PENDAHULUAN
1
1.2. Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi lapangan Balun ?
2. Bagaimana merencanakan rangkaian peralatan pemboran pada sumur
vertical?
3. Bagaimana menganalisa beban yang bekerja pada rangkaian drill string?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Peralatan putar ditempatkan pada lantai bor di bawah crownblock diatas
lubang, terdiri dari :
a. Meja putar ( rotary table ).
b. Top drive.
c. Masterbushing.
d. Kelly bushing.
e. Rotary slip.
2.2.1. Rangkaian pipa pemboran.
Rangkaian pipa pemboran memberikan sesuatu hubungan antara rig dan
pahat, fungsi utama dari rangkaian pipa pemboran adalah untuk :
1. Menaik turunkan mata bor.
2. Memberikan beban diatas pahat untuk penembusan (penetration).
3. Meneruskan putaran ke mata bor dan
4. Menyalurkan fluida pemboran yang bertekanan ke mata bor.
Rangkaian pipa bor, meliputi : Swivel. Kelly, Drill Pipe. HWDP, Drill
Collar.
2.2.1.1. Mata bor atau bit
Mata bor merupakan peralatan yang langsung menyentuh formasi,
berfungsi untuk menghancurkan dan menembus formasi, dengan cara memberi
beban pada mata bor.
4
2.3. Rangkaian Pipa Bor (Drill String)
2.3.1. Komponen Rangkaian Pipa Pemboran
Komponen rangkaian pipa pemboran bermacam-macam dengan tujuan
pemasangan yang beragam pula. Peralatan ini disambungkan satu sama lain oleh
thread (ulir) dengan arah putaran mengencang ke kanan (searah jarum jam). Suatu
rangkaian pipa pemboran terdiri dari driil pipe dan bottom hole assembly (BHA).
2.3.1.1. Drill PiPe
Drill pipe adalah suatu bentuk pipa yang dilengkapi oleh alat hubung
berulir pada kedua ujungnya. Tiap ujung harus kuat/tebal (disebut “Upset”) karena
stress terbesar terjadi pada ujung ini. Upset ini memberikan ketebalan tambahan
untuk ulir khusus yang disebut tool joint untuk menyambung tiap joint dari
drillpipe.
Tujuan dari pemasangan drillpipe adalah :
1. Sebagai alat transmisi torsi dari kelly ke bit
2. Memberikan suatu saluran bagi fluida pemboran ke bit
3. Drill pipe digunakan untuk menggantung drill bit pada suatu
kedalaman pemboran tertentu
Karakteristik drill pipe dapat dicirikan oleh beberapa sifat yaitu : tipe,
ukuran, grade dan class.
A. Tipe
Ada dua tipe dari drill pipe berdasarkan beratnya yaitu : drill pipe standart
dan heavy weight drill pipe (HWDP). Tabel 2.1 memperlihatkan ukuran dan berat
HWDP yang umum digunakan.
5
Tabel 2.1.Ukuran dan Berat HWDP
HWDP
3-1/2 2-1/16 26
4 2-9/16 28
4-1/2 2-3/4 42
5 3 50
B. Ukuran
Suatu drill pipe digunakan dalam suatu interval ukuran dan dalam ukuran
yang paling umurn, digunakan bermacam-macam ketebalan dinding yang
memungkinkan bisa dipilih untuk mencocokkan suatu tipe tertentu dengan
program pemboran. Range panjang drill pipe dibagi dalam 3 kategori seperti pada
Tabel 2.2. Pada umumnya range 2 yang paling sering digunakan. Sedangkan
dimensi ketebalan dinding biasanya dinyatakan sebagai weight/ft dari drill pipe.
1 18 – 22
2 27 – 30
3 38 – 40
6
C. Grade
Grade suatu drill pipe melukiskan suatu minimum yield strength pipa.
