Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS SWOT

Sanitasi – Analisis Pengelolaan Persampahan


WILAYAH PELAYANAN PERSAMPAHAN

Sampah yang dihasilkan di Kabupaten Badung terdiri dari sampah yang berasal dari domestik
dan non domestik. Sampah yang berasal dari domestik ditampung ditempat penampungan
sementara yang berupa bak-bak sampah yang selanjutnya diangkut oleh truk sampah menuju ke
tempat pembuangan akhir.

Wilayah pelayanan sampah di Kabupaten Badung meliputi seluruh wilayah di Kabupaten


Badung meliputi tempat-tempat umum dan jalan-jalan protokol. Daerah pelayanan di bagi
menjadi 3 (tiga) pangkalan untuk memudahkan rute pengangkutan yaitu:

1. Pangkalan Kuta

Pelayanan yang dilakukan oleh DKP mencakup wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Kuta
dan Kuta Utara. Namun terdapat beberapa wilayah yang melakukan penanganan sampah
dengan swakelola dengan alasan memiliki jalan akses yang sempit sehingga tidak
memungkinkan mobil DKP masuk ke dalam kawasan tersebut seperti : Kelurahan
Kedonganan, Selurahan Seminyak, Kelurahan Kerobokan dan Kelurahan Jimbaran.

2. Pangkalan Mengwi

Pelayanan sampah di pangkalan Mengwi mencakup wilayah Desa Gulingan, Mengwi,


Mengwitani, Cemagi dan Munggu. Sedangkan 15 desa lainnya dikelola secara swakelola
seperti : Desa Buduk, Desa Kapal, Sempidi, Penarungan, Sembung, Baha, Kekeran,
Sobangan, Werdi Bhuwana, Abianbase, Sading, Lukluk, Pererenan, Tumbak Bayuh dan
Kuwum.

3. Pangkalan Seminyak

TIMBULAN SAMPAH

Kondisi Eksisting

Berdasarkan data dari DKP Badung tahun 2011, timbulan sampah di Kabupaten Badung
sebanyak 1.378 m3/hari, dimana hanya 72 % yang terangkut ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah) setara dengan 994 m3/hari. Sisanya sebesar 384 m3/hari belum tertangani.
Proyeksi Timbulan Sampah

Dasar perhitungan proyeksi timbulan sampah adalah sebagai berikut:

 Sumber timbulan sampah yang dihitung adalah : domestik, pasar, industri, perkantoran
dan jalan serta taman.
 Laju timbulan sampah wilayah perkotaan adalah 2 liter/orang/hari untuk domestik, laju
timbulan sampah untuk pasar dengan konversi terhadap jumlah penduduk adalah sebesar
0,3 liter/orang/hari, laju timbulan sampah daerah komersial sebesar 0,06 liter/orang/hari
konversi terhadap jumlah penduduk, laju timbulan sampah industri adalah 0,12
liter/orang/hari konversi terhadap jumlah penduduk dan laju timbulan sampah jalan dan
taman adalah sebesar 0,08 liter/orang/hari konversi terhadap jumlah penduduk.
 Target pencapaian pelayanan di masing-masing sumber timbulan sampah untuk wilayah
perkotaan adalah 80% dan perdesaan adalah 60%.
 Peningkatan pelayanan sampah yang diangkut ke TPA ditentukan dengan memperhatikan
tingkat pelayanan eksisting dan setiap tahun diproyeksikan terjadi kenaikan hingga
tercapainya target dan sasaran yang ditetapkan dengan merujuk kepada Millenium
Development Goals dan Kepmen PU No.21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Bidang Persampahan.
 Penetapan proyeksi timbulan sampah dibagi dalam wilayah pelayanan perkotaan dan
perdesaan

Hasil perhitungan proyeksi timbulan sampah secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :

TEKNIK OPERASIONAL PERSAMPAHAN

Pewadahan

Kondisi Eksisting

Pewadahan sampah merupakan kewajiban masyarakat sendiri sebagai penghasil sampah.


Masyarakat di Kabupaten Badung pada umumnya mempergunakan wadah berupa bin dari
plastik ataupun bahan lainya dengan volume 20 – 50 liter.

Melalui kegiatan sosialisasi pemilahan sampah yang gencar dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kabupaten Badung, beberapa instansi Pemerintah dan sekolah-sekolah sudah
menyediakan wadah untuk sampah organik dan anorganik. Namun pada masyarakat sebagian
besar rumah tangga pola pewadahannya masih bercampur antara sampah organik dan anorganik.

