Anda di halaman 1dari 72

PEDOMAN DAN KRITERIA

PLASTIK BERBAHAN POLYETHYLENE TEREPHTALATE ( PET )


DAUR ULANG YANG AMAN UNTUK KEMASAN PANGAN
Jakarta : Direktorat Standardisasi Pangan Olahan
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Badan POM RI, 2019
70 Halaman : 14,8 cm x 21 cm

ISBN : 978-979-3665-41-2

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku
dalam bentuk elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman atau cara apapun
tanpa izin tertulis sebelumnya dari Badan POM RI.

Diterbitkan oleh :
DIREKTORAT STANDARDISASI PANGAN OLAHAN
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI
Jalan Percetakan Negara No. 23, Gedung F Timur Lantai 3
Jakarta Pusat – 10560
Telepon : (62-21) 42875584
Faksimile : (62-21) 42875780
E-mail : standarpangan@pom.go.id

| ii
KATA SAMBUTAN

Isu sampah plastik hingga saat ini masih menjadi perhatian dunia.
Terlebih setelah ditemukannya bangkai ikan paus bungkuk yang
dipenuhi sampah plastik di Filipina (2019) dan Wakatobi (2018).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 tahun 2018
tentang Penanganan Sampah Laut merupakan dasar Pemerintah
Indonesia dalam menangani sampah plastik di laut sebesar 70%
sampai dengan tahun 2025. Untuk itu diperlukan langkah-langkah
percepatan yang komprehensif dan terpadu salah satunya adalah
dengan circular economy.
Untuk mendukung circular economy melalui program pemanfaatan
material bahan daur ulang menjadi produk akhir berupa kemasan
pangan untuk konsumen, Badan POM telah mengatur hal tersebut
dalam Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan
Pangan.
Saya menyambut baik dengan terbitnya Pedoman dan Kriteria
Plastik Berbahan Polyethylene Terephthalate (PET) Daur Ulang
yang Aman untuk Kemasan Pangan sebagai wujud implementasi
dari Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan
Pangan. Saya harapkan pedoman ini dapat bermanfaat bagi
produsen pangan, produsen kemasan pangan, instansi terkait
serta masyarakat.
Kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
pedoman ini. Semoga langkah kecil ini dapat menyelamatkan bumi
dari sampah plastik.

Jakarta, 10 Desember 2019


Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, segala Puji bagi Tuhan yang Maha


Kuasa yang telah memberikan anugerah sehingga Buku
Pedoman dan Kriteria Plastik Berbahan Polyethylene Terephthalate
(PET) Daur Ulang yang Aman untuk Kemasan Pangan ini dapat
disusun dan diterbitkan.
Penggunaan plastik daur ulang untuk kemasan pangan
merupakan salah satu solusi pemanfaatan sampah plastik.
Pemanfaatan ini sudah dikenal sejak tahun 1990, hal ini
didorong oleh niat baik industri untuk mengurangi masalah
limbah kemasan plastik.
Pedoman ini disusun sebagai wujud implementasi dari
Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan
Pangan. Pedoman ini mencakup latar belakang penyusunan,
konsep dan regulasi daur ulang kemasan plastik, teknologi daur
ulang kemasan pangan, dan evaluasi keamanan kemasan pangan
berbahan PET daur ulang.
Pedoman ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai panduan
produsen pangan, produsen kemasan pangan, instansi terkait
serta masyarakat terkait proses pembuatan kemasan pangan
dari bahan PET daur ulang sehingga aman digunakan.
Kekurangan yang masih ada merupakan ruang dan bahan bagi
pengembangan pedoman ini dikemudian hari.
Kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan pedoman ini serta kepada pihak yang
telah memberikan saran dan masukan terhadap Pedoman ini.

Jakarta, 10 Desember 2019


Direktur Standardisasi Pangan Olahan

Dra. Sutanti Siti Namtini, Apt., Ph.D

| iv
PENYUSUN
PENGARAH
Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si

PENANGGUNG JAWAB
Dra. Sutanti Siti Namtini, Apt., Ph.D

KETUA
Dra. Deksa Presiana, Apt., M.Kes

SEKRETARIS
Desy Rasta Waty, Apt., M.Si
Sentani Chasfila, S.Farm., Apt.

TIM AHLI
Dr. Nugraha Edhi Suyatma
Ir. Wiwik Pudjiastuti, M.Si

ANGGOTA
Yeni Restiani, S.Si,Apt.
Lili Defi Z, S.Pt., M.Si
Erline Yuniarti, S.Farm, Apt.
Ria Fitriana, S.Si, M.Si
Ichsan Kharisma, STP
Sekar Indah Maharani, STP
Desiana Nurwanti, S.Farm, Apt.
Abdul Hamid, S.E
Jumingan

FOTOGRAFER
Rangga S. Nugraha, S.SI

v |
DAFTAR ISI
Kata Sambutan – iii
Kata Pengantar – iv
Penyusun – v
Daftar Isi – vi

1. Pendahuluan – 1
1.1 Latar Belakang – 2
1.2 Tujuan dan Sasaran – 8
1.2.1 Tujuan – 8
1.2.2 Sasaran – 8
1.3 Ruang Lingkup – 8
1.4 Istilah Umum – 9

2. Konsep Dan Regulasi Daur


Ulang Kemasan Plastik – 13
2.1 Kemasan Daur Ulang – 14
2.2 Regulasi – 17

3. Teknologi Daur Ulang


Kemasan Pangan – 25
3.1 Pengumpulan dan Sortasi Bahan – 26
3.2 Pembuatan Flakes – 31

| vi
3.3 Proses Pengolahan Daur Ulang – 32
3.4 Proses Pembuatan Kemasan – 36
A. Pembuatan preform dengan cetak injeksi – 37
B. Pembuatan botol PET dari preform dengan
peregangan dan cetak hembus (Stretch Blow
Molding) – 39
C. Pembuatan botol PET dengan cara injeksi cetak
hembus (Injection Blow Molding) – 40
D. Pembuatan lembaran plastik PET multilapis dari
bahan kombinasi virgin dan daur ulang (Virgin :
Recycle : Virgin/ VRV) – 41
E. Pembuatan artikel (cup/tray) PET dari lembaran
plastik PET berbahan kombinasi virgin dan daur
ulang (Virgin : Recycle : Virgin/ VRV) – 42

4. Evaluasi Keamanan
Kemasan Pangan Berbahan
PET Daur Ulang – 45
5. Penutup – 55

Daftar Pustaka – 57

vii |
Daftar Gambar
Gambar 3.1 Proses daur ulang secara umum – 27
Gambar 3.2 Botol yang sudah dipress dan siap diolah
lebih lanjut – 28
Gambar 3.3 Botol PET yang dapat diproses – 29
Gambar 3.4 Botol PET bekas yang masih dapat
ditoleransi untuk diproses – 30
Gambar 3.5 Botol berwarna bening (transparan) – 30
Gambar 3.6 Flakes sebelum dicuci dengan alkaline
water – 32
Gambar 3.7 Flakes setelah dicuci dengan alkaline
water – 32
Gambar 3.8 Flowchart proses pengolahan Flakes
menjadi resin – 33
Gambar 3.9 Bentuk resin/ bijih plastik non-food grade – 35
Gambar 3.10 Bentuk resin/ bijih plastik food grade – 36
Gambar 3.11 Proses cetakan injeksi – 37
Gambar 3.12 Skema proses pembuatan botol PET dari
preform dengan stretch blow molding – 39
Gambar 3.13 Skema proses pembuatan botol PET
dengan cetak injeksi dan hembus (tanpa
memasukkan proses ekstrusi) – 40
Gambar 3.14 Skema proses pembuatan lembaran
plastik PET multilapis bahan V/R/V – 41

| viii
Daftar Tabel
Tabel 1. Sifat permeabilitas dan mekanis kemasan
plastik – 5
Tabel 2. Konsep daur ulang ASTM dan ISO – 15
Tabel 3. Persyaratan flakes yang akan diolah menjadi
resin daur ulang – 46
Tabel 4. Persyaratan resin PET daur ulang – 47
Tabel 5. Persyaratan fisik kemasan PET daur ulang – 47
Tabel 6. Persyaratan umum berlaku untuk semua
bahan kontak pangan jenis plastik – 48
Tabel 7. Persyaratan khusus untuk polimer polietilena
ftalat (PET) yang berlaku untuk resin dan
artikel – 49

Testimoni – 59

ix |
x
1
PENDAHULUAN

1
1.1 Latar Belakang

S
ampah plastik merupakan permasalahan lingkungan
hidup yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dan
dunia. Penggunaan produk plastik secara tidak ramah
lingkungan menyebabkan berbagai masalah lingkungan
hidup yang serius. Sampah plastik tidak hanya menjadi
masalah di perkotaan, namun juga di lautan. Pencemaran
sampah plastik, apabila tidak dikelola dengan baik akan
berdampak kepada kesehatan manusia, membunuh
berbagai hewan dilindungi, dan merusak lingkungan secara
sistematis.

