Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai Budidaya Tanaman Cokelat.
Makalah ini dibuat atas referensi dari berbagai sumber dan bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami berharap pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Bogor, 04 Desember 2014

Penulis

1 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

DAFTAR ISI

2 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia kaya akan kekayaan sumber daya alamnya. Indonesia memiliki
potensi berupa lahan potensial untuk menjadi produsen utama cokelat dunia
apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan cokelat dapat
diatasi dan agribisnis cokelat dikembangkan serta dikelola secara baik. Daerah
yang memiliki lahan potenisal untuk tanaman cokelat adalah Papua,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Sulawesi Tenggara.
Sektor agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input), proses produksi
primer (farm), pengolahan dan pemasaran. Salah satu komoditas sektor
agribisnis yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah cokelat. Cokelat
merupakan salah satu komoditas yang peranannya cukup penting bagi
perekonomian nasional dengan sebaran sentra penanaman yang cukup banyak
dan tumbuh dengan baik di Indonesia. Cokelat juga telah lama menjadi salah
satu komoditi ekspor unggulan Indonesia yang memiliki kontribusi yang
cukup besar dalam menghasilkan devisa negara. Di samping itu, kakao juga
berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan
agroindustri. Pembudidayaan cokelat dapat dilakukan dengan memerhatikan
setiap subsistemnya mulai dari hulu hingga hilir dan juga resiko yang dihadapi
dalam setiap proses budidaya berlangsung.

1.2.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses berlangsungnya budidaya cokelat pada setiap
subsistem?
2. Apa saja kendala dan resiko yang dialami dalam proses budidaya cokelat?
3. Apa olahan yang dapat dihasilkan dari komoditas cokelat?

3 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

1.3.

Tujuan
1. Menginformasikan pembaca mengenai proses berlangsungnya budidaya
cokelat pada setiap subsistem
2. Menginformasikan pembaca mengenai kendala dan resiko yang dialami
dalam proses budidaya cokelat
3. Menginformasikan pembaca mengenai olahan yang dapat dihasilkan dari
komoditas coklat

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Berlangsungnya Budidaya Cokelat pada Setiap Subsistem
2.1.1 Subsistem Hulu Agribisnis Komoditas Coklat
A. Syarat Tumbuh Tanaman Cokelat
4 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

Klon klon kakao unggul akan memperlihatkan potensi keunggulannya bila


tanaman tersebut dibudidayakan di wilayah agro-ekologi (lingkungan tumbuh)
yang sesuai.
Syarat syarat tanaman cokelat tumbuh :
a) Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organic (humus),
memiliki sirkulasi udara (aerasi) dan peredaran air (drainase) baik, mudah
mengikat air, kedalaman air tanah cukup dalam (lebih dari 1.5 m di bawah
permukaan tanah), tekstur tanah lempung liat berpasir dengan komposisi
fraksi liat 30% - 40%, pasir 50% dan debu 10 - 20%, kandungan unsure
hara (terutama N,P,K) cukup tinggi dan memiliki pH tanah/ derajat
keasaman tanah 6,0 7,5
b) Di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dari permukaan laut (dpl).
Namun , tanaman masih toleran hingga ketinggian 800 m dpl, walaupun
hasilnya tidak sebaik di dataran rendah.
c) Keadaan angin tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya
bunga dan terganggunya proses penyerbukan bunga. Kecepatan angin
yang baik untuk penyerbukan bunga adalah 2 5 m/detik.
d) Curah cukup dan terdistribusi merata sepanjang tahun dengan jumlah
curah hujan rata rata berkisar antara 1.500 3.000 mm/tahun, namun
yang paling baik adalah 1.500 2.000 mm/tahun. Di daerah yang curah
hujannya kurang dari 1.500 mm/tahun masih dapat ditanam kakao asalkan
di daerah tersebut tersedia air irigasi. Dan lamanya bulan kering tidak
lebih dari 3 bulan.
e) Keadaan temperature udara berkisar antara 15C - 32C, namun yang
paling baik adalah berkisar antara 18C - 30C dengan temperatur
optimum 25,5C dan kelembaban udara relative kurang lebih 80%.
Fluktuasi temperature harian kurang dari 9C.
f) Intensitas sinar matahari yang diperlukan untuk fotosintesis yang baik
adalah lemah, yaitu sebesar 20% - 50% dari penyinaran matahari penuh.
Untuk memperoleh intensitas sinar matahari yang lemah tersebut,
diperlukan pohon penaung untuk mengurangi penyinaran matahari penuh.
Dengan demikian , tanaman dapat tumbuh dengan baik.
B. Pengadaan Bibit
5 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