Pola pewadahan berupa pola pewadahan individual dan komunal, bahan yang digunakan untuk
pewadahan harus kuat, kedap air, mudah untuk dikosongkan/diperbaiki. Penempatan wadah
untuk sistem individual diletakkan dekat rumah untuk pemukiman, dan diletakkan di belakang
untuk pertokoan. Penempatan wadah untuk sistem komunal tidak mengambil lahan trotoar,
sedekat mungkin dengan sumber sampah dan diletakkan di tepi jalan besar.
Analisis SWOT

Kekuatan

 Pewadahan secara terpisah antara sampah organik dan anorganik telah dilaksanakan di
instansi-instansi Kabupaten Badung, sekolah-sekolah, dan beberapa kelompok
masyarakat.

Kelemahan

 Minimnya anggaran pemerintah daerah untuk biaya operasional pemeliharaan dan


pengadaan/penggantian wadah sampah.

Kesempatan

 Masyarakat sudah terbiasa melakukan pewadahan sampahnya.


 Melalui kegiatan penyuluhan, masyarakat sudah mendengar informasi tentang wadah
sampah organik dan anorganik.
 Adanya program-program pemerintah pusat yang dapat diterima oleh daerah dengan
catatan daerah dapat menyiapkan lokasi dan dana pendamping.
Tantangan

 Keengganan sebagian besar masyarakat untuk berpartisipasi mewadahi sampah mereka


dengan cara yang benar.
 Minimnya partisipasi masyarakat mengeluarkan dana untuk pembelian wadah sampah.

Alternatif Solusi

 Melakukan penyuluhan dan sosialisasi untuk pewadahan dengan sistem terpisah organik
dan anorganik.
 Melakukan percontohan pada lokasi yang paling siap dan mengembangkannya sesuai
dengan kesiapan masyarakat dan instansi penanggung jawab.

Pengumpulan Sampah

Kondisi Eksisting

Pola pengumpulan sampah di Kabupaten Badung dilakukan dan menjadi tanggung jawab
masyarakat sebagai sumber sampah. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pengumpulan
sampah dari rumah-rumah/sumber sampah umumnya masyarakat membawa sendiri sampahnya
menuju titik pengumpulan berupa Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) dengan ukuran 1-2
m3. Yang diletakan di tepi jalan besar. Dari TPS sampah diangkut menggunakan Truk/Dump
Truck dengan frekwensi rata-rata sekali setiap hari.

Untuk daerah komersil, pasar dan kawasan pariwisata pola pengumpulan dilakukan dengan
menempatkan container kapasitas 6 m3, yang selanjutnya container diangkut ke TPA dengan
frekwensi pengangkutan tertentu.

Sarana yang tersedia untuk mendukung proses pengumpulan sampah di Kabupaten Badung
diuraikan dalam tabel di bawah ini.
Data diatas menunjukan sebaran TPS di Kecamatan Mengwi dengan jumlah 8 buah, dengan
kondisi baik 7 buah. Di wilayah Kecamatan Kuta terdapat pula TPS dengan ukuran yang lebih
besar yaitu:

1. TPS Jalan Pantai Jerman Br. Segara (TPS VIII dan IX)

Tempat pembuangan sampah sementara yang berlokasi di jalan Pantai Jerman ini
memiliki luas ±50 m² dengan mengandalkan 6 orang pekerja. Cakupan pelayanan dari
TPS VIII dan IX yaitu wilayah Banjar Pantai Segara dengan menggunakan 6 gerobak.
Biaya operasional pekerja sebesar Rp.400.000/bln sehingga biaya operasional TPS ini
sebesar Rp. 2.400.000/bln yang dibiayai oleh Banjar Segara.

Pada TPS ini tidak dilakukan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya. Sampah yang
diambil dari rumah-rumah penduduk dengan menggunakan gerobak sampah langsung
dibawa ke TPS VII dan IX dan diangkut ke TPA setiap hari dengan menggunakan 3 truk.

2. TPS Jalan Pantai Seni (TPS VI)

TPS VI memiliki luas lahan 10 are dengan kapasitas sampah sebanyak 115 m³/hari.
Fasilitas yang tersedia di TPS VI ini yaitu Insenerator sebanyak 1 buah dengan kapasitas
6 m³/hari dan container sebanyak 2 buah dengan kapasitas m³.

Proses penguraian sampah di TPS VI ini yaitu sampah dikumpulkan dengan


menggunakan gerobak dan dipilah oleh pemulung yang berjumlah 15 orang/hari. Sisa
sampah yang tidak bisa dimanfaatkan langsung dihancurkan dengan menggunakan
insenerator.