Isu ini menjadi perhatian dunia, terlebih setelah


ditemukannya bangkai ikan paus bungkuk yang dipenuhi
sampah plastik di Filipina (VOA, 2019) dan Wakatobi,
Indonesia (Wismabrata, 2018).

Untuk mengatasi persoalan pencemaran sampah dari


plastik dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain melalui KITA DAPAT
penggunaan ulang (reuse), BERKONTRIBUSI
DENGAN CARA
mendaur ulang (recycle), merubah
HIDUP RAMAH
sampah menjadi sumber energi
LINGKUNGAN
(recovery), pelarangan,
pengurangan bahan, atau pembatasan penggunaan
kemasan plastik (reduce). Selain itu kita dapat berkontribusi
dengan hidup ramah lingkungan serta bijak dalam
penggunaan plastik.

2
Pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi sampah
plastik di laut. Keseriusan pemerintah diwujudkan dengan
telah ditetapkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.
Pada tahun 2025 ditargetkan terjadi pengurangan sampah
plastik di laut sebesar 70%. Oleh karena itu diperlukan
langkah-langkah percepatan yang komprehensif dan
terpadu, salah satunya adalah melalui circular economy.

Kegiatan circular economy bertujuan untuk memperpanjang


masa pakai sampah menjadi sesuatu yang berdaya guna
untuk dimanfaatkan kembali
sebagai alternatif bahan
baku atau didaur ulang
menjadi produk baru, Circular economy
sehingga dapat menghemat bertujuan untuk
biaya produksi atau menjadi memperpanjang
produk baru yang laku jual. masa pakai sampah
menjadi sesuatu
Perubahan gaya hidup dan yang berdaya guna
kemudahan membeli serta untuk dimanfaatkan
mengonsumsi pangan, kembali sebagai
memiliki dampak yang nyata alternatif
bagi lautan. Sepanjang tahun
2018, kelompok pembersih pantai menyatakan bahwa
kemasan makanan menjadi sampah kedua yang paling
banyak dikumpulkan, meliputi bungkus makanan serta alat
makan dan minum sekali pakai (Widyaningrum, 2019).

3
Dukungan Badan POM terhadap kegiatan circular economy,
yaitu melalui pengaturan kemasan pangan berbahan
kemasan daur ulang, yang tercantum dalam Peraturan
Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan.
Oleh karena itu, sebagai wujud implementasi dari Peraturan
tersebut, maka diperlukan penyusunan Pedoman Kemasan
Daur Ulang yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan
untuk produsen pangan, produsen kemasan pangan,
instansi terkait serta masyarakat.

Plastik PET memiliki Pada umumnya, bahan


banyak keunggulan yang dipakai untuk
membuat botol adalah
dibandingkan jenis plastik
HDPE (High Density
lainnya karena memiliki
Polyethylene), LDPE (Low
kekuatan tarik (tensile
Density Polyethylene), PP
strength) yang tinggi
(Polypropylene), PET
(Polyethylene Terephthalate), PC (Polycarbonate), PVC
(Polyvinyl Chloride) dan PS (Polystyrene). Di Indonesia, sejak
tahun 2017 sudah ada industri kemasan yang memproduksi
kemasan plastik dari bahan PET daur ulang untuk kemasan
pangan dengan komposisi daur ulang sebesar 80%. Selain
itu, pada tahun 2018 juga sudah ada industri pangan yang
menggunakan kemasan plastik dari 100% PET daur ulang.

Sebagai bahan kemasan pangan, karena memiliki kekuatan


tarik (tensile strength) yang tinggi sehingga memiliki
stabilitas bentuk cukup baik dan cocok untuk kemasan
bentuk botol dan gelas, stabil terhadap benturan, dan

4
ketahanan kimia yang sangat baik terhadap air, alkohol dan
pelarut. Dibandingkan dengan LDPE, HDPE, PP, PVC, dan PS,
plastik PET juga memiliki permeabilitas gas oksigen yang
paling rendah sehingga dapat memberikan perlindungan
yang baik terhadap produk pangan dari kerusakan oksidatif.

Kemasan plastik PET banyak


digunakan untuk botol
Plastik PET memiliki
minuman, botol minyak
banyak keunggulan
goreng, selai, botol kecap,
dibandingkan jenis
botol saus, sambal, dan
plastik lainnya gelas plastik. Kinerja plastik
dapat dilihat berdasarkan
nilai laju transmisi uap air (Water Vapor Transmission
Rate/WVTR), laju transmisi gas oksigen (Oxygen
Transmission Rate/OTR), kekuatan tarik (tensile strength)
dan aroma barrier. Aroma barrier merupakan penilaian
terhadap perlindungan akan kehilangan aroma atau
pencemaran aroma dari luar; semakin banyak jumlah
bintang semakin tinggi sifat perlindungan terhadap
aromanya. Tabel 1 berikut menyajikan perbandingan kinerja
plastik PET sebagai kemasan pangan dibandingkan jenis
plastik lainnya.
Tabel 1. Sifat permeabilitas dan mekanis kemasan plastik
(Kirwan and Strawbridge, 2003)
Jenis Tensile Aroma
WVTR OTR
Plastik (g / m2.hari) (cm3 /m2.hari) Strength barrier
(tebal 25µm) (MPa) (g / cm3)
PET 15-20 100-150 60-80 *****
HDPE 7-10 1600-2000 20-40 ***

5
Jenis Tensile Aroma
WVTR OTR
Plastik (g / m2.hari) (cm3 /m2.hari) Strength barrier
(tebal 25µm) (MPa) (g / cm3)
PVC 30-40 150-350 40-60 **
LDPE 15-20 6500-8500 5-16 **
PP 10-12 2500-4500 20-40 ***
PS 70-115 4500-6000 35-60 *

Dalam beberapa tahun terakhir dengan adanya kemajuan


teknologi yang
semakin PEMBUATAN PET DAUR ULANG
meningkat, SEBAGAI PRODUK AKHIR YANG
AMAN UNTUK PANGAN HARUS
khususnya di
MENCAKUP PROSES
bidang
PEMBERSIHAN YANG EFISIEN
dekontaminasi,
UNTUK MENGHILANGKAN ZAT-
mengakibatkan
ZAT YANG MERUGIKAN
banyaknya
industri yang mengembangkan proses pendaur-ulangan
plastik "post-consumer” dari botol minuman PET. Hal ini
memungkinkan dilakukan upaya pembersihan dan rekondisi
dalam mendaur ulang PET sehingga diperoleh kembali
kemasan pangan berbahan PET yang berkualitas sama
dengan bahan dasar alami (virgin).

Pembuatan kemasan yang sudah berbentuk dan dapat


berfungsi sebagai kemasan pangan, biasanya dikenal
dengan istilah “artikel”. Dalam pembuatan kemasan artikel
dari bahan plastik virgin terdapat kontrol pada bahan baku
awal yang akan digunakan, tetapi untuk material
“pascakonsumen” sulit dilakukan kontrol penuh terhadap
bahan yang diharapkan.