Harga ini penting sebab grade digunakan dalam perhitungan burst, collapse dan
tension. Harga dari minimmum yeild strength dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Yield dan Tensile Stress pada berbagai Grade Pipa
API Min. Yield Min. Tensile Min. Yield
Min. Tensile
Stress
D. Class
Dalam hal ini kualitas pada saat pemakaian, drill pipe tidak sama dengan
pipa lainnya, misalnya tubing dan casing, sebab drill pipe digunakan pada kondisi
yang sudah usang. Akibatnya ada sebuah class drill pipe yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan pemakaiannya. Klasifikasi drill pipe ini merupakan suatu
faktor penting datam desain drillstring dan digunakan karena jumlah dan tipe
pemakaiannya sebelumnya akan mempengaruhi sifat-sifat dan strength daripada
pipa. Sistem kode wama API untuk klasifikasi drill pipe dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
7
Gambar 2.2. Sistem kode wama API untuk klasifikasi drill pipe
8
untuk mengatur agar bit menghasilkan penurunan sudut kemiringan lubang bor,
dan fulcrum principle yang bertujuan menaikkan sudut kemiringan lubang bor,
serta teknik packed hole menggunakan sejumlah tambahan stabilizer dengan spasi
yang berdekatan untuk mencegah efek pendulum maupun fulcrum.
3. Roller reamer
Terdiri dari blade stabilizer ditambah suatu seri rollers yang dibuat dari
baja keras (atau menggunakan sisipan tungsten carbide). Disamping bereaksi
seperti juga membantu mempertahankan ukuran lubang dan menanggulangi stuck
pipe yang disebabkan oleh dog leg atau key seat.
4. Shock sub
Alat yang ditempatkan di bagian bawah drill collar untuk mengabsorb
vibrasi dan bebas shock yang dapat terjadi karena aksi cutting ketika pemboran
menembus formasi keras sehingga kerusakan drillstring dapat dikurangi.
5. Subs
Berupa joint yang pendek yang memberikan suatu cross over untuk
sambungan yang berbeda pada drillstring.
6. Drilling jar
Suatu alat yang berfungsi untuk memberikan suatu aksi sentakan ke arah
atas pada saat pipa mengalami stuck (terjepit).
2.3.1.3. Vertical Hole Assembly
Susunan rangkaian vertical hole assembly in digunakan untuk mengebor
tegak lurus dari permukaan sebelum titik belok (KOP) atau bagian setelah drop off
section. Adapun susunan rangkaian peralatan ini dapat digambarkan sebagai
berikut : bit - monel DC - DC - stabilizer – 90’ DC - stabilizer – 90’ DC -
stabilizer dan seterusnya.
Apabila lubang yang dibor formasinya lunak, maka dianjurkan :
- WOB rendah.
- RPM tinggi.
- Output pompa besar sehingga sirkulasi lumpurnya cepat.
9
2.4. Mekanika Drill string
Ada dua proses yang terjadi pada drillstring adalah
1. Menahan berat komponen yang ada dibawahnya
2. Memberikan beban kepada bit (drill collar)
Gaya-gaya yang menyebabkan terjadinya pembebanan pada drillstring
rersebut bekerja pada satu garis kerja (yaitu vertical) dimana satu sama lain saling
berlawanan.
10
Berdasarkan Gambar 2.3 berat total drillsring (P) yang ditanggung oleh top
joint dari drillpipe pada J-J dapat dihitung melalui persamaan H. Rabia:
P = (weight of drillpipe in mud) + (weight of drill collars in mud) ................. (2.1)
(catatan : berat dari bit dan peralatan BHA lainnya biasanya dimasukkan dalam
berat drill collar)
P = ( Ldp x Wdp + Ldc x Wdc ) x BF …………………………………………….(3.2)
Dimana:
P : berat total drillstring dalam lumpur,lbs
Ldp : panjang dari drillpipe, ft
Wdp : berat dari drillpipe, lb/ft
Ldc : panjang dari drill collar, ft
Wdc : berat dari drill collar, lb/ft
BF : buoyancy factor
Untuk menentukan buoyancy factor dapat digunakan persamaan :
......... ............(3-3)
Dimana:
: spesifik gravity lumpur
: specifik gravity besi, (7,85)
: densitas lumpur, ppg
: densitas besi, (489,5 lb/ft3 :65,5 ppg)
Seperti yang dapat dilihat dari Tabel pada lampiran, kekuatan drillpipe
ditunjukkan dalam yield strength. Yield strength dapat didefinisikan sebagai
beban maksimal yang dapat ditanggung drillpipe sebelum terjadi deformasi.
Dalam suatu pembebanan, besi pada awalnya memanjang secara linear
dikarenakan beban yang diderita hingga mencapai batas elastis besi. Sebelum
batas ini terlewati, mengurangi beban yang diderita besi dapat dilakukan untuk
mencegah pipa berubah ukuran dimensionalnya. Pembebanan pipa baja melebihi
batas elastic akan menimbulkan deformasi pemanen, bahkan setelah beban
tersebut dihilangkan. Deformasi ini digambarkan sebagai yield dan menghasilkan
berkurangnya pipe strenght.
