Anda di halaman 1dari 5

Limbah B3 di PT.

Toyota Motor Manufacturing Indonesia


Limbah B3 yang dihasilkan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia
baik berupa limbah padat maupun cair, dikelola secara intern dan pihak ketiga
(PT. Environmate Technology International) yang sudah memiliki izin dan
bersertifikasi dari Kementrian Lingkungan Hidup. Sebelum diambil oleh pihak
ketiga, dilakukan pengolahan intern seperti reduksi, pengolahan internal,
pewadahan dan pengumpulan di masing-masing unit penghasil limbah yang
kemudian dilakukan penyimpanan sementara dalam gudang penyimpanan
sementara limbah B3. Jenis limbah yang dihasilkan antara lain :
No. Jenis Limbah (fasa)
1 Sludge IPAL
2 Kerak Cat/Sludge Painting
3 Phosphat Sludge
4
5
6
7
8

Thinner Bekas
Oli Bekas
Aki Bekas
Majun Bekas
Lampu TL Bekas
Kemasan bekas B3 (Kaleng cat,
9 jerigen, kaleng thinner, drum)
10 Abu Incinerator
11 Limbah Poliklinik

Sumber
IPAL
Unit Painting Proses, Small Part
Painting
Unit Painting
Unit Painting Proses, Small Part
Painting
Stamping dan Utility
Forklift
Semua Proses
Workshop dan Office
Produksi
Insenerator
Poliklinik

Limbah B3 di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia dibagi menjadi


dua jenis yaitu limbah padat dan limbah cair. Berdasarkan PP No 101 tahun 2014
pasal 3 ayat 1 menjelaskan bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah B3
wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. Di PT. Toyota
Motor Manufacturing Indonesia, limbah B3 dikelola secara intern dan pihak
ketiga, diantaranya PT. Environmate Technology International dan CV. Mitra
Mukim. Sebelum limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak ketiga untuk diolah
atau dimanfaatkan lebih lanjut, limbah B3 tersebut terlebih dahulu melalui
beberapa kegiatan secara internal yang dimaksudkan untuk meminimalissi limbah
B3 yang disesuaikan dengan BAB III Pasal 10 ayat 1 setiap orang yang

menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengurangan Limbah B3. di PT.


Toyota Motor Manufacturing Indonesia diantaranya seperti:
1. Reduksi sebagai langkah untuk meminimalisasi kuantitas limbah . Kegiatan
yang dilakukan diantaranya :
- Mengurangi VOC (Volatile Organic Compound) sebesar 120 liter/hari
atau < 55 gr/cm2 dengan cara mengoptimalkan dan mengendalikan
-

penggunaan thinner.
Mengurangi pemakaian fine cleaner pada proses pre-degreasing.
Dengan upaya ini diharapkan polutan pada air limbah menjadi
berkurang, sehingga mengurangi biaya proses pengolahan air limbah

dan mengurangi biaya pengadaan bahan penolong fine cleaner.


2. Pengolahan Internal
a. Sludge WWTP ditampung dalam Jumbo Bag, kemudian secara berkala
dikirim ke PT. Holcim Indonesia dan PT. Indocement oleh PT.
Enviromate Technology International. Sludge/kerak cat, filter bekas,
majun dan sarung tangan bekas dikumpulkan dan secara berkala diambil
oleh PT. Environmate Technology International untuk dikirim ke PT.
Holcim Indonesia setelah dibakar diincinerator. Spesifikasi incinerator
yang digunakan adalah volume chamber 3 m3, kecepatan pembakaran
120 kg/jam, tekanan udara 1,25 kilopascal, temperatur reaktor
pembakaran 8750/90C. Waktu tinggal di dalam incinerator tergantung
kondisi limbah. Waktu tinggal limbah kering 15-30 menit dan waktu
tinggal limbah basah antar 1-3 jam.
b. Air limbah ini mengalir secara kontinyu dan berasal dari bak-bak pada
proses pencucian (rinsepainting), yaitu degreasing, phosphating, ED coat
dan painting. Air limbah dari proses ini tergolong berbahaya karena
mengandung bahan kimia cat. Proses pengolahan terhadap limbah cair
yang dilakukan adalah equalisasi, koagulasi, flokulasi, DAF (Dissolved
Air Flotation), Aerasi, dan Netralisasi yang kemudian akan dialirkan
kesaluran limbah kawasan jika kualitas air limbah sudah memenuhi
estate regulation Kawasan Industri KIIC.
3. Pewadahan dan Penyimpanan
Pewadahan mulai dilakukan oleh masing-masing unit penghasil limbah.
Setelah pewadahan selesai dilanjutkan dengan pengumpulan limbah B3
oleh masing-masing unit penghasil. Pewadahan dan pengumpulan ini

bersifat intern. Pengumpulan limbah (di lokasi unit penghasil limbah)


menjadi tanggungjawab unit penghasil limbah sebelum diserahkan ke

bagian SHE.
Penyimpanan Sementara
Sebelum limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak ketiga untuk diolah
atau dimanfaatkan lebih lanjut, limbah B3 yang tidak dapat diolah tersebut
dilakukan penyimpanan sementara. Hal tersebut sesuai dengan yang ditulis
dalam PP No. 101 tahun 2014 pasal 12 ayat 1 yaitu setiap orang yang
menghasilkan limbah B3 wajib melakukan penyimpanan limbah B3.
Limbah B3 disimpan didalam gudang yang berisi limbah B3, karena ruang
tersebut didesain khusus untuk menempatkan limbah B3 sehingga
bangunan penyimpanan harus memenuhi syarat seperti tidak adanya
kebocoran dan kontaminasi.
Dalam hal pengemasan limbah B3, menurut Peraturan pemerintah Nomor
101

tahun

2014

menyebutkan

bahwa

Pengemasan

Limbah

B3

sebagaimana dimaksudkan Pasal 12 ayat 6 yaitu dilakukan dengan


menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan yang dapat mengemas
limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan,
mampu mengungkung limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan,
memiliki penutup kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat
dilakukan penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan dan berada
dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak
serta ayat 2 menyebutkan Kemasan Limbah B3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dilekati label limbah B3 dan symbol limbah B3.
Berdasarkan sumber artikel, penggunaan wadah untuk limbah B3 belum
sesuai dengan regulasi tersebut, dengan adanya temuan bahwa ada wadah
(drum) yang berkarat dan belum diberi label sehingga diperlukan evaluasi
dan audit yang lebih detail.
Untuk sampah B3 yang berasal dari klinik dan perkantoran (majun
terkontaminan, lampu, baterai, alat elektronik lain) ditempatkan di tempat
sampah berwarna biru yang dikhususkan untuk sampah B3 untuk
kemudian diletakan di dalam drum sesuai jenis sampahnya, kemudian
diberikan kepada pihak ketiga untuk dikelola lebih lanjut.
4. Pemanfaatan

Drum bekas bahan B3 dimanfaatkan sebagai tempat limbah B3.


Untuk drum drum bekas dan kaleng cat yang sudah tidak terpakai dan

kemasan bekas dikembalikan kepada Sub.Cont, tidak dibuang begitu saja.


Recycle thinner dengan cara mendidihkan thinner yang menghasilkan uap
yang dapat digunakan kembali menjadi thinner.

DAFTAR PUSTAKA
Ratman, Cesar Ray dan Syafrudin. 2010. Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di
PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Program Studi Teknik
Lingkungan FT Undip, Semarang.
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA. 2014. PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/n!@file_skripsi/Isi4686868606720.pdf,
diakses pada hari Sabtu, 20 Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai