Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Perencanaan suatu rangkaian peralatan pemboran merupakan faktor
penting dari keberhasilan suatu operasi pemboran. Lintasan pada pemboran baik
vertical maupun directional akan mempengaruhi besarnya pembebanan terhadap
rangkaian peralatan pemboran, terutama pada bagian pembentukan sudut. Dimana
hal tersebut akan membuat beban yang diderita oleh rangkaian peralatan
pemboran semakin bertambah pada saat operasi pemboran berlangsung maupun
saat rangkaian diangkat. Rangkaian pipa pemboran memberikan sesuatu hubungan
antara rig dan pahat. Komponen-komponen utama suatu rangkaian pipa pemboran
ialah : Kelly, Heavy weight drillpipe, Drillcollar dan Bit. Beban yang dialami oleh
rangkaian pipa pemboran, yaitu meliputi beban torsi, beban drag, beban tension
dan beban buckling.
Beban Torsi adalah beban yang terjadi ketika rangkaian pemboran
berputar pada saat operasi pemboran berlangsung. Beban Drag adalah beban yang
dialami oleh rangkaian akibat rangkaian pemboran bersentuhan dengan dinding
sumur. Beban tension adalah beban tarik yang dialami oleh rangkaian sedangkan
beban buckling adalah beban yang dialami oleh rangkaian pemboran sehingga
dapat mengakibatkan tertekuknya rangkaian pemboran.

1
1.2. Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi lapangan Balun ?
2. Bagaimana merencanakan rangkaian peralatan pemboran pada sumur
vertical?
3. Bagaimana menganalisa beban yang bekerja pada rangkaian drill string?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penulisan ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui kondisi lapangan Balun.
2. Untuk merencanakan rangkain peralatan pemboran pada sumur vertical.
3. Untuk menganalisa beban yang bekerja pada rangkaian drill string.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui kondisi lapangan Balun.
2. Dapat merencanakan rangkain peralatan pemboran pada sumur vertical.
3. Dapat menganalisa beban yang bekerja pada rangkaian drill string.

1.4.2. Manfaat Teoritis


Manfaat teoritis dari penulisan ini adalah:
1. Bagi penulis, sebagai salah satu usaha untuk meluangkan pikiran melalui
bentuk tulisan ilmiah dan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
Teknik Perrminyakan.
2. Bagi Institute/ Universitas digunakan sebagai sumber referensi untuk
mahasiswa School Of Petroleum Studies.
3. Bagi Pembaca, dapat menambah wawasan pembaca tentang perencanaan
rangkaian peralatan pemboran pada sumur vertical dan beban yang bekerja
pada rangkaian drill string.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Pemboran


Menurut Rubianto 1967 tujuan dari operasi pemboran adalah membuat
lubang dengan cepat, murah, dan aman hingga menembus formasi produktif.
Lubang hasil pemboran tersebut dinamakan “ lubang sumur “ (well bore), setelah
dipasang pipa selubung (casing) disemen, maka langkah selanjutnya adalah
memasang fasilitas peralatan produksi untuk memproduksikan minyak atau gas
dari formasi produktif. Untuk mendapatkan efisiensi yang besar dan hasil yang
optimum, perlu adanya perencanaan yang sangat matang dan cermat dalam suatu
kegiatan pemboran.
Perencanaan yang dimaksud meliputi perencanaan peralatan pipa
pemboran yang aran digunakan, perencanaan lumpur dan hidrolikanya,
perencanaan casing, perencanaan penyemenan dan perencanaan peralatan
penunjang lainnya. Menurut fungsinya, secara garis besar peralatan pemboran
dapat dibagi menjadi lima sistem peralatan utama yaitu sistem tenaga, sistem
angkat, sistem putar, sistem sirkulasi, sistem pencegah sembur liar dan sistem
penunjang.
Dalam hal ini perencanaan rangkaian peralatan pemboran termasuk
kedalam sistem putar. Fungsi utama dari sistem putar (rotary system) adalah
untuk memutar rangkaian pipa bor dan juga memberikan beban di atas pahat
untuk membor suatu formasi.

2.2. Peralatan Putar


Peralatan putar berfungsi untuk :
1. Memutar rangkaian pipa bor selama operasi pemboran berlangsung.
2. Menggantungkan rangkaian pipa bor yaitu dengan slip yang dipasang
(dimasukkan) pada rotary table ketlka disambung atau melepas bagian-
bagian drill pipe.

3
Peralatan putar ditempatkan pada lantai bor di bawah crownblock diatas
lubang, terdiri dari :
a. Meja putar ( rotary table ).
b. Top drive.
c. Masterbushing.
d. Kelly bushing.
e. Rotary slip.
2.2.1. Rangkaian pipa pemboran.
Rangkaian pipa pemboran memberikan sesuatu hubungan antara rig dan
pahat, fungsi utama dari rangkaian pipa pemboran adalah untuk :
1. Menaik turunkan mata bor.
2. Memberikan beban diatas pahat untuk penembusan (penetration).
3. Meneruskan putaran ke mata bor dan
4. Menyalurkan fluida pemboran yang bertekanan ke mata bor.
Rangkaian pipa bor, meliputi : Swivel. Kelly, Drill Pipe. HWDP, Drill
Collar.
2.2.1.1. Mata bor atau bit
Mata bor merupakan peralatan yang langsung menyentuh formasi,
berfungsi untuk menghancurkan dan menembus formasi, dengan cara memberi
beban pada mata bor.

Gambar 2.1. Peralatan putar antara Kelly sampai Drill Bit

4
2.3. Rangkaian Pipa Bor (Drill String)
2.3.1. Komponen Rangkaian Pipa Pemboran
Komponen rangkaian pipa pemboran bermacam-macam dengan tujuan
pemasangan yang beragam pula. Peralatan ini disambungkan satu sama lain oleh
thread (ulir) dengan arah putaran mengencang ke kanan (searah jarum jam). Suatu
rangkaian pipa pemboran terdiri dari driil pipe dan bottom hole assembly (BHA).
2.3.1.1. Drill PiPe
Drill pipe adalah suatu bentuk pipa yang dilengkapi oleh alat hubung
berulir pada kedua ujungnya. Tiap ujung harus kuat/tebal (disebut “Upset”) karena
stress terbesar terjadi pada ujung ini. Upset ini memberikan ketebalan tambahan
untuk ulir khusus yang disebut tool joint untuk menyambung tiap joint dari
drillpipe.
Tujuan dari pemasangan drillpipe adalah :
1. Sebagai alat transmisi torsi dari kelly ke bit
2. Memberikan suatu saluran bagi fluida pemboran ke bit
3. Drill pipe digunakan untuk menggantung drill bit pada suatu
kedalaman pemboran tertentu
Karakteristik drill pipe dapat dicirikan oleh beberapa sifat yaitu : tipe,
ukuran, grade dan class.
A. Tipe
Ada dua tipe dari drill pipe berdasarkan beratnya yaitu : drill pipe standart
dan heavy weight drill pipe (HWDP). Tabel 2.1 memperlihatkan ukuran dan berat
HWDP yang umum digunakan.

5
Tabel 2.1.Ukuran dan Berat HWDP

HWDP

OD (in) ID (in) Weight (lb/ft)

3-1/2 2-1/16 26

4 2-9/16 28

4-1/2 2-3/4 42

5 3 50

B. Ukuran
Suatu drill pipe digunakan dalam suatu interval ukuran dan dalam ukuran
yang paling umurn, digunakan bermacam-macam ketebalan dinding yang
memungkinkan bisa dipilih untuk mencocokkan suatu tipe tertentu dengan
program pemboran. Range panjang drill pipe dibagi dalam 3 kategori seperti pada
Tabel 2.2. Pada umumnya range 2 yang paling sering digunakan. Sedangkan
dimensi ketebalan dinding biasanya dinyatakan sebagai weight/ft dari drill pipe.