6
Proses pembuatan kemasan pangan berbahan PET daur
ulang yang aman harus mencakup proses pembersihan yang
efisien untuk menghilangkan zat-zat yang merugikan. Oleh
karena itu, pada proses daur ulang diperlukan jaminan
terhadap penanganan selama proses produksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Seperti diketahui secara umum, plastik dapat berinteraksi


dengan bahan kimia organik. Tingkat interaksi ini juga
tergantung pada bahan polimer penyusunnya dan sifat
penyerapan plastik. Sifat-sifat fisik ini pada akhirnya
menentukan potensi risiko kontaminasi kemasan daur ulang
ke dalam pangan. Berdasarkan aspek ini, PET memiliki sifat
material yang jauh lebih baik dibandingkan dengan plastik
kemasan lainnya, seperti poliolefin atau polistirena. Oleh
karena itu, PET jauh lebih cocok untuk didaur ulang secara
mekanik dan digunakan kembali di sektor komoditas
pangan.

Proses pembuatan PET daur ulang sebagai produk akhir


yang aman untuk pangan, harus mencakup langkah-langkah
yang efisien, khususnya dalam membersihkan plastik/
kemasan bekas, menghilangkan zat yang berasal dari
penggunaan sebelumnya, atau kemungkinan
penyalahgunaan penggunaan sebelumnya.

7
1.2 TUJUAN DAN SASARAN

1.2.1 Tujuan
Pedoman ini disusun untuk meningkatkan
pengetahuan pengguna terkait proses pembuatan
kemasan pangan dari bahan PET daur ulang
sehingga kemasan tersebut dapat dinyatakan aman
digunakan sebagai kemasan pangan.

1.2.2 SASARAN
Pedoman ini ditujukan untuk produsen pangan,
produsen kemasan pangan, instansi terkait serta
masyarakat.

1.3 RUANG LINGKUP


Pedoman ini mencakup:
a. Regulasi daur ulang PET botol
b. Teknologi daur ulang kemasan
c. Kriteria kualitas produk akhir

8
1.4 ISTILAH UMUM

1.4.1 Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari


sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman.

1.4.2 Kemasan Pangan adalah bahan yang digunakan


untuk mewadahi dan/atau membungkus Pangan,
baik yang bersentuhan langsung dengan Pangan
maupun tidak.

1.4.3 Daur Ulang Kemasan adalah suatu pemrosesan


ulang bahan kemasan yang sudah di pakai untuk
penggunaan kembali sebagai kemasan atau
untuk penggunaan lain.

1.4.4 Kemasan Pangan Daur Ulang adalah produk


kemasan pangan yang dibuat dari hasil
pemrosesan ulang bahan kemasan yang sudah di
pakai.

1.4.5 Kemasan Pascakonsumen (Post-consumer)


adalah kemasan yang sudah digunakan oleh
konsumen.

9
1.4.6 Daur Ulang Mekanik dengan Alkali (mechanical
recycling treatment with alkali/ MRA) adalah
proses daur ulang PET secara mekanik dan
perlakuan dengan alkali dalam bentuk pellet dan
bukan untuk Kemasan Pangan.

1.4.7 Daur Ulang Mekanik dengan Perlakuan Lain


(mechanical recycling plus treatment other than
treatment with alkali/ MRP) adalah proses daur
ulang PET secara mekanik dengan perlakuan lain
selain akali, seperti Solid Phase Polymerization
dan penguapan vakum dalam bentuk pellet dan
untuk Kemasan Pangan.

1.4.8 Pelaku Usaha Pangan adalah setiap orang yang


bergerak pada satu atau lebih subsistem
agribisnis pangan, yaitu penyedia masukan
produksi, proses produksi, pengolahan,
pemasaran, perdagangan, dan penunjang.

1.4.9 Produsen Kemasan Pangan adalah perusahaan


yang memproduksi Kemasan Pangan.

1.4.10 Bahan Kontak Pangan adalah bahan Kemasan


Pangan yang bersentuhan dengan Pangan
termasuk peralatan makan dan peralatan
pengolahan Pangan.

1.4.11 Zat Kontak Pangan adalah zat penyusun


Kemasan Pangan yang dalam penggunaannya
bersentuhan langsung dengan Pangan.

10
1.4.12 Migrasi adalah proses terjadinya perpindahan
suatu zat dari Kemasan Pangan ke dalam Pangan.

1.4.13 Resin adalah bijih Plastik yang umumnya


berbentuk granula dan digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan kemasan plastik.

1.4.14 Plastik adalah senyawa makromolekul organik


yang diperoleh dengan cara polimerisasi,
polikondensasi, poliadisi, atau proses serupa
lainnya dari monomer atau oligomer atau dengan
perubahan kimiawi makromolekul alami atau
fermentasi mikroba.

1.4.15 Artikel adalah bahan yang sudah berbentuk dan


dapat berfungsi sebagai Kemasan Pangan.

11
12
2
KONSEP DAN REGULASI DAUR
ULANG KEMASAN PLASTIK

13
2.1 KEMASAN DAUR ULANG

P
ersoalan pengelolaan sampah masih menjadi
pekerjaan rumah besar bagi Indonesia. Riset terbaru
Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan
bahwa 24 % sampah di Indonesia masih tidak terkelola dan
berpotensi merusak ekosistem lingkungan.

Selain itu, ditemukan bahwa 60% sampah perkotaan


merupakan bahan organik, 14% plastik, 9% berupa kertas,
4,3% bahan metal dan 12,7% berbagai macam bentuknya
mulai dari kaca, kayu,
dan bahan lainnya. 5% DARI PLASTIK DIDAUR
Salah satu alternatif ULANG DENGAN EFEKTIF,
SEMENTARA 40% BERAKHIR DI
solusi untuk
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
mengurangi limbah
(TPA) SAMPAH, DAN SISANYA
plastik adalah dengan
BERAKHIR DI EKOSISTEM
melakukan daur ulang.
SEPERTI LAUTAN
Penggunaan plastik
daur ulang untuk kemasan pangan sudah muncul sejak
tahun 1990 dan didorong oleh minat industri dalam rangka
mengurangi masalah limbah kemasan plastik.

Plastik menjadi bahan yang paling populer di dunia.


Penggunaannya meningkat 20 kali lipat dalam 50 tahun
terakhir. Meskipun permintaan terus meningkat,
berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF), hanya
5% dari plastik didaur ulang dengan efektif, sementara 40%
berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, dan

14
sisanya berakhir di ekosistem seperti lautan (Suara
Pembaruan, 2015).

Konsep daur ulang plastik dibedakan menjadi 4 tingkat


(tier), yaitu:
1. Tingkat 1 adalah pemrosesan ulang secara mekanik dari
kepingan/ hancuran plastik yang dihasilkan dari proses
produksi di industri. Tingkat ini disebut primary recycling
atau Mechanical Recycling.
2. Tingkat 2 adalah pemrosesan ulang bahan secara
mekanik yang dikumpulkan dari barang-barang plastik
pascakonsumen. Tingkat ini disebut secondary recycling
atau Mechanical Recycling.
3. Tingkat 3 adalah pemrosesan ulang bahan secara
kimiawi yang dikumpulkan dari barang-barang plastik
pascakonsumen. Tingkat ini disebut tertiary recycling
atau Chemical Recycling.
4. Tingkat 4 adalah pembakaran (incineration) bahan-
bahan yang dikumpulkan dari barang-barang plastik
pascakonsumen dan pasca industri. Tingkat ini disebut
quaternary recycling atau Energy Recycling.

Perbedaan istilah daur ulang ASTM dan ISO seperti


tercantum dalam tabel 2.

