Anda di halaman 1dari 30

Model Input Output

Bahan Ajar
Metode Pengambilan Keputusan 2
Program MPKP
Pengantar
 Dalam suatu perencanaan pembangunan
ekonomi diperlukan penentuan prioritas kegiatan
diantara sektor-sektor perekonomian
 Kemajuan suatu sektor tidak akan terlepas dari
dukungan yang diberikan oleh sektor-sektor
lainnya sehingga sebenarnya keterkaitan antar
sektor ini dapat dimanfaatkan untuk memajukan
seluruh sektor-sektor yang terdapat dalam
perekonomian
 Dengan melihat keterkaitan antar sektor dan
memperhatikan efisiensi dan efektifitas yang
hendak dicapai dalam pembangunan maka
sektor yang mempunyai keterkaitan tinggi
dengan banyak sektor pada dasarnya
merupakan sektor yang perlu mendapatkan
perhatian lebih.

 Analisis model Tabel Input Output (Tabel I-O)


merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor
yang terdapat dalam perekonomian.
Analisis Input-Output
Secara sederhana model I-O daerah menyajikan informasi tentang
transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antarsatuan kegiatan
ekonomi untuk suatu waktu tertentu yang disajikan dalam bentuk tabel.
Isian sepanjang baris menunjukkan alokasi output dan isian menurut
kolom menunjukkan pemakaian input dalam proses produksi (Badan
Pusat Statistik, 2000a).
Sesuai dengan namanya, model I-O pada dasarnya berisikan
gambaran mengenai saling keterkaitan suatu sektor yang digunakan
sebagai input, baik untuk menghasilkan output sektor itu sendiri maupun
sektor lain.
Seperti diketahui, di dalam proses produksi, untuk menghasilkan
output, suatu sektor memerlukan Input baik berupa barang, jasa dan
faktor produksi lainnya.
Analisis Input-Output Memberikan Gambaran
tentang:

1. Struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan


nilai tambah masing-masing kegiatan ekonomi di suatu
daerah,
2. Struktur input antara (intermediate input), yaitu penggunaan
barang dan jasa oleh kegiatan produksi di suatu daerah,
3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik yang berupa
produksi dalam negeri maupun barang-barang yang berasal
dari impor, dan
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh
kegiatan produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi,
investasi dan ekspor.
Proses produksi
Input primer Pemakai akhir
(primary input) (final demander/user)

INPUT OUTPUT

Input antara Pemakai antara


(intermediate input) (intermediate user)
Kerangka Model I-O Daerah (Nasional)
Permintaan Antara Permintaan Total
Input Sektor 1 2 ... n Akhir Output

1 x11 x12 ... x1n F1 X1


Input 2 x21 x22 ... x2n F2 X2
Antara ... ... ... ... ...
... ... ... ... .... - -
n xn1 xn2 ... xnn Fn Xn
Input V1 V2 .... V
Vn
Primer/NTB
IMPOR =M M1 M2 M
Mn

Total Input X1 X2 .... Xn C G I E X

Sumber: Tabel Input-Output, BPS, 2000.


Kerangka Model I-O Daerah (Nasional)
• Output yang diproduksi oleh setiap sektor didistribusikan kepada dua
macam pemakai, yaitu:
1. Sektor Produksi, yang menggunakan output untuk permintaan antara (intermediate
demand) yang digunakan dalam proses produksi lebih lanjut.
2. Pemakai Akhir, yang menggunakan output untuk permintaah akhir (final demand).
Permintaan Akhir terdiri dari empat komponen yaitu: (1) konsumsi rumah tangga, (2)
pembentukan modal tetap bruto atau investasi, (3) pengeluaran konsumsi pemerintah,
dan (4) ekspor (X).

• Jika penggunaan output untuk permintaan antara dilambangkan dengan xij


(output sektor i yang digunakan untuk bahan baku produksi sektor j) dan empat
komponen permintaan akhir suatu sektor dilambangkan dengan Fi (output
sektor i yang digunakan untuk permintaan akhir sektor i), dan output sektor i
dilambangkan oleh Xi, maka hubungan indentitas antara output (Xi) ,
permintaan antara (xij) dan permintaan akhir (Fi) dari sektor produksi 1 hingga
sektor produksi n dapat dikumpulkan dalam persamaan (1).
Kerangka Model I-O Daerah (Nasional) (2)
x11  x12  .....  x1n  F1  X1
x21  x22  .....  x2n  F2  X2
.....  .....  .....  .....  .....  .....
xn1  xn 2  .....  xnn  Fn  Xn ……..(1)

