Anda di halaman 1dari 27

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

RUMAH PORTABEL SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN PASCA


BENCANA DENGAN MEMANFAATKAN MATERIAL LIMBAH
KONSTRUKSI

BIDANG KEGIATAN:

PKM – GT

Diusulkan Oleh :

SYAFIIQUL AZIZ PRIANI SURYA 21010112130100/2012


MAGHFUR ROZAK 21010112130081/2012
ADI PUTRA ROHENDI 21010112140247/2012

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
PENGESAHAN PKM-GAGASAN TERTULIS

1. Judul Kegiatan : RUMAH PORTABEL SEBAGAI SOLUSI


PEMBANGUNAN PASCA BENCANA DENGAN
MEMANFAATKAN MATERIAL LIMBAH
KONSTRUKSI

2. Bidang Kegiatan : PKM-GT


3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Syafiiqul Aziz Priani Surya
b. NIM : 21010112130100
c. Jurusan : Teknik Sipil
d. Universitas : Universitas Diponegoro
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Ds. Samaran, Kec. Pamotan, Kab.
Rembang. No .HP 085641181971
f. Alamat email : prianisurya@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ilham Nurhuda,ST,MT, PhD.
b. NIDN : 0025027601
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : JL.Bukit Kelapa Hijau I/BA.30
BKJ-Smg. No .Telp 02470188755

Semarang, 19 Maret 2014


Ketua Pelaksana Kegiatan
Bidang Kemahasiswaan

Prof. Dr. Ir. Abdullah, MS Syafiiqul Aziz Priani Surya


NIP. 195512311983031014 NIM. 21010112130100

ii
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-
NYA yang dilimpahkan kapada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang
bejudul “RUMAH PORTABEL SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN PASCA
BENCANA DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL LIMBAH
KONSTRUKSI” dengan lancar tanpa adanya suatu hambatan. Tulisan ini disusun
sebagai usulan PKM-GT tahun 2014.

Dalam setiap proses penyelesaian penulisan PKM-GT ini kami telah


menerima bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ilham Nurhuda,ST,MT, PhD. selaku dosen pembimbing yang membimbing


dan memberikan arahan kepada penulis.
2. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan semangat serta doanya.
3. Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan PKM-GT ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan PKM-GT yang kami buat masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan, sehingga untuk penyusunan PKM-GT berikutnya dapat menjadi
lebih baik.

Akhir kata, kami berharap agar penulisan PKM-GT yang kami susun ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca serta bagi kemajuan Almamater kita
tercinta.

Semarang, 19 Maret 2014

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN USULAN PKM-GT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL v
RINGKASAN vi
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat                   3 

GAGASAN 3
A. Kondisi Kekinian 3
B. Solusi yang Pernah Diterapkan 6
C. Perbaikan Solusi Terdahulu 7
D. Partrisipasi 8
E. Langkah Strategis Untuk Mengimplementasikan Gagasan 9 

KESIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
DAFTAR BIODATA PENELITI 17
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Limbah konstruksi (reruntuhan rumah) 9

Gambar 2. Komponen dinding 10

Gambar 3. Detail penyambungan antar partisi rumah 11

Gambar 4. Sambungan kolom dan kaki kuda-kuda 11

Gambar 5. Skema Pembangunan Rumah Portabel 12

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perkiraan waktu pekerjaan rumah portabel 13

v
RUMAH PORTABEL SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN PASCA
BENCANA DENGAN MEMANFAATKAN MATERIAL LIMBAH
KONSTRUKSI

