ISBN : 978-979-3665-41-2
Diterbitkan oleh :
DIREKTORAT STANDARDISASI PANGAN OLAHAN
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI
Jalan Percetakan Negara No. 23, Gedung F Timur Lantai 3
Jakarta Pusat – 10560
Telepon : (62-21) 42875584
Faksimile : (62-21) 42875780
E-mail : standarpangan@pom.go.id
| ii
KATA SAMBUTAN
Isu sampah plastik hingga saat ini masih menjadi perhatian dunia.
Terlebih setelah ditemukannya bangkai ikan paus bungkuk yang
dipenuhi sampah plastik di Filipina (2019) dan Wakatobi (2018).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 tahun 2018
tentang Penanganan Sampah Laut merupakan dasar Pemerintah
Indonesia dalam menangani sampah plastik di laut sebesar 70%
sampai dengan tahun 2025. Untuk itu diperlukan langkah-langkah
percepatan yang komprehensif dan terpadu salah satunya adalah
dengan circular economy.
Untuk mendukung circular economy melalui program pemanfaatan
material bahan daur ulang menjadi produk akhir berupa kemasan
pangan untuk konsumen, Badan POM telah mengatur hal tersebut
dalam Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan
Pangan.
Saya menyambut baik dengan terbitnya Pedoman dan Kriteria
Plastik Berbahan Polyethylene Terephthalate (PET) Daur Ulang
yang Aman untuk Kemasan Pangan sebagai wujud implementasi
dari Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan
Pangan. Saya harapkan pedoman ini dapat bermanfaat bagi
produsen pangan, produsen kemasan pangan, instansi terkait
serta masyarakat.
Kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
pedoman ini. Semoga langkah kecil ini dapat menyelamatkan bumi
dari sampah plastik.
| iv
PENYUSUN
PENGARAH
Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si
PENANGGUNG JAWAB
Dra. Sutanti Siti Namtini, Apt., Ph.D
KETUA
Dra. Deksa Presiana, Apt., M.Kes
SEKRETARIS
Desy Rasta Waty, Apt., M.Si
Sentani Chasfila, S.Farm., Apt.
TIM AHLI
Dr. Nugraha Edhi Suyatma
Ir. Wiwik Pudjiastuti, M.Si
ANGGOTA
Yeni Restiani, S.Si,Apt.
Lili Defi Z, S.Pt., M.Si
Erline Yuniarti, S.Farm, Apt.
Ria Fitriana, S.Si, M.Si
Ichsan Kharisma, STP
Sekar Indah Maharani, STP
Desiana Nurwanti, S.Farm, Apt.
Abdul Hamid, S.E
Jumingan
FOTOGRAFER
Rangga S. Nugraha, S.SI
v |
DAFTAR ISI
Kata Sambutan – iii
Kata Pengantar – iv
Penyusun – v
Daftar Isi – vi
1. Pendahuluan – 1
1.1 Latar Belakang – 2
1.2 Tujuan dan Sasaran – 8
1.2.1 Tujuan – 8
1.2.2 Sasaran – 8
1.3 Ruang Lingkup – 8
1.4 Istilah Umum – 9
| vi
3.3 Proses Pengolahan Daur Ulang – 32
3.4 Proses Pembuatan Kemasan – 36
A. Pembuatan preform dengan cetak injeksi – 37
B. Pembuatan botol PET dari preform dengan
peregangan dan cetak hembus (Stretch Blow
Molding) – 39
C. Pembuatan botol PET dengan cara injeksi cetak
hembus (Injection Blow Molding) – 40
D. Pembuatan lembaran plastik PET multilapis dari
bahan kombinasi virgin dan daur ulang (Virgin :
Recycle : Virgin/ VRV) – 41
E. Pembuatan artikel (cup/tray) PET dari lembaran
plastik PET berbahan kombinasi virgin dan daur
ulang (Virgin : Recycle : Virgin/ VRV) – 42
4. Evaluasi Keamanan
Kemasan Pangan Berbahan
PET Daur Ulang – 45
5. Penutup – 55
Daftar Pustaka – 57
vii |
Daftar Gambar
Gambar 3.1 Proses daur ulang secara umum – 27
Gambar 3.2 Botol yang sudah dipress dan siap diolah
lebih lanjut – 28
Gambar 3.3 Botol PET yang dapat diproses – 29
Gambar 3.4 Botol PET bekas yang masih dapat
ditoleransi untuk diproses – 30
Gambar 3.5 Botol berwarna bening (transparan) – 30
Gambar 3.6 Flakes sebelum dicuci dengan alkaline
water – 32
Gambar 3.7 Flakes setelah dicuci dengan alkaline
water – 32
Gambar 3.8 Flowchart proses pengolahan Flakes
menjadi resin – 33
