Anda di halaman 1dari 4

DESKRIPSI KUNJUNGAN SURVEY DI TPA TAMANGAPA, ANTANG MAKASSAR

Hari, Tanggal Pelaksanaan

: 3 April 2014

Tempat Pelaksanaan

: TPA Tamangapa, Antang

Waktu Pelaksanaan

: 14.00 16.00

Tujuan Kegiatan

: Mahasiswa Teknik Lingkungan Unhas dapat menperoleh


pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan sampah di
TPA Tamangapa
: 48 Mahasiswa Teknik Lingkungan Unhas

Jumlah Peserta Kegiatan


Tujuan Pelaksanaan :

Dengan kunjungan yang dilakukan ke TPA Tamangapa, Antang berharap kami


(mahasiswa) teknik lingkungan dapat meningkatkan kemampuan mengenai pengelolaan
sampah selain itu kami juga di tuntut aktif bertanya penjelasan yang di berikan bapak dosen
agar kami (mahasiswa) menjadi tahu hal hal yang sebelumnya tidak diketahui tentang
pengelolaan sampah khususnya di tempat diadakannya survey pengamatan serta dapat
melihat kondisi keadaan secara langsung di TPA Tamangapa, Antang Makassar.
Pendahuluan :
Sampah merupakan salah satu isu perkotaan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari
seluruh masyarakat di wilayah kota Makassar. Seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan berkembangnya aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat, volume sampah,
khususnya sampah padat, yang dihasilkan oleh kawasan perkotaan terus mengalami
peningkatan. Peningkatan ini tentunya akan berimplikasi pada peningkatan kebutuhan akan
pelayanan pengelolaan sampah padat perkotaan yang efektif, efisien dan berkelanjutan.
Hingga saat ini, pengelolaan sampah padat perkotaan di wilayah kota Makassar khususnya di
TPA Tamangapa, Antang. Masyarakat masih melakukan cara cara konvensionalyang
tergolong kurang direkomendasikan dalam jangka panjang. Sampah sampah yang
dihasilkan oleh rumah tangga dikumpulkan tanpa melalui tahap pemisahan jenis sampah
terlebih dahulu. Sampah ini selanjutnya di bawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara)
ditingkat RW, Kelurahan, maupun Kecamatan sebelum diangkut ke TPA Tamangapa, Antang.
Dimana seperti yang kita lihat sejauh ini TPA Tamangapa, Antang kemungkinan menjadi satu
satunya TPA di kota Makassar yang didirikan sejak tahun 1993.
Sejarah TPA Tamangapa, Antang :
Menurut pembahasan bapak dosen sewaktu sebelum Tamangapa dibangun sebagai lahan
TPA, sampah - sampah padat di Makassar dibuang di Panampu, Kecamatan Ujung Tanah
karena daerah tersebut dekat dengan laut. kemudian tempat pembuangan sampah itu
dipindahkan ke Kantinsang, Kecamatan Biringkanaya. Akibat penurunan kualitas air, maka
pemerintah kota Makassar membangun TPA baru di Tanjung Bunga, Kecamatan Tamalate.
Akan tetapi, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan pendirian

wilayah perumahan yang semakin hari semakin memadat di sekitar Kecamatan Tamalate
mendorong pemerintah kota memilih Tamangapa sebagai lahan TPA yang efisien untuk kota
Makassar.
Deskripsi :
Di sekitar lokasi TPA terdapat beberapa pusat aktivitas seperti tempat ibadah, sekolah,
perkantoran dan pemukiman penduduk yang berlokasi kurang dari 1 km dari TPA. Ada juga
beberapa perumahan yang didirikan di sana seperti Perumahan Antang, Perumahan TNI
Angkatan Laut, Perumahan Graha Janah, Perumahan Griya Tamangapa, dan Perumahan
Taman Asri Indah. Selain perumahan terdapat juga 2 buah rawa yang berdekatan dengan
perumahan tersebut, yaitu Rawa Borong yang berlokasi di sebelah utara dan Rawa Mangara
yang bertempat di sebelah timur. Air dari Rawa Mangara mengalir menuju Sungai Tallo dan
air dari Rawa Borong mengalir menuju saluran air Borong. Berdasarkan catatan dinas
kebersihan dan lingkungan hidup, Makassar dengan jumlah penduduk lokal mencapai sekitar
1,3 juta jiwa, menghasilkan sekitar 3.800 m3 atau setara dengan 300 ton sampah perkotaan
setiap harinya. Padahal kapasitas maksimum dari TPA Tamangapa hanya sekitar 2.800 m3
sampah perkotaan setiap harinya. Diperlukan tambahan lahan TPA untuk pembuangan 1000
m3 sisa sampah. Sekitar 87% sampah di Makassar merupakan sampah organik dan sekitar
13% adalah sampah anorganik, seperti plastik dan kertas. Tentunya hal ini menjadi masalah
yang serius apabila tidak terdapat rencana serta tahap pengelolaan.