Syafiiqul Aziz Priani Surya , Maghfur Rozak, Adi Putra Rohendi


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto Tembalang, Semarang

RINGKASAN

Bencana alam adalah musibah yang tidak diinginkan oleh masyarakat


maupun pemerintah yang berkaitan. Hal ini karena bencana alam membawa
korban dan kerugian baik nyawa, kesehatan, infrastruktur fisik, maupun
kebudayaan yang ada. Rumah warga dapat ambruk akibat getaran gempa ataupun
tersapu arus banjir dan gelombang tsunami.
Masa rekonstruksi yang lama membuat kehidupan warga terkena dampak
bencana di pengungsian menjadi lambat untuk pulih kembali. Keadaan ini
diperparah dengan kurangnya peran warga dalam rekonstruksi itu sendiri.
Sampah-sampah reruntuhan bangunan yang berserakan di daerah bencana jika
dibiarkan juga dapat mencemari lingkungan. Suasana yang seperti ini akan
menghambat pemulihan kehidupan di daerah bencana.
Salah satu solusi untuk menangani keadaan seperti ini adalah rumah
portabel yang menggunakan material limbah konstruksi dari reruntuhan bangunan
yang ada. Dalam karya ilmiah ini dijelaskan desain rumah knock down yang
praktis dan ramah lingkungan. Rumah portabel ini juga didesain untuk menjadi
alternatif hunian permanen yang memnuhi standar konstruksi rumah hunian.
Metode penulisan yang digunakan yaitu analisis kajian pustaka. Pertama,
penulis mencari bahan kajian di buku maupun sumber internet yang berkaitan
dengan topik yang diangkat. Setelah bahan terkumpul kemudian diteliti dan
dianalisis serta ditata sedemikian rupa untuk menghasilkan data yang lengkap
untuk menunjang gagasan. Kemudian, dari data tersebut dapat diambil kesimpulan
yang dapat menjawab rumusan masalah yaitu tentang rumah portabel sebagai
solusi pembangunan pasca bencana dengan memanfaatkan material limbah
lingkungan. Setelah semuanya disusun sesuai sistematika karya ilmiah, dilakukan
revisi karya tulis.
Rekonstruksi yang selama ini pernah diterapkan setelah bencana dirasa
belum memenuhi aspek cepat tanggap, sehingga prosesnya memakan waktu yang
lama dan dengan anggaran yang tidak sedikit. Inovasi atas hal ini mutlak
dilakukan. Oleh karena itu penulis memiliki gagasan untuk mendesain rumah
pertabel yang lebih praktis sekalingus mengurangi pencemaran lingkungan.
Mekanismenya melibatkan pemerintah, pengusaha, dan masyarakat.
Setelah dianalisis lebih jauh, disimpulkan bahwa rumah portabel ini sangat
cepat pengerjaannya dan membuthkan anggaran yang lebih sedikit karena
menggunakan material limbah. Karya ini direkomendasikan untuk mejadi
pertimbangan sistem dan metode dalam pelaksanaan rekontruksi perumahan pasca
bencana di Indonesia.

vi
1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Rumah merupakan bangunan yang diciptakan oleh manusia sejak berabad -


abad silam. Seiring dengan perkembangan zaman perubahan bentuk rumah semakin
beragam, akan tetapi memiliki konsep yang sama yaitu suatu ruangan yang
diciptakan untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu. Sebagai bangunan rumah
sendiri terdiri dari pembatas ruangan berupa sekat dinding dan atap sebagai
pelindung dari hujan. Rumah bukan hanya sekedar sebagai tempat tinggal dan
bernaung dari terpaan hujan dan angin saja namun juga sebagai sarana penunjang
berbagai aktivitas yang ada baik sosial, ekonomi, dan bahkan sarana rekreatif. Maka
rumah merupakan kebutuhan primer selain sandang dan pangan.
Menurut data statistik PBB pertumbuhan populasi di dunia semakin
meningkat bahkan mencapai 7 miliar jiwa pada tanggal 19 Oktober 2012 pukul
03.36 WIB. Di Indonesia sendiri Pertumbuhan populasi semakin meningkat tiap
tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia populasi indonesia tahun 2010
mencapai 237,6 juta jiwa. Dengan meningkatnya populasi manusia maka kebutuhan
akan tempat tinggal akan meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan akan
pemenuhan rumah maka diperlukan pembangunan rumah yang cepat sehingga
dapat memenuhi tingkat kebutuhan.
Sedangkan belakangan ini Indonesia marak tertimpa bencana alam seperti
gempa bumi di Kebumen, gunung meletus di Sinabung, banjir di Pati, Kudus dan
Demak. Dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam bukan hanya kepada
masyarakat saja namun juga hunian yang mereka tinggali akan mengalami
kerusakan dari kecil hingga permanen. Bencana yang bersifat destruktif yang dapat
menghancurkan rumah antara lain gempa, tsunami, gunung meletus, banjir bandang
dan tanah longsor. Kebanyakan pengungsi akan menunggu rumah mereka
diperbaiki, sedangkan waktu pernenovasian rumah tidaklah singkat, tergantung
tingkat kerusakan yang dialami rumah tersebut. Mengetahui kendala tersebut maka
diperlukan pembangunan yang tidak memakan waktu lama.
Penanganan yang dilakukan pemerintah terhadap korban bencana alam
sendiri lebih terfokus pada pemenuhan sandang dan pangan. Sedangkan untuk
penanganan hunian korban bencana masih belum ditangani secara serius.
2

Pemerintah pernah mendirikan rumah tinggal bagi warga korban bencana tsunami
aceh yang terjadi pada tanggal 24 desember 2004, namun kondisi rumah yang
didirikan jauh dari kata layak karena sekat yang digunakan berupa papan triplek
dan waktu pengerjannya relatif lama.
Jika rekonstruksi rumah warga tidak dilakukan segera maka berakibat fatal
pada masyarakat sendiri. Selain berdampak pada ekonomi warga, dampak yang lain
timbul adalah psikologis masyarakat yang terganggu akibat terlalu lama tinggal
diposko dan kebanyakan dari mereka menganggur akibat dari lumpuhnya aktivitas
bekerja. Selain masyarakat pemerintah akan menelan biaya cukup banyak untuk
menanggung hidup korban bencana diposko.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah pembangunan rumah dengan
metode knock down atau bongkar pasang. Konsep dasarnya yaitu menyediakan
komponen pembentuk rumah dengan pracetak sehingga pengerjaan dilapangan
hanya menyusun saja. Disamping itu pembangunan rumah membutuhkan material
yang pasti akan memakan biaya sehingga hal yang diperlu dilakukan yaitu
memanfaatkan barang yang memiliki nilai jual rendah sebagai bahan baku
pembuatan rumah portabel. Oleh karena itu diperlukan rancangan dan desain yang
tepat sehingga dapat memenuhi konsep sistem bongkar pasang dan dapat
memanfaatkan limbah lingkungan yang ada.

