Anda di halaman 1dari 9

1

COST CONTROL
Pada bab Cost control akan membahas kegiatan pengendalian dan evaluasi biaya proyek
sejak saat proyek tersebut dimulai sampai dengan proyek tersebut selesai berdasarkan suatu
tolak ukur yang telah ditetapkan yaitu Buku Biru (Project Plan). Di dalam Buku Biru,
terdapat 2 (dua) rencana anggaran, yaitu Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB).
1

Rencana Anggaran Pelaksana

Rencana anggaran pelaksanaan adalah jumlah total semua biaya yang berkaitan secara
langsung dengan kelangsungan pelaksanaan proyek. Semua item yang terdaftar dalam RAB
dikendalikan pengeluarannya.
Pada proyek pembangunan kantor XYZ , terdapat 6 (enam) kelompok besar biaya langsung
yang termasuk ke dalam Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP), yaitu:

Biaya Preliminary/Persiapan
Di dalamnya termasuk biaya-biaya pekerjaan persiapan proyek konstruksi, termasuk
manajemen proyek dan biaya administrasi lapangan, mobilisasi dan demobilisasi
peralatan dan perlengkapan kerja, peralatan dan perlengkapan kerja, dll.

Biaya Material
Jenis biaya ini termasuk seluruh biaya yang berkaitan dengan bahan/material proyek,
termasuk biaya bahan persiapan, bahan pekerjaan struktur, bahan pekerjaan pondasi,
dan bahan pekerjaan pekerjaan arsitek.

Biaya Alat
Biaya alat mencakup keseluruhan alat yang digunakan pada saat konstruksi, dari
alat-alat berat hingga ke alat-alat kecil seperti tang.

Biaya Upah Tenaga Kerja


Biaya ini mencakup jumlah upah yang dibayarkan kepada para buruh pekerja
konstruksi.

Biaya Subkontraktor
Di proyek pembangunan kantor XYZ, yang termasuk biaya subkontraktor antara
lain pekerjaan mekanikal elektrikal

Biaya Umum dan Karyawan

Biaya ini termasuk gaji karyawan, biaya kantor dan rumah tangga, rapat proyek
dan koordinasi, dokumen kontrak, pengadaan coordination drawing, pengadaan
shop drawing, pengadaan as built drawing, laporan bulanan dan foto-foto kemajuan
pekerjaan, pengadaan contoh bahan, kebersihan dan kerapihan, dll.
Secara garis besar, klasifikasi biaya di proyek Pembangunan Kantor XYZ

dapat

digambarkan sebagai berikut:


Alat

Upah

Material

Subkon

Biaya
Langsu
ng

Prelimina
ry

Biaya
Umum

Gambar 1.1 Klasifikasi Komponen Biaya di Proyek Pembangunan Kantor XYZ


2

Rencana Anggaran Biaya

Rencana Anggaran Biaya adalah nilai jual yang setuju dibayarkan oleh pemilik proyek
(owner) kepada kontraktor pelaksana. RAB adalah jumlah RAP ditambah dengan laba yang
diambil kontraktor dan resiko yang ditanggung oleh kontraktor.

Rencana
Anggaran
Pelaksana
an

Laba +
Rugi

Rencana
Anggaran
Biaya

Gambar 1.2 Komponen Penyusun Rencana Anggaran Biaya


1.3

Aspek-aspek Kontrol1

1 Construction Project Cost Management; Ir. Asiyanto, MBA, IPM, dengan


penambahan dari berbagai sumber.

Time Control
Yang dimaksud dengan dengan time control adalah pengendalian waktu pelaksanaan
proyek, agar proyek dapat diselesaikan dalam batas waktu yang ditetapkan.
Keterlambatan penyelesaian proyek, tentu akan membawa risiko bertambahnya biaya.
Total durasi suatu proyek adalah ditentukan oleh durasi tiap-tiap jenis pekrjaan,
dimana tiap-tiap jenis pekrjaan ditentukan saat mulainya. Sedang durasi tiap-tiap jenis
pekerjaan diperoleh dari tingkat produktivitas yang akan dicapai oleh sejumlah
sumber daya yang digunakan. Oleh karena itu, bila dalam realisasinya pekerjaan tidak
diselesaikan sesuai rencana waktunya, maka ini berarti realisasi tingkat produktivitas
dari sejumlah sumber daya tersebut menurun, atau lebih rendah dari rencana, yang
akibatnya tentu saja biayanya menjadi naik. Belum lagi pengaruh dari biaya tidak
langsung, yang akan menambah sebanding dengan bertambahnya waktu.
Jadi, dalam kaitannya dengan pengendalian biaya maka tindakan dalam pengendalian
waktu pelaksanaan, ada beberapa alternatif sesuai dengan kondisinya, antara lain
adalah sebagai berikut:
Menepati total durasi proyek yang telah ditetapkan, utnuk menghindari risiko
denda dan dampak lain yang merugikan, terutama adalah kesulitan pengaturan
sumber daya perusahaan (alat, tenaga dan modal), yang mungkin akan

dipergunakan di tempat lain.