Jika output suatu sektor tidak mencukupi kebutuhan untuk permintaan antara
dan permintaan akhir maka harus dilakukan impor (Mi). Sehingga struktur
permintaan output dan penyediaannya menjadi:
x11  x12  .....  x1n  F1  X1  M1
x21  x22  .....  x2 n  F2  X2  M2
....  .....  .....  .....  .....  .....  .....
xn1  xn 2  .....  xnn  Fn  Xn  Mn ……..(2)

Persamaan permintaan dan penyediaan sektor i di atas dapat ditulis dalam


bentuk notasi: n

x
j 1
ij  Fi  X i  M i ……..(3)

Xij = Nilai output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j
Fi = Permintaan Akhir terhadap output sektor i
Xi = Total output sektor i
Mi =Total ouput sektor i yang diimpor
Kerangka Model I-O Daerah (Nasional) (3)
Bertolak dari konsep keseimbangan umum di dalam model I-O, Total Output suatu sektor
harus sama dengan Total Input sektor tersebut. Itulah sebabnya Total Output sektor 1
bernilai sama dengan Total Input sektor 1 yaitu X1. Namun input yang diperlukan dalam
proses produksi sektor 1 bukan hanya Input Antara, tetapi diperlukan juga input lain yang
disebut Input Primer. Input Primer disebut juga sebagai Nilai Tambah Bruto (NTB) atau gross
value added yaitu balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang terlibat dalam proses
produksi. Jika dirinci, NTB terdiri lima komponen yaitu: (1) upah dan gaji, (2) surplus usaha
(keuntungan), (3) depresiasi barang modal, (4) pajak tak langsung, dan (5) subsidi.
Komponen V1 diartikan sebagai nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor 1, kemudian nilai
tambah yang dihasilkan oleh sektor n adalah Vn. Dengan demikian maka total input suatu
sektor adalah jumlah seluruh Input Antara dan Input Primer, yang dirumuskan dalam bentuk:

x11  x21  ...  xn1  V1  X1


x12  x22  ...  xn 2  V2  X2
...  ...  ...  ...  ...  ...
x1n  x2n  ...  xnn ... Vn  Xn ……..(4)

Persamaan disederhanakan menjadi:


n

i 1
x ij  V j  X j
……..(5)
Teori Ekonomi Makro di
Model IO
 Dapat ditunjukkan bahwa tiga metode penghitungan
pendapatan nasional dapat diverifikasi dalam satu tabel
input-output
 Pendekatan Pengeluaran: penjumlahan pengeluaran
pelaku ekonomi

 Pendekatan produksi: penjumlahan nilai tambah (value


added)

 Pendekatan pendapatan: penjumlahan balas jasa


pembayaran faktor produksi
Jenis-Jenis Tabel IO

Harga Produsen

TTransaksi Total Harga Konsumen


Tabel IO
Harga Produsen
TTransaksi Domestik
Harga Konsumen
Metode Analisis Tabel I-O (1)
Untuk dapat diaplikasikan, selain memerlukan tabel transaksi
(sebagaimana dilukiskan pada Tabel 1) sebagai tabel dasar,
model I-O juga memerlukan tabel koefisien input dan matriks
kebalikan (inverse matrix) Leontief (Nazara, 1997 dan Miernyk,
1957).

Koefisien Input Antara


Koefisien input sangat penting dalam analisis I-O antara lain untuk melihat
komponen input (Input Antara dan Input Primer) yang paling dominan,
peranan penggunaan bahan baku dan energi, tingkat pemakaian jasa
bank, komunikasi, transportasi dan sebagainya. Proporsi Input Antara yang
berasal dari sektor i terhadap total input sektor j disebut sebagai koefisien
input antara yang diperoleh dengan rumus:
x ij ……..(7)
a ij  ……..(6) xij  aij X j
X j
aij=koefisien Input Antara (koefisien teknis) sektor i yang digunakan oleh sektor j,
xij=nilai output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j, dan
Xj=Total Input sektor yang digunakan sektor j.
Metode Analisis Tabel I-O (2)
Secara lengkap koefisien input antara atau koefisien teknis dapat
ditata ke dalam suatu matriks A dengan struktur:
 a11 a12 ... a1n 
a a 22 ... a 2 n 
A   21
 ... ... ... ... 
  ……..(8)
 a n1 an2 ... a nn 

Koefisien Input Primer menunjukkan peranan dan komposisi dari upah


dan gaji, surplus usaha (keuntungan), penyusutan, pajak tak langsung
dan subsidi. Koefisien Input Primer dirumuskan sebagai:
Vj
vj  ……..(9)
Xj

