Anda di halaman 1dari 42

D E PAR TE M E N

P E K E R J AA N

UMUM

BADAN PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN

DAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN SEBRANMAS

PENDAHULUAN
o Peningkatan laju timbulan sampah perkotaan (2-4 %
o

o
o

/tahun) sedangkan tingkat pelayanan persampahan di perkotaan hanya mencapai 40 % Alokasi APBD untuk pengelolaan sampah masih dibawah 5 %, sementara tingkat penerimaan retribusi kebersihan hanya mencapai 22 % Syndrom NIMBY (Not In My Back Yard) akibat pengelolaan TPA yg tdk profesional & mencemari lingkungan sementara lahan untuk TPA semakin terbatas Friksi/konflik kewenangan antar daerah dalam pengelolaan sampah khususnya pengelolaan TPA Pelayanan publik bidang kebersihan dan persampahan bersifat lintas batas wilayah administratif. Perlu pengembangan kerjasama skala regional dlm pengelolaan TPA Perlu pengembangan kemitraan dengan swasta & masyarakat untuk mengatasi berbagai keterbatasan sumberdaya dlm pengelolaan sampah

UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan

sampah memberikan peluang bagi berkembangnya kerjasama antar pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah (pasal 26 ayat 1 3) UU No. 18 tahun 2008 memberikan peluang bagi berkembangnya kerjasama antara pemerintah dan badan usaha/swasta dalam pengelolaan sampah (pasal 27 ayat 1 3) UU No. 18 tahun 2008 memberikan peluang bagi berkembangnya peran masyarakat dalam pengelolaan sampah (pasal 28 ayat 1 3) UU 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah memberikan peluang kerja sama antar pemerintah daerah dan pengembangan kemitraan dengan pihak ketiga/swasta (pasal 195 196) Kerjasama pemerintah dengan swasta dikuatkan dengan Perpres 67 tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

KERANGKA PIKIR PAPARAN


ISU STRATEGIS Sikap & perilaku Teknis Pembiayaan Kelembagaan Kerjasama Pendidikan masyarakat

HULU SUMBER SAMPAH : RUMAH TANGGA INDUSTRI PASAR DLL

MASYARAKAT

PENGELOLAAN SAMPAH

PEMDA

HILIR (TPA)

SWASTA

ISU STRATEGIS Kebijakan Implementasi Alternatif model kelembagan

S I N E R G I

I N T E G R A S I

LINI HULU

Pengelolaan sampah rumah tangga perlu dukungan dari stakeholder terkait :


1.Pemangku kepentingan utama: masyarakat, tokoh masyarakat,

lembaga kemasyarakatan (RT, RW, PKK, Dasawisma dsb).

2.Pemangku kepentingan pendukung: Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) setempat (di bidang lingkungan), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), pemerintah desa/kelurahan dan kecamatan, lingkungan pendidikan, pengusaha atau badan usaha.

3.Pemangku kepentingan kebijakan : Pemerintah pusat, pemerintah

daerah setempat (kabupaten/kota) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Pemangku kepentingan berperan pada 6 aspek berikut: Sikap dan perilaku Teknis Pembiayaan Kelembagaan Kerjasama Pendidikan masyarakat

PEMANGKU KEPENTINGAN ASPEK UTAMA SIKAP DAN PERILAKU Meningkatkan kepedulian, kesadaran, kerjasama, komitmen, pemahaman, ide atau gagasan dalam pengelolaan sampah rumah tangga PENDUKUNG Memfasilitasi masyarakat dalam proses pengelolaan sampah rumah tangga KEBIJAKAN Menentukan kebijakan berdasarkan aspirasi masyarakat

TEKNIS

Memilah sampah. Memberikan pelatihan Meminimalisasi tentang pengelolaan sampah sejak dari sampah, baik sebagai sumber 3R (reduce, instruktur/fasilitator reuse, recycle) Pengusaha & Badan Usaha Memilih dan dapat memberikan menerapkan stimulan seperti bantuan teknologi yang akan sarana dan prasarana diterapkan persampahan (komposter Menyediakan sarana rumah tangga, gerobak & prasarana sampah) persampahan skala Melakukan rumah tangga pendampingan dalam Memilih lokasi TPS aspek teknis pengelolaan sampah

Menetapkan juklak, juknis dan SOP dalam pengelolaan sampah rumah tangga Memberikan pembinaan teknis pengelolaan sampah rumah tangga pada kader lingkungan Memfasilitasi penyediaan TPS Mengangkut dan membuang residu sampah rumah tangga yang tidak dapat diolah lagi di TPS menuju TPA Melakukan kampanye publik dalam pengelolaan persampahan rumah tangga