Gambar 3.9 Bentuk resin/ bijih plastik non-food grade – 35
Gambar 3.10 Bentuk resin/ bijih plastik food grade – 36
Gambar 3.11 Proses cetakan injeksi – 37
Gambar 3.12 Skema proses pembuatan botol PET dari
preform dengan stretch blow molding – 39
Gambar 3.13 Skema proses pembuatan botol PET
dengan cetak injeksi dan hembus (tanpa
memasukkan proses ekstrusi) – 40
Gambar 3.14 Skema proses pembuatan lembaran
plastik PET multilapis bahan V/R/V – 41
| viii
Daftar Tabel
Tabel 1. Sifat permeabilitas dan mekanis kemasan
plastik – 5
Tabel 2. Konsep daur ulang ASTM dan ISO – 15
Tabel 3. Persyaratan flakes yang akan diolah menjadi
resin daur ulang – 46
Tabel 4. Persyaratan resin PET daur ulang – 47
Tabel 5. Persyaratan fisik kemasan PET daur ulang – 47
Tabel 6. Persyaratan umum berlaku untuk semua
bahan kontak pangan jenis plastik – 48
Tabel 7. Persyaratan khusus untuk polimer polietilena
ftalat (PET) yang berlaku untuk resin dan
artikel – 49
Testimoni – 59
ix |
x
1
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
S
ampah plastik merupakan permasalahan lingkungan
hidup yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dan
dunia. Penggunaan produk plastik secara tidak ramah
lingkungan menyebabkan berbagai masalah lingkungan
hidup yang serius. Sampah plastik tidak hanya menjadi
masalah di perkotaan, namun juga di lautan. Pencemaran
sampah plastik, apabila tidak dikelola dengan baik akan
berdampak kepada kesehatan manusia, membunuh
berbagai hewan dilindungi, dan merusak lingkungan secara
sistematis.
2
Pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi sampah
plastik di laut. Keseriusan pemerintah diwujudkan dengan
telah ditetapkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.
Pada tahun 2025 ditargetkan terjadi pengurangan sampah
plastik di laut sebesar 70%. Oleh karena itu diperlukan
langkah-langkah percepatan yang komprehensif dan
terpadu, salah satunya adalah melalui circular economy.
3
Dukungan Badan POM terhadap kegiatan circular economy,
yaitu melalui pengaturan kemasan pangan berbahan
kemasan daur ulang, yang tercantum dalam Peraturan
Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan.
Oleh karena itu, sebagai wujud implementasi dari Peraturan
tersebut, maka diperlukan penyusunan Pedoman Kemasan
Daur Ulang yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan
untuk produsen pangan, produsen kemasan pangan,
instansi terkait serta masyarakat.
4
ketahanan kimia yang sangat baik terhadap air, alkohol dan
pelarut. Dibandingkan dengan LDPE, HDPE, PP, PVC, dan PS,
plastik PET juga memiliki permeabilitas gas oksigen yang
paling rendah sehingga dapat memberikan perlindungan
yang baik terhadap produk pangan dari kerusakan oksidatif.
5
Jenis Tensile Aroma
WVTR OTR
Plastik (g / m2.hari) (cm3 /m2.hari) Strength barrier
(tebal 25µm) (MPa) (g / cm3)
PVC 30-40 150-350 40-60 **
LDPE 15-20 6500-8500 5-16 **
PP 10-12 2500-4500 20-40 ***
PS 70-115 4500-6000 35-60 *
6
Proses pembuatan kemasan pangan berbahan PET daur
ulang yang aman harus mencakup proses pembersihan yang
efisien untuk menghilangkan zat-zat yang merugikan. Oleh
karena itu, pada proses daur ulang diperlukan jaminan
terhadap penanganan selama proses produksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7
1.2 TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1 Tujuan
Pedoman ini disusun untuk meningkatkan
pengetahuan pengguna terkait proses pembuatan
kemasan pangan dari bahan PET daur ulang
sehingga kemasan tersebut dapat dinyatakan aman
digunakan sebagai kemasan pangan.
1.2.2 SASARAN
Pedoman ini ditujukan untuk produsen pangan,
produsen kemasan pangan, instansi terkait serta
masyarakat.
