Anda di halaman 1dari 13

Desa mattirobulu, Pulau karanrang, Kabupaten pangkep kepulauan,

Provinsi Sulawesi Selatan

TAHUN 2021
LATAR BELAKANG

Pulau Karangrang, yang terletak di wilayah Pangkajene Kepulauan Desa


Mattiro Bulu tak lepas dari permasalahan yang sering dihadapi oleh wilayah
kepulauan pada umumnya, yaitu permasalahan sampah. Sampah-sampah
yang berasal dari pulau turut menjadi penyumbang produksi sampah
nasional.

Berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


bahwa pada tahun 2020 total produksi sampah nasional telah mencapai
67,8 juta ton. Artinya, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap harinya
dihasilkan oleh 270 juta penduduk. Atau setiap penduduk memproduksi
sekitar 0,68 kg sampah per hari.

Permasalahan yang ada di kepulauan tersebut, seperti permasalahan


sarana pembuangan limbah sampah yang tidak ada, sehingga masyarakat
terpaksa membuang limbah sampah mereka di lautan, permasalahan
ekonomi, permasalahan kesehatan, juga permasalahan sanitasi dan air
bersih. Semua permasalahan tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Penduduk di Pulau tersebut berjumlah 3732 jiwa dan 973 KK. Yang
memiliki luas 2500km merupakan salah satu pulau kecil berpenghuni yang
ada di gugusan pulau terdalam kabupaten Pangkajene Kepulauan
(pangkep). Sebagian besar dari mereka masih memiliki kebiasaan
membuang sampah di laut, karena ketidaktersediaannya TPA, kurangnya
keasadaran masyarakat, serta belum adanya kerja sama antara mitra atau
lembaga dalam penanggulangan limbah sampah tersebut. Hal itu akan
menimbulkan dampak yang merugikan, bukan hanya pada ekosistem laut
dan lingkungan, tapi juga akan mempengaruhi aspek-aspek lainnya.

Berdasarkan Undang-Undang No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah mencantumkan bahwa tujuan penyelenggaraan pengelolaan
sampah adalah untuk meningkatkan kesehatan masayarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Apabila
merujuk pada tujuan tersebut, pengelolaan sampah seperti masih menjadi
tanggung jawab pemerintah saja dan belum menjadi tanggung jawab
bersama. Salah satu penyebab permasalahan tersebut di antaranya kurang
memadainya peraturan hukum yang mengatur tentang pastisipasi
masayarkaat dalam pengelolaan sampah sehingga berdampak pada tidak
efisiennya pengelolaan sampah di Indonesia.

Oleh karenanya, dalam hal ini, sebisa mungkin kami kana melibtakan
seluruh lapisan masyarakat di kepulauan tersebut untuk ikut andil dalam
pengelolaan sampah yang ada di pulau mereka. Dalam kegiatan ini akan
melibatkan masyarakat-masyarakat yang bertempat tinggal di pulau
karanrang yang mencapai 3732 jiwa. Serta pulau-pulau berpenghuni di
sekitaran Pulau Karanrang.
Sasaran Kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu di Pulau Karanrang dan
pulau-pulau berpenghuni yang ada di sekitarnya, yang membutuhkan
sarana dan prasarana dalam penanggulangan limbah sampah baik itu
sampah organik maupun sampah non-organik.

Kegiatan yang akan kami laksanakan yaitu, Pemberdayaan sampah, di


mana kegiatan ini kami membuat aplikasi bank sampah berbasis tegnologi
untuk menghentikan kebiasaan masyarakat pulau yang membung sampah
di laut, yang memberikan dampak nefatif pada ekosistem laut.

Selain itu pula, pengadaan desa daur ulang “WISKAMPAH”, di mana pada
salah satu desa yang ada pada pulau tersebut didirikan sarana dan
prasarana untuk mengelola limbah sampah non-organik untuk menjadi
berbagai macam bentuk kerajinan yang nanti akan di perjual belikan
maupun di gunakan secara langsung.

Dari aspek pendidikan, pengadaan perpustakaan mini jua menjadi pilihan,


di mana pada kegiatan ini akan mengkolaborasikan dengan aplikasi bank
sampah yang akan kami buat. Perpustakaan mini akan menjadi salah satu
opsi pilihan bagi pengguna aplikasi, apakah ingin menjual sampah bukunya

1
ataukah mendonasikan buku-bukunya yang layak digunakan aplikasi bank.
Semua opsi mengunnakan aplikasi bank sampah, dan pengguna diberik
kebebasna memilih. Jadi perpustakaan mini ini buku-bukunya berasal dari
masyarakat-masyarakat sekitar pulau tersebut, yang buku-buku yang masih
layak untuk digunakan.