11
Dalam prakteknya kondisi pipa dan masa pakainya juga perlu
dipertimbangkan ketika meralcang drillstring. API telah mentabulasi kekuatan
drillpipe berdasarkan klassnya, yaitu: baru, premium, kelompok 2 dan kelompok
3. Tabel lampiran menunjukkan kekuatan dari berbagai macam jenis drillpipe.
Desain drillstring tidak pernah berdasarkan pada tabel API, namun berdasarkan
pada 90% dari yield strength, untuk memberikan keamanan tambahan dalam
desain yang dihasilkan. Jadi, beban desain daya regang maksimum, P a = kekuatan
yield teoritis (diambil dari tabel API 3-4 -3-7) x 90% atau :
Dimana:
Pi : drillpipe yield strength, lb-ft
Pa : kekuatan yield teoritis, lb-ft
Dari persamaan diatas dapat diturunkan untuk menghitung margin of
overpull, MOP :
MOP = Pa – P ...................................................................................... (3-5)
Dimana :
P : berat total drillstring dalam lumpur, lbs
Pu : kekuatan yield teoritis, lb-ft
Biasanya nilai design dari MOP adalah antara 50.000 - 150.000 lb.
Perbandingan antara persamaan (3-3) dan (3-5), dapat diturunkan untuk
mendapatkan safety factor :
𝑃𝑎 𝑃1 𝑥 0,9
SF = = (𝐿 .........................................................(3-6)
𝑃 𝑑𝑝 +𝑊𝑑𝑝 +𝐿𝑑𝑐 +𝑊𝑑𝑐 )𝐵𝐹
Dimana:
SF : safety factor
𝑝1 : drillpipe yield strength, lb-ft
𝑃𝑎 : kekuatan yield teoritis, lb-ft
𝐿𝑑𝑝 : panjang dari drillpipe, ft
𝑊𝑑𝑝 : berat dari drillpipe, lb/ft
𝐿𝑑𝐶 : panjang dari drill collar, ft
12
𝑊𝑑𝐶 : berat dari drill collar, lb/ft
BF : buoyancy factor
Penyesuaian nilai faktor keamanan yang tepat tergantung dari kondisi
pemboran, termasuk beban-beban lain yang terjadi dan kecenderungan pipa
menjadi terjepit. Pembebanan dinamis yang muncul dari drag yang terjadi pada
saat drillshing ditarik atau didorong, juga harus dipertimbangkan.
Penyederhanaan dari persamaan (3-6), maka didapat :
𝑃1 𝑥 0,9 𝑊𝑑𝑐
𝐿𝑑𝑝 = - 𝐿𝑑𝑐 ......................................................................( 3-7)
(𝑆𝐹 𝑥 𝑊𝑑𝑝 𝑥 𝐵𝐹 𝑊𝑑𝑝
Dimana:
𝐿𝑑𝑝 : panjang maksimum dari dillpipe, ft
𝑃1 : drillpipe yield strength, lb-ft
MOP : Margin of overpull, lb
BF : buoyancy factor
𝑊𝑑𝑝 : berat dari drillpipe, lb/ft
𝑊𝑑𝑐 : berat dari drill collar, lb/ft
1. Collapse
Beban collapse dapat didefinisikan sebagai tekanan eksternal yang
dibutuhkan untuk menyebabkan yielding drillpipe atau casing.
Dalam operasi pengeboran normal, kolom lumpur di dalam dan di luar
drillpipe memiliki tinggi dan densitas sama. Ini menghasilkan perbedaan tekanan
nol antar pipa serta beban collapse nol di drillpipe. Dalam beberapa kasus, seperti
datam drill stem testing (DST), kolom lumpur didalam drillpipe tidak terlalu
13
tinggi, untuk mengurangi tekanan hidrostatik terhadap formasi. Hal ini dilakukan
agar fluida formasi masuk ke lubang bor yang merupakan obyek pengujian.
Setelah sumur mengalir, efek beban collapse menjadi kecil, karena drillpipe kini
dipenuhi cairan.