Mempercepat atau memperlambat suatu kegiatan tetapi masih dalam total

durasi yang ditetapkan, yang dampaknya dapat menurunkan biaya.


Kalau terpaksa harus mempercepat durasi kegiatan atau beberapa kegiatan
untuk megejar keterlambatan yang terjadi, maka harus dapat memilih kegiatan
mana yang diputuskan untuk dipercepat, yang memiliki dampak kenaikan

biaya terkecil
Alat kendali waktu yang digunakan pelaksanaan proyek pada dasarnya ada tiga
macam metode, yaitu:
Bar chart atau Gantt chart method, biasanya digunakan untuk proyek-proyek

yang sederhana.
Vector diagram method, biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang sifat

pelaksanaannya memanjang, seperti: proyek jalan, saluran, atau terowongan.


Arrow diagram method, biasanya digunakan untuk proyek yang kegiatan satu
dengan yang lain sangat saling berkaitan, seperti proyek gedung bertingkat.

Gambar 1.3 S-Curve Proyek Pembangunan Kantor XYZ

Quality control
Yang dimaksud dengan pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari penjaminan mutu
yang memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu pada square
pile atau sistem-sistem agar memenuhi kriteria dan spesifikasi yang telah ditentukan
(Iman Soeharto, Manajemen Proyek Dari Konseptual sampai dengan Operasional,
Erlangga,Jakarta,1997).
Selain itu secara definitif pengendalian dapat dikatakan sebagai proses untuk
menentukan (mendetermine) apa yang akan dilaksanakan artinya standar, apa yang
sedang dilaksanakan, dan melakukan tindakan perbaikan (koreksi) sehingga
pelaksanaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Tujuan utama kegiatan pengendalian mutu adalah suatu kegiatan yang meliputi
kegiatan-kegiatan yang berupa pengetesan, pengukuran, dan pemeriksaan untuk
memantau apakah kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan.
Dengan demikian pengendalian mutu dapat dilihat sebagai suatu proses yang terdiri
dari:
1
2
3
4

Penetapan Standar
Adanya Pelaksanaan
Perlu adanya evaluasi
Tindakan perbaikan / koreksi

Kegiatan pengendalian selalu diawali dengan menetapkan terlebih dahulu apa yang
menjadi standar atau dasar pengendalian, kemudian standar tadi harus diikuti dengan
kegiatan pelaksanaan, mustahil adanya pengendalian jika pelaksanaan tidak ada.
Tindakan selanjutnya adalah evaluasi atau proses membandingkan antara pelaksanaan
dan standar yang sudah ditetapkan, apakah ada penyimpangan atau kesesuaian antara
standar dengan pelaksanaan. Jika terjadi penyimpangan, maka diperlukan tindakan
perbaikan untuk mengembalikan penyimpangan agar tidak terlalu jauh dari standar
yang sudah ditetapkan (Afrizal Nursin, Manajemen Proyek, Politeknik Negeri Jakarta,
Jakarta.1999; 20).
Pada penetapan standar ini yang perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Menetapkan tujuan dari penerapan sistem mutu.

Menetapkan jadwal dan target penyelesainnya.


Menetapkan sumber daya yang dibutuhkan.
Menetapkan tugas dan tanggung jawab dari setiap anggota tim yang sesuai
dengan pendekatan proses bisnis perusahaan yang setiap alur prosesnya telah

dipahami dan dikuasai sebelumnya.


Standar yang sudah ditetapkan harus dikaitkan dengan biaya yang ada, hal
tersebut dikarenakan perencanaan standar tersebut dilampirkan kedalam
kontrak yang berupa spesifikasi teknis baik itu kualifikasi jenis penggunaan

bahan atau material maupun cara-cara pelaksanaan pekerjaan.


Mengembangkan kerjasama dan interpersonal diantara anggota sehingga
saling menikmati keberadaanya.