8
1.4 ISTILAH UMUM
9
1.4.6 Daur Ulang Mekanik dengan Alkali (mechanical
recycling treatment with alkali/ MRA) adalah
proses daur ulang PET secara mekanik dan
perlakuan dengan alkali dalam bentuk pellet dan
bukan untuk Kemasan Pangan.
10
1.4.12 Migrasi adalah proses terjadinya perpindahan
suatu zat dari Kemasan Pangan ke dalam Pangan.
11
12
2
KONSEP DAN REGULASI DAUR
ULANG KEMASAN PLASTIK
13
2.1 KEMASAN DAUR ULANG
P
ersoalan pengelolaan sampah masih menjadi
pekerjaan rumah besar bagi Indonesia. Riset terbaru
Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan
bahwa 24 % sampah di Indonesia masih tidak terkelola dan
berpotensi merusak ekosistem lingkungan.
14
sisanya berakhir di ekosistem seperti lautan (Suara
Pembaruan, 2015).
15
ASTM D5033 ISO 15270
Tertiary recycling Chemical recycling
Quaternary recycling Energy recycling
16
h. Aplikasi dan penggunaan kemasan pangan seperti bisa
digunakan untuk microwave atau tidak
i. Kondisi penyimpanan
j. Metode analisis keamanan pangan
2.2 REGULASI
17
sebesar 10 mg bahan/dm2 dari luas kontak pangan untuk
semua zat yang dapat bermigrasi dari bahan kontak pangan
ke dalam pangan, yang juga dinyatakan sebagai 60 mg/kg
pangan.
Regulasi Uni Eropa yang dikhususkan pada kemasan daur
ulang yaitu Commission Regulation (EC) No 282/2008 on
recycled plastic materials and articles intended to come into
contact with foods and amending Regulation (EC) No
2023/2006. Regulasi ini mensyaratkan bahwa plastik daur
ulang yang digunakan untuk kemasan pangan harus berasal
dari proses daur ulang yang sudah ditetapkan dengan
beberapa kriteria yang dituangkan dalam regulasi tersebut.
European Food Safety Authority (EFSA) telah
mempublikasikan pedoman pengajuan permohonan
evaluasi keamanan kemasan. Pedoman tersebut berisi
tentang proses daur ulang dan bahan kontak pangan serta
data-data yang dibutuhkan oleh EFSA dalam mengevaluasi
risiko migrasi zat dari bahan plastik daur ulang dalam
kemasan pangan. Pedoman ini juga mencakup proses daur
ulang untuk semua jenis plastik.
Amerika Serikat melalui U.S. Food & Drug Administration
telah mengeluarkan Guidance for Industry: Use of Recycled
Plastics in Food Packaging: Chemistry Considerations yang
menginformasikan kepada industri terkait pertimbangan
penggunaan bahan kimia yang cocok digunakan untuk
kemasan pangan dari daur ulang, serta kemungkinan
kontaminasi kimia dari bahan daur ulang.
18
Sustainable Packaging Coalition (SPC) telah mengeluarkan
Guidelines for Post-Consumer Recycled Content in Plastic
Packaging. Pedoman ini dikembangkan untuk memfasilitasi
cara komunikasi yang lebih baik antara pembeli retail
dengan converter terkait penggunaan bahan/ material daur
ulang pascakonsumen untuk kemasan plastik.
Kemasan daur ulang pangan di Jepang diatur dalam
peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan standar
sukarela industri. Terdapat 3 pedoman terkait daur ulang
kemasan yaitu:
1. Guideline on the Use of Recycled Plastic Material in Food
Apparatus, Containers and Packaging
Pedoman ini disusun oleh Ministry of Health, Labour
and Welfare (MHLW), dan ditetapkan pada tanggal 27
April 2012.
Pedoman ini berlaku untuk penggunaan bahan plastik
daur ulang untuk produk peralatan makanan, wadah,
dan kemasan. Pedoman ini tidak berlaku untuk produk
yang dapat digunakan kembali yang dikumpulkan,
dicuci, dan digunakan kembali setelah digunakan oleh
konsumen, sehingga terjadi perubahan yang
signifikan dalam pengelolaan keamanannya.
Dalam pedoman ini proses daur ulang dikategorikan
menjadi 2 kelompok yaitu:
- Daur ulang fisik
Proses daur ulang ini tidak berpengaruh untuk
mengubah polimer dasar. Proses ini termasuk
19
Solid Phase Polymerization (SPP) dengan suhu
tinggi dan tekanan rendah.