Jadi, perbedaan tekanan maksimum Ap di drillpipe muncul sebelum
pembukaan alat DST dan dapat dihitung sebagai berikut:
𝐿𝜌1 (𝐿−𝑌)𝑥 𝜌2
∆𝑃 = – 𝐿𝑑𝑐 ........................................................................( 3-9 )
144 144
Dimana:
∆𝑃 : perbedaan tekanan antara drillpipe dan annulus, psi
Y : tinggi kolom lumpur didalam drillpipe, ft
L : total kedalaman lubang bor, ft
𝜌1 : densitas lumpur diluar drillpipe, pef
𝜌2 : densitas lumpur didalam drillpipe, pef
Apabila satuan lumpur adalah ppg, maka persamaan (3-9) menjadi :
𝐿𝜌1 (𝐿−𝑌)𝑥 𝜌2
∆𝑃 = – 𝐿𝑑𝑐 ........................................................................( 310)
19,251 19,251
Dimana:
∆𝑃 : perbedaan tekanan antara drillpipe dan annulus, psi
Y : tinggi kolom lumpur didalam drillpipe, ft
L : total kedalaman lubang bor, ft
𝜌1 : densitas lumpur diluar drillpipe, ppg
𝜌2 : densitas lumpur didalam drillpipe, ppg
Beberapa variasi dari persamaan (3-16) :
a. Drillptpe dalam keadaan kosong, (Y : 0; 𝜌2 : 0)
𝐿𝜌1
𝑃 = .....................................................................................( 3-11)
19,251
b. Densitas fluida didalam dan diluar drillpipe sama (𝜌1 : 𝜌2 : 𝜌), maka
persamaan (3-9), menjadi :
𝑌𝜌1
𝑃 = .....................................................................................( 3-12)
19,251
Dimana:
14
p : densitas lumpur pemboran,ppg
Ketika beban collapse (AP) telah diketahui tekanan tersebut dapat
dibandingkan dengan resistensi collapse teoritis pada pipa seperti yang
ditentukan oleh API (lihat tabel 3-4 - 3-7). Safety factor untuk mencegah
collapse dapat ditentukan sebagai berikut:
𝐶𝑜𝑙𝑙𝑎𝑝𝑠𝑒 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒
𝑆𝐹 = ......................................................................(3-13)
𝑐𝑜𝑙𝑙𝑎𝑝𝑠𝑒 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 (∆𝜌)
2. Shock Loading
Shock loading terjadi pada saat pipa digerakkan masuk atau keluar dari
lubang bor tanpa diputar.
Beban tensile yang terjadi yang disetabkan oleh shock loading dapat
dihitung melalui persamaan H Rabia :
Fa =3200Wdp, ............................................................................... (3-14)
Dimana:
Fa : beban tensile, lb
Wdp : berat drillPiPe, lbs/ft
3. Torsion (Puntiran)
Puntiran terjadi apabila beban torsi yang terjadi pada pipa lebih besar
daripada torsional yield strength pipa. Dalam hal ini sebuah persamaan dapat
digunakan untuk mencari minimum torsional yield strength :
0,096167𝐽 𝑌𝑚
𝑄= ....................................................................................( 3-19)
𝐷
Dimana:
Q : minimum torsional yield strength, lb-ft
𝑌𝑚 : minimum unit yield strength, Psi
J : polar momen of inertia
𝐽
𝐽 = (𝐽4 − 𝐽4 ) .................................................................................( 3-
32
20)
Dan untuk tube :
15
J = 0,0918175 (𝐽4 − 𝐽4 ) ....................................................................( 3-21)
Dimana:
D : outside diameter pipa in
d : inside diameter pip4 in
Apabila drillstring dalam pemboran tidak hanya mengalami beban puntir
tetapi juga beban dari rangkaian maka persaman (3-19) , menjadi :
0,096167𝐽 𝐽2
𝐽= √𝐽2𝐽 − .........................................................................( 3-
𝐽 𝐽2
22)
Dimana:
Q : minimum torsional yield strength dalam bebarU lb-ft
J : polar moment of inertia
D : outside diameter, in
P: total bebanyang ditanggung lb
A : cross sectional area, in2
Persamaan (3-15) dan persamaan (3-18), dapat digunakan untuk
menghitungmake up torque yang diperbolehkan sebelum beban puntiran pada
rangkaian drillstring melebihi minimum torsional yield strength.