PEMANGKU KEPENTINGAN

ASPEK
PEMBIAYAAN

UTAMA
Mematuhi kesepakatan dan rencana biaya pengelolaan sampah rumah tangga. Hasil kesepakatan pembiayaan tersebut dapat berupa : biaya pengadaan, operasi dan pemeliharaan sarana prasarana pengelolaan sampah rumah tangga serta iuran kebersihan

PENDUKUNG
Memberikan bantuan pembiayaan pengelolaan sampah rumah tangga Memberikan bantuan pembiayaan pelatihan & pendampingan

KEBIJAKAN
Memberikan insentif bagi masyarakat atau kelompok masyarakat yang telah melakukan pengelolaan sampah secara partisipatif Mengatur dan menerapkan retribusi sampah dengan prinsip subsidi silang Melakukan pembinaan, pengaturan terhadap aspek manajemen kelembagaan pengelolaan sampah rumah tangga

KELEMBAGAAN

Membentuk lembaga pengelola sampah rumah tangga secara musyawarah memilih pengurus dan petugas pengelola sampah (pengumpul sampah, pengompos, pengumpul iuran, pendaur ulang, dan sebagainya) mendiskusikan metode pengelolaan sampah yang akan diterapkan mengatur mekanisme pengelolaan sampah yang terdiri dari pembiayaan, pengadaan lahan, dan manfaat ekonomi hasil pengelolaan sampah Membudayakan kontrol & sanksi sosial (saling mengawasi)

Melakukan pendampingan dalam aspek manajemen kelembagaan

PEMANGKU KEPENTINGAN ASPEK


KERJASAMA

UTAMA
Merintis dan menjalin kerjasama sesama anggota kelompok & pihak lain di luar kelompok seperti dinas terkait dan swasta

PENDUKUNG
Memfasilitasi kerjasama antara swasta dan masyarakat Kerjasama dengan pihak lain dalam pengembangan teknologi pengelolaan sampah sesuai dengan kelayakan teknis, ekonomis, dan sosial budaya

KEBIJAKAN
Memfasilitasi kerjasama antara masyarakat dengan swasta dalam pengelolaan sampah rumah tangga

PENDIDIKAN MASYARAKAT

Menerima teknologi dan informasi pengelolaan sampah rumah tangga dengan pendekatan 3R

Memberikan penyuluhan, sosialisasi, dan penyebarluasan infomasi berupa leaflet, brosur, pemasangan spanduk, dan media elektronik, ke sekolah, tempat umum, dan lain lain Memberikan pengetahuan pengelolaan sampah rumah tangga dengan pendekatan 3R

Menyelenggarakan sosialisasi, penyuluhan tentang pengelolaan dan pengolahan sampah rumah tangga Mendorong masyarakat untuk menciptakan kreatifitas dalam usaha memelihara lingkungannya

Memasukkan pengetahuan pengelolaan lingkungan ke kurikulum sekolah, ekstrakurikuler, dsb


Menyediakan tenaga pendamping dalam pengelolaan sampah

LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA


No
1 1.1.

Tahap
Persiapan Kognitif

Kegiatan
Pengenalan kegiatan/sosialisasi

Pelaksana
Fasilitator (kader lingkungan, LSM, pemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, organisasi kemasyarakatan dan swasta) Fasilitator (kader lingkungan, LSM, pemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, organisasi kemasyarakatan dan swasta)

Cara
Penyebaran leaflet, spanduk, berita, dan media lainnya

Kelompok Sasaran
Tokoh masyarakat dan masyarakat

Hasil
Pengetahuan tentang pengelolaan sampah

1.2.

Afektif

Memperhatikan dan Identifikasi lingkungan

Identifikasi lingkungan kondisi fisik lingkungan dan sosial budaya

Masyarakat

Hasil identifikasi kondisi fisik lingkungan dan kondisi sosial budaya masyarakat serta kebutuhan lokal pengelolaan sampah

LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA (LANJUTAN)
No
2

Tahap
Perencanaan

Kegiatan

Pelaksana

Cara
Rembug masyarakat, praktek lapangan

Kelompok Sasaran
Masyarakat

Hasil
Kesepakatan untuk melaksanakan pengelolaan sampah Kader lingkungan

Pembentukan Masyarakat kesepakatan dan fasilitator masyarakat Pemilihan kader lingkungan Pelatihan Pemilihan dan penetapan teknologi pengelolaan sampah Penyiapan sarana prasarana Fasilitasi pelaksanaan pengelolaan sampah Pelaksanaan pengelolaan sampah rumah tangga Masyarakat, Fasiltator dan pemerintah daerah

3.