Ide bank sampah ini sejalan dengan salah satu penelitian di Pulau
Kodingareng Lompo, di mana di pulau tersebut belum memiliki sistem
pengelolaan sampah yang baik, sehingga sampah masih banyak yang
dibuang ke laut. Sampah masih di biarkan tertimbun di belakang rumah
warga di pinggir pantai, baik sampah organik maupun sampah anorganik.
Oleh karena itu di butuhkan bank sampah dengan sistem pengelolaan
terpadu (3 R) untuk mengurangi volume sampah. (Syahid 2019)

Oleh karenya, kami menyusun penelitian berjudul “Dari Limbah


Menjadi Laba ” ini dengan harapan potensi masyaakat untuk membuang
sampah ke laut kian berkurang, sehingga ekosistem laut akan terjaga dan
tidak merusak lingkungan. Sanitasi dan air bersih juga akan ikut terjaga dan
tidak lagi tercemar.

Pulau Karanrang: https://maps.app.goo.gl/dHAHDLg8LYNDaqGJ7

Syahid, Muhammad. 2019. “Pengelolaan Sampah Terpadu Pulau Kodingareng


Lompo Melalui Program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Dan
Pemberdayaan Masyarakat.” Warta Pengabdian 12(3):343. doi:

2
10.19184/wrtp.v12i3.8769.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat di sana ialah
masalah pengelolaan limbah simpah. Penduduk masih kurang memahami terkait
pengelolaan sampah, serta ketidaktersediaan TPA, sehingga laut menjadi pilihan
sebagai tempat pembuangan sampah di pulau tersebut.

GAMBARAN UMUM SOCIAL PROJECT


a) Mengedukasi kepada masyarakat terkait pengelolaan limbah, pendaur
ulang dengan system 3 R, dan pelatihan khusus.
b) Melakukan pengadaan desa khusus (WISKAMPAH) untuk mengelola
sampah tersebut. Dimana WISKAMPAH tersebut akan sangat
menguntungkan dari segi ekonomi karena memproduksi barang baru untuk
dimanfaatkan atau diperjualkan belikan, serta bisa menjadi objek wisata di
kepulauan tersebut,
c) Solusi berbasis teknologi yang kami tawarkan adalah pengadaan aplikasii
Bank Sampah.
d) Pengadaan Perpustakaan mini melalui pemilahan buku-buku bekas.
Perpustakaan mini tersebut akan menunjang sarana dan prasana anak-
anak desa untuk tetap belajar dan menimba ilmu.

Dari gambaran umum project ini, diharapakan potensi masyaraat


untuk membuang sampah ke laut kian berkurang, sehingga ekosistem laut
akan terjaga dan tidak merusak lingkungan. Sanitasi dan air bersih juga
akan ikut terjaga dan tidak lagi tercemar.
Lingkungan yang tidak tercemar akan ikut memberikan kontribusi
pada kesehatan masyarakat. Masyarkat bisa menghirup udara yang kaya
akan oksigen dan tidak berbau, serta air bersih yang layak untuk
dikonsumsi serta kebutuhan sehari-hari lainnya.
Pengadaan perpustakaan diharapkan mampu menunjang
pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak di desa tersebut.
3
USULAN SOLUSI
Solusi yang ditawarkan dengan pendekatan teknologi ialah pembuatan
aplikasi Bank Sampah, sebagiamana yang sudah dijelaskan di awal. Dimana
aplikasi ini akan memudahkan masyarakat desa dalam mendistribusikan sampah
serta pembagian sampah organik dan anorganik. Dalam aplikasi tersebut, akan
ada pembagian opsi untuk setiap jenis sampah. Sampah anorganik dengan pilihan
opsi pendaur ulangan sampah yang akan dikelola di desa khusus yaitu desa
WISKAMPAH, dan opsi lainya berupa buku-buku bekas yang akan dikumpulkan
untuk membangun perpustakaan mini. Adapun sampah organik dengan opsi-opsi
berupa pembuatan pupuk, kompos, ataupun dikonsumsi oleh magot.
Setiap pengguna aplikasi diberi kebebasan untuk memilih opsi, dimana
setiap opsi tentu mengarah ke hal yang baik. Adanya aplikasi ini memudahkan
masyarakat untuk mengelola sampahnya, sehingga tidak ada lagi potensi untuk
membuang sampah mereka ke laut.
Selain melibatkan masarakat di pualu tersebut, inovasi ini juga akan
melibatkan kersa sama dengan pemerintah setempat dan lembaga lingkungan
hidup untuk pengadaan aplikasi bank sampah ini.

4
LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI

PROSES PELAKSANAAN
1. Pendataan wilayah desa.

Langkah pertama yang akan dilaksanakan dari program kamii yaitu


pendataan wilayah desa yang dimana dari tim kami mencari data-data
luas wilayah di setiap desa yang ada di pulau tersebut.

2. Identifikasi faktor penyebab

Langkah yang kedua yaitu menentukan faktor penyebab dari


problem yang ada di pulau tersebut yaitu limbah sampah yang di buang ke
laut, karena kurangnya sarana dan prasarana dalam pemberdayaan
limbah sampah.