1. Pengadaan Bibit dengan Cara Membeli yang Telah Siap ditanam.


Pengadaan bibit kakao dengan cara membeli bibit yang telah ditanam
hendaknya memperhatikan hal hal sebagai berikut :
a. Bibit dibeli dari penangkar bibit yang terpercaya menyediakan bibit
bibit yang bermutu baik dan telah berserfitikat. Bibit yang berserfitikat
menjamin kebenaran klon dan kualitas bibit. Pada umumnya bibit
kakao dapat diperoleh di PNP/PTP, Perusahaan Besar Swasta dan Balai
Balai Penelitian seperti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember,
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan dan lain lain.
b. Bibit sebaiknya yang berasal dari perbanyakan vegetative (stek, okulasi,
penyusuan, penyambungan)
c. Keadaan fisik bibit harus baik dan sehat, yakni bibit yang dipilih harus
betul betul bebas dari penyakit, pertumbuhan batang bawah dan
batang atas seimbang, jumlah daun memenuhi syarat, tanaman kokoh,
daun tidak banyak yang gugur dan pucuk atau kuncup tanaman tidak
mongering.
2. Pengadaam Bibit dengan Melakukan Pembibitan Sendiri
Pengadaan bibit dengan melakukan pembibitan sendiri dapat dilakukan
dengan cara generative yaitu menyemaikan bijinya atau cara vegetative,
yaitu menggunakan setek, penempelan mata tunas atau okulasi (budding),
penyambungan (grafting), atau penyusuan (approach/inarching grafting).
Namun, untuk mendapat-kan bibit tanaman kakao yang baik dianjurkan
cara vegetative.
Pekerjaan pembibitan harus dilakukan dengan baik dan benar karena kegiatan ini
merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan berusaha tani. Produksi
biji yang tinggi diawali dengan penggunaan bibit yang baik dari hasil seleksi yang
ketat dan pemeliharaan yang itensif. Pekerjaan di dalam pembibitan kakao secara
vegetative meliputi 3 hal, yaitu pembibitan batang bawah, pembibitan batang atas,
dan pembibitan dengan melakukan Okulasi
2.1.2 Subsistem Hulu Usaha Tani Agribisnis Komoditas Coklat
A Penanaman
Dua minggu sebelum penanaman, lebih dahulu disiapkan lubang
tanam berukuran 40 cm x 40 cm 40 cm atau 60 cm x 60 cm, tergantung

6 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

pada ukuran polibag. Lubang kemudian ditaburi 1 kg pupuk Agrophos dan


ditutup lagi dengan serasah. Pemberian pupuk itu dimaksudkan untuk
menyediakan hara bagi bibit yang akan ditanam beberapa minggu
kemudian.
Bibit yang hendak ditanam sebaiknya tidak terlalu sering dipindahkan
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Untuk itu, diperlukan tempat
pengumpulan bibit. Polibag yang diangkat dengan cara memegang batang
bibit akan sangat merugikan bibit. Dengan menyangga polibag ke lubang
penanaman, mutu bibit akan jauh lebih terjamin.
Teknik penanamannya adalah adalah dengan terlebih dahulu
memasukkan polibag ke dalam lubang tanam. Setelah itu, dengan
menggunakan pisau tajam, polibag disayat dari bagian bawah ke arah atas.
Polibag yang terkoyak dapat dengan mudah ditarik dan lubang ditutup
kembali denga tanah galian. Pemadatannya dilaksanakan dengan bantuan
kaki, tetapi di sekitar batang di permukaan tanah haruslah lebih tinggi. Hal
itu dimaksudkan untuk mencegah penggenangan air di sekitar batang yang
dapat menyebabkan pembusukkan.
Bibit yang baru ditanam di lapangan peka akan sinar matahari. Bila
tersedia tenaga dan bahan yang cukup, bibit dapat diberi naungan
sementara dengan menancapkan pelepah kelapa sawit atau kelapa di
sebelah timur dan barat.
B Pemangkasan
Selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan
ditujukan kepada pembentukkan cabang yang seimbang dan pertumbuhan
vegetatif yang baik. Di samping itu, pemangkasan pohon pelindung tetap
juga dilaksanakan agar percabangan dan dedaunannya tumbuh tinggi dan
baik. Pohon pelindung sementara dipangkas sampai akhirnya dimusnahkan
sejalan dengan perumbuhan cokelat. Pohon pelindung sementara yang
dibiarkan akan membatasi pertumbuhan cokelat karena menghalangi sinar
matahari serta menimbulkan persaingan dengan tanaman utama dalam
1