Pelaksanaan

Pelaksanaan fisik di lapangan

Masyarakat

Masyarakat mampu mengelola sampah secara mandiri Teratasinya kesulitan yang dihadapi masyarakat

4.

Pemantauan dan evaluasi

Memantau, mengevaluasi dan menyempurnakan

Fasilitator, Masyarakat dan Pemda

Pelaksanaan fisik di lapangan

Masyarakat

Rekomendasi perbaikan

Peran masyarakat ini telah dilakukan di daerah :


Surabaya : - Kel. Jambangan
- Kel. Kalirungkut RW 6 (kawasan UNESA)

Bandung :
-Kel. Cibangkong

Hasil kajian peran masyarakat ini telah dibahas dan disahkan dalam rapat pantek tingkat Departemen PU untuk disahkan menjadi Permen PU.

LINI HILIR

FOKUS PAPARAN

Bagaimana kebijakan pengembangan kerjasama antar pemerintah daerah, swasta & masyarakat dalam pengelolaan TPA Sampah? Bagaimana implementasi kebijakan pengembangan kerjasama antar pemerintah daerah, swasta & masyarakat dalam pengelolaan TPA Sampah? Bagaimana alternatif model kelembagaan kerjasama antar pemerintah daerah, swasta & masyarakat dalam pengelolaan TPA Sampah?

KEBIJAKAN KERJASAMA REGIONAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH


UU 32 Th 2004 pasal 195 dan Pasal 196 menegaskan kerja sama

antar daerah sbg media solusi masalah lintas daerah dengan mempertimbangankan : Efektivitas & efisiensi pelayanan lintas daerah. Efektivitas & efisiensi pengelolaan pelayanan inter-relasi antar daerah. Manajemen konflik antar daerah Pelayanan darurat Selain itu, kerja sama antar daerah juga berfungsi sebagai kelompok kepentingan (interest groups) dalam policy making di pemerintah pusat atau pemerintah atasan. UU 18 tahun 2008 pasal 26 : Pemerintah daerah dapat melakukan kerjasama antar pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan sampah Kerjasama antar daerah diwujudkan dalam bentuk kerjasama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah

KEBIJAKAN KERJASAMA DENGAN SWASTA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH


Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) diperlukan dalam kerangka :
Mencukupi kebutuhan pendanaan yang berkelanjutan Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan melalui

persaingan yang sehat Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur Mendorong prinsip pakai-bayar, dan dalam hal tertentu dipertimbangkan kemampuan membayar pemakai KPS dalam penyediaan infrastruktur dilakukan melalui : Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dengan badan usaha (contoh: pembangkit listrik, jalan tol) Izin Pengusahaan kepada badan usaha (contoh: telekomunikasi selular) KPS dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip-prinsip : Transparan Terbuka Adil Saling menguntungkan Akuntabel Bersaing

PEMBAGIAN PERAN DALAM PROYEK KPS

Pemerintah >< Swasta


Departemen sektor sebagai penyusun strategi dan kebijakan sektor Instansi Pemberi Kontrak yang memiliki otoritas untuk membuat kontrak dengan swasta Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Badan Kebijakan Fiskal yang memiliki kewenangan memberikan dana penjaminan Badan Regulator Independen yang memiliki kewenangan untuk mengawasi aturan main dan melindungi kepentingan swasta dan masyarakat/konsumen

Kontraktor yang menjadi sponsor utama proyek KPS Perbankan sebagai pemberi pinjaman (lender) Investor di Pasar Modal yang menyertakan modalnya dalam proyek KPS Perusahaan Asuransi

IMPLEMENTASI KERJASAMA REGIONAL


YOGYAKARTA SLEMAN BANTUL (KARTAMANTUL)
AKTOR/INSTITUSI KARAKTERISTIK Dasar hukum SKB Bupati/Walikota daerah Kartamantul Ada sharing pembiayaan & resiko Ada lembaga kerjasama yg dibentuk Level kerjasama di hilir (pengelolaan TPA) Lembaga kerjasama bersifat koordinatif Operator TPA bergiliran setiap 3 tahun dari masing daerah Tidak ada pemisahan antara operator & pengawas LEMBAGA KERJASAMA Sekretariat Bersama Kartamantul MODEL PEMBIAYAAN MODEL KELEMBAGAAN