Tabel 2. Konsep daur ulang ASTM dan ISO


ASTM D5033 ISO 15270
Primary recycling Mechanical recycling
Secondary recycling Mechanical recycling

15
ASTM D5033 ISO 15270
Tertiary recycling Chemical recycling
Quaternary recycling Energy recycling

Contoh daur ulang tingkat 2, yaitu pengolahan dengan


metode URRC (United Resource Recovery Corporation)
(USA). Botol PET bekas diolah menjadi bentuk flakes
kemudian dicuci, selanjutnya dilakukan proses
dekontaminasi hingga menjadi flakes PET food grade. Fokus
utama dari proses daur ulang tingkat 2 adalah proses
dekontaminasi. Dekontaminasi dapat menggunakan bahan
kimia (caustic solution) atau dengan menggunakan alat yang
dinamakan Solid State Polycondensation (SSP).
Dalam Pedoman Recycled Materials in Food Contact
Applications yang dikeluarkan oleh The Australian Packaging
Covenant Organisation (APCO) tahun 2014, terdapat hal-hal
yang harus dipertimbangkan sebelum menggunakan
kemasan daur ulang, yaitu:
a. Komposisi bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
kemasan. Bahan kontak pangan yang digunakan harus
diketahui untuk memprediksi kemungkinan bahan/ zat
kontak pangan yang akan bermigrasi ketika di daur
ulang
b. Sumber bahan daur ulang kemasan
c. Proses daur ulang
d. Presentase komposisi daur ulang
e. Proses produksi kemasan
f. Proses pengisian produk pangan ke dalam kemasan
g. Tipe/ jenis produk pangan yang digunakan

16
h. Aplikasi dan penggunaan kemasan pangan seperti bisa
digunakan untuk microwave atau tidak
i. Kondisi penyimpanan
j. Metode analisis keamanan pangan

2.2 REGULASI

Di Australia, pabrik kemasan diwajibkan mengikuti


persyaratan dari Australia New Zealand Food Standards Code
untuk menjamin bahwa kemasan pangan yang digunakan
berasal dari bahan kemasan yang aman dan sesuai dengan
persyaratan yang ada dalam Australian Standard 1.4.3
Articles and Materials in Food Contact. Regulasi tersebut
berisi informasi lengkap tentang bahan kontak pangan
secara umum, tetapi tidak spesifik terkait kemasan. Regulasi
spesifik plastik dapat mengacu pada Australian Standard for
Plastic Materials for Food Contact Use, AS 2070-1999 yang
menyediakan panduan bagi industri tentang produksi bahan
plastik sebagai kemasan pangan.
Uni Eropa memiliki regulasi bahan kontak pangan yaitu
Commission Regulation (EU) No 10/2011 on plastic materials
and articles intended to come into contact with food.
Regulasi ini dan amandemennya mengatur penggunaan
plastik yang aman untuk kemasan pangan, zat kontak
pangan yang diperbolehkan digunakan untuk pembuatan
plastik termasuk bahan daur ulang, dan batas migrasi untuk
zat kontak pangan yang dapat dimungkinkan berpindah dari
kemasan ke dalam pangan. Dalam regulasi ini juga
mencakup pengaturan migrasi total (overall migration)

17
sebesar 10 mg bahan/dm2 dari luas kontak pangan untuk
semua zat yang dapat bermigrasi dari bahan kontak pangan
ke dalam pangan, yang juga dinyatakan sebagai 60 mg/kg
pangan.
Regulasi Uni Eropa yang dikhususkan pada kemasan daur
ulang yaitu Commission Regulation (EC) No 282/2008 on
recycled plastic materials and articles intended to come into
contact with foods and amending Regulation (EC) No
2023/2006. Regulasi ini mensyaratkan bahwa plastik daur
ulang yang digunakan untuk kemasan pangan harus berasal
dari proses daur ulang yang sudah ditetapkan dengan
beberapa kriteria yang dituangkan dalam regulasi tersebut.
European Food Safety Authority (EFSA) telah
mempublikasikan pedoman pengajuan permohonan
evaluasi keamanan kemasan. Pedoman tersebut berisi
tentang proses daur ulang dan bahan kontak pangan serta
data-data yang dibutuhkan oleh EFSA dalam mengevaluasi
risiko migrasi zat dari bahan plastik daur ulang dalam
kemasan pangan. Pedoman ini juga mencakup proses daur
ulang untuk semua jenis plastik.
Amerika Serikat melalui U.S. Food & Drug Administration
telah mengeluarkan Guidance for Industry: Use of Recycled
Plastics in Food Packaging: Chemistry Considerations yang
menginformasikan kepada industri terkait pertimbangan
penggunaan bahan kimia yang cocok digunakan untuk
kemasan pangan dari daur ulang, serta kemungkinan
kontaminasi kimia dari bahan daur ulang.

18
Sustainable Packaging Coalition (SPC) telah mengeluarkan
Guidelines for Post-Consumer Recycled Content in Plastic
Packaging. Pedoman ini dikembangkan untuk memfasilitasi
cara komunikasi yang lebih baik antara pembeli retail
dengan converter terkait penggunaan bahan/ material daur
ulang pascakonsumen untuk kemasan plastik.
Kemasan daur ulang pangan di Jepang diatur dalam
peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan standar
sukarela industri. Terdapat 3 pedoman terkait daur ulang
kemasan yaitu:
1. Guideline on the Use of Recycled Plastic Material in Food
Apparatus, Containers and Packaging
 Pedoman ini disusun oleh Ministry of Health, Labour
and Welfare (MHLW), dan ditetapkan pada tanggal 27
April 2012.
 Pedoman ini berlaku untuk penggunaan bahan plastik
daur ulang untuk produk peralatan makanan, wadah,
dan kemasan. Pedoman ini tidak berlaku untuk produk
yang dapat digunakan kembali yang dikumpulkan,
dicuci, dan digunakan kembali setelah digunakan oleh
konsumen, sehingga terjadi perubahan yang
signifikan dalam pengelolaan keamanannya.
 Dalam pedoman ini proses daur ulang dikategorikan
menjadi 2 kelompok yaitu:
- Daur ulang fisik
Proses daur ulang ini tidak berpengaruh untuk
mengubah polimer dasar. Proses ini termasuk

19
Solid Phase Polymerization (SPP) dengan suhu
tinggi dan tekanan rendah.
- Daur ulang kimia
Plastik bekas dipanaskan dan didepolimerisasi
secara kimia menjadi monomer, yang dimurnikan
dengan distilasi, dan kristalisasi. Proses daur
ulang ini melibatkan depolimerisasi kimia dan
repolimerisasi.
 Dalam pedoman ini tidak dipersyaratkan terkait
pelabelan untuk kemasan dari bahan daur ulang.
Pelabelan yang dilakukan oleh industri ditetapkan
oleh standar internal dari masing-masing perusahaan.
2. Voluntary Design Guidelines for Designated PET Bottles
 Pedoman ini disusun oleh The Council for PET Bottle
Recycling pada tanggal 1 Maret 2016.
 Pedoman ini bersifat sukarela yang disusun oleh
anggota asosiasi tersebut untuk mempermudah
proses pembuatan PET daur ulang.
 Pada tahun 1994, penggunaan lem kertas sebagai
penyambung label sudah mulai dilarang, akan tetapi
hingga saat ini masih dapat digunakan sepanjang
mudah dihilangkan dan tidak meninggalkan bekas
pada botol PET.
 Pedoman ini menjelaskan kriteria botol PET yang
dapat didaur ulang adalah botol yang berwarna jernih
dan tidak boleh yang berwarna, dilarang mencetak
label langsung di permukaan botol, serta tidak