mendapatkan air dan hara.


Pemangkasan pohon pelindung sementara

7 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

Pohon pelindung sementara perlu dipangkas agar tidak menutupi


tanaman cokelat. Caranya adalah merumpisnya dengan menggunakan
pisau babat tajam. Pohon pelindung sementara harus tidak lebih tinggi dari
1,5 m agar tanaman cokelat mendapatkan sinar matahari yang sesuai untuk
pertumbuhannya. Sisa pemangkasan diletakkan di pinggir tanaman cokelat
agar dapat menekan pertumbuhan gulma dan menjadi suber hara.Sesuai
dengan umur cokelat, pohon pelindung sementara dipangkas semakin
rendah.
2 Pemangkasan pohon pelindung tetap
Pohon pelindung tetap dipangkas agar dapat berfungsi untuk jangka
waktu yang lama dan dilaksanakan pada cabang-cabang yang tumbuh
rendah dan lemah. Dengan pemangkasan diharapkan paling tidak cabang
terendah pohon pelindung akan berjarak lebih dari 1 m dari tajuk tanaman
cokelat. Cabang yang dipangkas dapat digunakan sebagai bibit setek
batang untuk areal tertentu yang pohon pelindungnya telah mati.
Di samping itu, pemeliharaan juga dilaksanakan
memusnahkan pohon pelindung sementara sejauh 50 cm

dengan

dari batang

pohon pelindung tetap. Dengan demikian, pertumbuhannya tidak terhalang


dan penyebaran tajuk juga merata.Pohon pelindung tetap yang mempunyai
dua cabang utama sejak awal pertumbuhan, dibiarkan tumbuh samapi
berumur satu tahun. Setelah itu, satu cabang harus dipotong agar tidak
3

memberikan naungan yang terlalu gelap bagi cokelat.


Pemangkasan cokelat
Bagi tanaman cokelat, pemangkasan berarti usaha meningkatkan
produksi dan mempertahankan umur ekonomis tanaman. Secara umum,
tujuan pemangkasan sebagai berikut.
a Mendapatkan pertumbuhan tajuk yang seimbang dan kukuh.
b Mengurangi kelembapan sehingga aman dari serangan hama dan
c

penyakit.
Memudahkan pelaksanaan panen dan pemeliharaan, misalnya

penyemprotan insektisida atau pemupukan.


Mendapatkan produksi yang tinggi karena pemangkasan akan
memperluas

permukaan

pembungaan/pembuahan

yang

asimilasi

disebabkan

keseimbangan vegetatif dan generatif.