Stakeholder Utama
o Masyarakat sekitar TPA Piyungan o Sekber Kartamantul

Development Sharing
Berbagi alokasi anggaran Berdasarkan volume sampah yg masuk TPA

Joint Services Agreement

Stakeholder Kunci
o o o o

Pemkot Yogyakarta Pemda Kab. Sleman Pemda Kab. Bantul DPRD ketiga kab/kota

Stakeholder Pendukung

oDep. PU o Meneg LH o Perguruan Tinggi

IMPLEMENTASI KERJASAMA REGIONAL


DENPASAR BADUNG GIANYAR TABANAN (SARBAGITA)
AKTOR/INSTITUSI KARAKTERISTIK Dasar hukum SKB Bupati/Walikota daerah Sarbagita Ada sharing pembiayaan & resiko Ada lembaga kerjasama yg dibentuk Level kerjasama di hilir (pengelolaan TPA) Lembaga kerjasama bersifat operasional (operator utama) Bukan merupakan unsur perangkat daerah (non-SKPD) Diperbolehkan mengembangkan pembiayaan swadana LEMBAGA KERJASAMA Badan Pengelola Kebersihan SARBAGITA (BPKS) MODEL PEMBIAYAAN MODEL KELEMBAGAAN

Stakeholder Utama
o Masyarakat sekitar TPA Suwung o BPK SARBAGITA

Development Sharing
o Berbagi alokasi anggaran o Berdasarkan volume sampah yg masuk TPA dan tingkat PAD

Joint Services Agreement

Stakeholder Kunci
o o o o o

Pemkot Denpasar Pemda Kab. Badung Pemda Kab. Gianyar Pemda Kab. Tabanan DPRD keempat kab/kota

Stakeholder Pendukung
o o o o

Dep. PU Meneg LH Dep. Kehutanan Perguruan Tinggi

IMPLEMENTASI KERJASAMA REGIONAL


LOKASI
Metro Bandung (Kota Bandung, Kab. Bandung, Kota Cimahi)

AKTOR
Pemerintah Provinsi Jabar Pemkot Bandung Pemkab Bandung Pemkot Cimahi P3JB (Pusat Pengelolaan Persampahan Jawa Barat)

STATUS KERJASAMA
Belum ada MoU kerjasama antar pemda Kerjasama regional sedang di inisiasi Pemprov Jabar Membentuk P3JB untuk menginisiasi & memfasilitasi kerjasama Sudah ada MoU antar Pemda (2004 2009) MoU belum berjalan secara efektif Mou sudah berakhir per 1 Maret 2009 Pemprov sedang menginisiasi perpanjangan MoU

PROBLEM
Kelembagaan P3JB kurang fleksibel dlm membangun jaringan Pembiayaan P3JB kurang fleksibel Hambatan regulasi: belum ada tata cara pelimpahan kewenangan dari kab/kota ke Provinsi Hambatan komunikasi & koordinasi antara Pemprov dgn pemerintah bawahan Ego daerah masih tinggi Belum adanya titik temu kebutuhan kerjasama

Jawa Timur (Kota Surabaya, Kab. Gresik, Kab. Sidoarjo)

Pemerintah Provinsi Jatim Pemkot Surabaya Pemkab Gresik Pemkab Sidoarjo

IMPLEMENTASI KERJASAMA REGIONAL


LOKASI Maminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa/Gow a, Takalar) AKTOR Pemprov Sulsel Pemkot Makassar Pemkab Maros Pemkab Gowa Pemkab Takalar STATUS KERJASAMA Ada potensi kerjasama regional Belum manifest dalam bentuk MoU masupun kelembagaan PROBLEM Resistensi dari Pemkab Gowa & masyarakat terhadap rencana pembangunan TPA regional Pattallassang Belum ada keputusan politik untuk mengembangkan kerjasama baik dilevel pemprov maupun pemerintah bawahan

Provinsi Gorontalo (Kota Gorontalo, Kab. Gorontalo & Kab. Bone Bolango)

Pemprov Ada potensi Gorontalo kerjasama Pemkot Gorontalo regional Pemkab Gorontalo Belum manifest Pemkab Bone dalam bentuk Bolango MoU masupun kelembagaan Ada investor swasta yang ingin terlibat (PT. Nusa Bangun Persada)