Dimana:
E : modulus young dari besi, (3x106 psi)
16
e1 : perenggangan drillpipe, ft
A : plain-end area of drillpipe, in2
L : panjang drillpipe, ft
Persamaan (3-31) dapat 6i ksrnfangkan untuk mencari e1 menjadi :
𝐽𝐽 𝐽𝐽
e1 = 𝐽𝐽 = 𝐽 ......................................................................( 3-30)
(𝐽𝐽2 −𝐽𝐽2 )𝐽 𝐽
4
(3-32)
Dimana:
OD : diameter luar pipa in
17
ID : diameter dalam PiPa, in
Persamaan(3-34)dapat lebih disederhanakan lagi menjadi:
𝐽
Wdp = 3,3993 x (𝐽𝐽2 − 𝐽𝐽2 ) ...............................................................
4
(3-33)
Dengan mengganti nilai dari E dan Wdp dalam persamaan (3-32) maka
persamaan tersebut akan menjadi :
𝐽𝐽𝐽
e1 = Wdp = .......................................................................................( 3-
𝐽 30 𝐽 106
3,3993
34)
Dalam prakteknya satuan yang digunakan untuk perenggangan pipa
adalah in, maka persamaan (3-36), disederhanakan menjadi :
𝐽𝐽𝐽 𝐽𝐽𝐽
e1 = Wdp = 𝐽𝐽 ..................................................................(
𝐽 30 𝐽 10 6 73544 Wdp
3,3993
3-35)
Dimana:
L : Panjang drill PiPe, ft
P : berat dari rangkaian, lb
Wdp : berat dritlPiPe,lbm/ft
36)
(3-33)
Dimana:
P : berat dari rangkaian, N
L : panjang drill Pipe, m
Wdp : berat drillPiPe, kg/m
2.6.2. Perenggangan yang Disebabkan Oleh Berat DP Sendiri
Drill pipe juga mengalami perenggangan karena beratnya sendiri saat
pipa digantung didalam lubang bor. API memberi persarnaan berikut ini
18
untuk menghitung perenggangan pipa dalam in yang disebabkan oleh
beratnya sendiri :
𝐽2
e2 = (489,5 − 144𝐽𝐽1 = ..................................................................( 3-
72 𝐽 107
37)
Apabila 𝐽𝐽1 dalam lbm/ft3 :
𝐽2
e2 = (65,5 − 144𝐽𝐽2 = .....................................................................( 3-
72 𝐽 107
38)
Dimana :
𝐽𝐽2 : densitas lumpur, lb/gal
L : panjang drillpipe, ft
Sedangkan dalam metric unit seperti pada persamaan (3-39) adalah:
e2 =2,346 x 10-8 L2 (7,58 - 144𝐽𝐽 ) = ...........................................................(
3-39)
Dimana :
L : panjang drillpipe, m
𝐽𝐽 : densitas lumPur, kg/I
2.7. Strategi Drillstring
Dalam Pendesainan diusahakan agar besar kurva kelengkungan bagian
pertambahan sudut pertarnbahan sudut tersebut dapat memperkecil
kemungkinan menempelnya pipa pada dinding sumur, sehingga dapat
menurunkan beban drag dan torsi.
Berikut ini adalah persamaan yang dapat dipergunakan untuk
menentukan besar build rate yang harus dilakukan sehinggga tidak terjadi
kontak antar pipa dengan dinding sumur.