3. TPST Legian

TPST legian berdiri diatas lahan seluas 10 are.


4. Transfer Depo

Transfer depo berlokasi di Jalan Dewi Sri, berdampingan dengan TPST Legian. Transfer
depo memiliki luas lahan ± 4 are dengan jumlah tenaga pemulung sebanyak 3orang/hari.

Selain sarana tersebut diatas juga terdapat container dengan kapasitas 4 m3 yang tersebar
diseluruh Kabupaten Badung yang berjumlah sebanyak 15 unit.

Analisis SWOT

Kekuatan

 Pemerintah Daerah melalui DKP menyediakan sarana pengumpulan sampah


 Sarana TPS tersebar di jalan protokol dan container telah tersebar beberapa bagian
wilayah
 Masyarakat berperan aktif dalam proses pengumpulan sampah seperti swakelola oleh
Desa Adat.

Kelemahan

 Belum semua TPS terdapat pembedaan antara sampah organik dan non organik
 Masih dijumpai sampah yang tercecer sekitar container sampah
 Sarana pengumpulan sebagian besar hanya pada kawasan perkotaan, belum menyeluruh
bagian wilayah

Kesempatan

 Masyarakat sudah terbiasa dengan sistem pengumpulan komunal melalui TPS dan
container.

Tantangan

 Pola perilaku sebagian masyarakat yang belum benar dalam melakukan penempatan
sampah di TPS dan container

Alternatif Solusi

 Pemeliharaan berupa pengecatan dan perbaikan TPS serta container


 Penyuluhan dan pengawasan untuk membina dan mengarahkan masyarakat dalam
penempatan sampah yang benar di TPS dan container
 Penerapan pengumpulan terpisah dapat dilakukan pada bagian wilayah yang paling siap
 Alokasi pendanaan untuk penambahan sarana pengumpulan bagi bagian wilayah yang
belum terlayani.


Pengangkutan Sampah

Kondisi Eksiting

Sarana Pengangkutan

Pengangkutan sampah di Kabupaten Badung dilakukan dengan menggunakan dump truck (35
unit), arm rool truck (5 unit) dan 1 unit truk biasa untuk mengangkut sampah ke lokasi
pemrosesan akhir (TPA). Dalam pengangkutan sampah untuk permukiman dilakukan pada pagi
hari, dengan pertimbangan bahwa umumnya di lingkungan pemukiman penduduk pada pagi hari
melakukan kegiatan/aktifitas diluar seperti pergi kerja, sekolah, dan ke pasar. Sebaliknya untuk
lingkungan pasar dan industri, pengambilan sampah dilakukan pada malam hari, dengan
pertimbangan pada malam hari aktifitas di pasar tidak berjalan dan segi sanitasinya dapat terjaga.

Rute Pengangkutan Sampah

Rute eksisting pengangkutan sampah di wilayah Kuta, Mengwi dan Seminyak adalah sebagai
berikut:

 Rute Pengangkutan Wilayah Kuta

Rute Pelayanan Sampah Eksisting Kecamatan Kuta Shift 1 (pukul 06.00 wita – selesai)

Rute Pelayanan Sampah Eksisting Kecamatan Kuta Shift 2 (pukul 10.00 wita – selesai)

Rute Pelayanan Sampah Eksisting Kecamatan Kuta Shift 3 (pukul 17.30 wita – selesai)

Rute Pelayanan Sampah Eksisting Kecamatan Kuta Shift 4 (pukul 20.00 wita – selesai)

 Rute Pengangkutan Wilayah Mengwi

Analisis SWOT

Kekuatan

 Pengelola kebersihan di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung


memiliki sarana pengangkutan 35 unit dump truck, 5 unit arm roll truck, 1 unit truck
biasa, yang dapat digunakan untuk melayani pengangkutan sampah.
 Terdapat tenaga pengemudi dan crew yang jumlahnya mencukupi.
 Sarana pengangkutan ditunjang oleh biaya operasional.
Kelemahan

 Sebagian besar kondisi sarana pengangkutan rusak ringan, terdapat beberapa sarana yang
kondisinya rusak berat.
 Sebagian besar rute pengangkutan hanya melayani Mengwi dan Kuta
 Masih digunakannya truck biasa dalam pelayanan sehingga tidak efisien.

Kesempatan

 Ritasisarana pengangkutan belum direncanakan secara optimal, sehingga masih bisa


dilakukan peningkatan ritasi.

