5.1 Kesimpulan
Pada sub-bab kesimpulan ini, akan membahas mengenai kesimpulan yang
diperoleh berdasarkan hasil analisis, potensi dan masalah yang sudah didapatkan
dari hasil penelitian, serta arahan pengelolaan sampah berbasis masyarakat guna
menjawab tujuan dan sasaran dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kondisi pengelolaan sampah saat ini, untuk aspek teknis operasional sudah
dilakukan pada 2 tahap yaitu pengurangan sampah yang dilakukan langsung
oleh sebagian besar masyarakat dari sumbernya meliputi (reduce. reuse,
recycle) dan penanganan sampah yang dilakukan oleh masyarakat baik secara
individu dan kelompok dan oleh UPT Penanganan Sampah Soreang.
2. Untuk kelembagaan terkait pengelolaan sampah rumah tangga di Kawasan
Perkotaan Ciwidey merupakan tanggungjawab organisasi masyarakat yaitu
RW maupun Desa. Peraturan terkait pengelolaan sampah di Kawasan
Perkotaan Ciwidey saat ini adalah Perda No.5 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung, terdapat beberapa hal yang
sudah sesuai dan diperlukan pengembangan lebih lanjut. Sedangkan untuk
kelembagaan yang mengatur pengelolaan sampah non rumah tangga di
142
Kawasan Perkotaan Ciwidey diatur oleh organisasi, secara garis besar adalah
DLH Kabupaten Bandung, UPT Penanganan Sampah Soreang, Kepala Desa,
dan Rukun Warga (RW).
3. Timbulan sampah di Kawasan Perkotaan Ciwidey menghasilkan timbulan
sampah sebesar 21.192 m3/harinya. Sedangkan untuk proyeksi timbulan
sampah mengalami kenaikan setiap tahunnya dalam kurun waktu 20 tahun.
Desa dengan jumlah timbulan tertinggi dalam kurun waktu 20 tahun
mendatang adalah Desa Ciwidey dikarenakan Desa Ciwidey merupakan PKL
yang melayani Kecamatan Ciwidey dan Pasirjambu. Sedangkan untuk tingkat
pelayanan sampah yang terlayani/dilakukan pengangkutan oleh UPT
Penanganan Sampah Soreang adalah sebesar 47% yaitu sampah non-
pemukiman
4. Partisipasi/peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kawasan
Perkotaan Ciwidey, saat ini sudah ada beberapa masyarakat yang ikut serta
dengan cara memahami mengenai sampah, dampak, dan pengelolaannya,
berkeinginan untuk memilah sampah dari sumbernya, dan mengelola sampah
dari sumbernya, serta melakukan pembayaran iuran kepada RW, retribusi
kepada UPT, dan sebagian besar masyarakat bahkan tidak melakukan
pembayaran untuk pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
5. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam
dialog/musyawarah, mengikuti pelaksanaan dialog/musyawarah, memantau
dan melakukan evaluasi terkait dialog/musyawarah, serta masyarakat dapat
merasakan/mendapatkan manfaat dari adanya dialog/musyawarah tersebut.
Berdasarkan pengelompokan dari lingkup partisipasi masyarakat dan
pendapatan dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang ikut
berpartisipasi memiliki pendapatan sebesar RP. 2.000.000-3.000.000. Dalam
bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah saat ini yaitu
gagasan/ide pikiran, uang tunai, dan pendirian proyek pembangunan oleh
salah seorang masyarakat.
6. Potensi dan masalah pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Kawasan
Perkotaan Ciwidey, adalah sebagai berikut:
143
a. Masyarakat di Kawasan Perkotaan Ciwidey sudah terdapat kegiatan
pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah ditunjang
dengan adanya pembayaran iuran dan retribusi sebagai upaya untuk
pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah. Dan masyarakat
sudah mengadakan serta melaksanakan dialog/musyawarah skala RW
dan Desa sebagai wadah untuk pengadaan, perencanaan program
pengelolaan sampah, dan juga sebagai wadah pemecahan masalah
khususnya masalah dalam pengelolaan sampah. dialog/musyawarah ini
juga memberikan manfaat guna meningkatkan sosialisasi antar
masyarakat.
b. Kurang optimalnya pengelolaan sampah saat ini dikarenakan terbatasnya
sarana dan prasarana pengelolaan sampah, tidak adanya sanksi/denda
secara tegas kepada pihak yang membuang sampah
sembarangan/merusak lingkungan, dan tidak terdapat upaya pengenalan
dalam bentuk sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat terkait
pengelolaan sampah sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman dan
keinginan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan
sampah sehingga berdampak pada hasil/manfaat yang dapat dirasakan
oleh masyarakat yaitu kebersihan lingkungan, kesehatan, dan
kenyamanan.
7. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat berdasarkan arahan dilihat dari
potensi dan masalah yang dapat dikembangkan. Untuk aspek teknis
operasional pada tahap pengurangan sampah (reduce, reuse, recycle) terlebih
dahulu dilakukan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya dan bagaimana
sampah tersebut akan dimanfaatkan, di daur ulang, atau dibatasi. Untuk
penanganan sampah diperlukan pengadaan sarana mulai dari sarana
pemilahan, pewadahan, pengumpulan, dan pengelolaan. TPS 3R merupakan
salah satu sarana pengelolaan sampah yang mencakup pengurangan dan
penanganan sampah, selain itu TPS 3R merupakan tempat pembuangan
sampah ramah lingkungan serta sistem pengelolaan sampahnya berbasis
masyarakat (melibatkan masyarakat). TPS 3R dapat dikelola langsung oleh
144
masyarakat dengan pemantauan dari pemerintah. Maka dari itu pengadaan
TPS 3R menjadi arahan untuk pengelolaan sampah di Kawasan Perkotaan
Ciwidey.
8. Kelembagaan pengelolaan sampah terdiri dari 3 stekeholder yaitu pemerintah,
masyarakat, dan petugas TPS 3R yang sudah memiliki tugas dan
tanggungjawabnya masing-masing dalam pelaksanaan pengelolaan sampah
berbasis masyarakat. dan pengadaan untuk peraturan terkait insentif dan
disisentif kapada pihak masyarakat.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, peneliti membuat
rekomendasi dan saran untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat di
Kawasan Perkotaan Ciwidey adalah sebagai berikut:
145
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan sampah pada tiap desa.
Sehingga masyarakat dapat memahami dan dapat melakukan upaya
mengurangi jumlah timbulan sampah langsung dari sumbernya dengan
menerapkan konsep 3R (reduce,reuse,recycle).
3. Bentuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dapat diterapkan di
Kawasan Perkotaan Ciwidey seperti konsep 3R (reduce,reuse,recycle)
langsung dari sumbernya yaitu sampah rumah tangga sehingga masyarakat
dapat secara langsung mengelola sampah. TPS 3R di Desa Panyocokan selain
berfungsi sebagai tempat pengumpul tetapi juga dapat melakukan pemilahan
hingga pengelolaan sampah dan dari pengelolaan sampah tersebut masyarakat
ikut serta dalam mengelola sampah serta merasakan manfaat dari sampah
yang dikelola menjadi suatu bentuk tabungan/uang pada bank sampah, pakan
ternak dari hasil kompos dan pupuk, serta kebersihan dan kesehatan
lingkungan dalam pengelolaan sampah yang baik, teratur, dan memiliki
keselamatan kerja.
4. Untuk meningkatkan kedisiplinan masyarakat, diperlukan pengadaan insentif
dan disisentif dari Pemerintah Kabupaten Bandung. Insentif diberikan kepada
masyarakat baik individu/kelompok yang memiliki inisiatif, inovasi,
ide/gagasan terkait pengelolaan sampah. Selain itu pemberian disisentif
kepada masyarakat berupa pemberian sanksi dan denda kepada masyarakat
yang membuang sampah sembarangan/merugikan seperti pembakaran
sampah, sampah dibuang ke sungai, pengadaan TPS liar di pinggir jalan, dll.
Serta diperlukan adanya pemantauan oleh Kecamatan Ciwidey, UPT
Penanganan Sampah Soreang dan Pemerintah Kabupaten Bandung.
5. Diperlukan pengadaan peraturan baru terkait pengelolaan sampah berbasis
masyarakat, guna mengikat masyarakat agar dapat ikut serta dalam
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
6. Masyarakat di Kawasan Perkotaan Ciwidey dapat bekerja sama dengan
lembaga swasta seperti PT/CV atau organisasi seperti karang taruna RW/Desa
terkait pengelolaan sampah, dan akademisi / tenaga ahli terkait pengelolaan
sampah khususnya sampah yang dapat dikelola oleh masyarakat.
146
7. Untuk meningkatkan partisipasi/peran serta masyarakat di Kawasan
Perkotaan Ciwidey dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan dalam
beberapa tahap mulai dari dialog/forum skala RW/Desa, publikasi, sosialisasi,
pelatihan, simulasi, dan pelaksanaan. Untuk pelatihan dilakukan kepada
pihak-pihak masyarakat yang bertanggung jawab sebagai pengelola (pria)
serta pelatihan kepada ibu-ibu PKK/rumah tangga yang ingin mengikuti
pelatihan guna mendukung adanya industri kreatif dari pengelolaan sampah.
147