BIDANG KEGIATAN:
PKM GAGASAN TERTULIS
Diusulkan Oleh :
21010112130100/2012
MAGHFUR ROZAK
21010112130081/2012
21010112140247/2012
FIQRI RANGGA
21010112130098/2012
SEPTIAWAN PAMBUDI
21010113120093/2013
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
ii
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karuniaNYA yang dilimpahkan kapada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang
bejudul T2 (TRASH TRAP) SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN SAMPAH
PADA WADUK DIPONEGORO DENGAN PEMBUATAN BANGUNAN
PENGUMPUL SAMPAH dengan lancar tanpa adanya suatu hambatan. Tulisan
ini disusun sebagai usulan PKM-GT tahun 2015.
Dalam setiap proses penyelesaian penulisan PKM-GT ini kami telah
menerima bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ir. Hari Nugroho, MT. selaku dosen pembimbing yang membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis.
2.
3.
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan, sehingga untuk penyusunan PKM-GT berikutnya dapat menjadi
lebih baik.
Akhir kata, kami berharap agar penulisan PKM-GT yang kami susun ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca serta bagi kemajuan Almamater kita
tercinta.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN USULAN PKM-GT
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
RINGKASAN
vi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
GAGASAN
A. Kondisi Kekinian
D. Partrisipasi
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
16
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penumpukan sampah di Spillway
vi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Waduk Diponegoro terletak di kali Krengseng/Seketak yang berada dalam
wilayah kampus Universitas Diponegoro dan lokasinya kurang lebih 250 m sebelah
utara stadion Undip. Waduk ini dibangun untuk penyediaan air baku untuk
laboratorium yang ada di Undip, penyediaan air baku untuk rumah sakit
Diponegoro, laboratorium lapangan seperti pengolahan air baku, Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), pengendali banjir, rekreasi serta untuk
konservasi lingkungan.
Menurut rencana, waduk yang dibangun dengan membendung sungai
Krengseng menghasilkan volume tampungan air sebesar 50,729 m3 (Soleh, 2013).
Namun dalam pengoperasiannya waduk masih jauh dari tujuan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya sampah yang masuk ke kolam waduk maupun yang
terjebak di bangunan pelimpah. Sampah ini berasal dari limbah rumah tangga
penduduk yang rumahnya dekat dengan bantaran sungai Krengseng.
Dampak dari adanya sampah tersebut yaitu menurunnya kualitas air waduk
sehingga tidak dapat digunakan sebagai air baku, tidak optimalnya kinerja
bangunan pelimpah, dan berkurangnya nilai estetika. Selain itu sampah juga
menyebabkan tidak berfungsinya pembangkit listrik tenaga mikro hidro karena
sampah menyumbat pipa pesat. Jika hal ini dibiarkan terlalu lama dan tanpa adanya
penanganan yang tepat dapat mengakibatkan waduk menjadi sumber penyakit.
Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk menangani sampah pada waduk
Diponegoro. Penanganan masalah bisa secara teknis maupun non teknis. Secara non
teknis dapat berupa sosialisasi kepada warga masyarakat agar tidak membuang
sampah ke sungai. Namun solusi ini dirasa memakan waktu cukup lama untuk bisa
terwujud. Sedangkan solusi secara teknis, muncul ide untuk membangun bangunan
pengumpul sampah yang terletak di hulu waduk. Dengan adanya bangunan ini
diharapkan permasalahan sampah di waduk Diponegoro bisa teratasi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran umum perencanaan bangunan pengumpul
sampah.
2. Untuk mengetahui cara kerja penanganan sampah di waduk.
3. Untuk mengetahui dampak yang dihasilkan oleh bangunan pengumpul sampah.
4. Untuk memberikan solusi permasalahan sampah waduk Diponegoro.
C. Manfaat
1. Bagi masyarakat dapat memanfaatkan waduk Diponegoro yang bersih dari
sampah.
sampah ke sungai Krengseng. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya tempat
pembuangan akhir di Kecamatan Tembalang.
kisi berdiameter tertentu. Kelemahan cara ini yaitu apabila terjadi banjir dan debit
air besar dapat merusak saringan seperti yang dialami waduk Pluit (Tempo, 2014).
Sterilisasi bantaran sungai di hulu waduk dilakukan dengan melarang
pembangunan maupun kegiatan komersil pada jarak tertentu dari bibir sungai.