20
menggunakan lem/perekat label yang dapat
meninggalkan bekas pada botol.
 Botol PET yang berwarna tidak boleh di daur ulang
karena dikhawatirkan pewarna yang digunakan dalam
botol tersebut akan mempengaruhi kualitas dari
performa PET dan akan mempersulit kontrol kualitas
dari produk akhir PET daur ulang.
 Secara prinsip, pada pedoman ini, IV (intrinsic
viscosity) hanya di atur pada produk resin daur
ulangnya saja sedangkan pada flakes hanya diatur
penampakan berdasarkan ukuran dan warna. IV di
botol sama dengan flakes karena hanya mengalami
penghancuran saja. IV di resin akan berubah karena
adanya proses pelelehan sehingga IV akan turun.
Kemudian dengan adanya proses Solid State
Polycondensation (SSP) dapat membuat IV resin daur
ulang sama dengan IV resin virgin.
3. The-Self Restriction Standard Ver 5.2
 Standar ini disusun oleh The Japan PET Tray
Association pada tahun 2015.
 Standar ini bersifat sukarela (voluntary), dan
digunakan untuk PET fiber, lembaran (sheet film),
botol (termasuk untuk minuman, bumbu dan pangan
lainnya), dan PET lembaran berbentuk amorf/ tray,
mainan, perlengkapan kantor/ sekolah.
 Standar ini dibentuk berdasarkan pedoman
penggunaan bahan plastik daur ulang yang

21
diterbitkan oleh Ministry of Health, Labour and Welfare
Jepang.
 Standar ini digunakan untuk kemasan tray yang
berbahan multilapis dengan komposisi lapisannya
adalah virgin/ recycle/ virgin (V/R/V).
 Secara umum proses pembuatan PET daur ulang dari
botol ke tray adalah: botol yang dikumpulkan dari
dropbox dipisahkan dari labelnya kemudian botol
tersebut dipisahkan berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan oleh masing-masing industri, setelah
dipisahkan, botol tersebut dilakukan pencucian, dan
dikeringkan. Setelah kering, botol diproses dengan
menggunakan SSP untuk dijadikan flakes kemudian
flakes dilelehkan dan diformulasi menjadi V/R/V dan
kemudian dicetak dengan sistem tiup, setelah itu
dipotong sesuai kebutuhan dan dikemas untuk
didistribusikan.

22
23
24
3
TEKNOLOGI DAUR ULANG
KEMASAN PANGAN

25
P
roses daur ulang secara umum dimulai dari
pengumpulan sampah botol PET yang dipisahkan
antara tutup botol dan label yang menempel pada
kemasan, kemudian pengiriman sampah botol PET ke
collection center untuk selanjutnya diproses menjadi bahan
daur ulang. Proses tersebut dapat dilihat dalam gambar 3.1.

3.1 PENGUMPULAN DAN SORTASI BAHAN


Pengumpulan bahan merupakan tahap awal pada proses
daur ulang untuk memperoleh bahan baku. Bahan baku
yang diperoleh dari pemulung, dikumpulkan ke pengepul
dan kemudian dikirimkan ke bank sampah/ bandar sampah
yang selanjutnya akan diolah di collection center menjadi
serpihan (flakes) botol PET.

Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi kemasan


daur ulang harus berasal dari jenis plastik PET ( ) yang
sebelumnya digunakan untuk kemasan pangan. Pada tahap
ini pemulung melakukan pemilahan jenis plastik
berdasarkan jenis kode plastik. Proses daur ulang secara
umum dapat dilihat pada gambar 3.1.

26
Sampah PET dikumpulkan Trader (menerima PET Botol
Sampah Botol dalam bentuk Bulk)
(dipisahkan dari tutup dan label)
PET

Proses pembuatan menjadi produk


akhir (resin/ preform/ artikel) Pembuatan Flakes

Gambar 3.1 Proses daur ulang secara umum

27
Pemulung/ pengepul/ bank sampah/ bandar sampah
memisahkan/ menyortir kemasan plastik pascakonsumen
antara label kemasan dan tutupnya. Label kemasan yang
tidak dapat pisah secara sempurna (masih sedikit
menyisakan di kemasan) perlu diolah lebih lanjut agar dapat
digunakan sebagai bahan baku kemasan PET daur ulang.
Untuk memudahkan pengiriman ke collection center dapat
dilakukan pengepresan terlebih dahulu menggunakan alat
hydraulic press atau sejenisnya, seperti terlihat pada gambar
3.2.

Gambar 3.2 Botol yang sudah dipress dan siap diolah lebih lanjut

Kriteria botol PET bekas yang akan digunakan sebagai bahan


baku kemasan pangan daur ulang dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Botol PET yang dapat diproses
yaitu kemasan berbentuk botol yang berasal dari
kemasan pangan tanpa label, tanpa segel, tanpa tutup,

28
bening/ transparan serta tidak meninggalkan sisa lem/
perekat.
b. Botol PET bekas yang masih dapat ditoleransi untuk
diproses
yaitu botol dengan stiker/label yang melekat kuat,
botol berisi tanah, dan bekas minyak goreng. Botol
tersebut masih dapat digunakan dengan catatan, stiker
dan kontaminasinya dipastikan dapat dihilangkan.

Botol PET yang tidak dapat diproses (reject), yaitu kemasan


berbentuk jar/ toples atau botol yang sebelumnya
digunakan untuk menyimpan rokok, deterjen, kosmetik,
obat, oli, cat, senyawa kimia lainnya (air radiator, sabun
pencuci piring, sabun mandi), serta baterai.

Gambar 3.3 Botol PET yang dapat diproses

29
Gambar 3.4 Botol PET bekas yang masih dapat ditoleransi untuk
diproses

Botol PET bekas yang diperoleh, selanjutnya dilakukan


pemisahan berdasarkan warna sebagaimana gambar di
bawah ini:

Gambar 3.5 Botol berwarna bening (transparan)

30
3.2 PEMBUATAN FLAKES

Botol PET dipisahkan antara yang tidak berwarna (bening/


transparan) dengan yang berwarna serta botol yang telah
bersih dari lem dan kotoran (pasir, tanah). Kemudian botol
dimasukkan ke mesin grinding dan washing. Pada proses ini
dilakukan pencacahan menjadi bentuk serpihan (flakes) dan
sekaligus pencucian menggunakan air bersih dan alkaline
water. Perbandingan flakes sebelum dan setelah dicuci
dengan alkaline water dapat dilihat pada gambar 3.6 dan 3.7.

Serpihan (flakes) yang dihasilkan ditampung dalam bak


berisi air untuk memisahkan sisa potongan ring dan tutup
botol, label, segel, lem/ perekat dan lain-lain, menggunakan
metode swim and sink (SS). Sisa potongan tersebut akan
terapung karena memiliki berat jenis lebih kecil
dibandingkan dengan flakes PET, sehingga flakes PET akan
berada di dasar bak pencucian.

Flakes yang dihasilkan akan didorong masuk ke bak


penampungan untuk dikeringkan sekaligus memisahkan
flakes dari kontaminasi fisik (batu, pasir, kerikil, dan lain-lain)
yang memiliki berat jenis lebih besar dari flakes. Kemudian
flakes masuk ke conveyor untuk dilakukan sortir terakhir
guna memisahkan sisa potongan ring/ tutup/ kontaminasi
fisik, apabila masih terbawa. Tahap selanjutnya, flakes
dimasukkan ke dalam kantong besar untuk dikirim ke pabrik
daur ulang kemasan.

31
Gambar 3.6 Flakes sebelum dicuci Gambar 3.7 Flakes setelah dicuci
dengan alkaline water dengan alkaline water

3.3 PROSES PENGOLAHAN DAUR ULANG


Bahan baku berupa flakes yang diterima sebelum dilakukan
pengolahan menjadi resin harus dicek kembali
kesesuaiannya dengan parameter mutu yang telah
ditetapkan oleh masing-masing industri. Secara garis besar,
proses pengolahan flakes menjadi resin dijelaskan dalam
gambar 3.8.

32
Pemisahan Pencucian Penirisan &
Flakes kontaminasi fisik dengan caustic
(solid heavy waste) solution (NaOH) pengeringan

Ekstrusi Pemisahan partikel kecil dan ringan M


(Dekontaminasi 1) (fine and light), dan kontaminasi
R
lainnya serta logam
M A
R
P
Pembentukan Resin PET Non-
pellet (resin)
Kristalisasi Food Grade

Reaktor
polikondensasi - Resin PET
SSP Pendinginan food grade
(Dekontaminasi 2)

Gambar 3.8 Flowchart proses pengolahan flakes menjadi resin

33
Flakes yang akan diproses menjadi resin daur ulang
dilakukan melalui 2 tahap, yaitu Pencucian dan Pemisahan
Kontaminan.