Xj = Total Input yang dibutuhkan sektor j (= Total Output sektor i, untuk i=j),
Vj = input primer (nilai tambah) sektor j,
vj = koefisien input primer.
Metode Analisis Tabel I-O (3)
Berdasarkan persamaan di atas, jumlah koefisien Input Antara dan koefisien
Input Primer sektor j adalah satu, yaitu :
n
 a ij  v j  1
i 1
n
Bila makin besar maka vj menjadi kecil, demikian pula
 a ij sebaliknya.
i 1

Tinggi-rendahnya koefisien Input Antara merupakan salah satu indikator


n
tingkat efisiensi proses produksi, dimana semakin rendah
 a ij maka proses
produksi sektor j semakin efisien. i 1
Koefisien Input Antara menggambarkan tingkat penggunaan teknologi dalam
proses produksi sehingga koefisien ini disebut juga sebagai koefisien teknis
(technical coefficient). Koefisien teknis ini disebut juga sebagai kebutuhan
langsung (direct requirement), karena menunjukkan kebutuhan langsung
suatu sektor akan output sektor lainnya (Isard et al., 1998).
Metode Analisis Tabel I-O (4)
Matriks Pengganda Output
Matriks koefisien teknis merupakan dasar untuk perhitungan dampak pengganda
(multiplier effect) yang menjadi salah satu inti dari analisis model I-O. Dampak
pengganda diawali dengan mensubstitusikan persamaan (7) ke dalam persamaan (1).
Sehingga diperoleh gugus persamaan berikut:
a11 X 1  a12 X 2  ...  a1n X n  F1  X1
a 21 X 1  a 22 X 2  ...  a 2 n X n  F2  X2
...  ...  ...  ...  ...  ...
a n1 X 1  a n2 X 2  ...  a nn X n ... Fn  Xn ……..(10)
Jika susunan persamaan pada persamaam (10) disederhanakan ke dalam catatan
matriks, maka diperoleh:
AX + F = X (11) (I - A)X = F (13)
X - AX = F (12)

sehingga besarnya output dapat dihitung sebagai pengaruh induksi permintaan akhir
adalah:
X = (I - A)-1 F (14)
X = matriks Total Output berukuran n x 1 I = matriks identitas berukuran n x n
F=matriks Permintaan Akhir berukuran n x 1A = matriks koefisien input berukuran n x n

Matriks identitas berguna untuk memudahkan manipulasi matematis. Suatu matriks jika
dikalikan dengan matriks identitas akan menghasilkan matriks itu sendiri.
Metode Analisis Tabel I-O (5)

Matriks Pengganda Output (2)


Persamaan (14) inilah yang menjadi inti dari model I-O, sedangkan (I - A)-1 disebut Matriks
Kebalikan Leontief yang berfungsi sebagai pengganda output (output multiplier). Kenaikan
permintaan akhir suatu sektor tidak hanya berpengaruh langsung terhadap kenaikan total
output sektor itu sendiri tetapi juga sektor lainnya. Besar kecilnya dampak kenaikan total
output akibat kenaikan permintaan akhir tergantung dari elemen-elemen matriks (I-A)-1.
Jika ke dalam persamaan (11) dimasukkan impor (M), maka persamaan tersebut menjadi:
AX + F = X + M (15)
X = (I - A)-1 (F - M) (16)
Pada persamaan (16) dengan (F - M) tertentu tingkat output yang diperlukan dapat
diestimasi. Namun perlu diketahui bahwa persamaan (16) hanya berlaku untuk analisis
model I-O yang disusun dalam transaksi total. Jika transaksi dalam suatu model I-O adalah
transaksi domestik, maka persamaan (16) menjadi
X = (I - Ad)-1 Fd (17)

Ad=matriks Koef.Teknis transaksi domestik, yaitu tanpa komponen impor dgn ukuran nxn
Fd=matriks Permintaan Akhir domestik yang berukuran nx1.

Matriks (I-Ad)-1 adalah matriks pengganda output yang sangat cocok digunakan untuk
mengukur perubahan output domestik sebagai akibat terjadinya perubahan pada
permintaan akhir atas output domestik.
Metode Analisis Tabel I-O (6)

Matriks Pengganda Pendapatan dan Kesempatan Kerja


• Matriks Kebalikan Leontief juga dapat digunakan untuk mengukur
dampak perubahan Permintaan Akhir terhadap pendapatan
(melalui income multiplier) dan kesempatan kerja (melalui
employment multiplier). Suatu perusahaan tidak hanya membeli
bahan baku dari perusahaan lainnya, melainkan juga dari
masyarakat dalam bentuk tenaga kerja. Balas jasa dari tenaga
kerja ini berupa upah dan gaji. Jadi kenaikan output berpengaruh

langsung terhadap kenaikan pendapatan tenaga kerja (upah dan
gaji) dan tambahan kebutuhan tenaga kerja.