B. Tujuan

1. Untuk menangani solusi pembangunan rumah pasca bencana dengan


menerapkan rumah portabel.
2. Untuk mengetahui komponen yang diperlukan dalam pembuatan rumah
portabel.
3. Untuk mengetahui desain rumah portabel yang aplikatif.
4. Untuk mengetahui mekanisme pembuatan rumah portabel.
5. Untuk mengetahui bahan limbah yang dapat dipergunakan sebagai bahan
bangunan pembuatan rumah portabel.
3

C. Manfaat

1. Bagi Masyarakat korban bencana alam, Sebagai solusi pembangunan rumah


pasca bencana yang cepat dan siap digunakan dengan segera.
2. Bagi Pemerintah, Salah satu alternatif guna melakukan pembangunan
pemukiman masyarakat yang efisien, hemat waktu dan biaya.
3. Bagi penulis lain, Dapat memberikan ide untuk menyempurnakan konsep
rumah portabel untuk menangani pembangunan hunian pasca bencana.

GAGASAN
A. Kondisi Kekinian

Belakangan ini di Indonesia marak terjadi bencana alam dan kebanyakan


didominasi oleh bencana yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng seperti gempa
bumi. Tidak bisa dipungkiri Indonesia terletak di antara tiga lempeng benua yang
mengakibatkan Indonesia dijuluki ring of fire yaitu patahan yang tersebar sepanjang
pulau Sumatera, Jawa dan Maluku. Kondisi inilah yang menyebabkan Indonesia
sering dilanda bencana gempa bumi.
Gempa bumi merupakan guncangan yang terjadi dipermukaan bumi akibat
dari gerakan lempeng bumi maupun aktivitas vulkanik. Dampak yang diakibatkan
gempa bumi lebih mengarah pada kondisi fisik bangunan. Sebagai contoh gempa
bumi yang terjadi di Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006 dengan kekuatan 5,9 skala
richter mampu merusak rumah warga di tiga kecamatan di Kab. Klaten yaitu
Kecamatan Gantiwarno, Wedi dan Prambanan.
Selain berdampak pada kerusakan bangunan dampak yang lain timbul
adalah tsunami apabila titik episentrum gempa terletak di laut. Dampak yang
ditimbulkan tsunami adalah gelombang air laut yang tinggi dan mampu menerjang
bangunan. Kekuatan gelombang tsunami tergantung pada letak dan kekuatan
gempa sendiri yang ada di laut. Seperti kejadian pada tanggal 26 Desember 2004
gempa bumi berkekuatan 9,0 skala richter mengguncang daerah Aceh dan Sumatera
Utara dan merenggut 220.000 korban jiwa. Bukan hanya korban jiwa saja ribuan
rumah dan gedung perkantoran telah luluh lantah.
Faktor yang mendukung rentannya bangunan rumah terhadap gempa adalah
banyak masyarakat umum yang membangun rumah tanpa pengetahuan yang
4

memadai serta pengarahan tentang tata cara pembangunan rumah yang benar.
Perencanaan tata ruang maupun denah sebuah rumah merupakan salah satu penentu
kuat tidaknya rumah tersebut terhadap gempa.
Kondisi bangunan rumah masyarakat yang belum memenuhi standar, dapat
berakibat fatal pada bangunan rumah. Menurut daftar Modified Mercalli Intensity
Scale tahun 1956 gempa dengan kekuatan 6 – 6,9 skala ritchter mampu
menghancurkan konstruksi rumah dengan pembangunan sesuai standar.
Selain bencana gempa yang mampu menghancurkan rumah masyarakat.
Aktivitas erupsi gunung api juga berkontribusi dalam kerusakan rumah. Hasil
letusan gunung berapi beragam dan memiliki tingkat destruktif yang berbeda,
seperti awan panas (pyroclastic density flow) yang diluapkan kawah gunung dengan
suhu mencapai 600˚ C mampu meruntuhkan tembok rumah karena memiliki
densitas yang cukup tinggi karena mengangkut abu vulkanik ditambah dengan
kecepatan awan panas mencapai 200 km/jam. Selain awan panas, Lahar dingin yang
membawa material seperti bongkahan batu mampu untuk mengahancurkan rumah.
Selama ini upaya yang dilakukan pemerintah terkait dengan penanganan
korban bencana terkonsentrasi pada kebutuhan sandang dan pangan saja. Dan
perekonstruksian ulang rumah korban bencana masih belum ditangani secara serius.
Seperti yang tercantum dalam “PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL
PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA” dijelaskan
bahwa “Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat merupakan bantuan
Pemerintah sebagai stimulan untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya
yang mengalami kerusakan akibat bencana untuk dapat dihuni kembali”. Akan
tetapi terdapat kendala dalam perkonstruksian rumah sendiri yaitu dalam tahapan
pengerjaan dan besaran biaya. Dalam pengerjaan rumah sendiri telah dijelaskan
bahwa dilaksanakan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Akan tetapi
mengingat tidak semua masyarakat memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
memahami dalam teknik pembangunan rumah maka hal ini aka menghambat dalam
waktu pengerjaan rumah, ditambah lagi kuantitas rumah yang harus dibangun juga
berpengaruh terhadap waktu pengerjaan. Sehingga diperlukan desain bangunan
yang memiliki waktu pengerjaan yang singkat untuk mempercepat pembangunan.
5