Tabel 2.2. Range Panjang Drill Pipe


RANGE PANJANG (ft)

1 18 – 22

2 27 – 30

3 38 – 40

6
C. Grade
Grade suatu drill pipe melukiskan suatu minimum yield strength pipa.
Harga ini penting sebab grade digunakan dalam perhitungan burst, collapse dan
tension. Harga dari minimmum yeild strength dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Yield dan Tensile Stress pada berbagai Grade Pipa
API Min. Yield Min. Tensile Min. Yield

Grade Stress (psi) Stress (psi) Stress

Min. Tensile

Stress

D 55.000 95.000 0.58

E 75.000 100.000 0.75

95 (X) 95.000 105.000 0.90

105 (G) 105.000 115.000 0.91

135 (S) 135.000 145.000 0.93

D. Class
Dalam hal ini kualitas pada saat pemakaian, drill pipe tidak sama dengan
pipa lainnya, misalnya tubing dan casing, sebab drill pipe digunakan pada kondisi
yang sudah usang. Akibatnya ada sebuah class drill pipe yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan pemakaiannya. Klasifikasi drill pipe ini merupakan suatu
faktor penting datam desain drillstring dan digunakan karena jumlah dan tipe
pemakaiannya sebelumnya akan mempengaruhi sifat-sifat dan strength daripada
pipa. Sistem kode wama API untuk klasifikasi drill pipe dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

7
Gambar 2.2. Sistem kode wama API untuk klasifikasi drill pipe

2.3.1.2. Bottom Hole Assembly


1. Drill collar
Drill collar dipasang di bagian bawah drill pipe untuk memberikan berat
yang cukup pada bit yang biasa digunakan dalam suatu operasi pemboran. Drill
collar tidak mempunyai tool joint yang dipasangkan pada badan pipa, dinding drill
collar yang tebal memungkinkan untuk ulir yang dipasang langsung pada
dindingnya.
Tipe khusus drill collar :
a. Anti Wall Stick, digunakan untuk memperkecil alea kontak antara lain
dengan cara menggunakan drill collar special.
b. Square Drill Collar, digunakan untuk memberikan stabilisasi maksimum pada
lubang yang melekuk atau untuk menurunkan deviasi yang tidak diinginkan.
c. Monel Drill Collar (MDC) atau Non Magnetic Drill Collar (NMDC),
digunakan untuk melindungi directional survey instrument dari pengaruh
distorsi besi drillstring dalam gaya magnetic bumi.
2. Stabilizer
Digunakan untuk menjaga arah pemboran sesuai dengan yang
direncanakan. Teknik stabilizer yang paling populer adalah pendulum yang
menggunakan berat drill collar untuk bergerak pada stabilizer yang menjadi poros

8
untuk mengatur agar bit menghasilkan penurunan sudut kemiringan lubang bor,
dan fulcrum principle yang bertujuan menaikkan sudut kemiringan lubang bor,
serta teknik packed hole menggunakan sejumlah tambahan stabilizer dengan spasi
yang berdekatan untuk mencegah efek pendulum maupun fulcrum.
3. Roller reamer
Terdiri dari blade stabilizer ditambah suatu seri rollers yang dibuat dari
baja keras (atau menggunakan sisipan tungsten carbide). Disamping bereaksi
seperti juga membantu mempertahankan ukuran lubang dan menanggulangi stuck
pipe yang disebabkan oleh dog leg atau key seat.
4. Shock sub
Alat yang ditempatkan di bagian bawah drill collar untuk mengabsorb
vibrasi dan bebas shock yang dapat terjadi karena aksi cutting ketika pemboran
menembus formasi keras sehingga kerusakan drillstring dapat dikurangi.
5. Subs
Berupa joint yang pendek yang memberikan suatu cross over untuk
sambungan yang berbeda pada drillstring.
6. Drilling jar
Suatu alat yang berfungsi untuk memberikan suatu aksi sentakan ke arah
atas pada saat pipa mengalami stuck (terjepit).
2.3.1.3. Vertical Hole Assembly
Susunan rangkaian vertical hole assembly in digunakan untuk mengebor
tegak lurus dari permukaan sebelum titik belok (KOP) atau bagian setelah drop off
section. Adapun susunan rangkaian peralatan ini dapat digambarkan sebagai
berikut : bit - monel DC - DC - stabilizer – 90’ DC - stabilizer – 90’ DC -
stabilizer dan seterusnya.
Apabila lubang yang dibor formasinya lunak, maka dianjurkan :
- WOB rendah.
- RPM tinggi.
- Output pompa besar sehingga sirkulasi lumpurnya cepat.

9
2.4. Mekanika Drill string
Ada dua proses yang terjadi pada drillstring adalah
1. Menahan berat komponen yang ada dibawahnya
2. Memberikan beban kepada bit (drill collar)
Gaya-gaya yang menyebabkan terjadinya pembebanan pada drillstring
rersebut bekerja pada satu garis kerja (yaitu vertical) dimana satu sama lain saling
berlawanan.

2.5. Drillstring Design


Drillstring design adalah perencanaan dari panjang, berat dan grade dari
drill pipe yang akan digunakan dalam suatu pemboran, coring atau operasi-operasi
lainnya. Drillsting design tergantung pada beberapa faktor antara lain adalah
kedalaman lubang dan lebar lubang, berat lumpur, beban yang diderita drill pipe,
panjang dan berat drill collar dan ketersediaan drill pipe di lapangan.
Parameter diatas akan digunakan untuk memilih drill dtring yang sesuai
untuk menghindari terjadinya tension yang berlebihan, collapse pada rangkaian,
shock loading dan torsi yang berlebihan.
2.5.1. Beban Pada Drillstring
Sebelum menurunkan persamaan, harus diperhatikan bahwa hanya
drillstring yang terbenam yang dipertimbangkan, karena semua bagian yang
terbenam kan mengalami pengangkatan atau daya apung. Daya apung mengurangi
total berat tubuh dan besarnya tergantung pada densitas fluida pemboran yang
digunakan.

Gambar 2.3. total beban drill string

10
Berdasarkan Gambar 2.3 berat total drillsring (P) yang ditanggung oleh top
joint dari drillpipe pada J-J dapat dihitung melalui persamaan H. Rabia:
P = (weight of drillpipe in mud) + (weight of drill collars in mud) ................. (2.1)
(catatan : berat dari bit dan peralatan BHA lainnya biasanya dimasukkan dalam
berat drill collar)
P = ( Ldp x Wdp + Ldc x Wdc ) x BF …………………………………………….(3.2)
Dimana:
P : berat total drillstring dalam lumpur,lbs
Ldp : panjang dari drillpipe, ft
Wdp : berat dari drillpipe, lb/ft
Ldc : panjang dari drill collar, ft
Wdc : berat dari drill collar, lb/ft
BF : buoyancy factor
Untuk menentukan buoyancy factor dapat digunakan persamaan :
......... ............(3-3)
Dimana:
: spesifik gravity lumpur
: specifik gravity besi, (7,85)
: densitas lumpur, ppg
: densitas besi, (489,5 lb/ft3 :65,5 ppg)
Seperti yang dapat dilihat dari Tabel pada lampiran, kekuatan drillpipe
ditunjukkan dalam yield strength. Yield strength dapat didefinisikan sebagai
beban maksimal yang dapat ditanggung drillpipe sebelum terjadi deformasi.
Dalam suatu pembebanan, besi pada awalnya memanjang secara linear
dikarenakan beban yang diderita hingga mencapai batas elastis besi. Sebelum
batas ini terlewati, mengurangi beban yang diderita besi dapat dilakukan untuk
mencegah pipa berubah ukuran dimensionalnya. Pembebanan pipa baja melebihi
batas elastic akan menimbulkan deformasi pemanen, bahkan setelah beban
tersebut dihilangkan. Deformasi ini digambarkan sebagai yield dan menghasilkan
berkurangnya pipe strenght.