1. Tahap 1 – Pencucian
Flakes yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
spesifikasi yang di tentukan oleh masing-masing
perusahaan, dilakukan penyortiran (separator 1) untuk
memisahkan kontaminasi fisik (solid heavy waste),
kemudian dilakukan pencucian dengan menggunakan air
panas dan larutan alkali (NaOH) untuk menghilangkan
sisa kontaminasi kemudian dibilas dan dikeringkan.
Setelah itu dilakukan separator 2 untuk memisahkan
kontaminasi kecil dan ringan (fine and light) material
seperti serabut plastik, material besar (big material),
serta kontaminasi lainnya serta logam seperti polyolefin
dan PVC menggunakan penyaring 250 mikron.
Selanjutnya material masuk kedalam metal separator
untuk memisahkan dari logam yang mungkin masih
terbawa.
2. Tahap 2 – Pemisahan Kontaminan yang meliputi Extrusion
dan Solid State Polycondensation (SSP)
2.1 Extrusion
Tahap ini merupakan tahap pertama dekontaminasi
secara kimia menggunakan suhu tinggi kurang lebih 180
– 290°C sampai flakes meleleh. Selanjutnya lelehan
tersebut melalui proses pembuatan pellet (pelletizing)
dan membentuk strand die pelletizing (berwarna bening)

34
dan kemudian dilakukan pendinginan untuk proses
kristalisasi (in line crystallization) menjadi berwarna putih
lalu di potong menjadi resin dengan ukuran kurang lebih
2 - 2.5 mm seperti terlihat pada gambar 3.9. Pada
umumnya dalam tahap ini dilakukan pengecekan secara
berkala meliputi pengujian chip size, warna, dan Intrinsic
Viscosity (IV).

Gambar 3.9 Bentuk resin/ bijih plastik non-food grade

2.2 Solid State Polycondensation (SSP)

Jika resin tersebut akan digunakan untuk kemasan


pangan maka tahap selanjutnya adalah dekontaminasi
kedua. Proses ini disebut polikondensasi pada kondisi
padat (Solid State Polycondensation/ SSP) yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai Intrinsic Viscosity (IV) agar sama
dengan IV resin virgin serta untuk menghilangkan
kontaminan.

35
Proses ini meliputi pemanasan awal (pre-heater), reaksi
polikondensasi dalam reaktor dan proses pendinginan
untuk menghasilkan resin PET yang aman untuk kemasan
pangan. Pada umumnya dalam tahap ini dilakukan
pengecekan secara berkala meliputi pengujian kadar
Intrinsic Viscosity (IV) serta pengujian chip size, dan warna
seperti terlihat pada gambar 3.10.

Gambar 3.10 Bentuk resin/ bijih plastik food grade

3.4 PROSES PEMBUATAN KEMASAN


Secara umum, kemasan dengan bahan plastik PET paling
sering digunakan. Kemasan dari bahan PET paling banyak
digunakan sebagai kemasan dalam kategori kaku/semi kaku.
Kemasan kaku/semi kaku adalah kemasan yang bentuknya
harus disesuaikan dengan cetakan dan tidak mudah
berubah. Proses pembuatan kemasan kaku/semi kaku
secara mendasar dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu
pembuatan bahan dasar dan pembuatan artikel.

36
Untuk pembuatan bahan dasar terdiri dari 2 jenis yaitu
pembuatan preform untuk kemasan botol dan pembuatan
lembaran (sheet film) untuk kemasan cup/ tray.

A. Pembuatan Preform dengan Cetak Injeksi


Prinsip dari pencetakan secara injeksi terdiri dari tahap
pelunakan bahan plastik dalam ekstruder dan pencetakan
bentuk dasar (preform atau parison) dalam mesin injeksi.
Jadi proses cetak injeksi untuk membuat preform botol PET
mencakup dua proses utama yaitu proses ekstrusi untuk
melelehkan resin PET dengan mesin ekstrusi (ekstruder) dan
proses pencetakan dengan mesin injeksi. Skema proses
pembuatan preform botol PET dengan cetak injeksi dapat
dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.10. Skema proses pembuatan preform botol PET


Gambar 3.11 Proses Cetakan Injeksi
(Modifikasi dari Koch, 2002)

37
Proses ekstrusi diawali dengan dimasukkannya pellet resin
PET ke dalam hopper (corong input bahan ke mesin ekstrusi)
dan masuk ke barrel ekstruder yang di dalamnya terdapat
ulir (screw) yang pada proses pembuatan PET umumnya
dibagi menjadi tiga bagian yaitu feed (bagian penerima
umpan pellet resin dari hopper), transition (bagian transisi
yang mengubah pellet PET dari fase padatan yang kristalin
menjadi lelehan yang amorf), dan meter (bagian yang
menyempurnakan proses pelelehan dan membuat
campuran bahan benar-benar menjadi homogen dan siap
untuk dicetak di mesin cetakan injeksi). Profil suhu bagian
dalam ekstruder umumnya diatur mulai suhu 270 oC pada
zona feed hingga mencapai suhu 285 oC pada zona meter
sehingga pellet PET benar-benar meleleh sempurna
(melted) sebelum masuk ke bagian cetak injeksi.
Di dalam cetak injeksi (injection molding), lelehan PET
dicetak sesuai dengan desain dari cetakannya, dan terdapat
proses pendinginan untuk mengubah bentuk yang sangat
lunak (melted) ke padat (solid). Secara kuantitatif
keberhasilan proses cetak injeksi sangat dipengaruhi oleh
suhu bahan, tekanan, kecepatan aliran bahan, suhu saat
pencetakan, kekentalan lelehan PET, dan pendinginan.
Semua faktor tersebut perlu dikendalikan untuk
memperoleh mutu preform botol PET yang baik.

38
B. Pembuatan Botol PET dari Preform dengan Peregangan
dan Cetak Hembus (Stretch Blow Molding)
Proses blow moulding merupakan proses yang paling umum
digunakan untuk memproduksi botol plastik. Teknik dasar
dari pencetakan secara hembusan diadopsi dari teknik yang
digunakan oleh industri gelas. Udara bertekanan tinggi
dihembuskan ke bentuk dasar plastik (preform) yang sudah
dipanaskan hingga sangat lunak (mudah dibentuk). Bentuk
dasar (preform) yang sudah sangat lunak (melted) kemudian
diberikan hembusan udara panas yang kuat. Hembusan
udara tersebut akan menyebabkan preform yang sangat
lunak menggelembung memenuhi rongga cetakan sehingga
akan diperoleh botol dengan bentuk sesuai yang diinginkan.
Cetakan kemudian dibuka dan diberikan pendinginan
sehingga botol menjadi kaku dan stabil bentuknya, dan
selanjutnya dikeluarkan dari ruang cetakan. Skema proses
cetak hembus ini dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Skema proses pembuatan botol PET dari


preform dengan stretch blow molding.

39
C. Pembuatan Botol PET dengan Cara Injeksi Cetak
Hembus (Injection Blow Molding)
Prinsip dari pembuatan botol PET dengan cara injeksi dan
cetak hembus sama dengan gabungan kedua proses
sebelumnya. Yang membedakan adalah pada cara cetak
injeksi dan hembus, preform yang dihasilkan dari proses
injeksi tidak mengalami proses pendinginan tetapi langsung
masuk ke tahap blow molding. Istilah bentuk dasar dari cetak
injeksi yang tidak mengalami pendinginan ini umumnya
disebut dengan parison. Jadi proses cetak injeksi dan
hembus meliputi tiga operasi utama yaitu proses ekstrusi,
cetak injeksi dan cetak hembus. Skema proses pembuatan
botol PET dengan injection blow bolding (tanpa
memasukkan proses ekstrusi) dapat dilihat pada Gambar
3.13.