Dalam pembangunan dalam skala besar tentunya akan membutuhkan


material yang banyak pula, sehingga cost energi yang dikeluarkan makin banyak.
Menurut paper yang disampaikan oleh Rosemary A. Colliver “bahwa dunia
konstruksi pada negara maju seperti Amerika Serikat menghasilkan limbah
konstruksi sebesar 31.5 juta ton setiap tahunnya,
(http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/132585-T%2027734-
pengaruh%20penerapan-Pendahuluan.pdf)”.
Pada pembangunan konstruksi bangunan tidak dapat dihindari adanya
limbah konstruksi atau Construction Waste. “Sisa material konstruksi didefinisikan
sebagai sesuatu yang sifatnya berlebih dari yang disyaratkan baik itu berupa hasil
pekerjaan maupun material konstruksi yang tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak
dapat digunakan lagi sesuai fungsinya (J.R.Illingworth, 1998)”. Dalam kenyataan
di lapangan limbah lingkungan akibat konstruksi bangunan hanya berserakan begitu
saja dan hanya menambah kuantitas dari sampah kota yang notabene tempat
pembuangan (landfill). Penanganan limbah konstruksi sendiri sudah dilakukan
namun sebatas pada limbah yang memiliki nilai jual seperti limbah berbahan dasar
besi, namun untuk limbah yang tidak memiliki nilai jual seperti pecahan bata,
keramik, genteng, dan beton hanya dimanfaatkan sebagai tanah urugan bahkan ada
yang dibiarkan begitu saja. Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan upaya
pemanfaatan atau recycle limbah konstruksi sebagai bahan bangunan kembali yang
lebih dikenal dengan sustainable development atau pembangunan berkelanjutan.
“Terkait dengan lingkungan, konsep berkelanjutan atau sustainability menjadi
pertimbangan dalam bidang konstruksi. Menurut World Commission on
Environment and Development (1987) definisi keberlanjutan (sustainability)”.
“Konsep sustainable construction memperhatikan aspek penggunaan material,
pemanfaatan energi, desain dan konstruksi, kontribusi pada kehidupan sosial,
perbaikan perekonomian, kontekstualitas dan nilai arsitektural, serta kelayakan
suatu konsep untuk diaplikasikan dalam skala lebih luas (kompas, 2012)”.
Konsep pembangunan berkelanjutan juga mendukung upaya konstruksi
yang berwawasan lingkungan atau (green construction) , menurut Dirjen Bina
Marga Departemen Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak, green construction adalah
konstruksi yang dapat mengurangi biaya - biaya yang disebabkan bencana yang
6

ditimbulkan karena kerusakan alam. Sehingga pemanfaatan limbah konstruksi


bangunan dalam pembangunan rumah portabel merupakan salah satu solusi dalam
pemanfaatan limbah tersebut.

B. Solusi Yang Pernah Diterapkan

Dari beberapa kejadian bencana yang pernah terjadi di Indonesia yang


menghancurkan rumah dan tempat tinggal warga, terdapat beberapa solusi yang
pernah diterapkan. Di antaranya yaitu Huntara pasca erupsi gunung Merapi di
Sleman, perumahan Kahuripan Nirwana di Sidoarjo pasca luapan lumpur Lapindo
di Sidoarjo, dan Perumahan Kotak Korek Api pasca Tsunami di Aceh.
Salah satu solusi yang pernah diterapkan untuk pembangunan papan
perumahan pasca bencana adalah Huntara (Hunian Sementara). Huntara adalah
rumah yang dibangun untuk korban bencana gunung meletus. Huntara yang
dibangun oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X memiliki spesifikasi
acuan 4x7 meter persegi dengan menggunakan bahan lokal. Bahan lokal yang
digunakan adalah bambu untuk tiang dan dindingnya menggunakan jalinan bambu.
Hunian sementara ini ditempati keluarga korban merapi yang rumahnya
rusak. Lamanya waktu penggunaan Huntara ini antara enam bulan sampai satu
tahun, tergantung kerusakan rumah yang ada dari masing-masing keluarga.
Pembangunan 2526 unit Huntara memakan waktu enam bulan, yaitu dari bulan
November 2010 hingga April 2011.
Selain bencana gunung Merapi, bencana lain yang memerlukan rekonstruksi
perumahan cukup besar adalah Tsunami Aceh yang terjadi pada akhir tahun 2004.
Tsunami menyebabkan sekitar tiga ratus ribu jiwa meninggal dan setengah juta
orang kehilangan tempat tinggalnya. Sehingga rekonstruksi pasca tsunami
difokuskan pada pembangunan perumahan rakyat. Rumah yang dibangun adalah
rumah sederhana tipe 45 dan Rumah Sangat Sederhana (RSS) yang oleh masyarakat
Aceh disebut “rumah kotak korek api.”
Rumah kotak korek api adalah hunian permanen bagi korban tsunami Aceh.
Rumah ini terdiri dari dua kamar. Realisasi proyek rumah sangat sederhana ini
adalah 3000 unit pada akhir maret 2005.
7