11
Dalam prakteknya kondisi pipa dan masa pakainya juga perlu
dipertimbangkan ketika meralcang drillstring. API telah mentabulasi kekuatan
drillpipe berdasarkan klassnya, yaitu: baru, premium, kelompok 2 dan kelompok
3. Tabel lampiran menunjukkan kekuatan dari berbagai macam jenis drillpipe.
Desain drillstring tidak pernah berdasarkan pada tabel API, namun berdasarkan
pada 90% dari yield strength, untuk memberikan keamanan tambahan dalam
desain yang dihasilkan. Jadi, beban desain daya regang maksimum, P a = kekuatan
yield teoritis (diambil dari tabel API 3-4 -3-7) x 90% atau :

Dimana:
Pi : drillpipe yield strength, lb-ft
Pa : kekuatan yield teoritis, lb-ft
Dari persamaan diatas dapat diturunkan untuk menghitung margin of
overpull, MOP :
MOP = Pa – P ...................................................................................... (3-5)
Dimana :
P : berat total drillstring dalam lumpur, lbs
Pu : kekuatan yield teoritis, lb-ft

Biasanya nilai design dari MOP adalah antara 50.000 - 150.000 lb.
Perbandingan antara persamaan (3-3) dan (3-5), dapat diturunkan untuk
mendapatkan safety factor :
𝑃𝑎 𝑃1 𝑥 0,9
SF = = (𝐿 .........................................................(3-6)
𝑃 𝑑𝑝 +𝑊𝑑𝑝 +𝐿𝑑𝑐 +𝑊𝑑𝑐 )𝐵𝐹

Dimana:
SF : safety factor
𝑝1 : drillpipe yield strength, lb-ft
𝑃𝑎 : kekuatan yield teoritis, lb-ft
𝐿𝑑𝑝 : panjang dari drillpipe, ft
𝑊𝑑𝑝 : berat dari drillpipe, lb/ft
𝐿𝑑𝐶 : panjang dari drill collar, ft

12
𝑊𝑑𝐶 : berat dari drill collar, lb/ft
BF : buoyancy factor
Penyesuaian nilai faktor keamanan yang tepat tergantung dari kondisi
pemboran, termasuk beban-beban lain yang terjadi dan kecenderungan pipa
menjadi terjepit. Pembebanan dinamis yang muncul dari drag yang terjadi pada
saat drillshing ditarik atau didorong, juga harus dipertimbangkan.
Penyederhanaan dari persamaan (3-6), maka didapat :
𝑃1 𝑥 0,9 𝑊𝑑𝑐
𝐿𝑑𝑝 = - 𝐿𝑑𝑐 ......................................................................( 3-7)
(𝑆𝐹 𝑥 𝑊𝑑𝑝 𝑥 𝐵𝐹 𝑊𝑑𝑝

Persamaan (3-7) dapat dikembangkan dengan menggabungkan persamaan (3-2)


dan persamaan (3-5), maka:
𝑃1 𝑥 0,9−𝑀𝑂𝑃 𝑊𝑑𝑐
𝐿𝑑𝑝 = - 𝐿𝑑𝑐 ........................................................................( 3-8 )
𝑊𝑑𝑝 𝑥 𝐵𝐹 𝑊𝑑𝑝

Dimana:
𝐿𝑑𝑝 : panjang maksimum dari dillpipe, ft
𝑃1 : drillpipe yield strength, lb-ft
MOP : Margin of overpull, lb
BF : buoyancy factor
𝑊𝑑𝑝 : berat dari drillpipe, lb/ft
𝑊𝑑𝑐 : berat dari drill collar, lb/ft

Persamaan (3-7) dan persama:m (3-8) jugu dapat digunakan untuk


mendesain tapered string yang tgrdiri atas kelas dan ukuran drillpipe yang
berbeda.

1. Collapse
Beban collapse dapat didefinisikan sebagai tekanan eksternal yang
dibutuhkan untuk menyebabkan yielding drillpipe atau casing.
Dalam operasi pengeboran normal, kolom lumpur di dalam dan di luar
drillpipe memiliki tinggi dan densitas sama. Ini menghasilkan perbedaan tekanan
nol antar pipa serta beban collapse nol di drillpipe. Dalam beberapa kasus, seperti
datam drill stem testing (DST), kolom lumpur didalam drillpipe tidak terlalu

13
tinggi, untuk mengurangi tekanan hidrostatik terhadap formasi. Hal ini dilakukan
agar fluida formasi masuk ke lubang bor yang merupakan obyek pengujian.
Setelah sumur mengalir, efek beban collapse menjadi kecil, karena drillpipe kini
dipenuhi cairan.
Jadi, perbedaan tekanan maksimum Ap di drillpipe muncul sebelum
pembukaan alat DST dan dapat dihitung sebagai berikut:
𝐿𝜌1 (𝐿−𝑌)𝑥 𝜌2
∆𝑃 = – 𝐿𝑑𝑐 ........................................................................( 3-9 )
144 144

Dimana:
∆𝑃 : perbedaan tekanan antara drillpipe dan annulus, psi
Y : tinggi kolom lumpur didalam drillpipe, ft
L : total kedalaman lubang bor, ft
𝜌1 : densitas lumpur diluar drillpipe, pef
𝜌2 : densitas lumpur didalam drillpipe, pef
Apabila satuan lumpur adalah ppg, maka persamaan (3-9) menjadi :
𝐿𝜌1 (𝐿−𝑌)𝑥 𝜌2
∆𝑃 = – 𝐿𝑑𝑐 ........................................................................( 310)
19,251 19,251

Dimana:
∆𝑃 : perbedaan tekanan antara drillpipe dan annulus, psi
Y : tinggi kolom lumpur didalam drillpipe, ft
L : total kedalaman lubang bor, ft
𝜌1 : densitas lumpur diluar drillpipe, ppg
𝜌2 : densitas lumpur didalam drillpipe, ppg
Beberapa variasi dari persamaan (3-16) :
a. Drillptpe dalam keadaan kosong, (Y : 0; 𝜌2 : 0)
𝐿𝜌1
𝑃 = .....................................................................................( 3-11)
19,251

b. Densitas fluida didalam dan diluar drillpipe sama (𝜌1 : 𝜌2 : 𝜌), maka
persamaan (3-9), menjadi :
𝑌𝜌1
𝑃 = .....................................................................................( 3-12)
19,251

Dimana:

14
p : densitas lumpur pemboran,ppg
Ketika beban collapse (AP) telah diketahui tekanan tersebut dapat
dibandingkan dengan resistensi collapse teoritis pada pipa seperti yang
ditentukan oleh API (lihat tabel 3-4 - 3-7). Safety factor untuk mencegah
collapse dapat ditentukan sebagai berikut:
𝐶𝑜𝑙𝑙𝑎𝑝𝑠𝑒 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒
𝑆𝐹 = ......................................................................(3-13)
𝑐𝑜𝑙𝑙𝑎𝑝𝑠𝑒 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 (∆𝜌)

SF sebesar l1/8 umumnya digunakan.