- Daur ulang kimia
Plastik bekas dipanaskan dan didepolimerisasi
secara kimia menjadi monomer, yang dimurnikan
dengan distilasi, dan kristalisasi. Proses daur
ulang ini melibatkan depolimerisasi kimia dan
repolimerisasi.
Dalam pedoman ini tidak dipersyaratkan terkait
pelabelan untuk kemasan dari bahan daur ulang.
Pelabelan yang dilakukan oleh industri ditetapkan
oleh standar internal dari masing-masing perusahaan.
2. Voluntary Design Guidelines for Designated PET Bottles
Pedoman ini disusun oleh The Council for PET Bottle
Recycling pada tanggal 1 Maret 2016.
Pedoman ini bersifat sukarela yang disusun oleh
anggota asosiasi tersebut untuk mempermudah
proses pembuatan PET daur ulang.
Pada tahun 1994, penggunaan lem kertas sebagai
penyambung label sudah mulai dilarang, akan tetapi
hingga saat ini masih dapat digunakan sepanjang
mudah dihilangkan dan tidak meninggalkan bekas
pada botol PET.
Pedoman ini menjelaskan kriteria botol PET yang
dapat didaur ulang adalah botol yang berwarna jernih
dan tidak boleh yang berwarna, dilarang mencetak
label langsung di permukaan botol, serta tidak
20
menggunakan lem/perekat label yang dapat
meninggalkan bekas pada botol.
Botol PET yang berwarna tidak boleh di daur ulang
karena dikhawatirkan pewarna yang digunakan dalam
botol tersebut akan mempengaruhi kualitas dari
performa PET dan akan mempersulit kontrol kualitas
dari produk akhir PET daur ulang.
Secara prinsip, pada pedoman ini, IV (intrinsic
viscosity) hanya di atur pada produk resin daur
ulangnya saja sedangkan pada flakes hanya diatur
penampakan berdasarkan ukuran dan warna. IV di
botol sama dengan flakes karena hanya mengalami
penghancuran saja. IV di resin akan berubah karena
adanya proses pelelehan sehingga IV akan turun.
Kemudian dengan adanya proses Solid State
Polycondensation (SSP) dapat membuat IV resin daur
ulang sama dengan IV resin virgin.
3. The-Self Restriction Standard Ver 5.2
Standar ini disusun oleh The Japan PET Tray
Association pada tahun 2015.
Standar ini bersifat sukarela (voluntary), dan
digunakan untuk PET fiber, lembaran (sheet film),
botol (termasuk untuk minuman, bumbu dan pangan
lainnya), dan PET lembaran berbentuk amorf/ tray,
mainan, perlengkapan kantor/ sekolah.
Standar ini dibentuk berdasarkan pedoman
penggunaan bahan plastik daur ulang yang
21
diterbitkan oleh Ministry of Health, Labour and Welfare
Jepang.
Standar ini digunakan untuk kemasan tray yang
berbahan multilapis dengan komposisi lapisannya
adalah virgin/ recycle/ virgin (V/R/V).
Secara umum proses pembuatan PET daur ulang dari
botol ke tray adalah: botol yang dikumpulkan dari
dropbox dipisahkan dari labelnya kemudian botol
tersebut dipisahkan berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan oleh masing-masing industri, setelah
dipisahkan, botol tersebut dilakukan pencucian, dan
dikeringkan. Setelah kering, botol diproses dengan
menggunakan SSP untuk dijadikan flakes kemudian
flakes dilelehkan dan diformulasi menjadi V/R/V dan
kemudian dicetak dengan sistem tiup, setelah itu
dipotong sesuai kebutuhan dan dikemas untuk
didistribusikan.
22
23
24
3
TEKNOLOGI DAUR ULANG
KEMASAN PANGAN
25
P
roses daur ulang secara umum dimulai dari
pengumpulan sampah botol PET yang dipisahkan
antara tutup botol dan label yang menempel pada
kemasan, kemudian pengiriman sampah botol PET ke
collection center untuk selanjutnya diproses menjadi bahan
daur ulang. Proses tersebut dapat dilihat dalam gambar 3.1.