Sampah beton adalah puing-puing pecahan beton dari komponen struktur


dan komponen non-struktur dari bangunan. Selama ini sampah beton telah banyak
digunakan dalam pembutan beton yang baru sebagai agregat kasar. Keunggulan
agregat kasar dari sampah beton ini adalah memiliki daya lekat yang kuat dengan
bahan pengikat beton (semen) yang akan dihasilkan.
Berdasarkan hasil penelitian sifat-sifat yang dimiliki oleh beton tersebut,
bahwa beton daur ulang dengan agregat bekas pakai dapat dipergunakan sebagai
beton struktural dengan kekuatan relatif sama dengan beton normal, dimana kuat
tekan yang dimiliki dapat mencapai 380 kg/cm2 atau sekitar 98% dibanding beton
normal, pada faktor air semen 0,4 dan dapat mencapai 350 kg/cm2, atau sekitar
92% dibanding beton normal pada faktor air semen 0,5. (Techno konstruksi, 2010).
Hal ini mendukung konsep daur ulang dan efisiensi bahan dalam pembangunan
rumah knock-down pasca bencana yang direncanakan.

C. Perbaikan Solusi Terdahulu

Setelah melihat dan menimbang dari beberapa data sebelumnya, muncul ide
untuk mendesain dan merencanakan rumah semi permanen yang cepat
pengerjaannya dan siap huni untuk jangka panjang. Karena dari beberapa rumah
pasca bencana yang ada dinilai masih lamban dikerjakan dan belum siap
difungsikan secara permanen. Partisipasi masyarakat yang mengungsi juga kurang
maksimal dalam rekonstruksi perumahan pasca bencana.
Sampah beton yang berserakan dari puing-puing bengunan yang rusak
akibat bencana dapat didaur ulang menjadi komponen dinding portabel yang
berbasis beton pracetak. Cetakan untuk pembuatan dinding ini sebelumnya
dipersiapkan oleh instansi pemerintah untuk rekonstruksi pasca bencana di tiap
daerah. Komponen dinding beton pracetak yang dihasilkan berdimensi penampang
15 x 15 cm2 dengan panjang 1 meter.
Bentuk komponen dinding didesain agar dapat dipasang dengan mudah
pada ruang di antara kolom dan dapat saling mengunci satu sama lainnya. Dinding
pasangan yang telah berdiri juga dapat dilepas dengan cepat karena tidak direkatkan
dengan mortar.
8

Sedangakn kolom yang digunakan adalah kolom dari beton bertulang


pracetak yang disiapkan oleh instansi pemerintah terkait bekerja sama dengan
badan tanggap darurat bencana dan CSR perusahaan konstruksi. Kolom didesain
agar saling mengunci dengan komponen dinding yang dipasang dengan memberi
kaitan kunci di sisi luar penampang yang bersentuhan langung dengan dinding.
Dimensi kolom sendiri direncanakan untuk bangunan rumah tinggal satu lantai,
yaitu 15 x 15 cm2.
Kuda-kuda yang digunakan dalam konsep rumah pasca bencana terbuat dari
baja ringan dengan penampang berbentuk pipa. Penutup atap yang digunakan
adalah galvalum dengan pertimbangan beban mati yang ringan dan kenyamanan
penghuni di bawahnya.