2. Shock Loading
Shock loading terjadi pada saat pipa digerakkan masuk atau keluar dari
lubang bor tanpa diputar.
Beban tensile yang terjadi yang disetabkan oleh shock loading dapat
dihitung melalui persamaan H Rabia :
Fa =3200Wdp, ............................................................................... (3-14)
Dimana:
Fa : beban tensile, lb
Wdp : berat drillPiPe, lbs/ft
3. Torsion (Puntiran)
Puntiran terjadi apabila beban torsi yang terjadi pada pipa lebih besar
daripada torsional yield strength pipa. Dalam hal ini sebuah persamaan dapat
digunakan untuk mencari minimum torsional yield strength :
0,096167𝐽 𝑌𝑚
𝑄= ....................................................................................( 3-19)
𝐷

Dimana:
Q : minimum torsional yield strength, lb-ft
𝑌𝑚 : minimum unit yield strength, Psi
J : polar momen of inertia
𝐽
𝐽 = (𝐽4 − 𝐽4 ) .................................................................................( 3-
32

20)
Dan untuk tube :

15
J = 0,0918175 (𝐽4 − 𝐽4 ) ....................................................................( 3-21)
Dimana:
D : outside diameter pipa in
d : inside diameter pip4 in
Apabila drillstring dalam pemboran tidak hanya mengalami beban puntir
tetapi juga beban dari rangkaian maka persaman (3-19) , menjadi :
0,096167𝐽 𝐽2
𝐽= √𝐽2𝐽 − .........................................................................( 3-
𝐽 𝐽2

22)
Dimana:
Q : minimum torsional yield strength dalam bebarU lb-ft
J : polar moment of inertia
D : outside diameter, in
P: total bebanyang ditanggung lb
A : cross sectional area, in2
Persamaan (3-15) dan persamaan (3-18), dapat digunakan untuk
menghitungmake up torque yang diperbolehkan sebelum beban puntiran pada
rangkaian drillstring melebihi minimum torsional yield strength.

2.6. Perenggangan Pipa


Perenggangan dapat disebabkan oleh dua hal yaitu perenggangan oleh
beban yang ditanggung pipa seperti drill collar, bit dan lainnya, dan perenggangan
yang disebabkan oleh berat dari pipa itu sendiri.
2.6.1 Perenggangan yang Disebabkan Beban yang Ditanggung Pipa
Apabila diasumsikan bahwa perubahan diameter pipa pemboran sangat
kecil, dimana perenggangan pipa pemboran hanya signifikan pada arah aksial.
Jika bobot drill collar adalah P (gambar 3.6), maka dengan menggunakan
hukum Hookes, kita akan memperoleh sebuah persamaan :
𝐽/𝐽
𝐽= ..............................................................................................( 3-29)
𝐽1/𝐽

Dimana:
E : modulus young dari besi, (3x106 psi)

16
e1 : perenggangan drillpipe, ft
A : plain-end area of drillpipe, in2
L : panjang drillpipe, ft
Persamaan (3-31) dapat 6i ksrnfangkan untuk mencari e1 menjadi :
𝐽𝐽 𝐽𝐽
e1 = 𝐽𝐽 = 𝐽 ......................................................................( 3-30)
(𝐽𝐽2 −𝐽𝐽2 )𝐽 𝐽
4

Gambar 3.9. Perenggangan Pipa Yang Disebabkan Oleh Beban Yang


Ditanggungnya

Persamaan (3-32) dapat disederhanakan dengan mengganti E menjadi


nilainya dan plain-end area dengan berat drillpipe per-ftnya :
Wdp = (plain-end area) x 1 ft x density of steel ........................................... (3-
31)
𝐽 𝐽𝐽2 −𝐽𝐽2
Wdp = ( ) 𝐽 ft x 489,5 ...................................................................
4 144

(3-32)

Dimana:
OD : diameter luar pipa in

17
ID : diameter dalam PiPa, in
Persamaan(3-34)dapat lebih disederhanakan lagi menjadi:
𝐽
Wdp = 3,3993 x (𝐽𝐽2 − 𝐽𝐽2 ) ...............................................................
4

(3-33)
Dengan mengganti nilai dari E dan Wdp dalam persamaan (3-32) maka
persamaan tersebut akan menjadi :
𝐽𝐽𝐽
e1 = Wdp = .......................................................................................( 3-
𝐽 30 𝐽 106
3,3993

34)
Dalam prakteknya satuan yang digunakan untuk perenggangan pipa
adalah in, maka persamaan (3-36), disederhanakan menjadi :
𝐽𝐽𝐽 𝐽𝐽𝐽
e1 = Wdp = 𝐽𝐽 ..................................................................(
𝐽 30 𝐽 10 6 73544 Wdp
3,3993

3-35)
Dimana:
L : Panjang drill PiPe, ft
P : berat dari rangkaian, lb
Wdp : berat dritlPiPe,lbm/ft

Dalam metric unit maka persamaan (3-32), menjadi:


𝐽𝐽
e1 = 373,8 x 10-10 (W ) = ............................................................................( 3-
dp

36)
(3-33)
Dimana:
P : berat dari rangkaian, N
L : panjang drill Pipe, m
Wdp : berat drillPiPe, kg/m
2.6.2. Perenggangan yang Disebabkan Oleh Berat DP Sendiri
Drill pipe juga mengalami perenggangan karena beratnya sendiri saat
pipa digantung didalam lubang bor. API memberi persarnaan berikut ini

18
untuk menghitung perenggangan pipa dalam in yang disebabkan oleh
beratnya sendiri :
𝐽2
e2 = (489,5 − 144𝐽𝐽1 = ..................................................................( 3-
72 𝐽 107

37)
Apabila 𝐽𝐽1 dalam lbm/ft3 :
𝐽2
e2 = (65,5 − 144𝐽𝐽2 = .....................................................................( 3-
72 𝐽 107

38)

Dimana :
𝐽𝐽2 : densitas lumpur, lb/gal
L : panjang drillpipe, ft
Sedangkan dalam metric unit seperti pada persamaan (3-39) adalah:
e2 =2,346 x 10-8 L2 (7,58 - 144𝐽𝐽 ) = ...........................................................(
3-39)

Dimana :
L : panjang drillpipe, m
𝐽𝐽 : densitas lumPur, kg/I
2.7. Strategi Drillstring
Dalam Pendesainan diusahakan agar besar kurva kelengkungan bagian
pertambahan sudut pertarnbahan sudut tersebut dapat memperkecil
kemungkinan menempelnya pipa pada dinding sumur, sehingga dapat
menurunkan beban drag dan torsi.
Berikut ini adalah persamaan yang dapat dipergunakan untuk
menentukan besar build rate yang harus dilakukan sehinggga tidak terjadi
kontak antar pipa dengan dinding sumur.
2 𝐽 57.3 100 12
B= 𝐽 𝐽 = .....................................................( 3-40)
𝐽 𝐽 [𝐽𝐽𝐽(57.3 )− ]
4𝐽 4𝐽

Dimana:
B : max. build rate yang dapat dilakukan f/100 ft)

19
R : radial clearence tool joint dengan pipa (in)
L : panjang joint pipa (in)
(𝐽𝐽)
J= 0.5 = ........................................................................................( 3-41)
𝐽

Dimana :
E : Modulus Young (30 x 106 untuk baja)
I : moment inersia pipa (ina)
( 𝐽𝐽2 + 𝐽𝐽2 )
I = As = ...................................................................................( 3-
16

42)