8 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

dan

merangsang
oleh

adanya

Pada tanaman cokelat yang belum menghasilkan (TBM), setelah


berumur 8 bulan perlu dilaksanakan pemangkasan. Pemangkasan demikian
disebut pemangkasan bentuk. Sekali dua minggu tunas-tunas air (chupon)
dipangkas dengan cara memotongnya tepat di pangkal batang utama atau
cabang primer yang tumbuh. Sebanyak 5-6 cabang dikurangi sehingga
hanya tinggal 3-4 cabang saja. Cabang yang dibutuhkan adalah cabang
yang simetris terhadap batang utama, kukuh, dan sehat. Tanaan yng
cabang-cabang primernya terbuka sehingga jorket langsung terkena sinar
matahari, sebaiknya diikat melingkar agar pertumbuhannya membentuk
sudut lebih kecil terhadap batag utama atau tajuk menjadi lebih ramping.
Kadang-kadang dilakukan juga pemangkasan terhadap cabang primer
yang tumbuhnya lebih dari 150 cm. Hal ini bertujuan merangsang
tumbuhnya cabang-cabang sekunder. Untuk bibit vegetatif, pemangkasan
TBM dilaksanaka agar cabang yang tumbuh tidak rendah. Pemangkasan
bentuk ilaksanakan dengan selang waktu dua bulan sekali selama masa
TBM.
Bentuk pangkasan yang bertujuan untuk menggantikan cabang yang
patah karena angin atau tertimpacabang pohon pelindung yang dapat juga
dimasukkan ke dalam pelaksanaan pemangkasan pemeliharaan. Oleh
sebagian

pekebu,

pemangkasa

tersebut

dinamakan

pemangkasan

rehabilitasi yang dilaksanakan dengan memelihara chupon pada ketinggian


25 cm dari jorket.
Bentuk pemangkasan yang lain adalah pemangkasan produksi. Pada
pemangkasan ini, cabang-cabang yang tidak produktif, tumbuh ke arah
dalam, menggantung, atau cabang kering, serta cabang yang terserang
hama dan penyakit, maupun yang terhimpit dipangkas dengan selang
waktu empat bulan sekali. Dengan pemangkasan produksi, diharapkan
produksi pun meningkat karea pemangkasan tersebut akan mengurangi
cabang-cabang yang hanya

memanfaatkan hara saja, menambah

kelembapan, dan dapat mengurangi intensitas sinar matahari bagi daun.


Di samping pemangkasan bentuk, dikenal juga pemangkasan
pemeliharaan yang lebih mengutamakan keseimbangan cabang primer.
Chupon harus dipangkas dengan selang waktu dua minggu sekali karena
bila dibiarkan tumbuh kan menyerap hara semata-mata dan menjadi inang
9 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

(host) beberapa hama. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan


memotong cabang-cabang sekunder dan tersier yang tumbuhnya kurang
dari 40 cm dari pangkal cabang primer maupun sekunder. Cabang-cabang
demikian bila dibiarkan tumbuh akan semakin membesar sehingga
semakin

menyulitkan

ketetapan

pemangkasan.

Di

samping

itu,

pemangkasannya pun semakin sukar dilaksanakan dan dapat merugikan


tanaman cokelat itu sendiri.
Cabang-cabang primer yang tumbuh merunduk dapat disokong
dengan bambu. Kegiatan ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan
pemangkasan pemeliharaan yang dilaksanakan dua bulan sekali.
C Pemupukan
Cokelat dipupuk setelah berumur dua bulan di lapangan. Pada TBM,
pemupukkan diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan
mempertahankan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit.
Pemupukan pada TBM dilaksanakan dengan cara menabur pupuk
secara merata dengan jarak 15-50 cm (untuk umur 2-10 bulan) dan 50-75
cm (untuk umur 14-20 bulan) dari batang utama. Untuk TM penaburan
pupuk dilakukan pada jarak 50-75 cm dari batang utama.
Dosis pemberian pupuk majemuk untuk TBM
(Tanaman belum menghasilkan)
Umur (bulan)
2
6
10
14
18
22

Pupuk (gram per pohon)


Urea
TSP
MoP
20
20
10
20
20
10
30
30
15
40
40
20
40
40
60

Kies
10
10
15
20
20

40

20

40

60

Contoh dosis pemberian pupuk TM berdasarkan umur tanaman yang


ditetapkan berdasarkan analisis tanah
Umur (bulan)
6

Pupuk (gram per pohon)