ANALISIS SWOT KELEMBAGAAN KERJASAMA REGIONAL


PENDORONG PENGHAMBAT PELUANG TANTANGAN

Adanya permasalahan bersama & persepsi yg sama Adanya kepentingan bersama Dukungan formal & informal dari Bupati/Walikota Lembaga kerjasama yang independen Jaringan kerjasama yg luas Leadership lembaga kerjasama yang kuat

Keterbatasan kapasitas SDM Pemda, sarana /prasarana, pembiayaan & penguasaaan IPTEK Belum adanya Tata Cara Pelimpahan sebagian kewenangan Pemkab/Pemkot ke Pemprov Keterbatasan lahan & status hukum kepemilikannya Hambatan komunikasi & koordinasi antara Pemprov dgn pemerintah bawahan Ego daerah masih tinggi Belum adanya titik temu kebutuhan kerjasama

Adanya minat swasta untuk berinvestasi dlm pengelolaan sampah Adanya potensi pendanaan yang mencukupi untuk pengembangan TPA regional Adanya teknologi pengolahan sampah yg produktif & ramah lingkungan Adanya skema clean

development mecanism (CDM)

Belum adanya jaminan kepastian hukum kerjasama & investasi Siklus Pilkada (pergantian pimpinan daerah & DPRD) Panjangnya prosedur & birokrasi dlm skema CDM Resistensi masyarakat terhadap teknologi yg memarjinalkan aktifitas mereka Rendahnya kesadaran & kultur masyarakat dlm pengelolaan sampah

IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PENGELOLAAN TPA


FAKTOR ANALISIS Mitra Swasta Alasan Kemitraan YOGYAKARTA Tsimitsu Jepang Keterbatasan dana pemerintah Adanya potensi gas metan yg besar BALI PT. Navigat Organik Energi Indonesia Keterbatasan dana Belum adanya gambaran teknologi pengolahan yg cocok Agar Pemda terbebas dari tipping fee BEKASI PT. Gikoko Kogyo Indonesia Keterbatasan dana Mengalihkan resiko hutang thd Bank Dunia kpd swasta

Model Kemitraan

Private Funding Inisiatives

Kombinasi antara Private Funding Inisiatives dan Market Testing


Beauty Contest
Pengolahan gas metan untuk menghasilkan energi listrik

Private Funding Inisiatives

Pola Seleksi Mitra Bentuk Kemitraan

Pasif (menunggu proposal) Penangkapan gas metan

Pelelangan (Perpres 67 th 2005) Proyek Land Gas

Flarring

Model Pembiayaan

Development Sharing

Build Operate & Transfer

Build Operate & Transfer

ANALISIS PERAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TPA REGIONAL


INDIKATOR Posisi Masyarakat YOGYAKARTA
Mitra Kerja (Partner)
Terlibat dalam proses pengambilan keputusan strategis

BALI
Mitra Kerja (Partner)

BEKASI
Penerima Dampak atau Manfaat (Beneficaries)

Terlibat dalam proses Peran masyarakat pengambilan terbatas dan hanya keputusan strategis sebagai penerima kompensasi Aktivitas

Masyarakat diwadahi dalam pengelolaan TPA


Model Pendekatan Sustainibilitas

CBD
Relatif Terjamin Masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap keberlanjutan sistem pengelolaan sampah

CBD
Relatif Terjamin Masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap keberlanjutan sistem pengelolaan sampah

Pragmatic Direct Interaction (PDI)


Kurang Terjamin Relasi pragmatis acap kali terancam oleh sejumlah konflik yang sifatnya temporer dan sporadis

OUTCOMES KERJA SAMA REGIONAL DAN KEMITRAAN


KARTAMANTUL SARBAGITA BEKASI

1.Efisiensi dan efektifitas pelayanan di fase pengumpulan dan pengangkutan sampah. 2.Menekan biaya operasional dalam pangelolaan sampah di TPA untuk setiap kabupaten/kota. 3.Mendorong partisipasi masyarakat di sektor hilir. 4.Melokalisir dampak negatif pengelolaan TPA.

1. Efisiensi dan 1. Efisiensi dan efektifitas pelayanan efektifitas pelayanan dari hulu hingga hilir dari hulu hingga hilir dalam pengelolaan dalam pengelolaan sampah. sampah. 2. Menekan biaya 2. Menekan biaya operasional dalam operasional dalam pangelolaan sampah di pangelolaan sampah di TPA untuk setiap TPA kabupaten/kota. 3. Mengubah pengelolaan 3. Mengubah pengelolaan sampah dari cost sampah dari cost centre menjadi revenue centre menjadi revenue centre. centre. 4. Membuka ruang 4. Membuka ruang partisipasi swasta. partisipasi swasta. 5. Mendorong partisipasi 5. Mendorong partisipasi masyarakat di sektor masyarakat di sektor hilir. hilir. 6. Melokalisir dampak 6. Melokalisir dampak negatif pengelolaan negatif pengelolaan TPA. TPA.