D. Partisipasi

Untuk pengembangan gagasan ini diperlukan partisipasi dan dukungan dari


semua pihak baik pemerintah, masyarakat, relawan bencana dan pengusaha
terutama perusahaan penyedia beton yang menjalankan program CSR (Corporate
Social Responsibility). Pemerintah diharapkan mendukung dan memperhatikan
para penulis atau peneliti yang ingin mengeluarkan gagasannya sehingga
aspirasinya dapat terwadahi. Melalui instansi yang terkait rekonstruksi seperti
Kementrian Perumahan Rakyat dan Dinas Pekerjaan Umum, pemerintah dapat
menyediakan bantuan tanggap darurat rekonstruksi perumahan permanen.
Masyarakat diharapkan dapat mengerti dan mengetahui tentang perlunya
kemandirian dan kerja sama dalam pemulihan pasca bencana serta tetap beraktivitas
penuh selama masa pengungsian. Bagi para pengusaha, agar melakukan tanggung
jawab sosial (CSR) sebagai wujud kepedulian terhadap rakyat dan negara.
Semua partisipasi dan dukungan sangat diharapkan untuk mendukung
gagasan ini. Diharapkan di kemudian hari gagasan ini dapat menjadi solusi bagi
rekonstruksi daerah yang dilanda bencana. Dan yang terpenting dapat meringankan
beban masyarakat terkena dampak bencana dan pemerintah yang bersangkutan.
9

E. Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Gagasan

Selama ini upaya rekontruksi rumah bagi korban bencana telah


dilaksanakan oleh pemerintah. Namun dalam realisasinya jauh dari taraf kelayakan.
Hal ini dapat dilihat dari lamanya waktu pengerjaan dan material yang dipilih
kurang sesuai dengan standar pembangunan rumah hunian. Maka diperlukan suatu
konstruki rumah yang layak huni dan memenuhi standar. Untuk itu diperlukan
desain bangunan yang praktis, ekonomis dan ramah lingkungan.
Dalam pembangunan rumah pasca bencana perlu diperhatikan persyaratan
standar pembangunan rumah hunian. “Secara umum terdapat lima syarat utama,
antara lain lokasi bangunan, pondasi, denah bangunan, desain struktur, dan kuda-
kuda (DPU dan Asosiasi Semen Indonesia, 2006).”
Dari gagasan yang diusulkan disimpulkan bahwa desain rumah portabel
(knock down) merupakan salah satu alternatif rekonstruksi rumah pasca bencana.
Yang dimaksud rumah portabel sendiri adalah sistem pengerjaan konstruksi yang
praktis (bongkar-pasang) sehingga struktur bangunan disediakan dalam bentuk
pracetak dan di lapangan hanya perlu disusun saja.
Mekanisme pembangunan rumah portabel sendiri dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Sebelum terjadi bencana, pemerintah bekerja sama dengan perusahaan
pencetakan beton menyiapkan cetakan struktur kolom, sloof, balok, dan
komponen dinding portabel yang telah didesain.
2. Setelah bencana terjadi, tim tanggap darurat memobilisasi truk pengangkut
limbah konstruksi berupa pecahan dinding dan beton untuk dibawa ke tempat
pencetakan.

Gambar 1. limbah konstruksi (reruntuhan rumah)


10

3. Limbah konstruksi didaur ulang kembali dan dicetak menjadi kolom, sloof,
balok, dan komponen dinding. 
4. Teknis pengerjaan di lapangan dimulai dengan pembuatan lubang pada
pondasi eksisting untuk penempatan kolom. Kemudian kolom pracetak
ditempatkan pada lubang yang telah dibuat dan diperkuat dengan cor beton di
sekelilingnya.
5. Pemasangan sloof dengan kolom dengan desain sambungan tertentu.
6. Pemasangan komponen dinding knock down yang saling mengunci baik
dengan kolom maupun dengan komponen dinding lainnya. Dengan
penjelasan konektor sebagai penghubung komponen utama dan kolom
maupun antar komponen utama.

Gambar 2. Detail Partisi Rumah Portabel


11

Gambar 3. Detail penyambungan antar partisi rumah

7. Pemasangan balok dengan kolom dengan sambungan tertentu.


8. Pemasangan kuda-kuda dari baja ringan dengan sistem baut, penyambungan
kaki kuda-kuda dengan ujung kolom seperti berikut.

Gambar 4. Sambungan kolom dan kaki kuda-kuda


12

Mekanisme di atas dapat dijelaskan ke dalam skema berikut ini

(pegumpulan limbah konstruksi) (pengangkutan limbah konstruksi


ke pabrik pencetakan beton)

(pengangkutan partisi rumah ke lokasi ) (proses pembuatan partisi rumah


pembangunan rumah portabel) berbahan limbah konstruksi)

(Pemasangan partisi rumah (Ilustrasi rumah)


pada lokasi pascabencana)
Gambar 5. Skema pembangunan Rumah portabel
13

Lamanya rekonstruksi perumahan merupakan salah satu faktor penulisan


untuk penulisan karya ilmiah ini. Misalnya rekonstruksi Huntara di kaki Gunung
Merapi diperlukan waktu sekitar enam bulan. Berdasarkan data tersebut dapat
diperkirakan rumah portabel ini lebih cepat pengerjaannya karena melibatkan
masyarakat terkena dampak bencana secara aktif.