Urea
TSP
MoP
200
250
250

10 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

Kies
75

7
8
9

200
175
175

250
300
250

250
250
250

75
100
100

D Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dalam areal pertanaman cokelat biasanya
dilaksanakan pada masa TBM. Saat itu tajuk belum saling bertemu
sehingga masih ada jalur terbuka baik antar barisan maupun di dalam
barisan itu sendiri.
Paspalum sp., Axonopus compressus, Eleusine indica, dan Digitaria
sp. merupakan gulma golongan rumput-rumputan yang umum didapati
pada areal cokelat. Selain itu, Ageratum conyzoides dan Mikania sp. Juga
merupakan gulma berdaun lebar. Pengendalian gulma dapat dilakukan
secara manual dan kimiawi di pembibitan, pada saat tanaman masih muda,
maupun pada areal TM yang ditumbuhi gulma yang tahan terhadap
ketersediaan cahaya minimum.
Di bedeng pembibitan, pengendalian gulm secara kimiawi umumnya
dilakukan penyemprotan dengan herbisida pratumbuh. Penyemprotan
herbisida pratumbuh di areal pertanaman muda dapat menghambat
pertumbuhan Paspalum conjugatum dan Ageratum conyzoides selama 5-6
bulan. Bila pengendalian gulma itu dilaksanakan dengan cara manual,
diperlukan 10-15 HK per ha. Pengendalian gulma pada areal cokelat muda
terutama ditujukan untuk membersihkan piringan tanaman dengan
diameter 0,5 m. Di samping itu, pendongkelan anak kayu, anakan cokelat
yang tumbuh liar, atau pemberantasan ilalang juga harus dilaksanakan
dengan selang waktu tertentu secara teratur.
2.1.3 Subsistem Pengolahan Agribisnis Komoditas Coklat
Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang melepas
dari kulit buah dan biji yang melepas dari kulit bagian dalam. Bila buah
diguncang, biji biasanya berbunyi. Buah yang telah dipanen kemudian dipecah.
Pengolahan biji cokelat meliputi pembuangan pulp, pematian biji, pembentukan
aroma, pengeringan, dan kesesuaian kandungan biji serta berat keringnya
sehingga siap digunakan untuk berbagai kebutuhan.

11 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

A. Panen
Ada tiga perubahan warna kulit buah pada cokelat yang telah mengalami
kematangan. Ketiga perubahan warna kulit itu juga menjadi criteria kelas
kematangan buah di kebun kebun yang mengusahakan cokelat.
1) Tehnik memetik buah
Untuk memanen cokelat digunakan pisau tajam. Bila buah tinggi,
pisau disambungkan dengan bambu. Pemanenan buah cokelat
hendaknya dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat
di batang / cabang yang ditumbuhi buah. Dengan demikian,
tangkai buah pun tidak tersisadi batang / cabang sehingga tidak
mengahalangi pembuangan pada periode berikutnya.
2) Organisasi pemanenan
Pada eral yang cukup luas biasanya disiapkan suatu organisasi
pemanenan dengan melibatkan tenaga kerja khusus. Dibawah
pimpinan seorang mandor, panen dilaksanakan pada areal yang
kepadatan buahnya sudah ideal untuk di panen.
3) Pemecahan Buah
Buah yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat
tertentu. Buah dikelompokkan menurut kelas kematangannya
sehingga akan memudahkan pengolahannya. Buah dipetik hingga
pukul 12.00 untuk kemudian dipecah hingga pukul 12.00
Pemecahan kulit dilaksanakan dengan menggunakan kayu bulat
yang keras. Buah yang dipecah dipegang menggunakan tangan kiri
dengan bagian pangkal menghadap ke dalam. Buah kemudian
dipukul kea rah punggung buah dengan arah miring.
Bila kulit telah terbagi dua, kulit bagian ujung dibuang dan tangan
kanan menarik biji dari plasenta. Biji kemudian ditempatkan di atas
lembaran plastic yang telah disiapkan atau di dalam keranjang
bamboo yang diberi alas lalu dibenamkan dalam areal pertanaman.