Dimana
As : luas perulmpang pipa (in2)
F : beban kompresi pada pipa (lbs)
OD : diameter luar pipa (in)
ID : diameter dalam pipa (in)
ODtj : diameter luar tool joint (in)
Sehingga ada load maksimum yang diijinkan pada pipa yang sudah tertekuk
dalam lubang vertical, yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
1
𝐽 𝐽𝐽(65.5−𝐽𝐽) 2
F= 957[ 𝐽 − 𝐽 ] .........................................................................( 3-43)
ℎ 𝐽

Dimana:
F : beban maksimum pada lubang vertical, (lbs)
I : moment inersiaPiPa (in4)
( 𝐽𝐽2 + 𝐽𝐽2 )
= As =
16

As = 0.7854 (D2 -ID2)


OD = diameter luar pipa (in)
ID = diameter dalam Pipa (in)
Wa = berat Pipa diudara (lb/ft)
MW = densitas lumpur yang digunakan, (ppg)
Dh = diameter lubang Pemboran, (in)

20
Dtj = diameter tool joint, (in)
Maksimum curvarture build rate bila menggunakan drill pipe pada
saat pemboran berlangsung, maka besar pertambahan sudut yang harus
dibentuk agar tidak terjadi kontak dengan dinding sgmur dapat diperkirakan
dengan menggunakan Persamaan :
185(𝐽𝐽𝐽𝐽 − 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽
Bdp = 5330 93 ...........................................................................( 3-
𝐽(𝐽𝐽𝐽( )− )
𝐽 𝐽

44)
Sedangkan bila menggunakan HWDP, maka besar build rate dapat
dipergunakan persamaan :
370(𝐽𝐽𝐽𝐽 − 𝐽𝐽ℎ𝐽
Bwh = 2665 4635 ................................................................( 3-45)
𝐽[𝐽𝐽𝐽( )− ]
𝐽 𝐽

21
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di pusat pendidikan dan pelatihan minyak


dan gas Cepu, jawa tengah, selama 3 bulan yaitu dimulai pada tanggal

3.2. Jenis dan Data Sumber

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka atau numeric yang
biasa dapat dihitung nilainya.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu data yang sudah ada yang berkaitan dengan judul penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil data langsung dari pertamina EP Cepu.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti dapat mengumpulkan data sebagai berikut

3.1.1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh


peneliti, dimana peneliti mengamati langsung dilapangan tentang kondisi dan
karakteristik sumur kajian.

3.1.2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang diadakan antara
pembimbing lapangan dengan peneliti, dimana wawancara yang dilakukan adalah
wawancara tidak terstruktur.
3.1.3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data – data


tertulis yang sudah ada sebelumnya. Teknik pengumpulan data ini secara tertulis

22
yang bersumber dari catatan – catatan, arsip – arsip, gambar atau foto yang ada
di lokasi penelitian yang berkaitan dengan penelitian dan bertujuan untuk
memperjelas dan memdukung proses penelitian.

3.1.4. Studi Pustaka


Studi pustaka merupakan penelusuran literatur yang bersumber dari
buku, media, pakar ataupun dari hasil penelitian orang lain yang bertujuan untuk
menyusun dasar teori yang sesuai dengan judul penelitian.

3.4. Prosedur Perhitungan

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Lapangan Balun


4.1.1. Sejarah Lapangan Gas Balun.
Lapangan gas Balun terletak di daerah Cepu Jawa Tengah yang mana daerah ini
termasuk wilayah kerja dari PPTMGB “LEMIGAS”Cepu, yang di tujukan untuk
maksud - maksud produksi dan pusat pendidikan. Daerah Balun ini telah
mendapat perhatian sejak tahun 1931 sebelum perang dunia ke dua dan telah
dilakukan pemboran eksplorasi oleh “BATAATSCHE PETROLEUM MA-
ATSCHAPPIJ” (BPM) sebanyak 41 sumur di kupel Balun sampai tahun 1941.
Dari tahun 1968 sampai tahun 1972, Pusdiklat Migas telah melakukan
pemboran sebanyak lima (5) sumur untuk mengeksploitir lapisan gas Selorejo dan
Ledok. Sumur -sumur tersebut yaitu: PM l,lokasi 95, PM 2,lokasi 107, PM
3,lokasi cc-1, PM 4, lokasi c-condono dan PM 5,lokasi 106 Mundu.
Program pemboran ini selesai di lakukan pada bulan Pebruari tahun 2010,
di mana panjang seluruh rangkaian dari ke lima sumur ini adalah 2049 meter.
Empat dari sumur ini dilengkapi dengan pipa selubung produksi tujuh
inch,sedangkan satu adalah lima inch.

4.1.2. Letak Geografis Lapangan Gas Balun.


Lapangan gas Balun terletak di daerah cepu,Jawa Tengah yang termasuk
di dalam wilayah kerja Lemigas,dan di tujukan untuk maksud produksi dan
latihan. Lapangan ini terletak di sebelah selatan kota Cepu, kurang lebih 130 km
barat daya kota Surabaya. Lapangan Balun berada dalam suatu daerah lipatan
tanah lunak dengan bukit-bukit dan lembah-lembah datar. Tinggi topografi
berkisar antara 25-35 meter di atas permukaan air laut.
Lapangan minyak dan gas yang termasuk daerah Cepu adalah : Lapangan
minyak Nglobo, Lapangan minyak Ledok, Lapangan minyak Kawengan.,
Lapangan gas Balun.

24
Daerah cepu merupakan suatu antiklin yang mengandung minyak dan gas
termasuk bagian dari antiklinorium Rembang. Sebelah utara daerah ini dibatasi
oleh pegunungan kering, disebelah selatan dibatasi oleh pegunungan Kendeng.
Struktur lainnya berada di daratan Solo dan menurut istilah BPM/SHELL
semuanya itu di basin Kening dan basin Solo.

4.1.3. Struktur Geologi Lapangan Gas Balun.


Struktur lapangan Balun terletak di sebelah selatan antiklinorium
Rembang,suatu daerah memanjang ke utara dan barat dari lapangan Balun.
Diantara struktur lapangan Balun dan Tobo ada sejumlah besar patahan normal
yang menyebabkan perubahan berat pada kemiringan regional strike.
Batas penutup lapisan Ledok sepanjang 7,4 km dari arah timur ke barat
dan 4,21 km dari arah utara ke selatan. Penutup struktur atas lapisan Ledok
mendekati 4300 ha. Pasir Selorejo mengendap di atas Unconformity, maka tidak
berada di atas struktur Balun - Tobo. Lapisan Selorejo didapati kurang dari 10-170
meter diatas lapisan Ledok yang tergantung dari kerasnya formasi bawah bagian
tengah formasi Mundu. Bagian penutup dari Dome ini merupakan patahan normal
dari arah Barat laut ke Tenggara yang tembus ke Barat.
Puncak struktur permukaan ini terletak pada koordinat x = - 6000 W dan
y= +1000 N, mendekati 1200 meter arah Barat laut struktur puncak permukaan
formasi Ledok.

4.1.4. Stratigrafi dan lithologi Lapangan Gas Balun.

Berdasarkan data yang ada ternyata bahwa startigrafi dan lithologi yang

pasti telah diselidiki di daerah Balun adalah sampai lapisan Wonocolo. Adapun

urut- urutan startigrafi daerah Balun sama dengan urut-urutan stratigrafi di daerah

Rembang pada umumnya.