3. Identifikasi potensi

Langkah yang ketiga yaitu menentukan kemungkinan besar dari


kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu pemberdayaan limbah sampai dii
daerah kepulauan tersebut dan berpotensi untuk menjadi objek wisata dari
adanya Wiskampah (Wisata kampung sampah) dan Perpustakaan mini.

4. Musyawarah Masyarakat

Langkah selanjutnya yaitu melakukan musyawarah masyarakat di


mana tim kami akan menjelaskan tentang program kerja yang akan kami
laksanakan beserta hal-hal positif dari kegiatan ini.

5. Menyusun rencana kegiatan

Langkah selanjutnya ialah menyusun rencana kegiatan setelah


musyawarah masyarakat tersebut. Karena masyarakat yang ada di pulau
tersebut sudah mengetahui tujuan dan manfaat dari program kerja yang
akan dilaksanakan.

6. Pembentukan kader untuk pelatihan daur ulang

Kemudian setelah menyusun rencana, pelaksanaan kegiatan


selanjutnya yaitu pembentukan kader. Yang nantinya akan dilakukan

5
pelatihan pada masyarajat setempat agar program ini terus berkembang
dan berkelanjutan.

7. Edukasi terkait masalah sampah

Selanjutnya akan dilakukan edukasi tentang isu-isu dari limbah


sampah yang mencemari ekosistem laut di kepulauan mereka.

8. Pelatihan untuk kader dan jumat bersih

Selanjutnya ada tahap pelatihan dimana kader-kader akan dilatih oleh


pelatih khusus untuk melakukan pengolaan kembali sampah non-organik
untuk dijadikan kerajinan yang akan digunakan dalam kegiatan sehari-hari
maupun diperjualbelikan. Cotnoh kerajinan tangan seperti pembuatan tas
dari sampah plastik ataupun pembuatan ecobrick.

9. Penyusunan Wiskampah

Tahap selanjutnya yaitu pengadaan Wiskampah (wisata kampung


sampah) di mana kami akan menentukan salah satu desa di pulau tersebut
untuk dijadikan tempat wisata.Wiskampah ini akan menjadi pusat
perdagangan dari kerajinan-kerajinan sampah non-organik yang telah di
buat oleh masyarakat yang ada di daerah tersebut.

10. Persiapan aplikasi bank sampah

Yaitu tahapan di mana kami memperkenalkan aplikasi bank sampah


dan cara pengoperasiannya kepada peduduk setempat, sehingga semua
penduduk nantinya dapat mengakses dan memanfaatkan aplikasi tersebut
dalam mengelola sampah mereka.

6
TIMELINE PELAKSANAA

ROADMAP
Project yang kami adakan menjadi titik awal pengelolaan limbah yang
berkelanjutan. Di mana dalam proses pelaksanaannya, telah dibentuk kader-kader
penerus yang akan melanjutkan program tersebut hingga seluruh masyarakat bisa
merasakan manfaat dan perubahan ke arah yang lebih baik.

7
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
t t er an
ec ec ut
r oj r oj kad j
p p tk lan
lan ha
n
su r ke
na ti
us
u e
ng
e
pe
la
kh ngb
pe n ty
a
tiha ec
la oj
pe pr

ASPEK KEBERLANJUTAN
Solusi yang diberikan akan terus dapat dikembangkan, karena kami
akan melakukan proses pelatihan khusus kepada beberapa masyarakat sebagai
kader atau penerus dalam project ini. Para kader ini yang akan menjadi penerus
untuk menjalankan project tersebut, menuntun masyarakat, serta bisa
mengembangkannya dengan melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga
sosial dan lingkungan, ataupun peemrintah setempat.. Para kader ini juga akan
melatih penerus-penerus selanjutnya agar program ini terus berkembang,
sehingga masalah-masalah yang ada di pulau tersebut perlahan dapat teratasi
sehingga tercipta lingkungan pulau yang lestari dan masyarakat yang sejahtera.

8
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Jumlah  Biaya
No. Komponen Anggaran Jumlah (n) Biaya Satuan
Satuan
A. Investasi
Penyewaan Drone/Kamera Rp. 5.000.000
1 2 buah Rp. 2.500.00
Dokumentasi
2 ATK 1 Paket Rp. 500.000 Rp.500.000
3 Spanduk Edukasi 5 Lembar Rp. 100.000 Rp. 500.000
5 orang untuk 40 Rp. 6. 000.000
4 Konsumsi Rp. 30.000/Hari
hari
Total Komponen Biaya Investasi (A) Rp. 12.000.000
B. Operasional
5 Transportasi 2 Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000
6 Penginapan 40 Rp. 100.000 Rp. 4.000.000
Total Komponen Biaya Operasional (B) Rp. 6.000.000
C. Lain-lain
7 Honor Pemateri Edukasi 2 Rp. 1.000.000 Rp.2.000.000
Total Komponen Biaya Lain-lain (C) RP.2.000.000
Total Biaya (A+B+) Rp. 20.000.000

9
LAMPIRAN-LAMPIRAN

10
11

Anda mungkin juga menyukai