ANALISA BARANG PUBLIK-BARANG PRIVAT

ANALISA BARANG PUBLIK-BARANG PRIVAT

ANALISA BARANG PUBLIK-BARANG PRIVAT

Berkaitan dengan analisa barang publik - barang privat, layanan pengelolaan sampah regional dapat diidentiffikasi sebagai tool good dilihat dari beberapa dimensi, antara lain: karakter komoditas pelayanan, cakupan komoditas pelayanan dan akses terhadap komoditas pelayanan.

Berbasiskan pada orientasi layanan publik, ketiga dimensi itu dapat beroperasi ke dalam dua ranah, yaitu: 1. Ranah profit oriented management. Ranah ini digunakan untuk merespons kebutuhan pengelolaan asset dan peningkatan profitabilitas dari sebuah tata kelola layanan pengelolaan sampah regional. 2. Ranah public service management. Berbeda dengan ranah pertama, ranah manajemen layanan publik cenderung digunakan untuk merespons kebutuhan memenuhi tuntutan Public Service Obligation dalam tata kelola layanan pengelolaan sampah regional. Artinya, sampah dapat dikelola untuk memenuhi tuntutan publik atas kebersihan dan kesehatan lingkungan sekaligus memenuhi target pencapaian keuntungan ekonomis

ANALISA BARANG PUBLIK-BARANG PRIVAT


DIMENSI TOOL GOOD Karakter Komoditas Pelayanan RANAH PROFIT ORIENTED

MANAGEMENT

RANAH PUBLIC SERVICE

MANAGEMENT

Pelayanan spesifik dalam ranah

transaksional barang dan jasa (carbon trade dan energi listrik) Pelayanan transaksional barang dan jasa yang dikonsumsi individual (excludable). Penyedia layanan bisa diambil alih aktor di luar negara. Pelayanan melibatkan aktor dari ranah privat.
Penggunaan pelayanan

Pelayanan spesifik dalam ranah

pengelolaan sampah (kebersihan kota). Pelayanan pengelolaan sampah yang dikonsumsi secara bersama-sama oleh masyarakat (non-excludable). Pengaturan layanan pengelolaan sampah tidak bisa diambil alih aktor di luar negara.
Penggunaan pelayanan

Cakupan Komoditas Pelayanan

transaksional barang dan jasa sebagai output TPA dapat dibagibagikan. Penggunaan pelayanan transaksional barang dan jasa sebagai output TPA dapat digunakan untuk kepentingan individual.

pengelolaan sampah dapat dibagi-bagikan. Penggunaan pelayanan pengelolaan sampah dapat digunakan untuk kepentingan individual. Penggunaan pelayanan pengelolaan sampah dapat bersifat komunal.

ANALISA BARANG PUBLIK-BARANG PRIVAT


DIMENSI TOOL GOOD Akses Komoditas Pelayanan RANAH PROFIT ORIENTED

MANAGEMENT

RANAH PUBLIC SERVICE

MANAGEMENT

Diperlukan pembiayaan untuk Diperlukan pembiayaan mengakses pelayanan untuk mengakses transaksional barang dan pelayanan. jasa sebagai output TPA . Akses pelayanan Diperlukan intervensi negara untuk menjamin

transaksional barang dan jasa sebagai output TPA dipertukarkan melalui mekanisme pasar.

akses terhadap pelayanan.

Intervensi Negara

Intervensi bisa dilakukan pada posisi negara sebagai regulator, administrator dan mediator.

Intervensi bisa dilakukan pada posisi negara sebagai regulator, administrator, mediator dan (operator) pelayanan langsung.

ANALISA BARANG PUBLIK-BARANG PRIVAT


Mengacu pada matriks tersebut, pada level

implementasi proses keterlibatan peran antar pemerintah daerah, swasta dan masyarakat dapat dilakukan. administrasi, regulasi, arbitrasi maupun dalam intervensi langsung proses penyelenggaraan layanan pengelolaan sampah regional.

Keterlibatan dapat dilakukan dalam aspek

Selain itu keterlibatan juga dapat dilakukan dalam

sharing pembiayaan, manajemen kelembagaan


maupun pada proses pelembagaan partisipasi.