B. Pengolahan

12 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

Biji yang diperoleh dari lapangan sudah dapat diolah. Pengolahan biji
cokelat biasanya mengikuti tahapan fermentasi (pencucian), pengeringan,
sortasi, dan penyimpanan.
1 Fermentasi
Tujuan ini untuk mematikan biji sehingga perubahan perubahan di
dalam biji akan mudah terjadi, seperti warna keeping biji, peningkatan
aroma dan rasa, serta perbaikan konsistensi keeping biji. Tujuan
lainnya adalah untuk melepaskan pulp. Proses fermentasi biasanya
2

berlangsung 4 6 hari.
Pengeringan
Pengeringan biji, baik yang melalui proses pencucian maupun tanpa
pencucian,

dapat

dilaksanakan

dengan

sinar

matahari

atau

pengeringan buatan.
Sortasi dan penyimpanan
Sortasi biji yang telah dikeringkan dilaksanakan atas dasar berat biji,
kemurnian, warna, dan bahan ikutan, serta jamur. Dalam menetapkan
kualitas biji, factor factor seperti kulit ari, kadar lemak, dan kadar air
turut diperhatikan. Sortasi biji dilakukan secara visual, dengan
membuang biji biji yang jelek dan rendah mutunya, Untuk gudang
penyimpanan sebaiknya bersih dan memiliki lubang pergantian udara.

2.1.4 Subsistem Pemasaran Agribisnis Komoditas Coklat


Coklat merupakan salah satu komoditas penghasil devisa bagi
Negara. Pemasaran coklat dapat dilakukan baik di dalam maupun luar negeri
tergantung pada hasil produksi cokelat yang dihasilkan. Adapun system
pemasaran tersebut, yaitu :
a. Sistem Tata Niaga
Pemasaran cokelat pada perkebunan besar dilakukan oleh Kantor
Pemasaran bersama (KPB) yang umumnya terdapat di pusat pusat
produksi. KPB selanjutnya akan melakukan transaksi bersama dengan
pihak eksportir dan pabrik pengolahan biji cokelat dalam negeri.
Sedangkan produksi cokelat yang berasal dari perkebunan rakyat,
jalur tata niaganya berbeda. Hal ini disebabkan oleh volume cokelat yang

13 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

dihasilkan oleh petani masih dalam jumlah kecil dan kualitasnya belum
mencapai standar.
Pelaku tata niaga adalah pedagang pengumpul di desa, pedagang
perantara / pengumpul di kecamatan, pedagang interinsuler / eksportir di
kabupaten, dan eksportir di tingkat provinsi.
Petani
Produsen

Pedagang
Interinsuler / Eksportir
(Provinsi)

Pabrik

Pedagang Pengumpul
( Desa )

Keterangan :
: selalu menjual
: kadang kadang menjual
Gambar 56. Jalur Tata Niaga Cokelat
b. Ekspor
Ekspor biji

cokelat

Indonesia

menunjukkan

kecenderungan

meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini karena cokelat yang diekspor oleh
Indonesia dikategorikan Fine / Flavour Cocoa. Cokelat jenis ini biasanya
digunakan sebagai pencampur (blending) oleh negara negara produsen
cokelat olahan. Sebagian besar cokelat Indonesia diekspor ke negara
negara Eropa Barat, Amerika Serikat, dan juga beberapa negara di Asia.

c. Impor
Dalam rangka pemenuhan konsumsi dan perusahaan cokelat di
dalam negeri, Indonesia masih mendatangkan biji cokelat kering dari luar
negeri. Adanya impor cokelat dari luar negeri ini, lebih banyak disebabkan
oleh harga cokelat impor lebih murah dibanding harga cokelat di dalam
negeri. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kualitas, karena biji
cokelat Indonesia kualitasnya lebih baik.
14 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