M  V̂(1 Ad ) 1
M = matriks Pengganda Pendapatan berukuran n x n,
(I-A ) = matriks Pengganda Output, dan
d -1

V = matriks Koefisien Pendapatan berukuran n x n.


Pengganda Pendapatan
 Komponen pendapatan seperti diketahui merupakan salah
satu unsur dari Input Primer atau NTB yaitu berupa upah
dan gaji. Koefisien pendapatan merupakan rasio
komponen upah dan gaji terhadap total input (atau total
output).
 Adanya hubungan linier antara perubahan output dan
perubahan pendapatan berimplikasi pada: jika Permintaan
Akhir berubah, maka output berubah dan pendapatan pun
akan berubah. Besar-kecilnya dampak pendapatan
bergantung pada Pengganda Pendapatan (income
multiplier), yang dirumuskan sebagai :

M = matriks Pengganda Pendapatan berukuran n x n,


(I-A ) = matriks Pengganda Output, dan
d -1

V = matriks Koefisien Pendapatan berukuran n x n.


Matriks Pengganda Pendapatan dan Kesempatan Kerja (2)
Matriks merupakan matriks diagonal, dengan demikian
Pengganda Pendapatan diperoleh dari perkalian matriks diagonal
koefisien pendapatan dengan Pengganda Output (matriks Inverse
Leontief). Kemudian dampak perubahan Permintaan Akhir terhadap
perubahan pendapatan (M) menjadi:

ΔM  V̂(I  Ad ) 1 ΔFd
Pengganda Pendapatan Type I
Angka pengganda pendapatan untuk sektor j ditentukan oleh rumus:

m ij
yj  i 1
........................................................................... (20)
vj

dimana

yj = pengganda pendapatan (income multiplier sektor j)

mij = unsur dari matriks dampak pendapatan baris i kolom j

vj = koefisien pendapatan sektor j

Angka yj mengandung arti berapa penambahan (pengurangan) pendapatan bagi


perekonomian secara keseluruhan jika pendapatan para pekerja di sektor j
meningkat (berkurang) sebesar satu satuan uang.
Pengganda Tenaga Kerja
Angka dampak kesempatan kerja digunakan untuk melihat penambahan
kesempatan kerja baru akibat peningkatan permintaan akhir di suatu sektor
tertentu. Dampak kesempatan kerja dirumuskan sebagai berikut :

E  L̂(I  A d ) 1 ......................................................................... (20)

dimana

E= Matriks Dampak Kesempatan Kerja


L̂ = Matriks Koefisien Tenaga Kerja yaitu berisi rasio tenaga kerja terhadap
total input tiap sektor. Matriks ini adalah matriks diagonal dengan
komponennya diperoleh dengan
TK j
lj  ......................................................................... (21)
Xj

dimana
TKj = jumlah tenaga kerja sektor j
Xj = total input sektor j
Pengganda Tenaga Kerja Type 1
Angka pengganda kesempatan kerja sektor j ditentukan oleh rumus:

e ij
zj  i 1
........................................................................... (20)
lj

dimana

zj = pengganda kesempatan kerja (employment multiplier sektor j)

eij = elemen matriks dampak kesempatan kerja (E) baris i kolom j

lj = koefisien tenaga kerja j

Angka zj mengandung arti berapa penambahan (pengurangan) kesempatan kerja


bagi perekonomian secara keseluruhan jika kesempatan kerja di sektor j
meningkat (berkurang) sebesar satu orang.
Analisis Keterkaitan Antar Sektor
 Keterkaitan Langsung
 Keterkaitan Total (Langsung dan Tidak
Langsung)
Keterkaitan Langsung
 Keterkaitan Langsung n
n aij
ke Belakang
IKBL j  n
i 1
n

 a
i 1 i 1
ij

n
n aij
 Keterkaitan Langsung j 1
ke Depan IKDLi  n n

 a
i 1 i 1
ij
Keterkaitan Total
 Melalui Tabel I-O dapat dilihat atau dianalisis
keterkaitan total antar-sektor atau (total linkage
effect) baik ke arah belakang maupun depan.
 Pertama, efek berantai kepada industri yang
memberikan input (supply) kepada sektor
tertentu, yang disebut indeks keterkaitan ke hulu
atau daya penyebaran (backward linkage index).
 Kedua, menganalisa efek berantai kepada
industri lain yang menggunakan output dari
industri pertama sebagai inputnya, ini disebut
indeks keterkaitan ke hilir atau daya kepekaan
(forward linkage index).
Keterkaitan Total
n
n  
 Backward Lingkage rj  i  1
ij