ANALISA Prior Option Review (POR)


Metode prior option review ini secara garis besar bertujuan untuk: Menentukan apakah fungsi-fungsi atau jenis-jenis urusan pelayanan umum tertentu yang selama ini dibiayai dan diselenggarakan oleh pemerintah masih diperlukan atau tidak. Menentukan apakah dengan demikian penyelenggaraan pelayanan umum tersebut perlu dipertahankan, atau sebaiknya dialihkan saja kepada pihak swasta (masyarakat). Adapun hasil dari analisis POR ini berupa model-model restrukturisasi pemerintahan atau model-model kemitraan atau kerjasama antar aktor baik dalam ranah negara, pasar maupun masyarakat.

ANALISA Prior Option Review (POR)


KATEGORI PILIHAN
Core Service

OPTION REVIEW
Layanan pengelolaan sampah

SERVICE PROVIDER
Gabungan Pemerintah

yang berbasiskan pada penyediaan fasilitas dukungan untuk kebersihan lingkungan. Layanan fasilitas dukungan untuk transaksi barang dan jasa yang dikonsumsi individual (misalnya: produk sampingan pengelolaan sampah, seperti: gas metan dan listrik).
Pelayanan pengelolaan sampah

Daerah (Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota). Swasta dalam manajemen pengelolaan TPA dan capital sharing. Masyarakat dalam kerangka membangun dukungan sustainibilitas kerja sama.
Gabungan Pemerintah

Kebutuhan Pelayanan

dan turunannya masih diperlukan masyakat. Jenis pelayanan termasuk tool good, sehingga terkait dengan kebutuhan individual dan publik dalam satu waktu.

Daerah (Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota). Swasta dalam manajemen pengelolaan TPA dan capital sharing. Masyarakat dalam kerangka membangun dukungan sustainibilitas kerja sama.

ANALISA Prior Option Review (POR)


KATEGORI PILIHAN Intervensi Pemerintah

OPTION REVIEW
Untuk layanan pengelolaan

SERVICE PROVIDER
Gabungan Pemerintah

sampah, intervensi bisa dilakukan pada posisi sebagai regulator, administrator, mediator dan (operator) pelayanan langsung. Untuk layanan transaksional barang dan jasa sebagai turunan pengelolaan TPA, intervensi bisa dilakukan pada posisi sebagai regulator, administrator dan mediator.
Untuk layanan publik pengelolaan

Daerah (Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota).

Keterlibatan Swasta dan masyarakat

sampah, pihak swasta dan masyarakat dimungkinkan untuk terlibat sebagai service provider. Untuk layanan turunan dari pengelolaan TPA, keterlibatan swasta dan masyarakat masih dimungkinkan baik dalam keterlibatan permodalan, keterlibatan manajerial maupun sebagai service provider langsung.

Swasta dalam manajemen

pengelolaan TPA dan capital sharing. Masyarakat dalam kerangka membangun dukungan sustainibilitas kerja sama.

REKOMENDASI
I. PENGEMBANGAN KERJASAMA REGIONAL
ASPEK KELEMBAGAAN KERJASAMA o Dalam upaya mendorong kerjasama regional pengelolaan TPA sampah, harus didahului dengan pemetaan & analisis kepentingan bersama di daerah-daerah dalam pengelolaan sampah o Hasil pemetaan & analisis kepentingan bersama harus didiskusikan dalam forum forum diskusi bersama pemda-pemda yang difasilitasi untuk saling bekerjasama o Bentuk kelembagaan kerjasama disesuaikan dengan kapasitas pemda-pemda yang bekerjasama. Setidaknya bentuk Sekretariat Bersama menjadi opsi minimalis lembaga kerjasama o Lembaga kerjasama yg terbentuk harus dipimpin oleh manajer yang profesional, memiliki leadership yg kuat & jaringan kerja yg luas. Pemilihan manajer/kepala lembaga kerjasama bisa melalui proses fit & propper test o Lembaga kerjasama yg dibentuk harus bersifat independen (imparsial) atau setidaknya memiliki otonomi yg lebih besar daripada lembaga struktural lainnya serta memenuhi semua aspek