Penampang stratigrafi dan lithologi lapangan Balun dapat di lihat dari pada

Tabel 4.1

25
Gambar 4.1. stratigrafi daerah Cepu

26
4.2. Penyajian Data pada Sumur “X”

Analisa perhitungan beban drillstring pada pembonm sumur "X" bertujuan


untuk mengevaluasi apakah drillstring yang digunakan cukup kuat sehingga tidak
menimbulkan masalah selama operasi pemboran berlangsung sekaligus mencari
pemecahannya bila temyata ditemui beberapa masalah selama operasi pemboran.
Pada bab ini akan ditampilkan data secara umum pada sumur "X" yang
dipakai untuk menganalisa beban-beban yang diderita rangkaian pipa bor serta
perenggangan yang terjadi pada operasi pemboran vertikal sumur X.
4.2.1. Data Sumur “X”
1. Data umum
Nama sumur : PM4 - CEPU
Contract Area : PPTMGB “LEMIGAS” CEPU
Operator : PPT MIgas Cepu
Classification : Development and Production
Objectives : Selorejo
Est. Ground Elev : ± 2m
Est. KB Elevation : ± 28,65 m
Est. Days : 70 days ( 41 days preparing, 29 days drilling)
Est. Spud date : 11 December 2009 – 21 January 2010
2. Bit program
12-1/4” hole : IADC equiv 111,22/32” nozzles
8- ½” hole : IADC equi117/137, 18/32” nozzles
3. Drilling Assembly
12 ¼” hole 8 ½” hole
12 ¼” bit 8 ½” bit
Bit sub Bit sub + X0
6 x 8”DC 14 x 6 ¼” drill collar
9 x 6 ¼” DC 6 ¼” drilling jar/ 4 x 6 ¼” drill collar
15 x 4 ½” HWDP 15 x 4 ½” HWDP
4 ½” DP to surface 4 ½” DP to surface

27
4. Perencanaan lumpur
Depth (m) Jenis lumpur SG viscositas Air
tapisan
0 -100 Air+clay dari lapisan 1,00–1,10 40-50 10
100 - 340 Air+clay/bentonite+chemical 1,10-1,15 45-50 10
340 -TD Air+bentonite+solar+chemical 1,15-1,20 50-55 -

5. Program casing

4.3. Analisa Rangkaian Pipa Pengeboran Sumur X

Dilihat dari jenis pemborannya, maka sumur X adalah pemboran berarah


dengan kordinat diatas permukan tanah E =185.409,33 ; N = 9.291.429,510 dan
koordinat permukan dibawah permukan tanah E = 185.165,89 ; N = 9.290.789,25
dengan arah azimuth N 210o E dan letak titik belok (KOP) pada kedalaman 930
meter. Arah pembelokan lubung (BUR) sebesar 30o sebesar 30 meter dan sudut
maksimum yang di capai 27,7o pada 1207 meter. Tujuan dari pemboran adalah
untuk pengembangan minyak dan gas bumi pada formasi tulang akar. Analisa
rangkaian pipa bor pada sumur X di mulai dengan pengumpulan data-data dan
informasi pada sumur X tersebut.

Tujuan akhir dari analisa perencanaan rangkaian pipa bor sumur X adalah
untuk mengetahui distribusi beban-beban yang diderita oleh rangkaian pipa bor
tersebut sehinnga dapat di ketahui apakah rangkaian pipa bor yang di gunakan
sudah tepat perencaan rangkaian yang dapat menahan beban-beban yang terjadi.

28
Data umum lapangan

Tabel 4.1. Spesifikasi pipa pemboran

NO Jenis OD ID Grade Class Nom. Ran Size&


barang Weigth(lb/ft) ge conn
(in) (in)

1 DP 5 4,276 G New 19,50 11 NC-50

2 DC 6 1/4 2 13/16 - - 83 - NC-44

3 HWDP 5 3 - - 49 - NC-50

Tabel 4.2 spesifikasi alat pemboran

Pahat pemboran dan Stabilizer Roller Reamer


spesifikasi

Size 8 1/2 inch Size 8½ Size 8½


Inch inch

Seri 101119; Connection 4 IF Type TPR


DS49HGNSUV

Fabrication Hycolog Connection 4 ½


IF

Type PDC

Ukuran 3 x 18; 3 x 12
Nozzle

29
Susunan rangkaian pipa bor yang digunakan pada operasi pemboran sumur X
secara teknik sebagai berikut:

a. Trayek dari permukaan sampai kedalaman 205 meter


pahat 26 inch + bit sub + 6 joint DC 8 inch + X/O + X/O + 3 Join DC 6
¼ inch + X/O + 12 Joint HWDP 5 inch + DP 5 inch...dst
b. Trayek sampai dengan 905 meter,
Pahat 17 ½ inch + bit sub + 1 joint DC 8 inch + X/O + stabilizer 17 ½ inch
+ 5 joint DC 8 inch + X/O + 3 joint DC 6 ¼ inch + X/O + 3 joint HWDP 5
inch + X/O Jar 6 ¼ inch + 18 Joint HWDP 5 Inch + Dp 5 Inch...dst
c. Trayek sampai dengan kedalaman 1800 meter MD/1721 meter TVD
1. Pahat 12 ¼ inch + bit sub + 1 joint DC 8 inch + stabilizer 8 ½ inch + 5
joint DC 8 inch + X/O + X/O + 3 joint Dc 6 1/4 inch + X/O + 2 Joint
HWDP 5 inch + Dp 5 inch.... dst
2. Pahat PDC (RR) 12 ¼ inch + mud motor 8 inch + Float sub 8 inch + 1
joint short NMDC 8 inch + HEL MWD 8 inch + 1 joint NMDC 8 inch
+ X/O + 1 joint NMDC 6 ¼ inch + 16 joint HWDP 5 inch + jar 6 ½
inch + 5 joint HWDP 5 inch + DP 5 Inch...dst
d. Trayek sampai dengan kedalaman 2695 meter MD/2518 meter TVD
a. Pahat rockbit 8 ½ inch + Bit sub/float +3 joint DC 6 ¼ inch + X/O +
16 Joint HWDP 5 inch + Jar 6 ½ inch +DP 5 inch....dst
b. Pahat PDC (RR) 8 ½ inch + Mud Motor 6 ¼ inch + float sub 6 ¾ inch
+ Joint short NMDC 6 ¾ inch + HEL MWD 6 ¾ inch + 1 Joint
NMDC 6 ¾ inch +21 Joint HWDP 5 inch + Jar 6 ½ inch + 9 joint
HWDP 5 inch DP 5 inch...dst
c. Pahat PDC (RR3) 8 ½ inch + Mud Motor 6 ¾ inch + float sub 6 ¾ inch
+ 1 joint short NMDC 6 ¾ inch + HEL MWD 6 ¾ INCH + 1 Joint
MMDC 6 ¾ inch + 21 Joint HWDP 5 inch + Jar 6 ½ inch + 9 joint
HWDP 5 inch DP 5 inch...dst

Berdasarkan data teknis rangkaian pipa untuk sumur “ X “ dari permukan


tanah sampai dengan titik target adalah sebai berikut :

30
Rencana kedalaman akhir : 2700 meter = 8859 ft

Beban pada bit (WOB) min : 7 ton = 15556 lbs

Beban pada bit ( WOB) max : 12 ton = 26667 lbs

Putaran meja putar ( RPM) : 50

SG lumpur : 1.2

Tabel 4.3 Susanan rangkaian pipa bor ( drill stem)

Total Joint Type OD ID panjang

joint (inch) (inch) ( ft)