(Daya Penyebaran) n
 
n

ij
i  1i  1

rj = indeks keterkaitan total ke belakang sektor j


 ij = elemen baris i kolom j dari matriks multiplier output (I - Ad)-1 .

n
n   ij
 Forward Lingkage si 
j 1
n n
(Daya Kepekaan)    ij
i  1i  1

si = indeks keterkaitan total ke hilir (forward linkage) sektor i.


bij = elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks multiplier (I - Ad)-1 .
Metode Analisis Tabel I-O

Asumsi dan Keterbatasan Model Input Output


Walaupun model I-O mampu memberikan gambaran menyeluruh mengenai pengaruh
perubahan variabel eksogen terhadap total output, namun secara metodologis model
tersebut mempunyai beberapa keterbatasan. Hal ini antara lain disebabkan karena
asumsi yang melandasi penggunaan model ini yaitu:
Keseragaman
Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output yang seragam (homogeneity) dari
susunan input tunggal. Antara output suatu sektor dengan output sektor lainnya tidak
dapat saling mensubstitusi.
Kesebandingan
Kenaikan penggunaan input berbanding lurus dengan kenaikan output (proportionality),
yang berarti perubahan tingkat output tertentu akan selalu didahului oleh perubahan
pemakaian input yang sebanding. Dengan lain perkataan, setiap sektor hanya memiliki
satu fungsi produksi dimana input berhubungan secara fixed proportional. Asumsi ini
menyampingkan pengaruh skala ekonomis, artinya makin banyak output yang
dihasilkan, biaya produksi per unit makin kecil sehingga penggunaan Input Antara
semakin efisien.
Penjumlahan
Efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan (additivity)
dari proses produksi masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti seluruh pengaruh di
luar sistem input-output diabaikan.
Metode Analisis Tabel I-O
Konsep dan Definisi Variabel
Output
Output ialah nilai produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan
memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah dalam periode waktu
tertentu, tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya.
Input Antara
Input Antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang
digunakan habis dalam proses produksi. Komponen Input Antara terdiri dari barang tidak
tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri dan impor. Barang
tidak tahan lama adalah barang yang habis dalam sekali pakai atau barang yang umur
pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh Input Antara adalah bahan baku, bahan
penolong, jasa perbankan dan sebagainya.
Permintaan Akhir
Permintaan Akhir adalah permintaan atas barang dan jasa baik yang berasal dari
produksi dalam negeri maupun impor untuk konsumsi akhir (bukan untuk proses
produksi). Permintaan Akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga,
pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok
dan ekspor.
Input Primer
Input Primer atau Nilai Tambah Bruto adalah input atau biaya yang timbul sebagai akibat
dari pemakaian faktor produksi dalam kegiatan ekonomi. Faktor produksi antara lain
terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Dalam praktek, nilai tambah
yang dimaksud adalah merupakan selisih antara output dan Input Antara, yang terdiri
dari: (1) upah dan gaji, (2) surplus usaha, (3) penyusutan barang modal, dan (4) pajak tak
langsung neto.
Metode Analisis Tabel I-O
Komponen Input Primer
Upah dan gaji
Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang ataupun barang dan jasa
kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi, kecuali pekeraj keluarga yang
tidak dibayar, sebelum dipotong pajak penghasilan.
Surplus Usaha
Surplus usaha merupakan selisih nilai tambah bruto dengan jumlah upah dan gaji,
penyusutan, pajak tidak langsung neto. Surplus usaha antara lain mencakup keuntungan
sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas
hak kepemilikan lainnya.
Penyusutan
Penyusutan atau depresiasi mencakup penyusutan barang-barang modal yang digunakan
dalam proses produksi. Yang diartikan dengan penyusutan di sini adalah nilai penggantian
(penyisihan) terhadap barang sebesar turunnya nilai barang modal oleh karena digunakan
dalam proses produksi.
Pajak Tak Langsung Neto
Pajak tak langsung neto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak
langsung mencakup antara lain pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan
nilai, cukai dan sebagainya.
Subsidi
Subsidi adalah bantuan pemerintah kepada produsen yang merupakan tambahan
pendapatan bagi produsen, untuk mempertahankan harga pada tingkat tertentu. Oleh
karena itu subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negatif.

Anda mungkin juga menyukai