good governance

REKOMENDASI
ASPEK KELEMBAGAAN KERJASAMA (lanjutan) o Bentuk lembaga kerjasama bisa berubah semakin kuat menyesuaikan dengan tuntutan & perkembangan kerjasama pengelolaan TPA. Bentuk lembaga Badan Layanan Umum (BLU) menjadi opsi model ideal apabila syarat-syarat substantif, teknis & administratif sudah terpenuhi o Pelibatan peran Pemerintah Provinsi dalam mendukung pelaksanaan kerjasama pengelolaan TPA sampah o Mendorong keluarnya Perpres tentang Tata Cara Pelimpahan Sebagian Kewenangan Pemda Kab/Kota ke level Propinsi untuk mengantisipasi transformasi kelembagaan kerjasama menjadi PPK BLU o Untuk memperkuat upaya fasilitasi kerjasama antar pemda dalam pengelolaan TPA Sampah perlu pendekatan intensif kepada DPRD masing-masing kabupaten/kota o Peningkatan kapasitas SDM pengelola sampah di daerahdaerah baik kapasitas teknis maupun manajerial

REKOMENDASI
ASPEK PERAN MASYARAKAT o Perlunya pelibatan & pelembagaan peran masyarakat dalam bentuk masyarakat pemantau TPA yg beranggotakan masyarakat sekitar TPA, LSM & Perguruan Tinggi o Mengakomodasi aktifitas-aktifitas masyarakat sekitar TPA (pemulung, perlapakan, pemilahan, ternak, dll) dalam proyek pengelolaan TPA o Mengembangkan program-program CBD untuk mengeliminir dampak lingkungan pengelolaan TPA seperti sarana & prasarana dasar (sanitasi, air bersih, drainase), sarana kesehatan, pendidikan, dan kelompok usaha produktif
ASPEK TEKNIS TEKNOLOGIS o Menerapkan teknologi pengelolaan TPA yang ramah lingkungan, produktif & dapat dipertanggungjawabkan o Menerapkan teknologi pengelolaan TPA yang menyerap tenaga kerja lokal (padat karya) o Mengembangkan pengelolaan TPA berbasis mekanisme CDM pada daerah-daerah yg memiliki potensi fisik yg besar

REKOMENDASI
II. PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH & SWASTA

o Perlunya peningkatan kerjasama pemerintah,

swasta & masyarakat dalam pengelolaan TPA sampah untuk mengatasi kendala pembiayaan, kapasitas SDM dan keterbatasan teknologi o Mengembangkan kemitraan dengan swasta dengan model kemitraan Private Funding Partnership &

Market Testing

o Mendorong revisi Perpres 67 tahun 2005 khususnya

tentang kewajiban melakukan pelelangan dalam kemitraan dengan swasta o Perlunya peningkatan pengelolaan database pengelolaan sampah secara umum & pengelolaan TPA secara khusus yang akurat dan up to date sebagai kebutuhan dasar setiap investor untuk memperhitungkan rencana investasinya

REKOMENDASI TRANSFORMASI KELEMBAGAAN KERJA SAMA PENGELOLAAN TPA


JANGKA WAKTU
0 5 Tahun

6 10 tahun

10 tahun keatas

MODEL Joint Service MODEL KERJASAMA PENGELOLAAN Agreement

Intergovernmental Service Contract

Intergovernmental Service Transfer

BENTUK KELEMBAGAAN

Sekretariat Bersama Sifatnya koordinatif

Badan Pelaksana Sifatnya operasional Memiliki asset

Badan Layanan Umum (BLU) Operasional Otonom Fleksibel Development

MODEL PEMBIAYAAN

Development

Development

Sharing BOT

Sharing BOT

Sharing BOT

Obligasi Daerah

BALADA SEONGGOK SAMPAH (oleh Iswanto & Ronadeva)


Aku lahir karena kamu Aku ada juga karena kamu Setiap hari engkau hasilkan aku Setiap hari pula engkau campakkan aku Betapa malang nasibku jadi seonggok sampah Selalu dijauhi, dihina dan disia-siakan Betapa sedih ditakdirkan jadi setumpuk sampah Dianggap jadi penyebab bencana dan musibah Salah sendiri engkau buang aku ke kali Hingga aku kirimkan banjir bertubi-tubi Salah sendiri engkau bakar aku sembarangan Hingga aku sebarkan racun pencemaran Salah sendiri engkau buang aku di tepi jalan, Hingga aku munculkan kekumuhan, Salah sendiri engkau buang aku di sembarang tempat, Hingga aku sebarkan lalat dan bau menyengat Tidak mampukah wahai engkau manusia Mengelola aku dengan sebaik-baiknya Tidak sadarkah wahai engkau manusia Ada mutiara dalam seonggok sampah.

Anda mungkin juga menyukai