Tabel 1. Perkiraan waktu pekerjaan rumah portabel


Jenis Pekerjaan Waktu
Pengangkutan limbah konstruksi 1 hari
Pencetakan kolom dan komponen dinding 14 hari
Pembuatan lubang kolom dan pemasangan kolom pracetak 1 hari
Pemasangan komponen sloof, balok, dan komponen dinding 2 hari
pracetak beserta kuda-kuda dan atap galvalum

Jumlah 18 hari

Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa waktu pengerjaan rumah


portabel lebih singkat dibanding pengerjaan rumah-rumah pasca bencana yang
selama ini sudah dilakukan. Selain itu biaya yang dikeluarkan lebih murah karena
menggunakan material limbah reruntuhan bangunan rumah.
Untuk menerapkan gagasan ini dibutuhkan dukungan dari pemerintah,
masyarakat dan pengusaha dan relawan agar gagasan ini dapat diwujudkan dan
bermanfaat untuk semuanya. Langkah-langkah strategis untuk
mengimplementasikan gagasan ini antara lain:
1. Proses pencetakan kolom, balok, sloof, dan komponen dinding dilakukan
sesuai standar spesifikasi desain dan dikerjakan dengan teliti.
2. Mekanisme pemasangan di lapangan dilakukan dengan efisien secara aktif
oleh masyarakat dan didampingi oleh tenaga terdidik.
3. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkena dampak bencana agar
dapat memainkan peran utama secara aktif dalam rekontruksi tempat
tinggalnya.
14

Diharapkan hal ini dapat sesuai dengan tujuan dan bermanfaat bagi
masyarakat terkena dampak bencana dan dapat memperbaiki solusi-solusi yang
pernah ada. Sehingga alternatif rumah portabel untuk rekonstruksi pasca bencana
nantinya dapat meringankan beban masyarakat yang terkena musibah bencana.

KESIMPULAN

Masa rekonstruksi oleh pemerintah dan relawan kebencanaan pasca


bencana dirasa kurang memenuhi aspek cepat tanggap terutama di bidang
perumahan. Agar kondisi ini tidak lagi tejadi maka salah satu solusinya yaitu
pembangunan rumah permanen secara cepat dengan memanfaatkan bahan-bahan
yang murah dan ramah lingkungan. Kemudian didapatkan desain rumah portabel
yang praktis dengan material limbah konstruksi dari bengunan yang hancur dan
melibatkan masyarakat secara aktif. Desain rumah portabel ini diharapkan mampu
memulihkan perumahan warga secara cepat agar dapat memulai kehidupannya
kembali.
Penerapan gagasan ini akan tercapai terutama jika didukung oleh peranan
pemerintah, masyarakat, relawan dan pengusaha sehingga bermanfaat bagi
semuanya. Langkah-langkah strategis untuk menerapkan gagasan ini yaitu Proses
pencetakan kolom dan komponen dinding dilakukan sesuai standar dan dikerjakan
dengan teliti, mekanisme pemasangan di lapangan dilakukan dengan efisien secara
aktif oleh masyarakat didampingi oleh tenaga terdidik, dan melakukan sosialisasi
kepada masyarakat terkena dampak bencana agar dapat memainkan peran utama
secara aktif dalam proses rekontruksi.
Manfaat dari rumah portabel dari material limbah konstruksi antara lain
terciptanya sistem, metode dan desain baru rekonstruksi pasca bencana yang
praktis, ekonomis dan ramah lingkungan, berkurangnya beban masyarakat karena
kehidupan yang minim kegiatan di posko pengungsian, penghematan biaya
penanggulangan bencana yang dikeluarkan pemerintah, dan terbukanya peluang
bagi perusahaan untuk melaksanakan program CSR secara efektif dan tepat sasaran.
15

DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Pedoman Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Pasca Bencana. Jakarta: BNPB.

Bakri. 2013. Sembilan Tahun Rumah Korban Tsunami Belum Jelas.


http://aceh.tribunnews.com/2013/12/26/sembilan-tahun-rumah-korban-tsunami-
belum-jelas (26 Desember 2013)

Boen, Teddy. 1978. Manual Bangunan Tahan Gempa. Jakarta: Yayasan L.P.M.B.

Center for International Foresty Research. 2014. Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan. http://blog.cifor.org/21273/dokumen-fakta-tujuan-pembanguan-
berkelanjutan#.UyhyMfl_srU (24 Februari 2014)

Coe, A.L. 2010. Geological Field Technique. Milton Keynes: Blackwell Publishing
Ltd.

Departemen Pengerjaan Umum dan Asosiasi Semen Indonesia. 2006. Pedoman


Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa. Jakarta: DPU.

Kurniawan, A.B. 2011. Huntara Tak Jelas, Korban Merapi Demo.


http://tekno.kompas.com/read/2011/02/28/11311517/huntara.tak.jelas.korban.mer
api.demo (28 Februari 2011)

Mistra. 2007. Membangun Rumah Tahan Gempa. Jakarta: Penebar Swadaya.

Narayudha, Moga. 2005. Buku Ajar Teknologi Bahan Konstruksi. Semarang:


Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Rahmat, Purwono. 2005. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa.


Surabaya: ITS Press.
16

Suharjanto. 2013. Rekayasa Gempa. Yogyakarta: Kepel Press.