1 Pahat PDC 8½ - -

1 Mud Motor 6¾ - -

1 Float Sub 6¾ 213/16 -

1 NMDC 6¾ 213/16 30

1 HEL MWD 6 ¾ - -

1 NMDC 6¾ 213/16 30

21 HWDP 5 3 620

1 JAR 61/2 - -

9 HWDP 5 3 266

31
4.3.1. Analisis beban dril pipe
a. Faktor gaya apung (bouyancy factor)
Bj Lumpur
BF= 1− Bj.Besi
1,2 𝑥 8,33
BF= 1- 65,5

BF= 0,847
b. Beban maksimum drill pipe yang diijinkan
Tensile strength (Pa) = 0,85 x Pt
= 0,85 x 553830
= 470755,5 lbs

(Pt dari tabel lampiran kekuatan tarik new drill pipe = 553830 lbs)
Beban maksimum tarikan drill pipe yang diijinkan adalah 470755,5 lbs
Berat rangkaian pipa bor dalam lumpur terhadap margin overpull

P = [ (LDP x WDP) + (LHWDP x WHWDP) + (LDC x WDC)] x BF


= [ (7914 x 19,5) + (886 x 49,5) + (60 x 83)] x 0,847
= 172077 lbs
MOP = Pa – P
= 470755,5 – 172077
= 298678,5 lbs

Maksimum margin overpull yang didijnkan adalah 298678,5 lbs.ntuk pembacaan


beban yang terjadi dapat dibaca pada penunjukan weight indicator, namun
indikasi tersebut sudah termasuk block assembly (sesuai dengan jenis rig yang
digunakan pada sumur X).

PaWIB = 0,85 x Pt x Wblock Ass


= (0,85 x 553830) + 37000
= 507755,5 lbs
= 134,4 ton

32
4.3.2. Analisis kebutuhan pipa bor (drill string)

Dalam operasi pemboran pada sumur X untuk trayek casing 7 inch dari
kedalaman 1750 mku / 1677 mkt sampai dengan 2695 mku / 2518 mkt
menggunakan rangkaian BHA yang disusun sebagai berikut:

a. Pahat rock bit 8 ½ inch + bit sub/float + 3 joint DC 6 ¼ inch + X/O + 16


joint HWDP 5 inch + jar 6 ½ inch + DP 5 inch ...dst
b. Pahat PDC (RR) 8 ½ inch + mud motor 6 3 ¼ inch + float sub 6 ¾ inch +
1 joint sort NMDC 5 ¾ inch + HEL MWD 6 ¾ inch + 1 joint NMDC 6 ¾
inch + 21 joint HWDP 5 inch + jar 6 ½ inch + 9 joint HWDP 5 inch DP 5
inch....dst

Tabel 4.4 parameter bor sumur X


WOB Min 5 ton = 11111 lbs

WOB Max 12 ton = 26667 lbs

RPM 50

SG 1,2 = 10 ppg

GPM 510

Dalam penyususan BHA juga dipasang drill jar dengan posisi tension sebesar
60000 lbs, non magnetic drill collar 6 ¾ inch sebanyak 2 joint dan WOB tertinggi
yang diberikan adalah 12 ton/26667 lbs.

Secara perhitungan untuk alternatif Drill Collar dengan Heavy weight drill pipe
sebagai berikut:

(470755,5−298678,5) 40950
LDP = -
(19,5 𝑥 0,8 47) 19,5

= (10418, 5 - 2100)

33
= 8318,5 ft

= 8319 ft

Jadi susunan bottom hole assembly (rangakaian drill string) yang harus dipasang
adalah sebagai berikut:

Bit + DC (7 joint) + HWDP (16 joint) DP (sampai ke permukaan)

Apabila drill collar didesain menggunakan 2 joint, sedangkan analisa drill collar
yang dibutuhkan 7 joint dengan dikombinasikan HWDP 16 joint.maka secara
perhitungan panjang atau kebutuhan HWDP sebagai pengganti drill collar adalah
sebagai berikut

𝑊𝑑𝑐
LHWDP = (LDC – Lmax DC) x𝑊ℎ𝑤𝑑𝑝

83
= (210 - 60) x 49

= 254 ft

= 8,5 joint (per joint 30 ft)

= 9 joint (270 ft)

HWDP yang di perlukan secara keselurhan adalah 9+16= 25 joint R – II

Pada sumur x hanya memerlukan drill collar maksimun 2 joint sehingga susunan
bottom hole assembly ( rangkain drill stem) secra desain yang harus di pasang
adalah sebagai berikut :

BIT + DC (2 joint) + HWDP ( 25 joint) + DP ( sampai permukaan)

Sedangkang di sumur X desain susunan yang di gunakan adalah 30 joint HWDP,


sehingga terdapat selisih 5 joint HWDP. Penembahan heavy weight drill pipe
yang di gunakan tersebut sebagai langkah antisipasi.

34
4.3.3. Analisis limitasi beban Torsi (putaran)

Analisis ini di lakaukan dengan menbandingkan harga torsional yield streng pipa,
di mana pipa sehingga pipa mampu menahan beban torsi yang terjadi. Sebagai
standart dalam menentukan harga minimun torsi dapat mengunakan tabel berikut :

Tabel 4.5 strengt of drill pipe


Grade Min. Yield Max yield Min.Tensile
Drill pipe strength strength strength psi
Psi psi
D 55000 85000 95000

E 75000 105000 100000

X (95) 95000 125000 105000

G (105) 10500 135000 115000

S (135) 13500 165000 145000

a. Anlasisis limitasi drill pipe terhadap torsi tanpa di berikan beban


π
J = 32 (D4 –d4)
π
J= (54-4,2762)
32

J = 28,538
0,0961166 x J x Ym
Q= D
(0,0961166 x 28538 x 105000)
Q= 5

Q = 57602, 5 lb/ft

b. Analisa limitasi kemanpuan drill pipe terhadap torsi dengan diberikan


beban tarik ( QT)
(0,0961166 𝑥 𝐽) P2
QT = √Ym2 − A2
𝐷

35
(0,0961166 x 28,583) 1150002
QT = √1050002 −
4 5,27462

QT = 56435,5 lb/ft
c. Analisa limitasi kemampuan drill pipe terhadap putaran kritis

Putaran kritis menyebabkan string bervibrasi sehingga pipa dapat


bengkok, aus berlebihan, patah, lelah dan merusak bit dan juga ROP menjadi
turun.

Berikut analisa tentang putaran kritis versus ukuran drill pipe.


Tabel 4.6 Pipe Size Vs Critical Rotary Speeds
Pipe Size (in) Approx Criticsl Rotary Speed (RPM)

2 3/8 110

2 7/8 130

3½ 160

4 185

4½ 210

5 235

5½ 260

Estimasi putaran kritis


1
4760000
RPM = x (𝐷2 + 𝑑2 )2
𝐿2
1
4760000
= x (52 + 32 )2
83192

= 79, 5 RPM = 80 RPM

36
4.3.4. Analisa limitasi beban kompresi (collapse)

Analisa ini dilakukan dengan cara membandingkan besarnya beban


kompresi pada pipa sebenarnya dengan besarnya nilai rata-rata dalam dari yield
strength dari tabel “Ellipse of biaxial yield stress”.