2 𝐽 57.3 100 12
B= 𝐽 𝐽 = .....................................................( 3-40)
𝐽 𝐽 [𝐽𝐽𝐽(57.3 )− ]
4𝐽 4𝐽
Dimana:
B : max. build rate yang dapat dilakukan f/100 ft)
19
R : radial clearence tool joint dengan pipa (in)
L : panjang joint pipa (in)
(𝐽𝐽)
J= 0.5 = ........................................................................................( 3-41)
𝐽
Dimana :
E : Modulus Young (30 x 106 untuk baja)
I : moment inersia pipa (ina)
( 𝐽𝐽2 + 𝐽𝐽2 )
I = As = ...................................................................................( 3-
16
42)
Dimana
As : luas perulmpang pipa (in2)
F : beban kompresi pada pipa (lbs)
OD : diameter luar pipa (in)
ID : diameter dalam pipa (in)
ODtj : diameter luar tool joint (in)
Sehingga ada load maksimum yang diijinkan pada pipa yang sudah tertekuk
dalam lubang vertical, yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
1
𝐽 𝐽𝐽(65.5−𝐽𝐽) 2
F= 957[ 𝐽 − 𝐽 ] .........................................................................( 3-43)
ℎ 𝐽
Dimana:
F : beban maksimum pada lubang vertical, (lbs)
I : moment inersiaPiPa (in4)
( 𝐽𝐽2 + 𝐽𝐽2 )
= As =
16
20
Dtj = diameter tool joint, (in)
Maksimum curvarture build rate bila menggunakan drill pipe pada
saat pemboran berlangsung, maka besar pertambahan sudut yang harus
dibentuk agar tidak terjadi kontak dengan dinding sgmur dapat diperkirakan
dengan menggunakan Persamaan :
185(𝐽𝐽𝐽𝐽 − 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽
Bdp = 5330 93 ...........................................................................( 3-
𝐽(𝐽𝐽𝐽( )− )
𝐽 𝐽
44)
Sedangkan bila menggunakan HWDP, maka besar build rate dapat
dipergunakan persamaan :
370(𝐽𝐽𝐽𝐽 − 𝐽𝐽ℎ𝐽
Bwh = 2665 4635 ................................................................( 3-45)
𝐽[𝐽𝐽𝐽( )− ]
𝐽 𝐽
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka atau numeric yang
biasa dapat dihitung nilainya.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu data yang sudah ada yang berkaitan dengan judul penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil data langsung dari pertamina EP Cepu.
3.1.1. Observasi
3.1.2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang diadakan antara
pembimbing lapangan dengan peneliti, dimana wawancara yang dilakukan adalah
wawancara tidak terstruktur.
3.1.3. Dokumentasi
22
yang bersumber dari catatan – catatan, arsip – arsip, gambar atau foto yang ada
di lokasi penelitian yang berkaitan dengan penelitian dan bertujuan untuk
memperjelas dan memdukung proses penelitian.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Daerah cepu merupakan suatu antiklin yang mengandung minyak dan gas
termasuk bagian dari antiklinorium Rembang. Sebelah utara daerah ini dibatasi
oleh pegunungan kering, disebelah selatan dibatasi oleh pegunungan Kendeng.
Struktur lainnya berada di daratan Solo dan menurut istilah BPM/SHELL
semuanya itu di basin Kening dan basin Solo.
Berdasarkan data yang ada ternyata bahwa startigrafi dan lithologi yang
pasti telah diselidiki di daerah Balun adalah sampai lapisan Wonocolo. Adapun
urut- urutan startigrafi daerah Balun sama dengan urut-urutan stratigrafi di daerah
Penampang stratigrafi dan lithologi lapangan Balun dapat di lihat dari pada
Tabel 4.1
25
Gambar 4.1. stratigrafi daerah Cepu
26
4.2. Penyajian Data pada Sumur “X”
27
4. Perencanaan lumpur
Depth (m) Jenis lumpur SG viscositas Air
tapisan
0 -100 Air+clay dari lapisan 1,00–1,10 40-50 10
100 - 340 Air+clay/bentonite+chemical 1,10-1,15 45-50 10
340 -TD Air+bentonite+solar+chemical 1,15-1,20 50-55 -
5. Program casing
Tujuan akhir dari analisa perencanaan rangkaian pipa bor sumur X adalah
untuk mengetahui distribusi beban-beban yang diderita oleh rangkaian pipa bor
tersebut sehinnga dapat di ketahui apakah rangkaian pipa bor yang di gunakan
sudah tepat perencaan rangkaian yang dapat menahan beban-beban yang terjadi.