Dalam pelaksanaannya, cara ini sulit dilakukan pada sungai di daerah padat
penduduk karena berkaitan dengan permasalahan keterbatasan lahan bagi warga
yang hendak direlokasi. Selain itu untuk relokasi memerlukan biaya yang besar
(Godam, 2013).
Selain dengan cara teknis terdapat pendekatan non teknis. Sebagai contoh,
adanya sosialisasi dengan masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai dan
sadar lingkungan. Akan tetapi, pendekatan ini membutuhkan waktu yang sangat
lama dan tidak ada jaminan untuk keberhasilannya.
Mengingat masih ada kekurangan pada solusi yang disebutkan diatas, maka
diperlukan solusi alternatif yang sesuai dengan kondisi lapangan di waduk
Diponegoro.
C. Perbaikan Solusi Terdahulu
Setelah melihat dan menimbang beberapa data dan solusi sebelumnya,
muncul ide untuk mendesain dan merencanakan bangunan pengumpul sampah
dengan tujuan mengumpulkan sampah pada kolam tampungan. Bangunan
direncanakan berlokasi di sungai Krengseng dekat dengan mulut waduk
Diponegoro.
Prinsip kolam ini yaitu membelokkan aliran air sungai yang membawa
sampah menuju kolam pengumpul. Sampah akan terjebak dalam kolam, sedangkan
air akan mengalir ke waduk secara gravitasi. Lebar bangunan pembelok didesain
sama seperti lebar sungai. Sedangkan kolam dibuat pada akhir belokan di luar alur
sungai.
Kelebihan dari bangunan pengumpul sampah yaitu operasional
pembersihan sampah lebih mudah dan murah karena sampah terkumpul di kolam
pengumpul. Selain itu juga aman terhadap debit banjir karena desain kolam mampu
menenangkan aliran air. Diharapkan gagasan ini mampu memperbaiki beberapa
solusi yang telah ada. Sehingga kedepannya masalah sampah pada waduk
Diponegoro dapat teratasi dengan lebih efisien.
D. Partisipasi
Untuk pengembangan gagasan ini diperlukan partisipasi dan dukungan dari
semua pihak baik pemerintah, masyarakat, pengelola waduk serta akademisi dan
peneliti yang lain. Pemerintah diharapkan mencoba merealisasikan gagasan ini
pada pembangunan waduk yang baru ataupun pada waduk yang sudah ada.
Masyarakat diharapkan mendukung sepenuhnya gagasan ini dan sadar akan
endap (W). Dengan mengadopsi rumus dimensi kantong lumpur yaitu = , maka
dapat dicari perbandingan antara kedalaman kolam dan panjang kolam agar partikel
sampah suspended bisa mengendap (Sidharta, 1997). Untuk kondisi sampah yang
mengapung maka fungsi kedalam kolam tidak begitu berpengaruh namun kondisi
ketenangan aliran air dan panjang kolam yang lebih dominan. Semakin panjang
dimensi kolam penampung sampah maka semakin tenang aliran airnya.
Bentuk penampang melintang kolam pengumpul sampah didesain
berbentuk trapesium. Karena mempunyai bentuk saluran alam, dimana kemiringan
tebingnya menyesuaikan dengan sudut lereng alam dari tanah yang digunakan
untuk saluran tersebut. Tujuan dipilih desain penampang melintang trapesium
adalah untuk memudahkan dalam operasi pengambilan sampah.
Pembangunan
Tahap selanjutnya yaitu pembangunan bangunan pengumpul sampah.
Langkah langkah pembangunan meliputi :
Mempersiapkan lahan meliputi kegiatan pembersihan lahan, pekerjaan
tanah dan pengukuran lahan
Mengeringkan sungai dengan membuat sudetan sungai
Membuat kolam dan saluran
Menutup sudetan sungai setelah bangunan pengumpul sampah sudah
selesai.
Operasi dan Pemeliharaan
Dalam tahap pengoperasian, sampah dibiarkan mengumpul terlebih dahulu
sampai pada batas tertentu. Setelah sampah memenuhi kolam maka kendaraan
pengangkut sampah disapkan di tepi kolam untuk mengambil sampah yang telah
terkumpul dan kemudian sampah disalurkan ke TPA terdekat.
Pemeliharaan bangunan pengumpul sampah meliputi pengambilan sedimen
pada dasar kolam, pengecekan kondisi kisi pada trashrack. Kemudian dilakukan
perbaikan pada bagian bangunan yang rusak meliputi kisi kisi trashrack yang
rusak dan penambalan dinding saluran yang retak.