26
Sampah PET dikumpulkan Trader (menerima PET Botol
Sampah Botol dalam bentuk Bulk)
(dipisahkan dari tutup dan label)
PET
27
Pemulung/ pengepul/ bank sampah/ bandar sampah
memisahkan/ menyortir kemasan plastik pascakonsumen
antara label kemasan dan tutupnya. Label kemasan yang
tidak dapat pisah secara sempurna (masih sedikit
menyisakan di kemasan) perlu diolah lebih lanjut agar dapat
digunakan sebagai bahan baku kemasan PET daur ulang.
Untuk memudahkan pengiriman ke collection center dapat
dilakukan pengepresan terlebih dahulu menggunakan alat
hydraulic press atau sejenisnya, seperti terlihat pada gambar
3.2.
Gambar 3.2 Botol yang sudah dipress dan siap diolah lebih lanjut
28
bening/ transparan serta tidak meninggalkan sisa lem/
perekat.
b. Botol PET bekas yang masih dapat ditoleransi untuk
diproses
yaitu botol dengan stiker/label yang melekat kuat,
botol berisi tanah, dan bekas minyak goreng. Botol
tersebut masih dapat digunakan dengan catatan, stiker
dan kontaminasinya dipastikan dapat dihilangkan.
29
Gambar 3.4 Botol PET bekas yang masih dapat ditoleransi untuk
diproses
30
3.2 PEMBUATAN FLAKES
31
Gambar 3.6 Flakes sebelum dicuci Gambar 3.7 Flakes setelah dicuci
dengan alkaline water dengan alkaline water
32
Pemisahan Pencucian Penirisan &
Flakes kontaminasi fisik dengan caustic
(solid heavy waste) solution (NaOH) pengeringan
Reaktor
polikondensasi - Resin PET
SSP Pendinginan food grade
(Dekontaminasi 2)
33
Flakes yang akan diproses menjadi resin daur ulang
dilakukan melalui 2 tahap, yaitu Pencucian dan Pemisahan
Kontaminan.
1. Tahap 1 – Pencucian
Flakes yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
spesifikasi yang di tentukan oleh masing-masing
perusahaan, dilakukan penyortiran (separator 1) untuk
memisahkan kontaminasi fisik (solid heavy waste),
kemudian dilakukan pencucian dengan menggunakan air
panas dan larutan alkali (NaOH) untuk menghilangkan
sisa kontaminasi kemudian dibilas dan dikeringkan.
Setelah itu dilakukan separator 2 untuk memisahkan
kontaminasi kecil dan ringan (fine and light) material
seperti serabut plastik, material besar (big material),
serta kontaminasi lainnya serta logam seperti polyolefin
dan PVC menggunakan penyaring 250 mikron.
Selanjutnya material masuk kedalam metal separator
untuk memisahkan dari logam yang mungkin masih
terbawa.
2. Tahap 2 – Pemisahan Kontaminan yang meliputi Extrusion
dan Solid State Polycondensation (SSP)
2.1 Extrusion
Tahap ini merupakan tahap pertama dekontaminasi
secara kimia menggunakan suhu tinggi kurang lebih 180
– 290°C sampai flakes meleleh. Selanjutnya lelehan
tersebut melalui proses pembuatan pellet (pelletizing)
dan membentuk strand die pelletizing (berwarna bening)
34
dan kemudian dilakukan pendinginan untuk proses
kristalisasi (in line crystallization) menjadi berwarna putih
lalu di potong menjadi resin dengan ukuran kurang lebih
2 - 2.5 mm seperti terlihat pada gambar 3.9. Pada
umumnya dalam tahap ini dilakukan pengecekan secara
berkala meliputi pengujian chip size, warna, dan Intrinsic
Viscosity (IV).
35
Proses ini meliputi pemanasan awal (pre-heater), reaksi
polikondensasi dalam reaktor dan proses pendinginan
untuk menghasilkan resin PET yang aman untuk kemasan
pangan. Pada umumnya dalam tahap ini dilakukan
pengecekan secara berkala meliputi pengujian kadar
Intrinsic Viscosity (IV) serta pengujian chip size, dan warna
seperti terlihat pada gambar 3.10.
36
Untuk pembuatan bahan dasar terdiri dari 2 jenis yaitu
pembuatan preform untuk kemasan botol dan pembuatan
lembaran (sheet film) untuk kemasan cup/ tray.
37
Proses ekstrusi diawali dengan dimasukkannya pellet resin
PET ke dalam hopper (corong input bahan ke mesin ekstrusi)
dan masuk ke barrel ekstruder yang di dalamnya terdapat
ulir (screw) yang pada proses pembuatan PET umumnya
dibagi menjadi tiga bagian yaitu feed (bagian penerima
umpan pellet resin dari hopper), transition (bagian transisi
yang mengubah pellet PET dari fase padatan yang kristalin
menjadi lelehan yang amorf), dan meter (bagian yang
menyempurnakan proses pelelehan dan membuat
campuran bahan benar-benar menjadi homogen dan siap
untuk dicetak di mesin cetakan injeksi). Profil suhu bagian
dalam ekstruder umumnya diatur mulai suhu 270 oC pada
zona feed hingga mencapai suhu 285 oC pada zona meter
sehingga pellet PET benar-benar meleleh sempurna
(melted) sebelum masuk ke bagian cetak injeksi.
Di dalam cetak injeksi (injection molding), lelehan PET
dicetak sesuai dengan desain dari cetakannya, dan terdapat
proses pendinginan untuk mengubah bentuk yang sangat
lunak (melted) ke padat (solid). Secara kuantitatif
keberhasilan proses cetak injeksi sangat dipengaruhi oleh
suhu bahan, tekanan, kecepatan aliran bahan, suhu saat
pencetakan, kekentalan lelehan PET, dan pendinginan.
Semua faktor tersebut perlu dikendalikan untuk
memperoleh mutu preform botol PET yang baik.
38
B. Pembuatan Botol PET dari Preform dengan Peregangan
dan Cetak Hembus (Stretch Blow Molding)
Proses blow moulding merupakan proses yang paling umum
digunakan untuk memproduksi botol plastik. Teknik dasar
dari pencetakan secara hembusan diadopsi dari teknik yang
digunakan oleh industri gelas. Udara bertekanan tinggi
dihembuskan ke bentuk dasar plastik (preform) yang sudah
dipanaskan hingga sangat lunak (mudah dibentuk). Bentuk
dasar (preform) yang sudah sangat lunak (melted) kemudian
diberikan hembusan udara panas yang kuat. Hembusan
udara tersebut akan menyebabkan preform yang sangat
lunak menggelembung memenuhi rongga cetakan sehingga
akan diperoleh botol dengan bentuk sesuai yang diinginkan.
Cetakan kemudian dibuka dan diberikan pendinginan
sehingga botol menjadi kaku dan stabil bentuknya, dan
selanjutnya dikeluarkan dari ruang cetakan. Skema proses
cetak hembus ini dapat dilihat pada Gambar 3.12.
39
C. Pembuatan Botol PET dengan Cara Injeksi Cetak
Hembus (Injection Blow Molding)
Prinsip dari pembuatan botol PET dengan cara injeksi dan
cetak hembus sama dengan gabungan kedua proses
sebelumnya. Yang membedakan adalah pada cara cetak
injeksi dan hembus, preform yang dihasilkan dari proses
injeksi tidak mengalami proses pendinginan tetapi langsung
masuk ke tahap blow molding. Istilah bentuk dasar dari cetak
injeksi yang tidak mengalami pendinginan ini umumnya
disebut dengan parison. Jadi proses cetak injeksi dan
hembus meliputi tiga operasi utama yaitu proses ekstrusi,
cetak injeksi dan cetak hembus. Skema proses pembuatan
botol PET dengan injection blow bolding (tanpa
memasukkan proses ekstrusi) dapat dilihat pada Gambar
3.13.
Gambar 3.13. Skema proses pembuatan botol PET dengan cetak injeksi
dan hembus (tanpa memasukkan proses ekstrusi)
40
D. Pembuatan Lembaran Plastik PET Multilapis dari Bahan
Kombinasi Virgin dan Daur Ulang (Virgin : Recycle :
Virgin/ VRV)
Flakes
Tangki Ekstruder
Daur
B B
Ulang
Proses
VRV Sheet Film
Sheet Film
41
1) Material flakes daur ulang dimasukan ke dalam tangki
B untuk diproses menuju ekstruder B.
2) Resin virgin dimasukan secara terpisah kedalam
tangki A untuk diproses menuju ekstruder A.
3) Pada saat melewati ekstruder A dan B, material
dipanaskan sampai suhu tertentu hingga meleleh.
4) Hasil lelehan dari ekstruder A dan B dilanjutkan
menuju proses pelapisan VRV dimana lapisan
pertama terdiri dari material virgin, kedua material
daur ulang dan ketiga material virgin sehingga
menghasilkan lembaran 3 lapis. Selanjutnya
didinginkan menggunakan cairan pendingin pada
proses pemipihan (calendering).
5) Lembaran VRV yang dihasilkan selanjutnya
ditempatkan dalam bentuk gulungan yang
ketebalan, lebar, dan panjang disesuaikan sesuai
permintaan konsumen.
42
2) Pembuatan tray PET daur ulang dari lembaran VRV
yang dihasilkan dari proses sebelumnya dicetak
dengan mesin vacuum forming.
43
44
4
EVALUASI KEAMANAN
KEMASAN PANGAN
BERBAHAN PET DAUR ULANG
45
K
emasan pangan berbahan PET daur ulang yang telah
diproses dapat digunakan setelah memenuhi
persyaratan keamanan flakes, resin, dan artikel.
1. Flakes
Persyaratan flakes yang akan diolah menjadi resin daur
ulang, umumnya seperti yang disajikan pada Tabel 3.
2. Resin
Resin yang digunakan untuk membuat kemasan pangan
PET daur ulang persyaratan mutu dan keamanan sesuai
dengan SNI 8424:2017 Resin Polietilena Tereftalat (PET)
Daur Ulang adalah seperti disajikan pada Tabel 4.
46
Tabel 4. Persyaratan Resin PET Daur Ulang
Persyaratan
Persyaratan
No. Parameter Uji Satuan Kemasan
Umum MRA
Pangan MRP
A Spesifikasi teknis
1 Viskositas intrinsik dL/g 0,60 – 0,70 0,71 – 1,00
(Intrinsic Viscosity/
IV)
2 Kadar air % fraksi Maks. 1,0 Maks. 1,0
massa
Kerapatan curah kg/m3 Min 400 Min 400
B Migrasi
3 Residu asetaldehida mg/kg - Maks 6
4 Migrasi total mg/kg - Maks 60
5 Total logam berat:
- Timbal (Pb)
- Kadmium (Cd)
- Raksa (Hg) mg/kg - Maks. 1
- Krom
heksavalen
(Cr+6)
6 Antimoni trioksida mg/kg - Maks 0,04
(dalam bentuk
antimoni)
3. Artikel
Kemasan berbahan PET daur ulang yang telah menjadi
bentuk artikel, persyaratan fisik umumnya adalah
seperti disajikan pada Tabel 5.
47
Tabel 5. Persyaratan Fisik Kemasan PET Daur Ulang
Parameter Persyaratan
Visual dan sifat tampak bersih, jernih/ transparan, tidak
ada benda asing yang
menempel, tidak ada
kerusakan berupa penyok,
goresan dan retak
Bau dan rasa tidak boleh menyebabkan
perubahan terhadap bau dan
rasa pada air minum
48
Tabel 7. Persyaratan Khusus untuk Polimer Polietilena ftalat (PET) yang
Berlaku untuk Resin dan Artikel
BATAS
NO PERSYARATAN MAKSIMAL
(mg/cm2)
1 Plastik polietilena ftalat, digunakan
untuk kemasan, pengangkutan atau
penyimpanan sementara yang
bersentuhan dengan pangan, kecuali
minuman ringan beralkohol pada suhu
tidak melebihi 121oC:
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan air, pada suhu 121oC
selama 2 jam;
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan n-heptana, pada suhu
66oC selama 2 jam
2 Plastik polietilena ftalat, digunakan
untuk kemasan, pengangkutan atau
penyimpanan sementara yang
bersentuhan dengan pangan, minuman
ringan beralkohol tidak melebihi 50%
(v/v) :
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan air suling, pada suhu 121oC
selama 2 jam
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan etil-alkohol 50%, pada
suhu 49oC selama 24 jam.