Safety control
Saat ini sudah mulai digalakkan construction safety, yang sangat dikenal dengan
istilah K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) di lingkungan proyek konstruksi. Risiko
kecelakaan ini menjadi semakin besar dengan mulai bermunculan proyek-proyek
besar, untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupannya.
Risiko yang dihadapi oleh proyek konstruksi banyak disebabkan oleh sifat
khusus/spesifik dari proses konstruksi, antara lain sebagai berikut:
Terdiri dari banyak kegiatan yang rawan kecelakaan.
Kegiatannya tidak standar, selalu berubah, yang sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor dari luar.


Perkembangan/kemajuan teknologi konstruksi yang selalu ada merupakan

suatu tantangan tersendiri.


Tingginya turn over tenaga kerja konstruksi.
Banyaknya pihak-pihak yang terlibat dalam proses konstruksi, organisasi
pekerja, dan lain-lain.

Construction safety (keamanan konstruksi) mempunyai dua aspek penting yang harus
diperhatikan secara bersama, yaitu:

Aspek kemanusiaan, yaitu keselamatan manusia, baik manusia sebagai

pelaksana, pengguna bangunan, maupun manusia yang berada disekitarnya.


Aspek ekonomi, yaitu biaya maupun waktu yang hilang sebagai akibat
darikecelakaan yang terjadi, baik biaya secara langsung maupun tidak

langsung.
Cost control
Dalam kegiatan usaha jasa konstruksi, pengendalian biaya sangat penting artinya
untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Bila biaya konstruksi yang memang

sangat variabel ini tidak dapat dikendalikan, maka risikonya adalah kerugian usha,
yang bila berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kebangkrutan usaha.
Hal ini disebabkan oleh sifat usaha jasa konstruksi yang selalu menghadapi dilema,
yaitu:
Harga jual (nilai kontrak), yang bersifat konserfatif (relatif tetap nilainya)
Biaya produksi (biaya pelaksanaan proyek), yang bersifat fluktuatif selama
proses pelaksanaan, dan cenderung membesar bila tidak dikendalikan.
Untuk menghadapi kondisi yang dilematis tersebut, diperlukan dua kemampuan yang
sangat mendasar, agar perushaan dapat bertahan hidup dan berkembang, yaitu:
Kemampuan tentang construction cost, untuk memenangkan persaingan harga
secara aman yanitu menghasilkan cost estimate yang akurat dan cukup

bersaing.
Kemampuan untuk melakukan pengendalian terhadap biaya (cost control),
yaitu merealisir biaya pelaksanaan agar tidak terjadi penyimpangan terhadap
budget yang telah ditetapkan.

Akibat dari kurangnya kedua kemampuan tersebut, dapat menyebabkan kerugian


proyek, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

Low bid (under bid) yaitu salah dalam cost estimating, baik karena harga yang
terlalu rendah, kuantitas yang kurang, ataupun item pekerjaan yang tidak

ditampilkan.
Informasi/pengetahuan yang kurang tentang keadaan/kondisi pekerjaan.
Naiknya harga dari sumber daya yang digunakan selama proses konstruksi,

yang tidak diamankan dalam kontrak konstruksi (respons terhadap risiko).


Keadaan lapangan/cuaca yang buruk, yang tidak dapat diperkirakan.
Pemilihan metode konstruksi (construction method) yang keliru atau kurang

tepat.
Pengawasan dan manajemen yang tidak efektif

Dalam cost budget yang diuraikan di depan, biaya langsung proyek dirinci manjadi
unsur-unsur sebagai berikut:

Biaya bahan/material
Biaya upah
Biaya alat
Biaya subkontrak

Keempat unsur tersebut marupakan kelompok yang dominan, dan unsur sisanya
merupakan kelompok minor, yaitu:

Biaya persiapan/penyelesaian
Biaya overhead proyek (lapangan)

Untuk proyek yang memilki item pekerjaan yang banyak sekali, seperti proyek
gedung bertingkat, maka rasanya tidak mungkin bila seluruh item pekerjaan
dievaluasi, karena akan memakan energi yang besar. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dilakukan metode sebagai berikut:

Membagi-bagi cost cost budget menjadi beberapa bagian dari proyek, yang

secara teknis mudah dipisahkan.


Mengelompokkan item-item yang bernilai kecil (minor) menjadi satu
kelompok kode untuk menyederhanakan cost budget, dengan demikian
pengendalian biaya difokuskan kepada item pekerjaan yang dominan saja.
Sedang item-item pekerjaan yang kecil pengendaliannya digabung manjadi
satu kelompok, kecuali kalau terjadi penyimpangan yang cukup terjadi.