Suseno, Hendro. 2010. Bahan Bangunan untuk Teknik Sipil. Malang: Bargie
Media.

Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi untuk Teknik Sipil. Alih Bahasa oleh E
Diraatmadja. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Vlack, V.1986. Ilmu dan Tekhnologi Bahan (Terjemahan) Edisi keempat. Jakarta :
Erlangga.

Wikipedia. 2014. Gempa Bumi. http://www.id. wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi


(11 Maret 2014)

Yohanes. 2013. Memanfaatkan Limbah Konstruksi.


http://konstruksimania.blogspot.com/2013/07/memanfaatkan-limbah-
konstruksi.html (18 Desember 2013)

Young, JF. et. al. 1998. The Science and Technology of Civil Engineering
Materials. New Jersey: Prentice Hall.

Yunis, Tabrani. 2013. Aceh Pasca Bencana Tsunami.


http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/25/aceh-pasca-bencana-tsunami-
619667.html (25 Desember 2013)
17

LAMPIRAN

Biodata Ketua dan Anggota


1. Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Syafiiqul Aziz Priani Surya
2 Jenis Kelamin Laki – Laki
3 Program Studi S1 Teknik Sipil
4 NIM 21010112130100
5 Tempat Tanggal lahir Rembang, 07 Juni 1994
6 Email prianisurya@gmail.com
7 No. tlp/HP 085641181971
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD N Samaran SMP N 1 SMA N 1
Pamotan Rembang
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2000 - 2006 2006 - 2009 2009 - 2012
Lulus
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan
No.
Ilmiah/Seminar Ilmiah Tempat
1
2
3
D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreativitas Mahasiswa – Gagasan
Teknologi (PKM – GT)
Semarang, 19 Maret 2014

( Syafiiqul Aziz Priani Surya )


18

2. Anggota Pelaksana 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Maghfur Rozak
2 Jenis Kelamin Laki – Laki
3 Program Studi S1 Teknik Sipil
4 NIM 21010112130081
5 Tempat Tanggal lahir Kendal, 24 Desember 1994
6 Email Maghfur.rozak@yahoo.com
7 No. tlp/HP 085740382726
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 01 Bulak MTs Al-Islam SMA Muh. 2
Rowosari Pekalongan
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2000 - 2006 2006 - 2009 2009 - 2012
Lulus
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan
No.
Ilmiah/Seminar Ilmiah Tempat
1
2
3
D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreativitas Mahasiswa – Gagasan
Tertulis (PKM – GT)

Semarang, 19 Maret 2014

( Maghfur Rozak)
19

3. Anggota Pelaksana 2
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Adi Putra Rohendi
2 Jenis Kelamin Laki – Laki
3 Program Studi S1 Teknik Sipil
4 NIM 21010112140247
5 Tempat Tanggal lahir Rembang, 28 Maret 1994
6 Email Adipeer69@gmail.com
7 No. tlp/HP 08988146513
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD N Pacar SMP N 1 SMA N 2
Rembang Rembang
Jurusan UMUM UMUM IPA
Tahun Masuk- 2000 - 2006 2006 - 2009 2009 - 2012
Lulus
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan
No.
Ilmiah/Seminar Ilmiah Tempat
1
2
3
D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreativitas Mahasiswa – Gagasan
Tertulis (PKM – GT)

Semarang, 19 Maret 2014


Pengusul,
20

Lampiran Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

Alokasi
Bidang
No. Nama/NIM Prodi Waktu (jam Uraian Tugas
Ilmu
/minggu)
1 Syafiiqul Aziz Sipil S- Manajemen 2 jam  Mengoordinasi
Priani Surya / 1 Konstruksi Kelompok
21010112130100  Konsultan pengolah
data
 Menyatukan gagasan
 Mengatur jadwal
asistensi

2 Maghfur Rozak / Sipil S- Manajemen 2 jam  Mengumpulkan sumber


21010112130081 1 Konstruksi kajian
 Menyunting naskah dan
tata letak

3 Adi Putra Sipil S- Rekayasa 8 jam  Memvisualkan gagasan


Rohendi / 1 Material dalam gambar
21010112140247  Menganalisis data
21

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jalan Prof. Soedarto, SH Te":Jbalang Semarang Kotak Pos 1269
Telp : (024) 7460012 Fax: (024) 7460013 email: rektor@undip.ac.id, sesrektor@undip.ac.id

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/ PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Syafiiqul Aziz Priani Surya


NIM : 21010112130100
Program Studi : Teknik Sipil S1
Fakultas : TEKNIK

Dengan ini menyatakan bahwa usulan PKM-GT* saya dengan judul : "Rumah Portabel Sebagai
Solusi Pembangunan Pasca Bencana dengan Memanfaatkan Limbah Konstruksi" yang diusulkan
untuk:. tahun anggaran 2014 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau
sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pemyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh
biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pemyataan ini dl.buat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benamya.

Syafiiqul Aziz Priani Surya


NIM. 21010112130100

Anda mungkin juga menyukai