Gambar 3.13. Skema proses pembuatan botol PET dengan cetak injeksi
dan hembus (tanpa memasukkan proses ekstrusi)

40
D. Pembuatan Lembaran Plastik PET Multilapis dari Bahan
Kombinasi Virgin dan Daur Ulang (Virgin : Recycle :
Virgin/ VRV)

Flakes
Tangki Ekstruder
Daur
B B
Ulang

Proses
VRV Sheet Film
Sheet Film

Resin Tangki Ekstruder


Virgin A A
B

Gambar 3.14. Skema proses pembuatan lembaran plastik PET multilapis


bahan V/R/V

Proses pembuatan lembaran plastik PET multilapis dari


bahan kombinasi virgin dan daur ulang, sebagaimana
diperlihatkan pada gambar 3.14. Tahapan pembuatan
sebagai berikut:

41
1) Material flakes daur ulang dimasukan ke dalam tangki
B untuk diproses menuju ekstruder B.
2) Resin virgin dimasukan secara terpisah kedalam
tangki A untuk diproses menuju ekstruder A.
3) Pada saat melewati ekstruder A dan B, material
dipanaskan sampai suhu tertentu hingga meleleh.
4) Hasil lelehan dari ekstruder A dan B dilanjutkan
menuju proses pelapisan VRV dimana lapisan
pertama terdiri dari material virgin, kedua material
daur ulang dan ketiga material virgin sehingga
menghasilkan lembaran 3 lapis. Selanjutnya
didinginkan menggunakan cairan pendingin pada
proses pemipihan (calendering).
5) Lembaran VRV yang dihasilkan selanjutnya
ditempatkan dalam bentuk gulungan yang
ketebalan, lebar, dan panjang disesuaikan sesuai
permintaan konsumen.

E. Pembuatan Artikel (cup/tray) PET dari Lembaran Plastik


PET berbahan Kombinasi Virgin dan Daur Ulang (Virgin :
Recycle : Virgin/ VRV)
1) Pembuatan cup PET daur ulang dari lembaran VRV
yang dihasilkan dari proses sebelumnya dicetak
dengan mesin thermoforming.

42
2) Pembuatan tray PET daur ulang dari lembaran VRV
yang dihasilkan dari proses sebelumnya dicetak
dengan mesin vacuum forming.

43
44
4
EVALUASI KEAMANAN
KEMASAN PANGAN
BERBAHAN PET DAUR ULANG

45
K
emasan pangan berbahan PET daur ulang yang telah
diproses dapat digunakan setelah memenuhi
persyaratan keamanan flakes, resin, dan artikel.

1. Flakes
Persyaratan flakes yang akan diolah menjadi resin daur
ulang, umumnya seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Persyaratan flakes yang akan diolah menjadi resin


daur ulang
Parameter Uji Persyaratan
Visual bersih dan bening
Kontaminan oleh Polyvinyl maksimal 50 mg/kg
Chloride (PVC)
Kontaminasi lainnya (seperti maksimal 100 mg/kg
Poliolefin)
Kadar air maksimal 1%

2. Resin
Resin yang digunakan untuk membuat kemasan pangan
PET daur ulang persyaratan mutu dan keamanan sesuai
dengan SNI 8424:2017 Resin Polietilena Tereftalat (PET)
Daur Ulang adalah seperti disajikan pada Tabel 4.

46
Tabel 4. Persyaratan Resin PET Daur Ulang
Persyaratan
Persyaratan
No. Parameter Uji Satuan Kemasan
Umum MRA
Pangan MRP
A Spesifikasi teknis
1 Viskositas intrinsik dL/g 0,60 – 0,70 0,71 – 1,00
(Intrinsic Viscosity/
IV)
2 Kadar air % fraksi Maks. 1,0 Maks. 1,0
massa
Kerapatan curah kg/m3 Min 400 Min 400
B Migrasi
3 Residu asetaldehida mg/kg - Maks 6
4 Migrasi total mg/kg - Maks 60
5 Total logam berat:
- Timbal (Pb)
- Kadmium (Cd)
- Raksa (Hg) mg/kg - Maks. 1
- Krom
heksavalen
(Cr+6)
6 Antimoni trioksida mg/kg - Maks 0,04
(dalam bentuk
antimoni)

3. Artikel
Kemasan berbahan PET daur ulang yang telah menjadi
bentuk artikel, persyaratan fisik umumnya adalah
seperti disajikan pada Tabel 5.

47
Tabel 5. Persyaratan Fisik Kemasan PET Daur Ulang
Parameter Persyaratan
Visual dan sifat tampak bersih, jernih/ transparan, tidak
ada benda asing yang
menempel, tidak ada
kerusakan berupa penyok,
goresan dan retak
Bau dan rasa tidak boleh menyebabkan
perubahan terhadap bau dan
rasa pada air minum

Sedangkan persyaratan keamanannya sesuai dengan


Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan
Pangan, seperti disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Persyaratan Umum Berlaku Untuk Semua Bahan Kontak


Pangan Jenis Plastik
Persyaratan Batas Maksimal
(bpj)
Migrasi total 60 atau 10
mg/dm2
Total logam berat: timbal (Pb), kadmium (Cd), 1
kromium VI (Cr (VI)), merkuri (Hg), pelarut
asam asetat 4% 95oC, 30 menit untuk
penggunaan ≥100oC
Total logam berat: timbal (Pb), kadmium (Cd), 1
kromium VI (Cr (VI)), merkuri (Hg), pelarut
asam asetat 4% 60oC, 30 menit untuk
penggunaan <100oC

48
Tabel 7. Persyaratan Khusus untuk Polimer Polietilena ftalat (PET) yang
Berlaku untuk Resin dan Artikel
BATAS
NO PERSYARATAN MAKSIMAL
(mg/cm2)
1 Plastik polietilena ftalat, digunakan
untuk kemasan, pengangkutan atau
penyimpanan sementara yang
bersentuhan dengan pangan, kecuali
minuman ringan beralkohol pada suhu
tidak melebihi 121oC:
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan air, pada suhu 121oC
selama 2 jam;
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan n-heptana, pada suhu
66oC selama 2 jam
2 Plastik polietilena ftalat, digunakan
untuk kemasan, pengangkutan atau
penyimpanan sementara yang
bersentuhan dengan pangan, minuman
ringan beralkohol tidak melebihi 50%
(v/v) :
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan air suling, pada suhu 121oC
selama 2 jam
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan etil-alkohol 50%, pada
suhu 49oC selama 24 jam.
3 Polietilena ftalat tak bersalut tersusun
dari lembaran dasar atau polimer dasar
(base sheet and base polymer)

49
BATAS
NO PERSYARATAN MAKSIMAL
(mg/cm2)
(kopolimer etilena tereftalat, kopolimer
etilena tereftalat-isoftalat, kopoliester
etilena-1,4-sikloheksilena dimetilena
tereftalat dan polimer etilena
tereftalat), digunakan untuk
bersentuhan dengan pangan selama
memanggang dalam oven dan memasak
, pada suhu > 121oC :
- Ekstrak kloroform setelah kontak 0,0031
dengan air suling, pada suhu 121oC,
selama 2 jam
- Ekstrak kloroform setelah kontak 0,0031
dengan n-heptana, pada suhu
66oC, selama 2 jam
4 Tenunan polietilen ftalat (Polyethylene
phthalate fabric), digunakan untuk
bersentuhan dengan pangan kering,
ruahan pangan (bulk food) selain
minuman ringan beralkohol untuk
penggunaan berulang termasuk
penyaringan ruahan pangan pada suhu
tidak melebihi 100oC, dan penyaringan
ruahan minuman ringan beralkohol
dengan kadar alkohol tidak melebihi 50%
(v/v), pada suhu tidak melebihi 49oC
- Ekstrak kloroform setelah kontak 0,031
dengan air suling, pada suhu 100
o
C, selama 2 jam;