Pada dasarnya, setiap biaya setiap item pekerjaan terdiri dari dua faktor yang
dikalikan, yaitu:

Kuantitas pekerjaan
Harga satuan pekerjaan

Sementara sasaran kontrol yang harus dipahami adalah:

Tiap unsur dari biaya, yaitu biaya bahan, upah, alat, sub kontraktor, dan

seterusnya.
Faktor dari masing-masing unsur biaya, yaitu kuantitas dan harga satuan.

2
PENGENDALIAN LIKUIDITAS
Pada pengendalian biaya proyek, umumnya terfokus pada kondisi rentabilitas, yaitu
mengupayakan agar perimbangan antara pendapatan dan biaya proyek tetap terjaga.
Rentabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba, sedangkan likuiditas adalah kemampuan
membayar pada saat jatuh tempo.
Dilihat dari sudut rentabilitas dan likuiditas maka kondisi proyek dapat dibagi dalam empat
kelompok, yaitu:

Rentabilitas bagus dan likuiditas bagus


Proyek seperti ini yang selalu diharapkan, karena labanya cukup besar dan
pembayarannya lancer, sehingga labanya terwujud sebagai cash (tunai).
Rentabilitas bagus dan likuiditas jelek
proyek seperti ini memerlukan perbaikan likuiditas yang mendesak.
Rentabilitas jelek dan likuiditas bagus
Proyek seperti ini memerlukan strategi pengendalian biaya dengan memanfaatkan
likuiditas yang bagus sehingga dapat menolong kondisi rentabilitas menjadi lebih

baik.
Rentabilitas jelek dan likuiditas jelek
Proyek ini sedapat mungkin dihindari atau dicegah sejak awal agar tidak terjadi.

Bidang Modal Kerja Proyek


Upaya-upaya pengendalian modal kerja berkaitan dengan dua hal pokok, yaitu:
a
b

Penerimaan
Biaya
Secara matematis, modal kerja yang diperlukan adalah sebesar biaya dikurangi
penerimaan, semakin kecil selisih dua hal pokok tersebut menunjukkan bahwa
modal kerjanya juga kecil, demikian juga sebaliknya.
Secara grafis, selama masa pelaksanaan, dua hal pokok tersebut akan diwakili oleh
dua buah grafik yang dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi tentang kebutuhan
modal kerja proyek.

Pengendalian Penerimaan
Salah satu unsur pengendalian likuiditas proyek adalah pengendalian penerimaan. Dalam
upaya pengendalian, maka ada dua tahap yang harus dilakukan yaitu:

Tahap Penyusunan Kontrak


Dalam tahap penyusunan kontrak, peranan negosiasi yang berkaitan dengan sasaran
likuiditas sangat penting untuk dilakukan.
Tahap Pelaksanaan Proyek
Tahap pelaksanaan proyek, yaitu setelah upaya-upaya tahap penyusunan kontrak telah

dilakukan sebagai hasil akhir dari negosiasi kontrak.


Pengendalian Biaya
Unsur lain dalam pengendalian likuiditas sesudah pengendalian penerimaan adalah
pengendalian pembiayaan.
Pengendalian pembiayaan hanya ada pada tahap pelaksanaan, karena ditahap ini realisasi
biaya baru berlangsung. Bentuk tindakan nyata tentang pengendalian pembiayaan dalam
rangka pengendalian likuiditas, antara lain sebagai berikut:
-

Stock material di tempat, sekecil mungkin tetapi tetap menjamin kelancaran

pelaksanaan.
Batasi seminimal mungkin pembiayaan yang tidak terkait langsung dengan

kemajuan prestasi pekerjaan.


Batasi seminimal mungkin melaksanakan kegiatan-kegiatan yang secara langsung
menambah prestasi pekerjaan.

Pengendalian Pembiayaan dan Penerimaan


Pengendalian pembiayaan dan penerimaan harus dilakukan secara serentak, sebagai suatu
strategi yang terpadu.
Karena kondisi likuiditas ini adalah suatu laporan keuangan, maka seorang engineer (kepala
proyek) memang sebaiknya dapat memahami laporan keuangan proyek. Dengan memahami
laporan keuangan, maka seorang engineer akan lebih mudah melakukan tindakan
pengendalian likuiditas.

Anda mungkin juga menyukai