28
Data umum lapangan
3 HWDP 5 3 - - 49 - NC-50
Type PDC
Ukuran 3 x 18; 3 x 12
Nozzle
29
Susunan rangkaian pipa bor yang digunakan pada operasi pemboran sumur X
secara teknik sebagai berikut:
30
Rencana kedalaman akhir : 2700 meter = 8859 ft
SG lumpur : 1.2
1 Pahat PDC 8½ - -
1 Mud Motor 6¾ - -
1 NMDC 6¾ 213/16 30
1 HEL MWD 6 ¾ - -
1 NMDC 6¾ 213/16 30
21 HWDP 5 3 620
1 JAR 61/2 - -
9 HWDP 5 3 266
31
4.3.1. Analisis beban dril pipe
a. Faktor gaya apung (bouyancy factor)
Bj Lumpur
BF= 1− Bj.Besi
1,2 𝑥 8,33
BF= 1- 65,5
BF= 0,847
b. Beban maksimum drill pipe yang diijinkan
Tensile strength (Pa) = 0,85 x Pt
= 0,85 x 553830
= 470755,5 lbs
(Pt dari tabel lampiran kekuatan tarik new drill pipe = 553830 lbs)
Beban maksimum tarikan drill pipe yang diijinkan adalah 470755,5 lbs
Berat rangkaian pipa bor dalam lumpur terhadap margin overpull
32
4.3.2. Analisis kebutuhan pipa bor (drill string)
Dalam operasi pemboran pada sumur X untuk trayek casing 7 inch dari
kedalaman 1750 mku / 1677 mkt sampai dengan 2695 mku / 2518 mkt
menggunakan rangkaian BHA yang disusun sebagai berikut:
RPM 50
SG 1,2 = 10 ppg
GPM 510
Dalam penyususan BHA juga dipasang drill jar dengan posisi tension sebesar
60000 lbs, non magnetic drill collar 6 ¾ inch sebanyak 2 joint dan WOB tertinggi
yang diberikan adalah 12 ton/26667 lbs.
Secara perhitungan untuk alternatif Drill Collar dengan Heavy weight drill pipe
sebagai berikut:
(470755,5−298678,5) 40950
LDP = -
(19,5 𝑥 0,8 47) 19,5
= (10418, 5 - 2100)
33
= 8318,5 ft
= 8319 ft
Jadi susunan bottom hole assembly (rangakaian drill string) yang harus dipasang
adalah sebagai berikut:
Apabila drill collar didesain menggunakan 2 joint, sedangkan analisa drill collar
yang dibutuhkan 7 joint dengan dikombinasikan HWDP 16 joint.maka secara
perhitungan panjang atau kebutuhan HWDP sebagai pengganti drill collar adalah
sebagai berikut
𝑊𝑑𝑐
LHWDP = (LDC – Lmax DC) x𝑊ℎ𝑤𝑑𝑝
83
= (210 - 60) x 49
= 254 ft
Pada sumur x hanya memerlukan drill collar maksimun 2 joint sehingga susunan
bottom hole assembly ( rangkain drill stem) secra desain yang harus di pasang
adalah sebagai berikut :
34
4.3.3. Analisis limitasi beban Torsi (putaran)
Analisis ini di lakaukan dengan menbandingkan harga torsional yield streng pipa,
di mana pipa sehingga pipa mampu menahan beban torsi yang terjadi. Sebagai
standart dalam menentukan harga minimun torsi dapat mengunakan tabel berikut :
J = 28,538
0,0961166 x J x Ym
Q= D
(0,0961166 x 28538 x 105000)
Q= 5
Q = 57602, 5 lb/ft
35
(0,0961166 x 28,583) 1150002
QT = √1050002 −
4 5,27462
QT = 56435,5 lb/ft
c. Analisa limitasi kemampuan drill pipe terhadap putaran kritis
2 3/8 110
2 7/8 130
3½ 160
4 185
4½ 210
5 235
5½ 260
36
4.3.4. Analisa limitasi beban kompresi (collapse)
= 326370
5,2746
= 61875,8 Psi
D 65000
E 85000
X (95) 110000
G (105) 120000
S (135) 145000
𝑇𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
Rata-rata yield stress dalam persen = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑥 100%
61875,8
= 𝑥 100%
120000
= 51,56
37
4.4. Pembahasan
38
Hasil Perhitungan Beban dan Perenggangan PMt.. CEPU Menggunakan DP
Class 2 Grade E (41/2" 16,6 lbs/ft)
Beban-beban yang diperhitungkan pada rangkaian disumur ini antara lain adalah
beban shock load.Beban shock load terjadi pada saat pipa sedang berputar
kemudian berhenti mendadak karena ada pemasangan slip. Dalam hal ini beban
shock load yang dihitung menggunakan persamiurn H.Rabia didapat hasil sebesar
53.120lb baik untuk BHA#I maupun BHA#2 dengan menggunakan drill pipe
grade E class 2 (4 112", 16,6 lblft). Harga tersebut masih aman karena tidak
melebihi harga minimum tansile yang di rekomendasikan oleh API. Untuk beban
torsion maksimum sebesar 8.283,01 lbs/ft pada BHA#I dan BHA#2, dalam hal ini
masih aman karena masih dibawah maksimum torsional yang direcommendasi
API (tabel Ill.4-tabel III.7). Sedangkan untuk perhitungan berat total drill stem
digunakan persam&m H. Rabia dimana berat maksimum rangkaian didalam
lumpur yang didapat adalah sebesar 16.859,85 lbs pada BHA#I dan 79.537,41 lbs
pada BHA#2.
