wijin) = masing-masing tegangan normal dan geser ijin
sambungan las (N/mm2)
b1 = faktor pelemahan sambungan (0,75 -1)
b2 = faktor kualitas sambungan
(kls I: b2 = 1; kls II: b2 = 0,8; kls III: b2 = 0,5)
3.6 LAS TITIK
Las titik merupakan
sambungan yang
ekonomis dan
sangat cocok untuk
menyambung pelat-
pelat tipis, terutama
untuk produksi seri
dan masal.
Sambungan las titik
dapat dibuat 1 lapis
atau 2 lapis
sambungan,
sedangkan susunan
titik las bervariasi
seperti terlihat pada
gambar disamping.
Tabel:
dimensi
sambungan
paralel zigzag
seri
PERHITUNGAN KEKUATAN
Untuk perhitungan kekuatan, las titik dianggap sebagai baut dengan
diameter d dan menerima beban Geser/potong. Tegangan geser yang
terjadi adalah:
w = F / (A1.n.m) w ijin (N/mm2)
Dimana:
F = gaya yang diterima sambungan
A1 = diameter las titik (mm2)
= (/4) d2
d = diameter titik las = tebal pelat s (mm).
Bila pelat yang disambung tebalnya berbeda, maka
d 5.smin
n = jumlah titik las
m = jumlah lapis sambungan
w ijin = tegangan geser ijin sambungan (N/mm2)
CONTOH SOAL 1
Sebuah dudukan bantalan
dari suatu poros yang
terbuat dari bahan St 50,
mengalami patah. Poros
tersebut kemudian direparasi
dengan penyambungan las,
dimensi dudukan bantalan
seperti pada gambar
disamping.
Sambungan las yang
digunakan adalah
sambungan siku keliling dan
tebalnya a = 5 mm.
Sambungan kemudian
mengalami perlakuan panas
untuk menghilangkan
tegangan sisa.
Buktikanlah apakah sambungan kuat menerima beban, bila gaya
tumpuan pada bantalan F = 12 000 N, dan momen torsi yang
diterima poros adalah Mt = 850 Nm (tarik-tarik dinamis)
Penyelesaian:
Sambungan menerima beban lengkung dan torsi dinamis.
Dibandingkan dengan beban lengkung dan torsi , mak
beban geser dapat diabaikan. Dengan demikian maka
tegangan yang terjadi pada sambungan adalah:
vw = (bw2 + 2.wt2) (N/mm2)
Tegangan lengkung bw yang terjadi:
bw = Mb/Ww
Mb = F . 30 mm = 12000N . 30 mm = 36 0000 Nmm = 36000 Ncm
Ww = (D4 – d4) / 10.D = (74 + 64)cm4 / 10.7 cm = 15,8 cm3
bw = 36 000 Ncm/15,8 cm3 = 2278 N/cm2 = 22,78 N/mm2
Jadi
wijin = (260N/mm2 .0,88. 0,8) / 2 = 90 N/mm2
Sambungan kuat
CONTOH SOAL 2