Gambar : Gunungan Sampah di TPA Tamangapa, Antang


Dengan melihat secara langsung kondisi keadaan TPA Tamangapa, Antang membuat saya
prihatin seharusnya di perlukan upaya yang lebih keras lagi untuk mencari jalan keluar atas
permasalahan sampah serta mengubah pola pikir dan cara pandang masyarakat Makassar
terhadap sampah. Selain kondisi saya juga melihat intensitas jumlah atau volume sampahnya
masih menunjukkan bahwa sebenarnya program program pengolahan sampah yang
dilakukan warga kota Makassar masih belum maksimal. Dalam pelaksanaannya masih belum
menyeluruh, masih banyak warga yang belum melaksanaan pengolahan sampah. Rata rata

sampah yang di buang di TPA Tamangapa kebanyakan adalah sampah organik yang berasal
dari pasar pasar. Hal ini menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan
polutan yang dapat mencemari air tanah. Lindi atau polutan sampah diketahui mempunyai
konduktivitas yang berbeda dengan air tanah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
beberapa peneliti sebelumnya, menunjukkan bahwa polutan ini mempunyai konduktivitas
yang lebih tinggi dari pada air tanah. Tentunya pencemaran ini berpotensi muncul dari
pengelolaan sistem terbuka atau open dumping yang umumnya memberikan permasalahan di
lingkungan sekitar lokasi TPA Tamangapa seperti munculnya penyakit, pencemaran udara,
adanya bau tidak sedap, asap pembakaran dan lain lain. Dan untuk mengatasi permasalahan
persampahan ini, pemerintah kota tidak bekerja sendiri namun melibatkan swasta dan
masyarakat bersama sama mengatasi permasalah tersebut. Selain itu untuk membangun
penyediaan publik juga memerlukan konstruksi pembiayaan yang sangat besar.
Dalam mengatasi permasalahan persampahan menunjukkan aspek kemitraan yang
dilaksanakan belum efektif, hal ini ditunjukkan melalui hasil pembakaran gas LFG yang
mencapai 10 % dari estimasi yang ingin dicapai.seharusnya dapat memberikan dampak yang
signifikan bagi perbaikan kondisi lingkungan. Namun masalah masalah persampahan
seperti bau tak sedap yang muncul dari truk pengangkut sampah terbuka, ceceran sampah,
lalat dan masalah air limbah tidak mampu teratasi secara maksimal dalam kemitraan ini.
Untuk mengatasi permasalahan persampahan harus memperbaiki metode pengelolaan TPA,
metode terbaik saat ini adalah sanitary landfill mengingat penegelolaan TPA Tamangapa
belum meninggalkan cara lama yaitu open dumping. Metode tersebut seharusnya tidak
digunakan lagi karena berbahaya bagi lingkungan menimbulkan pencemaran udara, tanah,
resiko kebakaran, dan lahan TPA yang menggunakan open dumping tentu tidak dapat
digunakan. TPA Tamangapa saat ini masih menggunakan open dumping dan sebagian control
landfill sementara / fasilitas sanitary landfill tidak mampu dimanfaatkan untuk dikelola di
TPA Tamangapa. Hal inilah yang menjadikan penanganan sampah lingkungan masih belum
maksimal dilakukan di TPA Tamangapa. Namun upaya penutupan sel yang menjadi bagian
dari kemitraan yaitu dengan menutup sebagian sel sampah aktif yang berada dekat
pemukiman warga sekitar hanya mampu mengurangi bau sampah yang sumbernya dari dalam
TPA. Pelaksanaan kegiatan kemitraan ini merupakan perbaikan kondisi lingkungan yang
cukup memberikan manfaat kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi TPA yaitu
pengurangan bau sampah walaupun pengurangan bau sampah tidak begitu signifikan
menunjukkan dampak perubahan namun area tersebut tidak lagi memberikan dampak berupa
bau tidak sedap karena sel yang sebelumnya jadi zona aktif pembuangan sampah yang
berdekatan dengan rumah warga sekitar sudah ditutup kemudian manfaat lain yang diperoleh
masyarakat sekitar dari pelaksanaan kemitraan yakni kemudahan beraktifitas dimalam hari
melalui penerangan listrik yang dialirkan dari sumber daya gas sampah TPA yang mampu
menerangi wilayah sekitar dan memudahkan aktifitas masyarakat pemulung di malam hari.

Adapaun sistem pelayanan pembuangan sampah di kota Makassar saat ini sudah dilayani
oleh armada sampah yang pengelolaannya berada di bawah naungan Dinas Kebersihan Kota

Makassar, mulai dari daerah permukiman, daerah perdagangan, pusat pemerintahan, lokasi
kegiatan sosial dan pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan Kota Makassar,
prasarana dan sarana pendukung dalam pembangunan persampahan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel Prasarana dan Sarana Persampahan Kota Makassar
Prasarana & Sarana
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Buldozer
Amroll
Dump Truck
Kijang
Container 6m3

Satuan
Ha

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

Volume
33

Keterangan
Lokasi di Tamangapa
Jarak 14 km dari pusat
kota
Sistem Controlled
Landfill

3
51
47
11
168

Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu tingkat timbunan sampah terbanyak 0,0035
m3 /orang/hari. Kota Makassar dengan jumlah penduduk 1.160.011 jiwa, menghasilkan
4.060.03 m

. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk dikali 0,0035

Sampah yang terangkut saat ini sebanyak 3251.74

/orang/hari.

. Sehingga banyaknya sampah yang

3
belum terlayani adalah 808,29 m .

Penutup
Upaya perbaikan sistem pengelolaan sampah perkotaan di wilayah kota Makassar tidak
akan berlangsung optimal tanpa dukungan dari seluruh pemangku kepentingan dan elemen
masyarakat. oleh karena itu, pada tahap awal mungkin semua pihak khususnya seluruh warga
kota Makassar mengubah pola pikir dan mewujudkan kepedulian tinggi di bidang
pengelolaan sampah. Dengan kunjungan survey ini sangat memberikan manfaat bagi
mahasiswa teknik lingkungan untuk kedepannya, agar kedepannya bisa merumuskan langkah
langkah strategis untuk mencapai kondisi jangka panjang yang dihasilkan dan
mengimplementasikan langkah langkah strategis tersebut ke dalam bentuk nyata di
lapangan. Jika negara modern bisa mewujudkan sistem pengelolaan sampah perkotaan yang
efektif, efisien dan berkelanjutan, kita kota Makassar juga pasti bisa !!!

Anda mungkin juga menyukai