Dari perhitungan beban-beban diatas dapat diketahui perenggangan rangkaian
pipa pemboran yang terjadi didapat harga maksimum sebesar 4,69 in dikedalaman
1.397 ft. Perengggangan ini)-erbTding lurus terhadap berat BHA yang ditanggung
oleh rangkaian pipa pemboran.
Untuk kemampuan dari suatu rangkaian pipa pemboran dapat dinilai dari harga
MOP (margin o/overpull). Pada umunnya nilainya MOP berkisar antara 100.000 -
200.000 lb dan dari hasil perhitungan yang dilatcukan nilai MoP yang diinginkan
39
diatas dapat terpenuhi yaitu berkisar antara 123.656,49 lb - 196.656,49 lb. Harga
MOP yang sangat besar akan berpengaruh positif terhadap rangkaian drillstring
yang digunakan, tapi sebaliknya akan berpengaruh negatif terhadap kekuatan rig.
Pengaruhnya tehadap rangkaian drillstring, dengan MOP yang sangat besar ini
menunjukkan bahwa drillpipe sangat aman diaplikasikan dalam arti meskipun
untuk kondisi pemboran yang sangat sulit seperti terjadinya key seating, drill pipe
masih mampu untuk menahan beban tensile drag yang terjadi atau dengan kata
lain drill pipe tidak akan putus ketika ditarik keluar lubang. Tapi pengaruhnya
terhadap kekuatan rig, nilai MOP yang sangat besar ini akan menimbulkan
kerawanan bagi kegagalan mekanit tig, dalam arti bila rig selalu dibebani dengan
MOP yang sangat besar (lebih dafi 150'000 lb), rig akan cepat mengalami
kelelahan dan keausan. Akibat lebih jauh dari kondisi ini bisa menyebabkan rig
menjadi collapse.
Selain itu kekuatan dari suatu drillstring dapat dinilai dari hasil perhitungan safety
factor. Dimana apabila safety factor kurang dari satu maka rangkaian mengalami
deformasi yang artinya berubahnya struktur logam akibat pembebanan yang
melebihi yield strength dari drill pipe, sedangkan apabila nilai safety factor lebih
dari satu maka dapat dikatakan bahwa rangkaian aman dan tidak mengalami
deformasi.
Dari hasil perhitungan beban-beban diatas rangkaian masih bisa dikatakan sangat
aman, hal ini ditunjukkan oleh safety factor yang masih diatas nilai 1 yaitu 2,55
yang artinya pembebanan pada rangkaian masih dibawah nilai yield strength yang
ditabulasikan oleh API (tabel III-4 - III-7).
40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa pembebanan pada rangkaian pipa pemboran sumur "X"
daprt disimpulkan sebagai berikut :
1. Beban shock load maksimum yang terjadi pada semua rangkaian di tiap-tiap
sumnr adalah sebesar 53.120 lb untuk pipa ukuran 4,5", 13,75 kelas E
adalah sebesar 44.000 lb. Hal ini berarti bahwa pipa aman untuk digunakan
karena masih di bawah rekomendasi API.
2. Harga beban torsion maksimum disemua rangkaian BHA untuk sumur
vertical sebesar 8.283,01 lbs/ft , dalam hal ini masih aman karena masih
dibawah maksimum torsional yang direcommendasi oleh APL
3. Perenggangan terjadi berbanding lurus dengan beban yang diderita oleh
rangkaian pemboran, semakin besar beban yang diderita rangkaian
pemboran maka semakin besar peranggangan yang terjadi. Berikut ini
adalah sumur PM4- CEPU terjadi perenggangan sepanjang 4,69 rn.
5.2. Saran
Dari hasil data dan semua perhitungan diatas saya menyarankan untuk
meggunakan drill pipe dengan grade E75, kelas premium dan dengan pounder
16,6 ppl pada pemboran vertikal karena dengan menggunakan spesifikasi tersebut
pipa cukup kuat untuk menembus formasi, dengan nilai MOP maksimal melebihi
41