Tantangan

 Adanya kebutuhan ekstra untuk biaya operasi dan pemeliharaan sarana pengangkutan
yang sulit diperjuangkan, dan harus menunggu penyesuaian anggaran.

Alternatif Solusi

 Penyusunan rencana ritasi yang lebih optimal sehingga proses pengangkutan lebih
optimal dan efisien.
 Penyiapan usulan anggaran untuk operasi dan pemeliharaan dan pengadaan sarana
pengangkutan baru untuk mengganti sarana pengangkutan yang rusak berat.

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Pemrosesan akhir sampah di Kabupaten Badung di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sarbagita
terletak di Desa Suwung, Kecamatan Denpasar Selatan, dengan jarak ± 30 km dari pusat Kota
Mangupura. Luas area TPA sebesar 38 Ha dengan luas efektif sebesar 22 Ha.

Penanganan akhir sampah di TPA Sarbagita dengan menggunakan tiga sistem cara pemusnahan
sampah yaitu : Pembakaran (insenator), sistem sanitary landfill dan sistem GALFAD.
Berdasarkan teori, sampah yang masuk ke TPA diseleksi dan dilakukan larangan untuk sumber
sampah seperti:

 Sampah medis (RS)


 Sampah dari barang pecah belah
 Sampah dari bahan daging, ikan dan sejenisnya
 Sampah ban bekas, karet bekas dan barang-barang yang mudah terbakar
 Segala macam bangkai

Namun pada kondisi di lapangan, sampah-sampah tersebut masih ditemukan di lokasi TPA
Suwung.
Adapun Sarana dan prasarana yang telah dimiliki oleh TPA Sarbagita adalah:

Sarana untuk perlindungan terhadap lingkungan

 Sistem liner dasar dan dinding yang kedap


 Sarana penangkap, pengumpul dan pengolah lindi. Instalasi pengolah lindi terdiri dari
bak pengolah anaerobic sebanyak 6 bak dan pada proses pengolahanya biasanya
ditambahkan
 Ventilasi gasbio

Peralatan untuk pengoperasian

 Alat berat : exavator dan dozer; alat berat diadakan pada tahun 2010 dan kondisinya
masih bagus. Dibutuhkan anggaran biaya untuk biaya perbaikan atau penggantian suku
cadang untuk alat berat karena sudah aus, sehingga efisiensi alat dapat dijaga.
 Cadangan bahan bakar;
 Peralatan pengurugan;

Sarana penunjang

 Pagar dan papan nama site.


 Jalan akses; Kondisi jalan akses menuju TPA merupakan jalan aspal dengan lebar sekitar
6 m, namun kondisi kurang baik karena ada yang telah berlubang sehingga diperlukan
perbaikan untuk menunjang sistem pengangkutan sampah ke TPA.
 Fasilitas pengolahan selain pengurugan berupa daur ulang, pengomposan. Fasilitas
composting di TPA Sarbagita mampu menghasilkan kompos.
 Fasilitas pembangkit listrik sebanyak 2 buah yang mampu menghasilkan listrik sebanyak
1 mega watt.
 Sarana air bersih dan listrik. Sumber air yang digunakan untuk operasional TPA
menggunakan air bersih dari PDAM. Untuk penerangan dan operasional composting
menggunakan listrik dari PLN.
 Sumur pantau

Kebutuhan Sarana Prasarana

Jenis Sarana Prasarana

Sarana prasarana yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem operasi pengelolaan sampah di
Kabupaten Badung adalah :

 Wadah sampah terpilah di sumber.


 Motor sampah (Tosa).
 Container penampung sampah di TPS berkapasitas 4 m3.
 Arm Roll 4 m3 untuk container di atas.
 Bangunan TPS Kelurahan beserta perlengkapan pengomposan kapasitas 5000 penduduk.
 Dump Truck 6 m3, umtuk pemindahan residu dari TPS Kelurahan ke TPS Kecamatan
dan ke TPA.
 Bangunan TPS Kecamatan beserta sarana pengolahan plastik (daur ulang), Bangunan
pengumpul B3 Rumah Tangga di TPS Kecamatan dan di TPA

Prediksi Kebutuhan Sarana Prasarana

Kebutuhan sarana dan prasarana ditentukan oleh kapasitas pelayanan yang direncanankan.
Berdasarkan analisis kebutuhan insfrastruktur pengembangan atau prediksi kebutuhan sarana
prasarana persampahan di Kabupaten Badung diraikan dalam Tabel dibawah ini.

Anda mungkin juga menyukai