2.2 Resiko yang Dialami dalam Proses Budidaya Coklat


Pembudidayaan cokelat tidak terlepas dari resiko yang akan dihadapi di
lahan. Sampai saat ini diketahui bahwa hama dan penyakit cokelat jauh lebih
banyak daripada tanaman perkebunan lainnya.
A. Hama
Terdapat ada 15 hama penggerek batang dan cabang, 11 hama penggerek
daun, 8 hama pengisap daun, dan satu hama pada buah sebagai hama
penting pada tanaman cokelat di Indonesia.
1. Helopeltis sp. (Hemiptera, Miridae)
Hama ini dapat ditemui di Sumatera Utara dan hama yang utama
menyerang tanaman coklat.Faktor yang membuat hama ini menyerang
tanaman coklat yaitu cahaya matahari, kelembapan, dan arus angin di
bawah tajuk. Hama ini senang dengan lingkungan lembap, tetap tidak
tahan angin yang kuat. Serangan Helopeltis sp. Bersifat menusuk dan
mengisap, terutama pa buah pentil (cherelle) dan pucuk pucuk
muda. Pada pucuk muda serangannya mengakibatkan daun daun
muda melengkung, tumbuh kecil, dan berwarna kehitaman. Pada buah
cherelle akan mati dan gugur. Sedangkan pada buah dewasa
serangannya tidak menimbulkan kerugian berarti.

Pengendalian

secara kimiawi dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida. Lalu


dapat

dilakukan

pula

pengendalian

secara

biologis

berupa

pemanfaatan Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) sebagai hewan


yang dapat mengendalikan perkembangbiakan Helopeltis sp.
2. Conopomorpha cramerella (Lepidoptera, Gracillariidae)
Hama ini dikenal dengan nama penggerek buah coklat (PBC), cacao
mot, atau pod borer. Serangan hama ini dapat menyebabkan coklat
mengalami perubahan warna sebelum matang dan mengakibatkan
persentase biji cacat. Pada bagian kulit buah coklat merupakan objek
yang mudah diserang oleh hama ini. Pengendalian hama ini dapat
dikendalikan dengan cara merumpis., yaitu dengan memetik seluruh
bagian yang terserang dan membenamkannya ke dalam tanah. Usaha

15 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

lain dapat dilakukan dengan membungkus buah dengan tujuan


menurunkan tingkat penyerangan hama terhadap buah cokelat.
3. Darna trima (Lepidoptera, Limacodidae)
Hama ini dikenal dengan nama ulat api. Hama ini diketahui tersebar
luas di Asia Tenggara. Serangannya mengakibatkan rontoknya daun
cokelat. Serangan hama dapat diatasi dengan pemberian insektisida
untuk meningkatkan sanitasi di bawah pohon cokelat.
B. Penyakit
Tanaman cokelat yang terserang penyakit dapat diketahui secara visual
dari penampakan daun dan buah cokelat.
1. Vascular Streak Dieback (VSD)
Di Indonesia, gejala serangan penyakit ini pernah dijumpai di Pulau
Sebatik, Kalimantan Timur, pada tahun 1983. Serangan berikutnya
terdapat di Halmahera (1984) dan Jawa Barat (1984). Penyakit ini
dapat ditandai dengan munculnya klorosis pada daun kedua dan
ketiga di bawah flush, lalu daun berwarna kunik dengan bercak
hijau, rontok dan kulit cabang disekitar bekas kedudukan daun
membengkak dan kasar. Pengendalian efektif yang dapat dilakukan
dengan cara manual, yaitu dengan memotong cabang yang
menunjukkan gejala mati pucuk dan klororsis pada daun keduan
dan ketiga di bawah flush dan menggunakan fungisida.

2. Phytopthora sp.
Penyakit ini menyebabkan kerugian yang cukup besar pada daerah
daerah beriklim rendah bercurah hujan tinggi. Infeksi
Phytophora sp. dapat langsung terjadi antar buah melalui percikan
air hujan dari permukaan tanah, serangga, atau vertebrata. Usaha
pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida dan
pengendalian secara biologis dalam skala laboratorium dengan
Aspergillus tamari.
3. Cocoa Swolen Shoot Virus (CSSV)
Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan panen pada tahun
pertama serangan mencapai 50% dan pada tahun kedua akan
menyebabkan kematian pohon. Gejala penyakit ini dapat dilihat
pada batang, daun, akar, dan buah. Infeksi CSSV dapat disebabkan
16 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

oleh tanah yang kurang subur dan naunnaungan yang kurang.


Pengendalian

dapat

dilakukan

dengan

memusnahkan tanaman yang terinfeksi.


2.3 Olahan yang Dapat Dihasilkan dari Komoditas Coklat

17 | B u d i d a y a Ta n a m a n C o k e l a t

memotong

atau

Anda mungkin juga menyukai