Anda di halaman 1dari 3

Berdasarkan grafik 4.

1 dapat diketahui bahwa konsentrasi Pb menurun drastis pada


hari ke-5 untuk semua perlakuan. Untuk konsentrasi awal 5 ppm pada perlakuan P1 untuk
konsentrasi logam timbal (Pb) pada hari ke-5 menurun hingga 0,15 ppm, perlakuan P2
sebesar 0,26 ppm. Perlakuan P3 sebesar 0,16 ppm, perlakuan P4 sebesar 0,32 ppm dan
perlakuan P5 sebesar 0,28 ppm. Hal ini dikarenakan kemampuan media reaktor filtrasi dan
tumbuhan air pada awal percobaan dalam menyerap logam masih sangat tinggi.
Pada penelitian terjadi dua mekanisme penyerapan logam yaitu penyerapan secara

biologi dengan memanfaatkan tumbuhan air eceng gondok dan kiapu sebagai teknologi

fitoremediasi dan penyerapan secara fisika dengan memanfaatkan media absorben seperti

tanah aluvial dan zeolit untuk media filtrasi

Mekanisme penyerapan logam oleh tumbuhan air dimulai dari akar kemudian

translokasi logam dari akar kebagian tumbuhan lain seperti akar, batang, dan daun melalui

jaringan pengangkut xylem dan floem. Pada jaringan pengangkut ini, kemampuan dalam

mengikat logam dapat ditingkatkan dengan bantuan zat khelat. Beberapa zat khelat yang

dapat mengikat logam berat seperti fitokelatin dan glutation yang mengikat logam timbal

(Pb) dan besi (Fe).

Menurut (Ulfin dan Widya, 2005) kemampuan tumbuhan air kiapu yang mempunyai

akar mengapung sangat efektif untuk menyerap ion dan anion yang terlarut pada air limbah.

Tumbuhan air kiapu mengandung banyak fitokelatin didalam akarnya. Hal tersebut

mempengaruhi pengikatan logam berat oleh organ pada tumbuhan karena fitokelatin

merupakan enzim yang digunakan untuk mengikat logam. Demikian juga dengan tumbuhan

air eceng gondok mempunyai kemampuan untuk menyerap kontaminan dalam jaringan akar.

Akar serabut yang dimiliki mampu menyerap logam berat lebih efektif karena akar serabut

tersebut memiliki modifikasi lapisan epidermis berupa rambut rambut akar yang dapat

menyerap nutrisi lebih tinggi dan zat zat lainnya.


Pemanfaatan tumbuhan air menjelaskan bahwa Eceng gondok dan kiapu dapat

digunakan untuk menghilangkan polutan, karena fungsinya sebagai sistem filtrasi biologis,

menghilangkan nutrien mineral juga menghilangkan logam berat.

Sedangkan penyerapan logam timbal (Pb) oleh media filtrasi yaitu tanah aluvial dan

zeolit mempunyai sifat sebagai adsorben yang mampu menyerap ion Pb yang terdapat dalam

air limbah (Poerwandi, 1997). Pada penelitian ini menunjukkan metode filtrasi dengan proses

pertukaran ion. Kemampuan media filtrasi dalam mengikat logam berbeda- beda sesuai

dengan karakteristik kandungan senyawa yang ada dalam media filtrasi. Kemampuan tanah

aluvial sebagai penukar kation disebabkan oleh mineral aluminium silikat yang terdapat

didalam tanah aluvial juga kandungan lempung tanah aluvial mengandung monmorilont

sebagai penukar kation yang baik. Mekanisme pertukaran ion yang terjadi karena

peningkatan ion H+ dalam larutan dapat melalui ionisasi air (H2O) dan juga reaksi air dengan

ion Al3+. Kenaikan ion H+ yang semakin bertambah mengakibatkan permukaan tanah aluvial

lebih bermuatan positif. Terbentuknya mutan positif karena ion H + pada lapisan octahedral Al

(OH)3 dan lapisan tetrahedral SiO4 yang membentuk ikatan hydrogen sehingga dapat

melakukan pertukaran ion. Pertukaran ion yang terjadi dapat dilihat pada persamaan reaksi

berikut :

H+ Tanah Aluvial + Pb+ Pb+ Tanah Aluvial + H+

Kemampuan zeolit sebagai penukar ion disebabkan adanya kandugan mineral seperti

K+, Na+, Ca2+, dam Mg2+ yang terdapat didalam zeolit alam, kandungan mineral tersebut

mudah teroksidasi sehingga pengikatan oksigen mudah terjadi pada logam artifisial (logam

pencemar).proses penyerapan menggunakan zeolit alam yaitu ion Pb + yang ada pada air
limbah buatan akan terserap oleh pori permukaan zeolit dan bersubtitusi dengan kation H +

yang ada pada permukaan adsorben, seperti dalam reaksi di bawah ini :

Zeolit H+ + Pb+ Zeolit Pb+ + H+

Anda mungkin juga menyukai