50
BATAS
NO PERSYARATAN MAKSIMAL
(mg/cm2)
- Ekstrak kloroform setelah kontak 0,031
dengan n-heptana, pada suhu
66oC, selama 2 jam;
- Ekstrak kloroform setelah kontak 0,031
dengan etil alkohol 50%, pada suhu
49oC, selama 24 jam.
5 Plastik polietilena ftalat yang tersusun
dari etilenatereftalat-isoftalat,
digunakan untuk kemasan,
pengangkutan atau penyimpanan
sementara yang bersentuhan dengan
pangan beralkohol dengan kadar tidak
melebihi 95% (v/v) :
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan air suling, pada suhu 121oC
selama 2 jam
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan n-heptana, pada suhu
66oC selama 2 jam
- Ekstrak larut kloroform, untuk 0,00078
kemasan dengan kapasitas > 500
mL, setelah kontak dengan etil
alkohol 95%, pada suhu 49oC
selama 24 jam
- Ekstrak larut kloroform, untuk 0,0078
kemasan dengan kapasitas ≤ 500
mL, jika terpapar etanol 95% pada
suhu 49oC selama 24 jam)

51
BATAS
NO PERSYARATAN MAKSIMAL
(mg/cm2)
6 Etilena glikol 30 bpj (Jumlah
total dari nilai
batas migrasi
spesifik untuk
etilena glikol,
dietilena glikol
dan ester asam
stearat-etilena
glikol.)
7 Dietilena glikol 30 bpj (Jumlah
total dari nilai
batas migrasi
spesifik untuk
etilena glikol,
dietilena glikol
dan ester asam
stearat-etilena
glikol)
8 Asetaldehida 6 bpj (Jumlah
total dari nilai
batas migrasi
spesifik untuk
asetaldehida dan
ester asam
propionate-vinil.)

52
53
54
5
PENUTUP

55
P
emerintah Indonesia berkomitmen mengurangi
sampah plastik di laut sampai 70% pada tahun 2025.
Penggunaan kemasan pangan berbahan PET daur
ulang merupakan salah satu langkah untuk memperpanjang
masa pakai sampah plastik menjadi sesuatu yang berdaya
guna. Industri kemasan di Indonesia telah mengolah
kemasan PET untuk di daur ulang.

Pedoman ini memaparkan penerapan penggunaan kemasan


pangan berbahan daur ulang di negara lain, teknologi daur
ulang PET untuk kemasan pangan, serta kriteria kualitas
kemasan pangan berbahan PET daur ulang.

Diharapkan pedoman ini dapat bermanfaat untuk instansi


terkait, masyarakat dan industri, khususnya industri pangan
dan industri kemasan yang akan menggunakan dan
mengolah kemasan PET, sehingga langkah kecil ini dapat
membantu menurunkan sampah plastik di laut.

56
DAFTAR PUSTAKA

VOA. 2019. Paus Mati di Filipina, Perutnya Berisikan 40 Kg


Plastik. https://www.voaindonesia.com/a/paus-mati-
di-filipina-perutnya-berisikan-40-kg-
plastik/4836596.html. Diakses pada 12 Desember
2019.
Wismabrata, Michael Hangga. 2018. 5 Fakta Kematian Paus
di Wakatobi, 5,9 Kg Sampah Plastik di Perut hingga
Ancaman
EkosistemLaut. https://regional.kompas.com/read/20
18/11/22/15452011/5-fakta-kematian-paus-di-wakatobi-
59-kg-sampah-plastik-di-perut-hingga?page=all.
Diakses pada 12 Desember 2019.
Widyaningrum, Gita Laras. 2019. Kemasan Makanan dan
Minuman Menjadi Sampah Terbanyak Kedua di
Pantai.
https://nationalgeographic.grid.id/read/131853669/ke
masan-makanan-dan-minuman-menjadi-sampah-
terbanyak-kedua-di-pantai?page=all. Diakses pada 19
Desember 2019.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun


2018 tentang Penanganan Sampah Laut.
Suara Pembaruan. 2018. Bijak Tangani Plastik, Dua Kota
Indonesia Produksi 1,3 Juta Ton Sampah.
Rabu, 25 April 2018.
https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnounce
ment/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201804/4
3aacb034a_ab93542a73.pdf. Diakses pada 12
Desember 2019.

57
CNN Indonesia. 2018. Riset: 24 Persen Sampah
di Indonesia Masih Tak Terkelola.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20180425101643-282-293362/riset-24-persen-
sampah-di-indonesia-masih-tak-terkelola. Diakses
pada 12 Desember 2019.
SNI 8424:2017 Resin Polietilena Tereftalat (PET) Daur Ulang
ASTM D 5033 Guide for Development of Astm Standards
Relating to Recycling and Use of Recycled Plastics
ISO 15270 Plastics -- Guidelines for the recovery and recycling
of plastics waste.
Kirwan, M. J. and Strawbridge, J. W. 2003. Plastics in food
packaging. In Coles, R., McDowell, D., Kirwan, M.J.
(Eds.) Food Packaging and Technology (p. 174-240),
Blackwell Publishing Ltd, Oxford, UK.
Koch, M. 2002. Two-stage injection stretch blow moulding.
In Brooks, D.W. and Giles, G. A. (Eds), PET Packaging
Technology (p.223-279), Sheffield Academic Press,
Sheffield, UK

58
TESTIMONI

Hilda Oktora
(Scientific & Regulatory Affairs Manager PT Coca-Cola Indonesia)

Selamat untuk tim Subdit Standarisasi Keamanan Pangan


BPOM yang sudah mengeluarkan buku “Panduan Pedoman
dan Kriteria Kemasan Daur Ulang PET yang Aman untuk
Kemasan Pangan”. Buku ini sangat berguna khususnya bagi
pelaku usaha yang ingin memproduksi atau menggunakan
kemasan daur ulang PET, karena isinya tidak hanya
mengenai persyaratan daur ulang PET tapi juga mengenai
proses pembuatan daur ulang kemasan PET. Isinya yang
mudah dipahami dan dilengkapi dengan gambar menjadikan
isi buku panduan ini lebih jelas. Untuk kalangan umum yang
ingin menambah pengetahuan soal kemasan daur ulang, ok
juga loh kalau mau baca 😊😊


Edhie Wulandiarto
(Board Of Director PT.Namasindo Plas)

Setelah dikeluarkannya Pedoman tentang daur ulang PET


untuk kemasan oleh BPOM sebagai acuan untuk melakukan
proses daur ulang PET dan menghasilkan produk yang amn
untuk digunakan kembali tentunya dengan teknologi yang
dipersyaratkan, kami selaku industri berterima Kasih kepada
BPOM telah meresmikan pedoman ini.

59
Dr. Nugraha Edhi Suyatma
(Tim Ahli – Institut Pertanian Bogor)

Selamat atas terbitnya “Panduan Pedoman dan


Kriteria Kemasan Daur Ulang PET yang Aman untuk
Kemasan Pangan”. Buku ini sangat bermanfaat untuk
pelaku usaha daur ulang dan pengguna plastik daur
ulang, karena buku ini disusun sesuai dengan kondisi riil
di Indonesia. Penyajian buku yang padat, ringkas, dan
diberikan contoh – contoh gambar yang riil menjadikan
buku ini cocok untuk semua kalangan.

Ir. Wiwik Pudjiastuti, M.Si


(Tim Ahli – Balai Besar Kimia dan Kemasan)

Apa yang diuraikan dalam pedoman ini sangat


membaik para pelaku usaha yang terlibat dalam
pemanfaatan kemasan pangan berbahan PET daur
ulang. Kehadiran pedoman ini sangat bermanfaat dan
semakin memperkaya khasanah keilmuan mengenai
regulasi, teknologi, dan evaluasi keamanan kemasan
pangan berbahan dasar PET daur ulang.

60
201
9

Anda mungkin juga menyukai