3 Polietilena ftalat tak bersalut tersusun
dari lembaran dasar atau polimer dasar
(base sheet and base polymer)
49
BATAS
NO PERSYARATAN MAKSIMAL
(mg/cm2)
(kopolimer etilena tereftalat, kopolimer
etilena tereftalat-isoftalat, kopoliester
etilena-1,4-sikloheksilena dimetilena
tereftalat dan polimer etilena
tereftalat), digunakan untuk
bersentuhan dengan pangan selama
memanggang dalam oven dan memasak
, pada suhu > 121oC :
- Ekstrak kloroform setelah kontak 0,0031
dengan air suling, pada suhu 121oC,
selama 2 jam
- Ekstrak kloroform setelah kontak 0,0031
dengan n-heptana, pada suhu
66oC, selama 2 jam
4 Tenunan polietilen ftalat (Polyethylene
phthalate fabric), digunakan untuk
bersentuhan dengan pangan kering,
ruahan pangan (bulk food) selain
minuman ringan beralkohol untuk
penggunaan berulang termasuk
penyaringan ruahan pangan pada suhu
tidak melebihi 100oC, dan penyaringan
ruahan minuman ringan beralkohol
dengan kadar alkohol tidak melebihi 50%
(v/v), pada suhu tidak melebihi 49oC
- Ekstrak kloroform setelah kontak 0,031
dengan air suling, pada suhu 100
o
C, selama 2 jam;
50
BATAS
NO PERSYARATAN MAKSIMAL
(mg/cm2)
- Ekstrak kloroform setelah kontak 0,031
dengan n-heptana, pada suhu
66oC, selama 2 jam;
- Ekstrak kloroform setelah kontak 0,031
dengan etil alkohol 50%, pada suhu
49oC, selama 24 jam.
5 Plastik polietilena ftalat yang tersusun
dari etilenatereftalat-isoftalat,
digunakan untuk kemasan,
pengangkutan atau penyimpanan
sementara yang bersentuhan dengan
pangan beralkohol dengan kadar tidak
melebihi 95% (v/v) :
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan air suling, pada suhu 121oC
selama 2 jam
- Ekstrak kloroform, setelah kontak 0,078
dengan n-heptana, pada suhu
66oC selama 2 jam
- Ekstrak larut kloroform, untuk 0,00078
kemasan dengan kapasitas > 500
mL, setelah kontak dengan etil
alkohol 95%, pada suhu 49oC
selama 24 jam
- Ekstrak larut kloroform, untuk 0,0078
kemasan dengan kapasitas ≤ 500
mL, jika terpapar etanol 95% pada
suhu 49oC selama 24 jam)
51
BATAS
NO PERSYARATAN MAKSIMAL
(mg/cm2)
6 Etilena glikol 30 bpj (Jumlah
total dari nilai
batas migrasi
spesifik untuk
etilena glikol,
dietilena glikol
dan ester asam
stearat-etilena
glikol.)
7 Dietilena glikol 30 bpj (Jumlah
total dari nilai
batas migrasi
spesifik untuk
etilena glikol,
dietilena glikol
dan ester asam
stearat-etilena
glikol)
8 Asetaldehida 6 bpj (Jumlah
total dari nilai
batas migrasi
spesifik untuk
asetaldehida dan
ester asam
propionate-vinil.)
52
53
54
5
PENUTUP
55
P
emerintah Indonesia berkomitmen mengurangi
sampah plastik di laut sampai 70% pada tahun 2025.
Penggunaan kemasan pangan berbahan PET daur
ulang merupakan salah satu langkah untuk memperpanjang
masa pakai sampah plastik menjadi sesuatu yang berdaya
guna. Industri kemasan di Indonesia telah mengolah
kemasan PET untuk di daur ulang.
56
DAFTAR PUSTAKA
57
CNN Indonesia. 2018. Riset: 24 Persen Sampah
di Indonesia Masih Tak Terkelola.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20180425101643-282-293362/riset-24-persen-
sampah-di-indonesia-masih-tak-terkelola. Diakses
pada 12 Desember 2019.
SNI 8424:2017 Resin Polietilena Tereftalat (PET) Daur Ulang
ASTM D 5033 Guide for Development of Astm Standards
Relating to Recycling and Use of Recycled Plastics
ISO 15270 Plastics -- Guidelines for the recovery and recycling
of plastics waste.
Kirwan, M. J. and Strawbridge, J. W. 2003. Plastics in food
packaging. In Coles, R., McDowell, D., Kirwan, M.J.
(Eds.) Food Packaging and Technology (p. 174-240),
Blackwell Publishing Ltd, Oxford, UK.
Koch, M. 2002. Two-stage injection stretch blow moulding.
In Brooks, D.W. and Giles, G. A. (Eds), PET Packaging
Technology (p.223-279), Sheffield Academic Press,
Sheffield, UK
58
TESTIMONI
Hilda Oktora
(Scientific & Regulatory Affairs Manager PT Coca-Cola Indonesia)
Edhie Wulandiarto
(Board Of Director PT.Namasindo Plas)
59
Dr. Nugraha Edhi Suyatma
(Tim Ahli – Institut Pertanian Bogor)
60
201
9