Evaluasi
Aspek Teknis
Dalam perencanaan, kolam pengumpul didesain memiliki kemiringan
memanjang dan memiliki kedalaman tertentu untuk menjaga ketenangan aliran air
dalam kolam. Pada pertemuan antara saluran pembawa dengan kolam pengumpul
yang memiliki dimensi yang lebih besar mengakibatkan kecepatan aliran air
menurun sehingga timbul aliran balik (backwater). Bahaya dari aliran balik berupa
meluapnya air pada kolam pengumpul sampah.
Peningkatan sedimentasi akibat aliran dalam kolam yang tenang dan tidak
mampu meneruskan sedimen, akibatnya kolam yang penuh sedimen mengalami
pendangkalan.
Aspek Lingkungan
Dalam ekosistem di sungai Krengseng terdapat sekumpulan ikan yang
Aspek Sosial
Dengan adanya bangunan pengumpul sampah dikhawatirkan akan membuat
masyarakat lebih ringan hati untuk membuang sampah di sungai Krengseng. Selain
itu dengan melihat kondisi tumpukan sampah pada kolam pengumpul sampah
dikhawatirkan warga akan menyalahgunakan menjadi tempat pembuangan sampah
rumah tangga.
Dampak adanya bangunan
pengumpul sampah
Teknis:
Back Water
Peningkatan
Sedimentasi
Lingkungan:
Terhambatnya pergerakan
ikan akibat trashrack
Perubahan Tata Guna
Lahan sekitar bangunan
Sosial:
Resiko
penyalahgunaan
fungsi kolam
menjadi tempat
sampah umum
Diharapkan hal ini dapat sesuai dengan tujuan dan manfaat bagi masyarakat
banyak. Dan dapat memperbaiki solusi-solusi yang pernah ada. Sehingga bangunan
pengumpul sampah dapat diterapkan dan diwujudkan di setiap waduk yang
memiliki masalah dengan sampah.
Trashrack
Saluran Pembawa
Kolam pengumpul
Sampah
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, C. (2015). 250 Ton Sampah di Waduk Teluk Gong Diangkut.
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/15/18232731/250.Ton.Samp
ah.di.Waduk.Teluk.Gong.Diangkut diakses tanngal 6 Maret 2015.
Godam. (2013). Cara Membersihkan Dan Menjernihkan Air Sungai Kota Yang
Kotor Tercemar. http://www.organisasi.org/1970/01/cara-membersihkandan-menjernihkan-air-sungai-kali-yang-kotor-tercemar.html
diakses
tanngal 7 Maret 2015.
Kistyarini. (2015). Pembersihan Sampah Bergantung pada Manusia Pintu Air.
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/17/14395901/Pembersihan.
Sampah.Bergantung.pada.Manusia.Pintu.Air diakses tanngal 1 Maret
2015.
Sidharta, S.K. (1997). Irigasi dan Bangunan Air. Jakarta : Gunadarma.
Soleh, M.N . (2013). Pekerjaan Bangunan Pelimpah dan Jembatan Pada Proyek
Pembangunan Embung Diponegoro. Semarang.
Sudarno, dkk. (2013). Kajian Potensi Eutrofikasi pada Waduk Pendidikan Undip.
Semarang.
Triatmodjo, B. (1993). Hidraulika II. Yogyakarta : Beta Offset.
10
11
12
13
14
15
16
No.
Nama/NIM
Syafiiqul
Priani
Prodi
Bidang
Ilmu
Surya / 1
Alokasi
Waktu (jam
Uraian Tugas
/minggu)
4 jam
Penelitian
Mengoordinasi
Kelompok
21010112130100
Konsultan
pengolah
data
Menyatukan gagasan
Mengatur
jadwal
asistensi
2
4 jam
Struktur
Mengumpulkan sumber
kajian
Adi Putra
Sipil S- Rekayasa
Rohendi /
4 jam
Material
Fiqri Rangga/
21010112130098 1
Memvisualkan gagasan
dalam gambar
21010112140247
4
Menganalisis data
Konstruksi
tata bahasa
Meneliti
dan
Mengembangkan ide
5
Septiawan
Sipil S- Hidro
Pambudi/
21010113120093
2 jam
Menganalisa kelebihan
dan kelemahan ide