Untuk sumur X diketahui:


Berat jenis lumpur : 10 ppg
Drill pipe
Outside : 5 inch
Pounder : 19,5
Grade : G (New)
Cross section area : 5,2746 in2.
𝑇𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑜𝑣𝑒𝑟𝑝𝑢𝑙𝑙
Sehingga, Tension Stress = 𝐶𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑎𝑟𝑒𝑎

= 326370
5,2746
= 61875,8 Psi

Tabel 4.7 Average yield strength of drill pipe


Grade Drill Pipe Average Yield Strength (Psi)

D 65000

E 85000

X (95) 110000

G (105) 120000

S (135) 145000

𝑇𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
Rata-rata yield stress dalam persen = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑥 100%
61875,8
= 𝑥 100%
120000

= 51,56

37
4.4. Pembahasan

Keberhasilan suatu pemboran adalah dapat mencapai kedalaman sesuai dengan


yang direncanakan. Pemboran dapat menimbulkan permasalahan tersendiri yang
disebabkan oleh pembebanan. Dalam suatu pemboran seringkali rangkaian
drillstring digunakan berkali-kali dalam suatu pemboran sehingga kekuatan dari
drill pipe akan berkurang, karena hal ini API telah mentabulasi drill pipe
berdasarkan kelas-kelas tertentu. Kelas-kelas ini dapat dilihat pada tabel III-4
sampai tabel III-7.
Beban-beban yang bekerja pada drillstring tersebut dapat menimbulkan
perenggangan pada rangkaian drill pipe atau bertambahnya panjang dari rangkaian
drill pipe yang disebabkan beban yang bekerja pada rangkaian drillpipe. Beban-
beban tersebut arfiara lain beban tensile drag, beban shock load dan berat dari
rangkaian drillstem itu sendiri.
Pada evaluasi ini dihitung berat dari rangkaian, beban shock load, beban tensile
drag dan buckling kritis pada rangkaian pipa bor mulai dari vertical section
sampai target dan nantinya beban-beban ini digunakan untuk menghitung
besamya perengganan yang terjadi pada rangkaian drillpipe. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung beban tensile drag yang bekerja pada rangkaian
yaitu menggunakan persamaan Zumja Mardedi yang cocok untuk profil sumur-
sumur kajian ini dimana mempunyai sudut tidak 900. Persamaan ini merupakan
modifikasi dari persamaan Frank J. Schuh. Persamaan Frank J. Schuh tidak dapat
digunakan untuk section kurva dengan sudut kurang dari 900 atau lebih 900 serta
adanya bagian tangensial dan perhitungan beban shock load menggunakan
persamaan H. Rabia. Sedangkan untuk perhitungan beban buckling kritis
dilakukan dengan menggunakan persam{um R.F. Mitchel. Dan untuk menghitung
perenggangan drill pipe yang terjadi digunakan persamaan H.Rabia.

38
Hasil Perhitungan Beban dan Perenggangan PMt.. CEPU Menggunakan DP
Class 2 Grade E (41/2" 16,6 lbs/ft)

Beban-beban yang diperhitungkan pada rangkaian disumur ini antara lain adalah
beban shock load.Beban shock load terjadi pada saat pipa sedang berputar
kemudian berhenti mendadak karena ada pemasangan slip. Dalam hal ini beban
shock load yang dihitung menggunakan persamiurn H.Rabia didapat hasil sebesar
53.120lb baik untuk BHA#I maupun BHA#2 dengan menggunakan drill pipe
grade E class 2 (4 112", 16,6 lblft). Harga tersebut masih aman karena tidak
melebihi harga minimum tansile yang di rekomendasikan oleh API. Untuk beban
torsion maksimum sebesar 8.283,01 lbs/ft pada BHA#I dan BHA#2, dalam hal ini
masih aman karena masih dibawah maksimum torsional yang direcommendasi
API (tabel Ill.4-tabel III.7). Sedangkan untuk perhitungan berat total drill stem
digunakan persam&m H. Rabia dimana berat maksimum rangkaian didalam
lumpur yang didapat adalah sebesar 16.859,85 lbs pada BHA#I dan 79.537,41 lbs
pada BHA#2.
Dari perhitungan beban-beban diatas dapat diketahui perenggangan rangkaian
pipa pemboran yang terjadi didapat harga maksimum sebesar 4,69 in dikedalaman
1.397 ft. Perengggangan ini)-erbTding lurus terhadap berat BHA yang ditanggung
oleh rangkaian pipa pemboran.
Untuk kemampuan dari suatu rangkaian pipa pemboran dapat dinilai dari harga
MOP (margin o/overpull). Pada umunnya nilainya MOP berkisar antara 100.000 -
200.000 lb dan dari hasil perhitungan yang dilatcukan nilai MoP yang diinginkan

39
diatas dapat terpenuhi yaitu berkisar antara 123.656,49 lb - 196.656,49 lb. Harga
MOP yang sangat besar akan berpengaruh positif terhadap rangkaian drillstring
yang digunakan, tapi sebaliknya akan berpengaruh negatif terhadap kekuatan rig.
Pengaruhnya tehadap rangkaian drillstring, dengan MOP yang sangat besar ini
menunjukkan bahwa drillpipe sangat aman diaplikasikan dalam arti meskipun
untuk kondisi pemboran yang sangat sulit seperti terjadinya key seating, drill pipe
masih mampu untuk menahan beban tensile drag yang terjadi atau dengan kata
lain drill pipe tidak akan putus ketika ditarik keluar lubang. Tapi pengaruhnya
terhadap kekuatan rig, nilai MOP yang sangat besar ini akan menimbulkan
kerawanan bagi kegagalan mekanit tig, dalam arti bila rig selalu dibebani dengan
MOP yang sangat besar (lebih dafi 150'000 lb), rig akan cepat mengalami
kelelahan dan keausan. Akibat lebih jauh dari kondisi ini bisa menyebabkan rig
menjadi collapse.
Selain itu kekuatan dari suatu drillstring dapat dinilai dari hasil perhitungan safety
factor. Dimana apabila safety factor kurang dari satu maka rangkaian mengalami
deformasi yang artinya berubahnya struktur logam akibat pembebanan yang
melebihi yield strength dari drill pipe, sedangkan apabila nilai safety factor lebih
dari satu maka dapat dikatakan bahwa rangkaian aman dan tidak mengalami
deformasi.
Dari hasil perhitungan beban-beban diatas rangkaian masih bisa dikatakan sangat
aman, hal ini ditunjukkan oleh safety factor yang masih diatas nilai 1 yaitu 2,55
yang artinya pembebanan pada rangkaian masih dibawah nilai yield strength yang
ditabulasikan oleh API (tabel III-4 - III-7).

40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa pembebanan pada rangkaian pipa pemboran sumur "X"
daprt disimpulkan sebagai berikut :
1. Beban shock load maksimum yang terjadi pada semua rangkaian di tiap-tiap
sumnr adalah sebesar 53.120 lb untuk pipa ukuran 4,5", 13,75 kelas E
adalah sebesar 44.000 lb. Hal ini berarti bahwa pipa aman untuk digunakan
karena masih di bawah rekomendasi API.
2. Harga beban torsion maksimum disemua rangkaian BHA untuk sumur
vertical sebesar 8.283,01 lbs/ft , dalam hal ini masih aman karena masih
dibawah maksimum torsional yang direcommendasi oleh APL
3. Perenggangan terjadi berbanding lurus dengan beban yang diderita oleh
rangkaian pemboran, semakin besar beban yang diderita rangkaian
pemboran maka semakin besar peranggangan yang terjadi. Berikut ini
adalah sumur PM4- CEPU terjadi perenggangan sepanjang 4,69 rn.
5.2. Saran
Dari hasil data dan semua perhitungan diatas saya menyarankan untuk
meggunakan drill pipe dengan grade E75, kelas premium dan dengan pounder
16,6 ppl pada pemboran vertikal karena dengan menggunakan spesifikasi tersebut
pipa cukup kuat untuk menembus formasi, dengan nilai MOP maksimal melebihi

41

Anda mungkin juga menyukai